• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN : 978-602-50946-7-5

11 Kajian Kelayakan Investasi Pembibitan Kelapa Sawit Di Provinsi Jambi

Dompak Napitupulu

1

*, Endy Effran

1

, Gina Fauzia

1

Program Studi Agribisnis,Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ABSTRAK

* Korespondensi Penulis e-mail:

dompakn@unja.ac.id

Komoditas kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas unggulan perkebunan Provinsi Jambi. Tanaman ini bahkan telah dapat ditemui diusahakan oleh berbagai lapisan masyarakat di seluruh wilayah kabupaten di Provinsi Jambi namun keberlanjutan usaha tani tanaman kelapa sawit menjadi dipertanyakan karena terdapat cukup luas perkebunan kelapa sawit khususnya yang diusahakan oleh petani swadaya yang sudah tergolong tanaman tua dan rusak belum diremajakan. Rendahnya motivasi petani kelapa sawit rakyat dalam melakukan peremajaan selain dipicu oleh imbalan yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan, juga oleh adanya keterbatasan bibit unggul bersertifikat dengan harga yang terjangkau.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya investasi pembibitan kelapa sawit unggul bersertifikat serta mengkaji metode pembibitan kelapa sawit unggul bersertifikat dengan biaya yang terjangkau oleh petani kelapa sawit swadaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pembibitan kelapa sawit secara finansial layak dilakukan di Provinsi Jambi. NPV yang menunjukkan nilai positif sebesar Rp. 900.232.857,70 ; Net B/C ratio sebesar 2,03. IRR diperoleh sebesar 42,67% dan Payback Period selama 24 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa batas toleransi dari kenaikan biaya variabel sebesar 35,71 %, dan batas toleransi dari penurunan jumlah penjualan sebesar 22,65 %.

Kata kunci: analisis investasi, finansial, pembibitan kelapa sawit

PENDAHULUAN

Komoditas kelapa sawit tercatat memiliki kontribusi yang besar terhadap sektor perkebunan Provinsi Jambi yang pada gilirannya berkontribusi cukup besar terhadap PDRB Provinsi Jambi (BPS, 2018). Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi diawali dengan program transmigrasi pada awal tahun 1980’an yang merelokasi penduduk dari Pulau Jawa ke berbagai daerah lain termasuk ke Provinsi Jambi. Program Transmigrasi ke Provinsi Jambi diperkuat dengan mengintroduksi tanaman kelapa sawit. Setiap keluarga transmigran diberikan seluas 3 (tiga) hektar lahan yang terdiri dari 1 (satu) hektar lahan pangan berikut perumahan dan 2 (dua) hektar lahan yang telah ditaami kelapa sawit sebagai sumber penghidupan keluarga (McCarthy, 2010).

Usaha penumbuhan komoditi kelapa sawit melalui program transmigrasi yang disertai dengan

pembimbingan intensif serta berbagai subsidi input bahkan kebutuhan hidup (jadup) menjelang tanam kelapa sawit menghasilkan menyebabkan tanaman kelapa sawit memberikan hasil yang baik. Usaha kebun kelapa sawit dapat memberikan pendapatan yang memadai sebagai sumber pendapatan petani.

(Feintrenie, et al., 2010; Lee, et al., 2014;

Castiblanco et al., 2015; Gatto, et al., 2017; Zulkifly, et al.,2019).

Perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi menunjukkan peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun. Peningkatan areal kebun kelapa sawit di Provinsi Jambi salah satunya dipicu oleh pertumbuhan yang pesat perkebunan kelapa sawit swadaya masyarakat. Namun demikian pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit swadaya tersebut tidak diikuti oleh pertumbuhan produktivitas kebun. Respon lambat dari kualitas

(2)

12

kinerja kebun kelapa sawit tersebut salah satunya ditunjukkan oleh pertumbuhan produktivitas kebun kelapa sawit yang tergolong rendah.

Produktivitas kebun kelapa sawit swadaya masyarakat yang tertinggi dicapai pada Tahun 2014, yakni sebesar 2701 kg/Ha. Angka ini kemudian mengalami penurunan hingga Tahun 2016 untuk kemudian mengalami peningkatan yng tidak terlalu nyata pada Tahun 2017. Penurunan produktivitas tersebut terjadi karena sejumlah tanaman tua dan rusak pada kebun kelapa sawit swadaya masyarakat tidak segera di remajakan.

