1
LAPORAN AKHIR PROGRAM HI-LINK
TAHUN 2012
Oleh
Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta, MSi (Ketua) 196112311986031013 / Budidaya Kelautan Dr. I Gede Ari Yudasmara, MSi (Anggota) 1979041420021221002 / Budidaya Kelautan I Nyoman Dodik Prasetia, SSi, MSi (Anggota)
197706092008121002 / Budidaya Kelautan I Gede Yudi Wisnawa, SPd, MSc (Anggota)
198304242009121005 / Budidaya Kelautan Kadek Lila Antara, SPi (Anggota) 198307312008121003 / Budidaya Kelautan Alexander Korinus Marantika, SPi (Anggota)
198008232008121004 / Budidaya Kelautan Drs. Wayan Cipta, MPd (Anggota) 131635183 / Ekonomi dan Manajemen
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2 LEMBAR PENGESAHAN
Judul Hi-Link : Pengembangan dan Peningkatan Nilai Ekonomis Komoditas Abalon (Haliothis spp) dan Rumput Laut Jenis Caulerpa spp
Nama Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha Nama Ketua Tim Pengusul : Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta, MSi Alamat : Jalan Pulau Lombok, Singaraja. Telpon / Fax Kantor : (0362) 25072 / (0362) 25335 Telpon / Fax Rumah : (0362 ) 27048
Nomor HP : 081514345452
E-Mail : [email protected]
Nama Industri Mitra : PT. Dewata Laut
Alamat : Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali Nomor Telpon : 08123800201
Nama Lembaga Pemda : BAPPEDA Kabupaten Buleleng Alamat : Jalan Pahlawan No.1 Singaraja Telpon / Fax Kantor : (0362) 21149 / (0362) 21149 Jumlah Dana Tahun I : Rp. 190.000.000,-
Dana Dikti Tahun I : Rp. 140.000.000,- Dana Industri Tahun I : Rp. 50.000.000,- Dana Pemda Tahun I : Rp. -
Singaraja, 30 November 2012 Mengetahui Ketua Tim Pelaksana
Dekan Fakultas MIPA
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, MSi. Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta, MSi NIP.195812311986011005 NIP. 196112311986031013
Mengetahui
Ketua LPM Undiksha
Prof. Dr. Ketut Suma, MS NIP. 195901011984031003
3 KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka telah kami selesaikan seluruh tahapan kegiatan Program Hi-Link Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2012. Terkait dengan itu, telah pula kami rampungkan penulisan laporannya sebagai wujud pertanggung jawaban kami atas pelaksanaan program ini. Kami berharap agar laporan ini dapat memberikan gambaran tentang apa-apa yang telah kami lakukan, khususnya di tahun 2012 terkait dengan upaya meningkatkan kapasitas dan skala usaha PT Dewata Laut sebagai perusahaan budidaya perikanan laut yang menjadi mitra kami. Mengingat laporan ini mungkin belum serinci yang diharapkan oleh pembaca, maka untuk itu kami mohon permaklumannya. Teruma kasih.
Singaraja, 30 November 2012 Ketua pelaksana
4 DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………. i
DAFTAR ISI ……… ii
BAB I . KONSEP PROGRAM ……… 1
Justifikasi Program ……… 1
Tujuan, Luaran dan Manfaat Program ………... 3
Konsep Program………. 4
Metode Implementasi Program……….. 5
Indikator Kinerja……… 6
BAB II. IMPLEMENTASI PROGRAM DAN PRODUKNYA………. 9
Penerapan Iptek Budidaya Abalon dan Rumput Laut……….. 9
Penelitian Penyempurnaan Iptek……… 14
Penguatan Kelembagaan……… 15
BAB III. SIMPULAN DAN SARAN……… 16
Simpulan ……… 16
Saran ………. 17
LAMPIRAN ……… 18
5 BAB I
KONSEP PROGRAM
1. Justifikasi Program
Seperti telah diketahui bahwa produksi ikan laut dari usaha perikanan tangkap sangat bergantung pada cuaca dan musim sehingga seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar secara kontinyu dan tepat waktu. Disamping itu, stok ikan di banyak wilayah lautan kita sudah sangat menurun jumlahnya sejalan dengan semakin intensifnya usaha panangkapan yang dilakukan oleh para nelayan kita. Sementara itu, permintaan pasar dalam hal ikan laut siap konsumsi semakin bertambah dan semakin menuntut kepastian dan ketepatan waktu terutama untuk konsumsi hotel dan restoran. Oleh karena itu, maka usaha budidaya perikanan laut merupakan usaha yang perlu terus dikembangkan dimasa yang akan datang karena usaha budidaya perikanan lebih dapat menjamin kontinyuitas dan ketepatan waktu dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Terkait dengan usaha budidaya perikanan, maka selain mengembangkan komoditas ikan, usaha budidaya perikanan di masa depan juga perlu mengembangkan komoditas perikanan selain ikan seperti misalnya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp. Dikatakan demikian karena dalam dunia kuliner kita, kedua jenis komoditas ini mendapat tempat yang cukup baik sehingga permintaan pasar terhadap kedua jenis komoditas ini semakin lama semakin meningkat dengan harga yang cukup tinggi. Abalone (Haliothis spp) merupakan hewan moluska dari bangsa gastropoda yang memiliki daging yang cukup tebal dan terasa enak, sehingga merupakan sumber protein hewani yang cukup potensial bagi masyarakat. Sementara itu rumput laut jenis Caulerpa spp merupakan salah satu jenis rumput laut yang enak dan aman dikonsumsi. Di Indonesia, rumput laut dari jenis Caulerpa spp ini sering disebut “ anggur laut “ karena bentuk buahnya seperti buah anggur. Sedangkan di Bali, rumput laut dari jenis Caulerpa spp ini sering disebut “ bulung boni “.
