• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

432 Pembuatan Taman Sayuran Hidroponik dan Labu Madu Di Desa Mendalo

Darat Kecamatan Jambi Luar Kota

*Novalina

1

*, Wilyus

1

, Neliyati

1

, M. Syarif

1

, Asniwita

1

1 Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi

ABSTRAK

*Korespondensi Penulis e-mail : nova_lina@unja.ac.id

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan di Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, yang melibatkan kelompok Ibu PKK warga RT 25 dan beberapa dari RT lain. Kegiatan ini bertujuan untuk menfasilitasi warga dalam mengatasi beberapa kendala yang dihadapi dalam hal pemanfaatan lahan pekarangan, khususnya untuk budidaya tanaman sayuran secara hidroponik dan labu madu. Sehingga melalui kegiatan ini, diharapkan para warga di wilayah ini dapat lebih mengoptimalkan penggunaan lahan pekarangan melalui budidaya sayuran hidroponik dan labu madu. Metode Participatory Learning and Action (PLA) digunakan dalam pemecahan masalah melalui kegiatan: 1) Pelatihan budidaya sayuran hidroponik dengan teknik sederhana dan labu madu serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu; 2) Pembuatan pestisida nabati dari bawang putih dan cara meramu pupuk untuk hidroponik sebagai pengganti AB Mix; dan 3) Implementasi budidaya sayuran hidroponik dan labu madu. Pelatihan budidaya tanaman sayuran hidroponik dan labu madu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga mengenai budidaya tanaman sayuran secara hidroponik (seledri, cabai rawit, tomat, sawi, selada) dan labu madu di lahan pekarangan, cara pengendalian OPT, cara meramu pupuk dan aplikasinya untuk budidaya sayuran hidroponik. Implementasi budidaya sayuran hidroponik secara vertikultur dan labu madu dilakukan dengan cara membuat demplot utama pada dua lokasi lahan pekarangan peserta. Budidaya sayuran hidroponik secara vertikultur menggunakan rak besi dan juga dengan memanfaatkan tiang lanjaran labu madu. Para peserta lain juga terlibat aktif dengan cara menaman sayuran hidroponik di lahan pekarangan masing-masing, dan beberapa diantaranya juga menanam labu madu.

Hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan pengabdian ini adalah: 1) meningkatnya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan para peserta mengenai pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayuran hidroponik dan labu madu; 2) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para peserta tentang cara meramu pupuk untuk budidaya sayuran hidroponik sebagai pengganti AB mix.

dan; 3) meningkatnya minat para peserta dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayuran hidroponik dan labu madu.

Kata kunci: sayuran hidroponik, labu madu, pekarangan, taman, pestisida nabati

PENDAHULUAN

Analisa Situasi

Desa Mendalo Darat merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Desa Mendalo Darat mengalami pemekaran pada tahun 2011 dan mempunyai batas wilayah, yaitu: sebelah selatan berbatasan dengan desa Pematang Gajah, sebelah

utara berbatasan dengan desa Mendalo Laut, sebelah barat berbatasan dengan desa Mendalo Indah dan sebelah timur berbatasan dengan desa Penyengat Rendah, Kota Jambi.

Desa Mendalo Darat terdiri dari 25 RT, dan salah satunya adalah RT. 25. Sarana dan prasarana di wilayah ini sangat baik dengan pembangunan yang tergolong cepat. Warga masyarakatnya berpikiran terbuka dan maju serta

(2)

433

memiliki pemukiman yang tergolong bersih dan rapi. Warga masyarakat di daerah ini pada umumnya memanfaatkan lahan pekarangan terutama ditanami dengan bunga. Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan pekarangan oleh warga RT.25, pada tahun 2019 telah dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat.

Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut telah meningkatkan partisipasi Ibu-ibu dalam memanfaatkan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman sayuran terutama tanaman cabai dan seledri. Hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan pengabdian tahun 2019 adalah: 1) meningkatnya pengetahuan dan pemahaman para peserta mengenai pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya seledri dan cabai organik; 2) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para peserta tentang cara pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati; dan 3) meningkatnya minat para peserta dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya seledri dan cabai organik. Tingginya minat ibu-ibu warga RT. 25 dalam hal pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman sayuran terutama cabai dan seledri dapat dilihat dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada akhir kegiatan pengabdian 2019.