Berbagai pertimbangan ekonomi menyebabkan petani kelapa sawit swadaya lebih memilih untuk mempertahankan tanaman tua yang dimiliki. Salah satu pertimbangan yang kerap melatar belakangi keputusan menunda peremajaan tersebut adalah biaya peremajaan yang tidak sedikit disamping rendahnya akses petani swadaya terhadap bibit unggul bersertifikat.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit sebagai pusat pengembangan benih unggul bersertifikat milik pemerintah hanya memproduksi benih di Marihat Medan dan membuka satu cabang di Riau. Benih unggul yang dihasilkan oleh pusat penelitian tersebut yang kemudian disebarkan ke berbagai penangkar bibit kelapa sawit di seluruh Indonesia.

Masih sangat terbatasnya daya pasok penagkar benih kelapa sawit bersertifikat menyebabkan upaya percepatan peremajaan kelapa sawit khususnya oleh petani secara swadaya masih terbatas. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kelayakan penangkaran bibit unggul kelapa sawit bersertifikat di Provinsi Jambi. Menganalisis struktur biaya investasi pembibitan kelapa sawit bersertifikat di Provinsi Jambi.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang ditujukan untuk menggambarkan dan menganalis kegiatan penangkaran bibit kelapa sawit unggul bersertifikat yang layak dilakukan di Provinsi Jambi. Obyek penelitian adalah kegiatan penangkar bibit unggul tanaman kelapa sawit.

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap proses penangkaran bibit unggul bersertifikat. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

identitas, pengalaman dan pengetahuan penangkar bibit tanaman kelapa sawit, sumber bimbingan penangkaran yang diperoleh, sumber benih yang digunakan, penggunaan input produksi, serta arus biaya yang dikeluarkan.

Metode Analisis Data

Data dalam penelitian ini terlebih dahulu akan ditabulasi dan diedit sesuai dengan kebutuhan analis data tanpa menghilangkan

informasi nilai dan makna data yang diperoleh.

Untuk menggambarkan struktur biaya investasi pembibitan kelapa sawit, maka data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis sedemikian rupa sehingga struktur biaya penagkaran dapat tersajikan dengan baik.

Selanjutnya, kelayakan usaha penangkaran akan dianalisis menggunakan pendekatan Analisis Finansial, yakni dengan membandingkan arus penerimaan dengan arus biaya yang dikeluarkan selama proses pembibitan kelapa sawit. Analisis finansial adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian (assessment) atas arus penanaman modal pada suatu proyek.

Analisis finansial dalam kajian ini dilakukan dengan mengukur kemampuan usaha penagkaran bibit unggul kelapa sawit dalam mengembalikan arus modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut yang diukur dengan menggunakan 5 (lima) indicator kelayakan (Kadariah, 2010), (Rangkuti, 2012), (Wijayanto,2012) yakni:

1) Net Present Value (NPV)

Analisis NPV adalah analisis yang mempertimbangkan selisih antara penerimaan dengan biaya terhadap besarnya bunga atau lebih dikenal dengan istilah yang mempertimbangkan faktor diskonto pada waktu-waktu tertentu. Net Present Value suatu usaha adalah selisih Present Value arus benefit (manfaat) dengan present value arus Cost (biaya).

2) Internal Rate of Return(IRR)

Kriteria yang menunjukan bahwa suatu usaha layak dijalankan adalah jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat investasi tersebut diimplementasikan

.

3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Kriteria kelayakan lainnya dari suatu arus modal dalam suatu proyek adalah Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio). Indikator ini menunjukkan besarnya nilai manfaat (benefit) dari total biaya yang dikeluarkan pada saat dilakukan penilaian.

4) Payback Period (PP)

Kriteria ke empat yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit dalam kajian ini adalah Payback Period.

Indikator Payback Period secara harafiah dapat diartikan sebagai masa pengembalian modal.

Hasil perhitungan Payback Period menunjukkan jangka waktu yang diperlukan oleh suatu kegiatan dalam proyek mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pembibitan kelapa sawit yang dikaji.

5) Break Even Point

Indikator kelima yang digunakan untuk menilai kelayakan pembibitan kelapa sawit di

(3)

13

Provinsi Jambi adalah Break Even Point (BEP).