Menyinggung tentang komoditas abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp, maka kedua jenis komoditas ini tergolong komoditas yang belum banyak dikenal, khususnya oleh nelayan di Bali. Karena itu kedua komoditas ini belum banyak dikembangkan padahal permintaan pasar dan harganya tergolong cukup baik. Di Bali, budidaya kedua jenis komoditas ini masih terbatas dalam skala kecil (skala uji
6
coba) sehingga belum dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kendala utama yang menjadi penyebab kurang berkembangnya kedua jenis komoditas ini adalah masih kurangnya pengetahuan para nelayan di Bali dalam hal teknik pembudidayaan abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp ini.
Untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produksinya, usaha budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp memerlukan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dari kalangan ilmuwan perguruan tinggi dan badan-badan riset perikanan. Sumber daya manusia khususnya teknisi dan pengelola usaha budidaya itu secara terus-menerus harus ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat). Para teknisi perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya dibidang teknis produksi, khususnya di bidang budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp karena pengetahuan dan keterampilan para teknisi dibidang budidaya kedua jenis komoditas itu masih sangat kurang. Sementara itu, para pengelolanya perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya dibidang manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan, karena secara umum pengetahuan dan keterampilan para pengelola perusahaan budidaya perikanan masih sangat kurang dalam bidang manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan, sehingga dalam menjalankan usahanya masih banyak celah-celah pemborosan waktu, biaya dan tenaga kerja yang tidak disadari oleh pengelola.
Berhubung pentingnya masukan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi upaya pengembangan usaha budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp maka Universitas Pendidikan Ganesha (khususnya Jurusan Budidaya Perikanan Laut) yang memiliki pakar dibidang produksi dan manajemen usaha perikanan dan berada di wilayah Buleleng memiliki kewajiban untuk mendorong berkembangnya kedua jenis komoditas ini, khususnya di Buleleng dengan melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengn budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp melalui program pendidikan dan pelatihan, pembinaan dan pendampingan kepada perusahaan budidaya perikanan laut yang ada di Buleleng, khususnya kepada PT Dewata Laut yang ada di Dusun Penyabangan, Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Dalam melakukan kewajibannya ini Universitas Pendidikan Ganesha bekerjasama dengan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut yang ada di Gondol, Kecamatan Gerokgak, Buleleng.
7 2. Tujuan, Luaran dan Manfaat Program
Program Hi-Link dalam bentuk transfer iptek budidaya perikanan laut ini memiliki beberapa tujuan yaitu ; 1) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para teknisi budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) dalam bidang teknis produksi abalone (Halothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah dan kualitas hasil produksi dari kedua jenis komoditas ini ; 2) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para teknisi perusahaan budidaya (PT Dewata Laut) dalam hal pengolahan pasca panen untuk komoditas abalone (Halothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp ; 3) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengelola usaha budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) dalam bidang manajemen produksi perikanan laut sehingga diharapkan dapat tercipta sistem produksi perikanan yang efektif dan efisien (ekonomis) dengan tetap mengedepankan aspek kualitas hasil produksi ; 4) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengelola usaha budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) dalam bidang manajemen pemasaran hasil produksi, sehingga diharapkan adanya kelancaran dan kontinyuitas pemasaran hasil produksi, dan ; 5) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengelola usaha budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) dalam bidang manajemen keuangan, sehingga diharapkan dapat tercipta sistem pengelolaan keuangan yang baik dengan sistem administrasi keuangan yang rapi dan mudah dimengerti.