Sebagian besar Ibu warga RT 25 tetap memelihara tanaman cabai dan seledri di pekarangan. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh Ibu-ibu warga RT 25 agar kegiatan penanaman tanaman sayuran di pekarangan dapat berkesinambungan.

Warga masyarakat peserta kegiatan pengabdian menginginkan agar kegiatan pengabdian dapat berkelanjutan. Selain itu sekretaris Desa menyarankan agar kegiatan pengabdian dapat berkelanjutan dalam skala yang lebih luas, tidak hanya melibatkan warga RT.25, sehingga kegiatan penyuluhan dan pembinaan warga masyarakat harus terus dilakukan agar pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayuran terus berkelanjutan, serta dapat menambah kesejahteraan para warga masyarakat.

Tanaman sayuran terutama yang dikonsumsi dalam keadaam mentah, seperti:

seledri, cabai rawit dan selada seharusnya dibudidayakan dengan meminimumkan atau meniadakan penggunaan pestisida. Salah satu pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan komoditas sayuran yang bebas pestisida adalah dengan cara mengupayakan penanaman sendiri, yaitu dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk budidaya sayuran.

Permasalahan Mitra

Perumusan masalah dilakukan secara partisipatif melalui diskusi dan berbagi informasi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh diketahui bahwa ibu-ibu warga RT.25 menginginkan agar

dapat menanam sayuran secara hidroponik, karena budidaya tanaman sayuran hidroponik dapat lebih menghemat waktu dalam pemeliharaan tanaman yang tidak membutuhkan penyiraman tanaman.

Namun para ibu-ibu warga RT.25 belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam hal budidaya sayuran secara hidroponik. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman labu madu yang dikombinasikan dengan tanaman sayuran hidroponik, selain untuk meningkatkan kesejahteraan para warga, juga dapat menjadi

“tempat rekreasi” bagi warga RT. 25 maupun warga sekitar. Namun ibu-ibu warga RT. 25 belum memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam hal budidaya labu madu.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat di Desa Mendalo Darat khususnya RT 25 tentang: 1) budidaya tanaman sayuran (seledri, cabai, tomat, selada, sawi) hidroponik dengan menggunakan teknologi sederhana; 2) cara meramu pupuk untuk budidaya sayuran hidroponik sebagai pengganti AB mix; 3).

budidaya labu madu; 4) pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu; dan 5) desain taman sayuran hidroponik sistem vertikultur yang dikombinasikan dengan penanaman labu madu.

Solusi yang ditawarkan

Untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapai warga di Desa Mendalo Darat khususnya RT.25 dalam hal budidaya sayuran secara hidroponik dan budidaya labu madu di lahan pekarangan atau di lahan kosong yang relatif sempit maka program yang perlu dilakukan:

1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu warga RT. 25 dan Ibu-ibu warga sekitar dalam hal budidaya tanaman sayuran secara hidroponik khususnya untuk komoditas seledri, cabai rawit, tomat, selada dan sawi di pekarangan atau di lahan yang relatif sempit, 2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

ibu-ibu warga RT. 25 dan ibu-ibu warga sekitar dalam pengelolaan Organisme Penganggu Tanaman (OTP).

3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu warga RT. 25 dan ibu-ibu warga sekitar dalam meramu pupuk untuk budidaya sayuran secara hidroponik

4) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu warga RT 25 dan ibu-ibu warga sekitar dalam hal budidaya labu madu.

Budidaya tanaman sayuran, khususnya seledri, cabai, sawi, selada yang diterapkan pada kegiatan ini dirangkum dari berbagai hasil penelitian, pengabdian dan literatur yang telah diuji cobakan (BPTP, 2009; Novalina et al., 2012;

Novalina, Wilyus, Husda Marwan, 2017; Novalina

(3)

434

et al., 2018; Novalina et al., 2019; Rusdi, 2010;

Wilyus, Novalina, Ristiyadi, 2013; Wilyus dan Novalina, 2019). Selain itu kegiatan ini dilakukan berdasarkan hasil uji coba penanaman di pekarangan rumah. Budidaya tanaman sayuran di pekarangan sebaiknya mengutamakan input dari sumberdaya lokal yang dapat dibuat dengan mudah oleh warga.