Pada dasarnya indikator BEP adalah untuk menunjukkan tingkat produksi dimana pendapatan total pada harga output tertentu sama dengan total arus kas yang dikeluarkan untuk menghasilkan total output. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa BEP adalah titik dimana proyek dapat menghasilkan laba yang sama dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Selain mengevaluasi kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit dengan menggunakan 5 (lima) indikator kelayakan diatas, ketegaran usaha terhadap perubahan variable eksogen juga dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas. Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa semakin sensitive suatu system produksi terhadap perubahan yang dilakukan pada variable input maka semakin layaklah suatu arus dana yang dilakukan.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat tingkat kepekaan usaha tersebut apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap variabel-variabel harga dan perhitungan biaya

maupun benefit (Kadariah, Karlina, dan Gray 1978).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi masih dilakukan berorientasi pada pemenuhan pesanan baik oleh pemerintah maupun usahatani kelapa sawit rakyat melalui koperasi. Tumbuhnya sejumlah penangkar bibit unggul kelapa sawit di Provinsi Jambi bertumbuh bersamaan dengan Program Percepatan Peremajaan kelapa sawit rakyat.

Program percepatan peremajaan kelapa sawit rakyat ditunjang oleh ketersediaan dana peremajaan melalui BPDPKS yang menyediakan sejumlah dana untuk peremajaan kelapa sawit rakyat dengan persyaratan yang ketat. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah peremajaan dengan menggunakan bibit unggul bersertifikat. Secara rinci hasil analisis kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit Provinsi Jambi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi Tahun 2020

No Kriteria Investasi Hasil Analisis

1 Net Present Value (Rp) 900.232.857,70

2 Net B/C Ratio 2,03

3 Internal Rate of Return (%) 42,67

4 Payback Period (bulan) 24

Sejumlah indikator kelayakan yang disajikan pada Tabel. 1 diatas menunjukkan bahwa usaha pembibitan kelapa sawit di wilayah Provinsi Jambi adalah layak untuk diusahakan. NPV arus kas rata usaha pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi untuk periode 2 tahun adalah sebesar Rp.

900.232.857,70. Nilai NPV positip secara eksplisit menujukkan bahwa dengan tingkat bunga yang berlaku (11,17%/tahun).

Usaha pembibitan kelapa sawit yang dikaji dapat memberikan keuntungan sebesar Rp.

900.232.857,70 dengan ukuran usaha rata-rata 11 Ha. Net B/C ratio sebesar 2,03%. Hasil ini menujukkan bahwa kemampuan usaha penangkaran bibit kelapa sawit bersertifikat di Provinsi Jambi dapat mengembalikan biaya yang sudah ditanamkan sebesar 2,03 kali lipat.

Perhitungan nilai Net B/C ratio dihitung selisihnya antara net benefit (+) dan net benefit (-) sehingga diperoleh benefit bersih. Nilai net benefit (+) sebesar Rp. 1.641.380.956,00 ini dijadikan pembilang. Nilai net benefit (-) sebesar Rp.

808.562.047,00 sebagai penyebut, sehingga didapati Net B/C ratio sebesar 2,03 %. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1 akan memperoleh tambahan manfaat bersih sebesar Rp.

3,03. Nilai Net B/C lebih besar dari 1 (Net B/C > 1) berarti usahatani pembibitan kelapa di Provinsi Jambi layak untuk diusahakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Herry (2020) dan Indra (2017) yang menyatakan bahwa usah pembibitan kelapa sawit mampu memberikan Nilai Net B/C ratio yang lebih besar dari 1 (satu).

Indikator kelayakan lainnya yakni nilai IRR usaha pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi menunjukkan angka sebesar 42,67%. Sama dengan indikator kelayakan lainnya, angka ini juga secara eksplisit dapat menunjukkan bahwa usaha pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah layak untuk dilakukan.

IRR yang menunjukkan kemampuan usaha pembibitan kelapa sawit memberikan laba atas arus biaya yang dikeluarkan dapat dibandingkan dengan bunga pinjaman bank yang berlaku. Angka ini juga dapat diartikan sebagai kemampuan usaha yang dilakukan memberikan imbalan bunga terhadap investasi yang dilakukan. Usaha pembibitan kelapa sawit bersertifikat yang dikaji menunjukkan kemampuan usaha ini memberikan imbalan bunga (IRR) sebesar 42,67 % yang jauh lebih besar dari rata rata bunga pinjaman pada sejumlah bank komersial di Provinsi Jambi.