Beberapa luaran yang diharapkan dari program Hi-Link yang berbentuk transfer iptek budidaya perikanan laut ini adalah ; 1) terbangunnya usaha budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp yang bersifat rintisan (demplot) masing-masing sebanyak satu unit untuk PT Dewata Laut yang menjadi sasaran program ; 2) terbangunnya sistem dan fasilitas pengolahan pasca panen bagi produk budidaya (abalone dan rumput laut) yang dihasilkan di PT Dewata Laut ; 3) terbangunnya sistem pemasaran yang baik bagi produk-produk budidaya perikanan (khususnya abalone dan rumput laut) yang dihasilkan oleh PT Dewata Laut yang menjadi sasaran program, dan ; 4) terbangunnya sistem administrasi keuangan yang baik di perusahaan budidaya perikanan (PT Dewata Laut) yang menjadi sasaran program.
Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari program Hi-Link yang berbentuk transfer iptek budidaya perikanan laut ini adalah ; 1) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para teknisi yang bekerja di perusahaan budidaya perikanan laut (PT
8
Dewata Laut) dalam bidang budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp, yang nantinya dapat meningkatkan jumlah dan kualitas produksi kedua komoditas tersebut, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan dari perusahaan budidaya yang menjadi tempat para teknisi bekerja ; 2) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dari para teknisi perusahaan budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) dalam bidang teknis pengolahan pasca panen abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp ; 3) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dari para pengelola perusahaan budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) dalam bidang teknis pemasaran produk budidaya perikanan laut yang nantinya dapat memperluas jejaring pasar, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan dari perusahaan budidaya yang dikelola, dan ; 4) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dari para pengelola perusahaan budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) dalam bidang teknis mengelola dan membuat pembukuan keuangan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memiliki sistem pengelolaan dan pembukuan keuangan yang baik, rapi, dan mudah dimengerti.
3. Konsep Program
3.1. Penerapan Teknologi
Kegiatan yang akan dilaksanakan di tahun pertama terkait dengan transfer
ilmu pengetahuan dan teknologi kepada perusahaan budidaya yang menjadi sasaran program meliputi 3 (tiga) bentuk kegiatan yaitu ; a) pendidikan dan pelatihan tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ; b) fasilitasi pembangunan usaha rintisan (demplot) budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp, dan ; c) pembinaan dan pendampingan tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp. Sementara itu, di tahun kedua kegiatan transfer ilmu dan teknologi yang akan dilakukan meliputi 4 (empat) kegiatan yaitu ; a) pengembangan demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp yang telah dibuat di tahun pertama ; b) pendidikan dan pelatihan tentang teknis pengolahan pasca panen untuk komoditas abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp ; c) fasilitasi pembangunan sarana pengolahan pasca panen abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ; d) pendampingan terkait dengan pengolahan pasca panen abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp. Di tahun ketiga, kegiatan transfer ilmu dan teknologi yang akan
9
dilakukan meliputi 3 (tiga) kegiatan yaitu ; a) pengembangan sarana pengolahan pasca penen abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp yang telah dibuat di tahun kedua ; b) pendidikan dan pelatihan tentang manajemen produksi, manajemen pemasaran dan menajamen keuangan ; c) pendampingan terkait menajemen produksi, manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan.
3.2. Penelitian Untuk Penyempurnaan Teknologi
Untuk penyempurnaan teknologi dilakukan penelitian yang bersifat
penelitian tindakan (action research). Pada tahun pertama difokuskan pada penelitian untuk perbaikan dan pengembangan teknologi budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp, sedangkan tahun kedua difokuskan pada penelitian untuk perbaikan dan pengembangan tekonologi pasca panen. Di tahun ketiga difokuskan pada penelitian untuk perbaikan dan pengembangan manajemen produksi, manajemn pemasaran, dan manajemen keuangan.
3.3. Penguatan Kelembagaan (Capacity Building) dan Sumberdaya.
Penguatan kelembagaan dan sumberdaya yang dilakukan dalam program ini
adalah ; a) untuk pihak industri mitra (sasaran) dilakukan fasilitasi terhadap upaya perbaikan struktur dan sistem manajemen perusahaan, fasilitasi terhadap upaya pengembangan staf pengelola dan teknisi perusahaan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) manajemen produksi, pemasaran dan keuangan serta kegiatan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh para pakar dan mahasiswa ; b) untuk pihak perguruan tinggi (Universitas Pendidikan Ganesha) dan Pemda Buleleng dilakukan pembentukan kelompok kerja (pokja) program Hi-Link, khususnya bidang pemberdayaan masyarakat nelayan budidaya perikana laut melalaui kerjasama antar lembaga yang diperkuat dengan penandatanganan naskah kerja sama (MoU) antara Universitas Pendidikan Ganesha) dan Pemda Buleleng.