Upaya pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami berbagai aneka tanaman sayuran oleh warga masyarakat perlu terus didorong, sehingga kesehatan, kesejahteraan dan pendapatan warga meningkat.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:

1) Pelatihan tentang cara budidaya tanaman sayuran secara hidroponik dengan menggunakan teknologi sederhana dan budidaya labu madu

2) Pelatihan tentang cara meramu pupuk untuk budidaya sayuran hidroponik sebagai pengganti AB mix

3) Pelatihan tentang pengelolaan OPT 4) Implementasi budidaya sayuran secara

hidroponik (seledri, cabai rawit, tomat, selada, sawi) di lahan pekarangan

5) Implementasi budidaya labu madu di lahan milik warga yang dikombinasikan dengan budidaya sayuran hidroponik secara vertikultur sehingga dapat berupa sebuah taman

Untuk meningkatkan partisipasi aktif warga, penanaman sayuran hidroponik dilakukan pada masing-masing lahan pekarangan warga RT 25 dan warga sekitar yang diundang sebagai peserta kegiatan.

METODE PELAKSANAAN

1. Pelatihan Budidaya Tanaman Sayuran Hidroponik dan Labu Madu

a) Metode.

Pelatihan dilakukan dengan metode androgogy (pendidikan untuk orang dewasa)/ Participatory Learning and Action (PLA).

b) Materi.

Materi pelatihan yaitu: budidaya tanaman sayuran hidroponik, budidaya tanaman labu madu, pengelolaan hama dan penyakit tanaman secara terpadu, cara meramu pupuk untuk budidaya sayuran hidroponik sebagai pengganti AB mix, cara pembuatan pestisida nabati dari beberapa bahan seperti bawang putih dan cara aplikasinya.

c) Evaluasi kegiatan.

Metode evaluasi untuk dapat menilai keberhasilan kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner.

2. Cara Meramu Pupuk dan Pembuatan Pestisida Nabati

Pupuk yang digunakan dalam budidaya sayuran hidroponik diramu dari pupuk sintetik yang mengandung unsur hara makro dan mikro dengan perbandingan tertentu, dilakukan di dalam wadah/ember plastik dan disimpan di dalam botol plastik. Setelah mengikuti kegiatan setiap warga dapat membawa pulang pupuk yang telah diramu. Cara pembuatan pestisida nabati dari bawang putih diberikan dalam bentuk materi berupa tulisan yang dibagikan pada saat pelatihan.

3. Implementasi Budidaya Sayuran Hidroponik Pada kegiatan pengabdian ini masing- masing warga berpatisipasi aktif dalam penanaman tanaman sayuran (seledri, cabai, tomat, sawi, selada) secara hidroponik menggunakan botol plastik dan wadah berbahan plastik (ember kecil dan keranjang kecil) pada lahan pekarangan masing-masing. Pemilihan komoditas ini berdasarkan pertimbangan bahwa tanaman ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat (kadang-kadang dalam keadaan mentah) serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Selain itu seledri juga banyak digunakan sebagai tanaman obat untuk menurunkan tekanan darah atau untuk membersihkan ginjal. Sehingga komoditas ini harus benar-benar bebas dari residu pestisida agar aman dikonsumsi. Penanaman sayuran hidroponik untuk tanaman cabai, tomat, seledri, sawi, selada pada demplot utama dilakukan secara vertikultur menggunakan rak besi. Bahan- bahan yang digunakan yaitu: benih seledri, benih cabai rawit, benih tomat, benih selada, benih sawi, media hidroponik (rockwoll, campuran sekam, cocopeat, tanah), pupuk untuk hidroponik yaitu: AB Mix danpupuk yang diramu untuk pengganti AB Mix, pestisida nabati dari bawang putih, Gandasil D dan Gandasil B.

Prosedur kerja:

a) Pembibitan.

Persemaian dilakukan di dalam wadah plastik menggunakan media campuran tanah dan pupuk kandang untuk tanaman tomat, cabai, seledri: dan menggunakan rock woll untuk tanaman selada dan pakcoi/sawi.

b) Penanaman.