4. Metode Implementasi
5.1. Implementasi Tahun Pertama (I)
Implementasi program di tahun pertama (I) diisi dengan beberapa kegiatan
yaitu ; a) pendidikan dan pelatihan tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ; b) fasilitasi pembangunan usaha rintisan
10
(demplot) budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ; c) pembinaan dan pendampingan tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ; d) penelitian tindakan untuk pengembangan teknologi budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp, dan ; e) penguatan kelembagaan .Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan satu demi satu.
a. Pendidikan dan pelatihan (diklat) tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp dilakukan selama 10 kali pertemuan yang mana setiap pertemuan memakan waktu 120 menit. Pendidikan dan pelatihan ini diikuti oleh 10 orang teknisi yang berasal dari perusahaan budidaya perikanan laut yang ada di Gerokgak, Buleleng yaitu PT Dewata Laut. Kegiatan diklat ini mengambil lokasi di perusahaan yang menjadi sasaran program itu. Narasumber dan instruktur yang terlibat dalam diklat ini berasal dari Jurusan Bu.didaya Perikanan Laut Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja dan Balai Besar Riset Budidaya Perikanan Laut yang ada di Gondol, Gerokgak, Buleleng, Bali. Mekanisme diklat terdiri atas ; a) ceramah dan diskusi yang bersifat teoritis sebanyak 4 kali pertemuan ; b) demonstrasi sebanyak 2 kali pertemuan, dan ; c) praktik (latihan) langsung sebanyak 4 kali pertemuan.
b. Pembangunan usaha rintisan (demplot) budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ini dilakukan segera setelah kegiatan diklat berakhir. Usaha rintisan (demplot) ini wajib dibuat di perusahaan budidaya yang menjadi sasaran program, sehingga perusahaan memiliki satu demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan satu demplot budidaya rumput laut jenis Caulerpa spp. Dalam hal ini pihak pembina/pendamping bersama-sama dengan pihak perusahaan (teknisi) merancang disain (bentuk), bahan dan anggaran biaya dari usaha rintisan (demplot) tersebut. Sementara itu biaya untuk pembelian bahan dan ongkos kerja pembuatan demplot itu sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan budidaya yang menjadi sasaran program.
c. Pembinaan dan pendampingan tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ini dilakukan selama 5 (lima) bulan sejak demplot selesai dikerjakan. Pihak yang melakukan pembinaan dan
11
pendampingan ini adalah tim ahli yang berasal dari Jurusan Budidaya Perikanan Laut Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja dan Balai Besar Riset Budidaya Perikanan Laut yang ada di Gondol, Gerokgak, Buleleng, Bali. Mekanisme pembinaan dan pendampingan adalah dengan sistem pembinaan dan pendampingan langsung yang artinya bahwa tim pembina dan pendamping secara langsung mendatangi dan melakukan pembinaan kepada perusahaan budidaya (industri) yang menjadi sasaran program. Dalam hal ini tim pembina / pendamping secara aktif menggali dan mendengar permasalahan-permasalahan yang dialami oleh para teknisi terkait dengan teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp, untuk kemudian secara aktif pula memberikan solusi pemecahannya. Untuk dapat secara cepat mengetahui permasalahan yang ada, tim pembina/pendamping diwajibkan datang paling sedikit sekali setiap minggu. Disamping itu tim pembina/pendamping juga diharapkan dapat membuka layanan konsultasi melalui telpon, E-Mail, dan SMS.
d. Penelitian tindakan untuk menyempurnakan teknologi budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh para pakar dalam proses implementasi budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp oleh perusahaan budidaya. Penelitian tindakan ini berlangsung selama satu siklus budidaya, baik untuk abalone (Haliothis spp) maupun rumput laut Caulerpa spp, dan dilakukan oleh para pakar yang tergabung dalam tim pelaksana program Hi-Link.
e. Penguatan kelembagaan bagi perusahaan dilakukan melalui proses diklat, pembuatan demplot dan pendampingan yang dapat meningkatkan kemampuan para teknisinya dalam melakukan budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp. Penguatan kelembagaan bagi Universitas Pendidikan Ganesha dilakukan melalui pelibatan para pakar dan mahasiswa dalam proses diklat, pembuatan demplot dan pendampingan yang menstimulasi para pakar dan mahasiswa untuk selalu meningkatkan kemampuannya, khususnya dalam hal teknis budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp.
12 5. Indikator Kinerja
Untuk mengetahui apakah implementasi program dapat mencapai tujuan atau
tidak, maka berikut ini diuraikan beberapa indikatornya untuk setiap tahun pelaksanaan.
A. Indikator kinerja tahun pertama (I)
1. Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi perusahaan
budidaya (PT Dewata Laut) dalam hal teknis budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp. Kemampuan ini dapat diketahui melalui tes kemampuan teori dan tes keterampilan (unjuk kerja).
2. Adanya kemampuan para teknisi perusahaan budidaya (PT Dewata Laut) dalam merancang dan membuat unit usaha budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp mulai dari menyiapkan alat dan bahan, merancang disain, mengerjakan, hingga unit usaha ini siap berproduksi. Kemampuan ini dapat diketahui dari ada tidaknya bukti fisik berupa bangunan unit usaha budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp yang benar-benar sudah siap berproduksi.
3. Adanya kemampuan para teknisi perusahaan budidaya (PT Dewata Laut) dalam mengelola usaha budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp. Kemampuan ini dapat diketahui dari jumlah panenan dan mutu abalone (Haliothis spp) dan rumput laut Caulerpa spp yang dihasilkan dalam satu siklus budidaya.
4. Adanya hasil demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp yang diwujudkan dalam bentuk hasil panen kedua jenis komoditas tersebut.
13 BAB II
IMPLEMENTASI PROGRAM DAN DAMPAKNYA
1. Penerapan Ipteks Budidaya Abalone (Haliothis spp) dan Rumput Laut dari Jenis Caulerpa spp.
a. Persiapan Implementasi Program
Persiapan implementasi program terdiri atas beberapa kegiatan yaitu ; a) rapat
koordinasi dengan segenap anggota tim pelaksana dalam rangka menyusun strategi, metode implementasi program, dan pembagian tugas ; b) koordinasi dengan PT Dewata Laut sebagai mitra usaha yang menjadi sasaran program ; c) penyiapan bahan (materi) ajar dan instrumen pengumpul data ; d) penyiapan sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan satu demi satu.
Rapat koordinasi segenap tim pelaksana memutuskan bahwa strategi dan metode yang dipakai dalam implementasi program adalah metode pendidikan dan lathian (diklat), metode demostrasi dan percontohan, serta metode pendampingan. Disamping itu, disepakati juga pembagian sebagai berikut.
NO NAMA ANGGOTA TIM TUGAS / PERAN
1. Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta, MSi Koordinator merangkap
narasumber dan pengolah data. 2. Dr. I Gde Ari Yudasmara, SSi, MSi Penyiapan materi dan instrumen
diklat.
3. I Nyoman Dodik Prasetia, SSi, MSi Penyiapan peserta, penyiapan sarana dan prasarana diklat dan demplot
4. I Kadek Lila Antara, SPi Narasumber dan instruktur 5. I Gde Yudi Wisnawa, SPd, MSc Perancang dan pembuat demplot 6. Alexander Korinus Marantika, SPi Pengumpul data dan dokumentasi 7. Drs. I Nyoman Cipta, MPd Pengolah data dan penyusun
14
Koordinasi dengan PT Dewata Laut menghasilkan beberapa kesepakatan yaitu ; a) skala unit usaha budidaya (demplot) yang dapat disediakan oleh PT Dewata Laut untuk tahun pertama (2012) adalah 8 bak untuk demplot budidaya abalon, dan 4 bak untuk demplot budidaya rumput laut ; b) sebagian sarana dan parasaran demplot (bak dan aerator) disediakan oleh PT Dewata Laut, sementara itu sarana lain termasuk benih disediakan oleh tim pelaksana program ; c) PT Dewata Laut menyiapkan sejumlah (14 orang) teknisinya untuk menjadi peserta diklat ; d) PT Dewata Laut mengijinkan para teknisinya yang telah mengikuti diklat untuk mengelola demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp.
Penyiapan bahan (materi) ajar dan instrumen pengumpul data telah mengasilkan dua buah modul yaitu modul tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan modul tentang teknik budidaya rumput laut dari jenis Caulerpa spp, Disamping itu dihasilkan pula tes untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta diklat dalam hal budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp.
Penyiapan sarana dan prasarana dapat menyediakan beberapa alat dan bahan yang diperlukan dalam demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp. Beberapa alat dan bahan yang dimaksud adalah box napoly, atap plastik, plankton net, ember volume 50 liter, gelas ukur, plate, jaring mesh 1 cm, pipa 0,25 inchi. Sedangkan bahan-bahan kimia yang sudah disiapkan adalah natrium nitrat, KH2PO4. Sementara itu, jumlah benih abalone (Haliothis
spp) yang sudah disiapkan sebanyak 9000 ekor, sedangkan jumlah benih rumput laut Caulerpa spp yang sudah disiapkan sebanyak 80 kilogram (20 kg untuk setiap bak).