Penanaman bibit tomat, seledri dan cabai di dalam wadah palstik (pasangan ember dan keranjang plastik) dilakukan dengan sistem wick menggunakan kain flanel/sumbu kompor, dengan media tanam terdiri dari campuran sekam, cocopeat, tanah. Penanaman bibit selada dan pakcoi/sawi di dalam botol plastik dilakukan dengan sistem campuran (wick dan deep). Larutan hidroponik yang digunakan

(4)

435

adalah larutan yang diramu dari campuran beberapa jenis pupuk khusus untuk hidroponik yaitu Meroke Flex-G, Meroke Nitrafos, dan Meroke Kaliphos. Serta larutan AB Mix yang dibeli dalam bentuk larutan stok.

c) Pemeliharaan

Selain menggunakan pupuk yang terdapat pada larutan hidroponik, tanaman juga disemprot dengan Gandasil D dan atau Gandasil B dengan konsentrasi yang sangat rendah. Pengendalian terhadap hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati dari bawang putih. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari atau sore hari.

d) Panen

Panen dilakukan pada saat/ ketika masing- masing komoditas sayuran sudah layak dipanen.

4. Implementasi Budidaya Labu Madu

Budidaya labu madu dikombinasikan dengan budidaya sayuran hidroponik (vertikultur) pada lahan pekarangan. Penanaman labu madu yang dikombinasikan dengan sayuran hidroponik diharapkan selain dapat menjadi sebuah taman yang bernilai ekonomis juga dapat menjadi tempat wisata bagi warga RT. 25 dan warga sekitar.

Pemilihan komoditas ini berdasarkan pertimbangan bahwa tanaman labu madu bernilai ekonomis tinggi dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Bahan - bahan yang digunakan, yaitu:

benih labu madu, pupuk kandang, pupuk trikokompos, polibag, pupuk Urea, pupuk NPK, tali rafia, Gandasil D dan B, Fungisida

Prosedur kerja:

a) Pembibitan.

Persemaian benih labu madu dilakukan di dalam polibag kecil untuk mendapatkan bibit yang seragam, menggunakan media semai yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang.

b) Persiapan media tanam dan pemasangan tiang lanjaran.

Penanaman bibit labu madu dilakukan pada ember plastik dan polibag besar dengan media tanam terdiri dari campuran tanah:

pupuk kandang sapi 1:1, dan lubang tanam dibuat sedalam 20-25 cm. Pada masing- masing lubang tanam diberikan pupuk trikokompos. Pemasangan tiang lanjaran dilakukan sebelum penanaman agar tidak mengganggu pertumbuhan labu madu pada saat pemasangan tiang lanjaran.

c) Penanaman.

Penanaman dilakukan pada saat cuaca tidak terik pada saat bibit berumur sekitar 2-3 minggu.

d) Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan secara rutin jika tidak turun hujan. Penyiangan dilakukan secara rutin dengan cara mencabut gulma. Pemberian pupuk Ureadan NPK diberikan pada setiap tanaman agar pertumbuhan tanaman labu madu dapat optimal.

e) Panen.

Panen labu madu dilakukan jika warna kulit buah sudah mulai kekuningan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelatihan dihadiri oleh 15 peserta, 10 peserta dari RT 25 dan 5 orang dari RT lain (RT 23, 26, 12, 05, 30). Jumlah ini lebih sedikit dari yang ditargetkan semula, disebabkan karena menghindari berkumpulnya warga masyarakat dalam jumlah banyak pada masa Pandemi Covid 19. Namun kegiatan pengabdian ini melibatkan lebih dari 15 peserta karena salah satu peserta yang lahan pekarangannya dijadikan sebagai demplot utama labu madu dan sayuran hidroponik berhalangan hadir pada saat pelatihan.

Selain itu pada saat panen labu madu yang dihadiri oleh beberapa warga RT. 25, sebagian diantaranya tidak ikut sebagai peserta pelatihan namun pada saat panen labu madu selain dapat membawa pulang labu madu juga diberikan tanaman sayuran hidroponik untuk dipelihara di pekarangan. Selain itu beberapa warga RT 25 yang pada tahun 2019 terlibat aktif pada kegiatan pengabdian dan tergolong berhasil dalam melaksanakan budidaya cabai dan seledri organik, didatangi secara door to door untuk dilibatkan sebagai peserta kegiatan dan mendapatkan beberapa tanaman hidroponik (tomat dan sawi).

Hasil evaluasi melalui kuisioner yang diisi oleh 15 peserta pelatihan disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel. 1, dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta belum pernah menanam sayuran hidroponik dan labu madu di pekarangan sebelum kegiatan pengabdian dilakukan. Hal ini dikarenakan peserta belum mengetahui cara budidaya sayuran hidroponk dan labu madu.

Semua peserta pelatihan menyatakan cocok jika budidaya labu madu dilakukan di pekarangan dan tidak merusak keindahan pekarangan, serta cocok untuk mengkombinasikan budidaya sayuran hidroponik dan labu madu.

Berdasarkan Tabel. 1. tersebut, juga dapat dilihat bahwa semua peserta pelatihan menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan bermanfaat/sangat bermanfaat serta dirasa penting/penting sekali. Peserta pelatihan juga menyatakan tertarik untuk melakukan budidaya labu madu dan sayuran hidroponik setelah

(5)

436

diadakannya kegiatan pelatihan. Setelah dilakukan pemberian materi pada kegiatan pelatihan, dapat diketahui bahwa kegiatan pengabdian ini telah memberikan dampak yang positif terhadap Ibu-ibu peserta pelatihan.

Sebelum kegiatan pengabdian dilakukan sebagian besar Ibu-ibu warga RT.25 belum mengetahui tentang cara budidaya sayuran hidroponik dan labu madu, cara meramu pupuk untuk sayuran hidroponik. Setelah kegiatan pengabdian

dilakukan terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan para peserta dalam hal: 1) cara budidaya sayuran hidroponik dengan teknik sederhana; 2) cara budidaya labu madu di pekarangan; 3) cara pembuatan dan aplikasi pestisida nabati dari bawang putih; 4) Cara meramu pupuk untuk sayuran hidroponik, dan cara aplikasinya; dan 5) cara pengendalian hama secara ramah lingkungan.

Tabel 1. Hasil evaluasi peserta pelatihan melalui kuisioner

Variabel Keadaan

1. Pernah atau tidaknya budidaya sayuran hidroponik dan labu madu di pekarangan

Hampir semua peserta pelatihan belum pernah menanam sayuran hidroponik dan labu madu di pekarangan sebelum kegiatan pengabdian

2. Cocok/tidaknya budidaya labu madu di pekarangan

Semua peserta kegiatan pelatihan menyatakan bahwa labu madu cocok ditanam di pekarangan, dan tidak merusak keindahan pekarangan

3. Cocok atau tidaknya mengkombinasikan penanaman labu madu dan sayuran hidroponik di pekarangan

Semua peserta menyatakan cocok

4. Tertarik atau tidaknya menanam sayuran hidroponik dan labu madu di pekarangan

Semua peserta pelatihan menyakan ya (tertarik)

5. Apakah kegiatan pengabdian ini bermanfaat Semua peserta pelatihan menyatakan bermanfaat/sangat bermanfaat

6. Penting atau tidaknya kegiatan ini dilaksanakan Semua peserta pelatihan menyatakan penting /sangat penting / penting sekali

7. Kendala terbesar dalam melakukan budidaya sayuran hidroponik dan labu madu di pekarangan

Peserta pelatihan menyatakan: pekarangan sempit/terbatas, dicuri orang buahnya, kurang tahu cara budidaya

8. Apakah kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang budidaya sayuran hidroponik dan labu madu

Semua peserta pelatihan menyatakan “ya”

Pada kegiatan pengabdian ini demplot utama budidaya labu madu dan sayuran hidroponik dilakukan pada lahan pekarangan milik 2 (dua) warga RT. 25. Budidaya sayuran hidroponik secara vertikultur menggunakan rak dari besi. Selain itu beberapa peserta juga menanam labu madu di pekarangan, dan semua peserta pelatihan juga memelihara sayuran hidroponik di pekarangan. Tanaman labu madu pada demplot utama mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dari penanaman hingga panen.

Pada awal penanaman labu madu di demplot utama tumbuh kurang bagus, hal ini mungkin disebabkan karena media tanam menggunakan campuran pupuk kandang dan tanah dimana pupuk kandang yang digunakan belum “matang” sempurna. Selain itu kemungkinan pH tanah masam, kurang gembur.