b. Pendidikan dan Pelatihan Teknik Budidaya Abalon dan Rumput Laut
Pendidikan dan pelatihan dibidang budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut jenis Caulerpa spp sudah berlangsung sejak tanggal 6 Agustus hingga tanggal 15 Agustus tahun 2012. Kegiatan diklat berlangsung sebanyak 10 kali pertemuan dgn durasi 120 menit untuk setiap kali pertemuan. Kegiatan ini diikuti oleh 10 orang peserta yang berasal dari unsur teknisi dari perusahaan budidaya perikanan (PT. Dewata Laut) yang ada di Desa Penyabangan, Gerokgak, Buleleng. Hasil dari kegiatan ini adalah ; 1) tingkat pemahaman peserta diklat dalam hal
15
teori teknik budidaya abalon (Haliothis spp) meningkat sebanyak 135 % ; 2) tingkat pemahaman peserta diklat dalam hal teori teknik budidaya rumput laut jenis Caulerpa spp meningkat sebanyak 79 % ; 3) tingkat keterampilan peserta diklat dalam hal teknik budidaya abalon (Haliothis spp) meningkat sebanyak 106 % ; 4) tingkat keterampilan peserta diklat dalam hal teknik budidaya rumput laut jenis Caulerpa spp meningkat sebanyak 103 %. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan persentase peningkatan pemahaman dan keterampilan masing-masing peserta diklat dalam hal teknik budidaya abalon dan rumput laut.
Tabel 01. Peningkatan Pemahaman Peserta Diklat Dalam Hal Teknik Budidaya Abalon dan Rumput Laut
NO NAMA PESERTA PENINGKATAN PEMAHAMAN (%) Diklat Abalon Diklat Rumput Laut
1 Kadek Endang S 133 40
2 Dewa Kade Rakayasa 133 133 3 I Gusti Made Arjana 100 29
4 Hasanudin 60 133
5 Dewa Putu Geriadi 167 100
6 Ketut Putra 75 100
7 Kadek Adiastika 150 60
8 Kadek Sulastra 300 60
9 Komang Aryana 133 60
10 I Gusti Kadek Mudarsa 100 75
16
Tabel 02. Peningkatan Keterampilan Peserta Diklat Dalam Hal Teknik Budidaya Abalon dan Rumput Laut
NO NAMA PESERTA PENINGKATAN KETERAMPILAN (%) Diklat Abalon Diklat Rumput Laut
1 Kadek Endang S 125 150
2 Dewa Kade Rakayasa 133 133 3 I Gusti Made Arjana 60 75
4 Hasanudin 75 75
5 Dewa Putu Geriadi 100 125
6 Ketut Putra 100 100
7 Kadek Adiastika 75 75
8 Kadek Sulastra 133 60
9 Komang Aryana 133 100
10 I Gusti Kadek Mudarsa 125 133
Rata-Rata 106 103
c. Pendidikan dan Pelatihan Pembuatan Unit Usaha (Demplot) Budidaya Abalone (Haliothis spp) dan Rumput Laut Jenis Caulerpa spp.
Pemaparan materi tentang teknik perancangan dan pembuatan unit usaha
(demplot) budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut jenis Caulerpa spp diselipkan dalam diklat teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut jenis Caulerpa spp. Paparan materi perancangan dan pembuatan demplot ini memakan waktu sekitar 25 % dari seluruh waktu diklat. Hasil dari paparan materi perancangan dan pembuatan demplot ini adalah hampir semua peserta diklat mampu merancang dan membuat demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut jenis Caulerpa spp. Ini dibuktikan dengan berhasilnya para peserta diklat merancang dan membuat sebuah unit usaha (demplot) budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut jenis Caulerpa sp
17 d. Pembuatan Demplot Budidaya Abalone (Haliothis spp) dan Rumput Laut dari
Jenis Caulerpa spp.
Pembuatan demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari
jenis Caulerpa spp dilakukan setelah kegiatan diklat tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp selesai yaitu tepatnya pada tanggal 20- 30 Agustus 2012. Namun demikian, saat itu penebaran benih abalon dan rumput laut belum bisa dilakukan karena saat itu kondisi benih abalon dan rumput laut belum siap ditebar. Agar benih dalam kondisi siap tebar diperlukan waktu tunggu hingga 45 hari. Selama waktu itu, para peserta diklat berhasil membuat satu unit usaha budidaya abalone (Haliothis spp) yang terdiri atas 8 bak ( masing-masing ukuran 3 x 3 meter ) usaha pembesaran abalone (Haliothis spp), dan satu unit usaha budidaya rumput laut jenis Caulerpa sp yang terdiri atas 4 bak (masing-masing ukuran 3 x 3 meter) usaha produksi rumput laut jenis Caulerpa spp. Setiap bak usaha pembesaran abalone (Haliothis spp) berisi kurang lebih 400 lembar media tempel abalon yang masing-masing berukuran 60 x 60 cm, dan 9 titik aerator dengan formasi 3 x 3. Media tempel abalon ini terbuat dari plastik propylene bergelombang berwarna putih dengan ketebalan 1,0 mm. Demplot budidaya abalon ini ada di dalam ruang beratap. Sementara itu, setiap bak produksi rumput laut berisi 4 buah kuadrat media lekat rumput laut yang masing-masing berukuran 90 x 90 cm , tanpa aerasi.. Media lekat rumput laut ini terbuat dari jaring plastik yang berbingkai pipa paralon berdiameter 4 cm. Demplot rumput laut ini awalnya ditaruh di dalam ruang beratap plastik biru muda transparan.
e. Uji coba Pemeliharaan Abalone (Haliothis spp) dan Rumput Laut dari Jenis
Caulerpa spp.
Uji coba pemeliharaan abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis
Caulerpa spp dilakukan mulai tanggal 15 Oktober 2012 yaitu bertepatan dengan hari penebaran benih dari kedua jenis komoditas tersebut. Saat itu dilakukan penebaran benih abalon sebanyak 9000 ekor yang terdiri atas 4000 ekor berukuran 1,0 cm, dan 5000 ekor berukuran 0,5 cm, yang ditebar ke dalam 8 bak. Sementara itu, benih rumput laut yang ditebar sebanyak 80 kilogram yang dibagi ke dalam 4 bak. Selama periode pemeliharaan, abalon diberikan pakan berupa alga lembut yang berbentuk lembaran, dan diberikan aerasi secukupnya. Sementara itu, selama periode pemeliharaan, rumput laut dibiarkan begitu saja
18
Walapun kegiatan pemeliharaan ini dirancang berkelanjutan selama 3 tahun, namun untuk abalon dilakukan evaluasi perkembangan setiap bulan, dan untuk rumput laut dilakukan evaluasi perkembangan dan panen setiap bulan. Karena itu, baik untuk abalon dan rumput laut, evaluasi perkembangan pertama dilakukan pada tanggal 15 November 2012. Hasil evaluasi perkembangan pertama untuk abalon menunjukkan bahwa abalon yang berukuran 1,0 cm dalam sebulan ukurannya menjadi 1, 4 cm, sedangkan abalon yang berukuran 0,5 cm dalam sebulan ukurannya menjadi 0, 7 cm. Untuk rumput laut, selama sebulan belum tampak adanya bertumbuhan yang memadai. Bahkan sekitar 70 % benih mengalami kerusakan (sebagian memutih dan sebagian membusuk). Hasil analisa sementara menyimpulkan bahwa kerusakan benih rumput laut itu disebabkan karena benih rumput laut tidak mendapat intensitas cahaya matahari yang optimal. Karena itu, diputuskan untuk membuka atap plastik yang menaungi bak-bak demplot rumput laut itu.
2. Penelitian Pengembangan Iptek Budidaya Abalon dan Rumput Laut
Permasalahan yang muncul dalam budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp adalah ; 1) lambatnya pertumbuhan abalone (Haliothis spp) selama satu bulan masa pemeliharaan, dan ; 2) kurang baiknya pertumbuhan rumput laut (Caulerpa spp) selama satu bulan masa pemeliharaan. Dari hasil analisis data yang ada, dapatlah disimpulkan bahwa lambatnya pertumbuhan abalon adalah disebabkan oleh kurangnya pakan alami (urtela dan coconesis) bagi juvenil abalon. Sementara itu, kurang baiknya pertumbuhan rumput laut disinyalir disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya dalam pemeliharaannya. Analisis lebih lanjut menyimpulkan bahwa kurangnya pakan alami bagi juvenil abalon disebabkan karena kurangnya pupuk bagi pertumbuhan pakan alami. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap metode pengadaan pakan alami bagi abalon dan metode pencahayaan bagi rumput laut. Dalam hal pengadaan pakan alami bagi abalon, maka yang dilakukan adalah menambah dosis pupuk (Natrii Nitrat dan Kalium Pospat) hingga mencapai dosis 20 gram / m3 untuk Natrii Nitrat, dan 5 gram . m3 untuk Kalium Pospat. Sementara itu, untuk membenahi pertumbuhan rumput laut, dilakukan penambahan intensitas cahaya matahari yaitu dengan cara membuka atap plastik yang menaungi bak-bak pemeliharaan rumput laut, dan membiarkan rumput laut terkena sinar matahri langsung. Dari perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan,
19
maka dalam 21 hari sudah tampak adanya perubahan yang cukup signifikan dalam hal ketersediaan pakan alami bagi abalon dan kualitas pertumbuhan rumput laut. Dalam hal pakan alami bagi abalon, tampak bahwa pakan alami (urtela dan coconesis) tumbuh dengan subur menempel pada plate-plate penempelan abalon yang tampak berwarna hijau (urtela) dan cokelat (coconesis). Dalam hal kualitas pertumbuhan rumput laut, tampak bahwa sudah ada peningkatan laju tumbuh dan kualitas tajuk rumput laut yang ditanam walaupun pencahayaan langsung baru berlangsung selama 21 hari.
3. Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan yang dilakukan selama pelaksanaan program adalah menyasar pada badan usaha budidaya perikanan laut (PT Dewata Laut) yang sejak awal telah ditetapkan sebagai mitra sasaran program. Bentuk penguatan kelembagaan yang telah dilakukan adalah ; 1) pengembangan unit usaha budidaya dengan menambahkan dua unit usaha baru yaitu unit budidaya abalon dan unit usaha rumput laut ; 2) memperkuat basis SDM perusahaan dengan memberikan diklat kepada para teknisi yang dimiliki oleh PT Dewata Laut, khususnya dalam hal budidaya abalon dan rumput laut, dan ; 3) melibatkan PT Dewata Laut dalam jaringan usaha dan komunikasi yang lebih luas sehinnga PT Dewata Laut memiliki akses informasi, kerjasama dan permodalan yang lebih luas.
20 BAB III
P E N U T U P
Simpulan
Dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan, maka dapatlah ditarik beberapa simpulan yaitu :
1. Program penerapan ipteks tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan para teknisi PT Dewata Laut dalam hal teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp.
2. Program penerapan ipteks tentang teknik budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembuatan demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp telah mampu membuat para teknisi PT dewata Laut terampil membuat dan mengoperasikan demplot budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp. Hal mampu membuat ragam usaha yang digeluti oleh PT Dewata Laut menjadi bertambah sehingga hal ini juga dapat menambah lapangan kerja bagi masyarakat di sekitarnya. 3. Program penelitian yang dilakukan dalam rangka perbaikan tekonologi budidaya
abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp telah mampu mengatasi permasalahan kelambatan lanju pertumbuhan abalon (Haliothis spp) dan kurang baiknya kualitas pertumbuhan rumput laut jenis Caulerpa spp. Hal ini kelak diharapkan berdampak pada peningkatan produktivitas budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp.
3. Pelaksanaan program penerapan iptek, pembuatan demplot dan penelitian perbaikan tekonologi budidaya budidaya abalone (Haliothis spp) dan rumput laut dari jenis Caulerpa spp telah berdampak pada menguatnya kelembagaan PT Dewata Laut yang dicirikan oleh ; a) meningkatnya kualitas SDM yang mengelola usaha budidaya ; b) semakin luasnya jaringan usaha dan komunikasi ; c) bertambahnya ragam usaha yang digeluti oleh PT Dewata Laut.
4. Bagi tim pelaksana (Jurusan Budidaya Kelautan Undiksha),pelaksanaan program ini dapat memberikan pengalaman praktis yang berharga dan menambah kepekaan dan kepedulian sosial.
21 Saran-Saran
Agar program Hi-Link ini lebih sukses dimasa yang akan datang, perlu komitmen
yang berkelanjutan dari perusahaan yang menjadi mitra dan dari Pemerintah Daerah yang bertindak sebagai salah satu penyandang dana.
22 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Foto 1 : Ketua pelaksana sedang memberikan penjelasan dalam diklat budidaya abalone di PT Dewata Laut, Penyabangan, Gerokgak, Buleleng, Bali.
Foto 2. Narasumber sedang memberikan materi diklat pada kegiatan diklat budi-daya abalon di PT. Dewata Laut, Penyabangan, Gerikgak, Buleleng.
23 Foto 3. Peserta diklat abalone sedang berlatih memanen abalone dgn cara
mencongkel pada acara diklat budidaya abalone.
Foto 4. Peserta diklat sedang berlatih menyiapkan benih rumput laut pada acara diklat budidaya rumput laut dari jenis Caulerpa sp.
24 Foto 5. Peserta diklat sedang berlatih merakit jaring untuk media tempel bagi
rumput ;laut jenis Caulerpa spp
Foto 6. Peserta diklat sedang berlatih menanam rumput laut Caulerpa spp pada jarring media tempel.
25 Foto 7 : Proses penurunan bibit rumput laut yang telah ditanam pada media
tempel ke dalam bak pemeliharaan.
26 Foto 9. Sejumlah juvenil abalon yang menempel pada plate (media tempel)