Selain itu tanaman labu di demplot utama juga terserang jamur. Beberapa upaya yang dilakukan pada demplot utama labu madu, yaitu:

menambahkan tanah yang diambil dari areal penanaman labu madu di tempat lain,

penggemburan, pemberian pupuk NPK secara rutin, pemberian pupuk Urea, pemberian pupuk kompos, serta aplikasi fungisida.

Pada saat kegiatan pemanenan, tanaman labu madu di demplot utama menghasilkan buah dalam jumlah yang cukup banyak dan kualitas buah yang baik.

KESIMPULAN

1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan Ibu-ibu peserta kegiatan tentang cara budidaya sayuran hidroponik dengan teknik sederhana, cara budidaya labu madu, cara pembuatan pestisida nabati dari bawang putih, cara meramu pupuk untuk sayuran hidroponik dan cara aplikasi, cara pengelolaan OPT.

2. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan bermanfaat/sangat bermanfaat bagi ibu-ibu peserta kegiatan serta penting/penting sekali dilakukan.

(6)

437

3. Kegiatan pengabdian yang dilakukan telah mendorong dan meningkatkan minat dan keinginan Ibu-ibu warga RT. 25 untuk menerapkan budidaya sayuran hidroponik dan labu madu di pekarangan.

SARAN

Kegiatan penyuluhan dan pembinaan warga masyarakat harus terus dilakukan agar pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman khususnya sayuran hidroponik dan labu madu terus berkelanjutan, sehingga dapat menambah kesejahteraan para warga masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009.

Teknologi Budidaya Seledri di Dataran Rendah. Departemen Pertanian.

Novalina, Zulkarnain, W. Yunita, Yusnaini. 2012.

Ibm kelompok tani sayuran yang mengalami ketergantungan pada pestisida sintetik dan pupuk kimia di Kelurahan Lingkar Selatan, Kota Jambi. Laporan Pengabdian

Novalina, Wilyus, H. Marwan. 2017.

Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Budidaya Cabai dan Seledri Organik di Lingkar Selatan Kota Jambi. Laporan Pengabdian.

Novalina, Arzita, Y.G. Armando. 2018. The Simple Technology in Hydroponic Celery (Apium graveolens L.) by Utilizing Waste Plastic Bottles. Conference Abstract Guidebook. The second Green Development International Conference.

Novalina, Wilyus, Neliyati, Asniwita, Arzita. 2019.

Optimalisasi Penggunaan Lahan Pekarangan untuk Budidaya Seledri dan Cabai Organik di Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota. Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat

Rusdi, A. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih terhadap mortalitas keongmas.

Floratek. 5: 172-180.

Wilyus, Novalina, H. Marwan, D. Ristiyadi. 2013.

Pengendalian Lalat Buah pada Tanaman Sayuran di Kelurahan Lingkar Selatan.

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat Wilyus, Novalina. 2019. Aplikasi Semut Rangrang

sebagai Agensia Pengendalian Hayati Hama pada Labu Kuning. Laporan Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dari bakteri Bacillus Cereus V9 didalam ransum hidrolisis yang mengandung bungkil inti sawit

Analisis finansial dalam kajian ini dilakukan dengan mengukur kemampuan usaha penagkaran bibit unggul kelapa sawit dalam mengembalikan arus modal yang ditanamkan

menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan hasil fermentasi pelepah nipah menggunakan mikro organisme lokal (MOL) sayur, maka kadar serat kasar semakin menurun, hal ini

Pada umur 2 minggu tidak berbeda nyata antara ketiga jenis ayam kampung, sedangkan pada umur 6 dan 10 minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dalam ransum menunjukan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap konsumsi ransum,

14 Akan tetapi, tidak sedikit juga konsep atau teori hukum tata negara yang dapat dijadikan landasan argumentasi untuk menyatakan bahwa status otonomi khusus atau

Namun seiring dengan kemajuan teknologi, wisata agro Nusa pelangi harus berkompetisi dengan industri pengolahan susu yang melalukan ekspansi pasar dengan

Saran yang dapat disampaikan adalah agar masyarakat nelayan Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok Tarusan untuk mempertahankan penggunaan alat tangkap yang ramah