(4)

14

Indikator ketiga yang dugunakan untuk menganalisis kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah Payback Period.

Indikator ini menunjukkan jangka waktu usaha yang dikaji mengembalikan modal yang ditanamkan pada usaha tersebut. Angka Payback Period sebesar 24 bulan atau dua kali proses produksi menunjukkan bahwa dalam tempo 24 bulan seluruh investasi dana yang ditanamkan pada usaha pembibitan kelapa sawit bersertifikat di Provinsi Jambi telah dapat dikembalikan dalam bentuk kas.

Seluruh investasi yang tersisa dapat dikatakan telah menjadi keuntungan erupa asset. Nilai produksi pada periode produksi berikutnya adalah merupakan keuntunagan setelah dikurangi biaya operasional.

Kemampuan usaha pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi terhadap perubahan variable eksogen terutama harga input dianalisis dengan menggunakan Analisis Sensitivitas. Analisis sensitivitas adalah kegiatan menganalisis kembali

suatu usaha, apakah suatu usaha tersebut masih layak untuk dikembangkan apabila terjadi masalah pada usaha tersebut seperti kenaikan biaya input dan penurunan produksi. Analisis sensitivitas juga menyatakan apa yang akan terjadi apabila suatu variabel berubah. Analisis sensitivitas dapat dinyatakan dengan cara menurunkan NPV menjadi nol.

Hasil analisis sensitivitas yang telah dilakukan menunjukkan adanya perubahan pada NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period jika terjadi perubahan pada kenaikan harga variabel dan penurunan jumlah penjualan. Asumsi yang digunakan adalah kenaikan biaya variabel sebesar 3,00 % dan penurunan jumlah penjualan sebesar 3,00 %. Kenaikan biaya variabel dan penurunan jumlah penjualan sebesar 3,00 % pertahun diambil berdasarkan rata-rata tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2018 yakni sebesar 3,19 %. Hasil perhitungan analisis sensitivitas berdasarkan asumsi diatas adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Sensitivitas Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit CV. Putra Sukses Mandiri Tahun 2014-2019

Perubahan % NPV (Rp) Net B/C (Rp) IRR (%) Payback Period (bulan) 1. Kenaikan biaya variabel 3,00 801.427.877,20 2,79 31,69 27 2. Penurunan jumlah penjualan 3,00 758.835.526,40 2,74 31,11 29 3. Kenaikan biaya variabel dan

penurunan jumlah penjualan 3,00 659.031.447,50 2,54 26,26 32

Hasil analisis sensitivitas yang disajikan pada Tabel. 2, diatas menunjukkan adanya perubahan nilai pada setiap indikator kelayakan. Kenaikan harga dan penurunan volume penjualan baik secara Bersama sama maupun secara parsial dapat meurunkan kualitas indikator kelayakan yang diperoleh, Namun demikian perubahan yang didekati dari asumsi inflasi tahu 2018 yakni sebesar 3,19 % tersebut masih tetap memberikan peluang bagi pengembangan usaha pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi untuk dapat dilaksanakan secara menguntungkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa usaha pembibitan kelapa sawit bersertifikat di Provinsi Jambi adalah layak untuk dilakukan. Usaha pembibitan kelapa sawit bersertifikat tersebut bahkan masih terkategori layak untuk diusahkan meskipun terjadi kenaikan harga harga input sebesar 3 %, terjadi penurunan produksi sebesar 3 % dan secara bersama sama terjadi kenaikan harga input dan terjadi penurunan produksi masing masing sebesar 3 %.

Usaha pembibitan kelapa sawit bersertifikat di Provinsi Jambi telah lebih cenderung

dikategorikan padat modal dari pada padat tenaga kerja. Struktur biaya yang terbesar adalah pengeluaran untuk pembelian kecambah dan energi yang digunakan untuk pengairan. Biaya ini energi terutama terjadi pada saat musim kemarau dimana tanaman bibit kelapa sawit harus secara rutin diairi dua kali satu hari.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih terutama Tim Penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Pada kesempatan ini juga Tim Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Pimpinan Universitas Jambi yang telah memberikan kesempatan waktu dan dana kepada peneliti untuk dapat melakukan penelitian ini.

Peneliti juga tidak lupa menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan Provinsi Jambi atas bantuan dan informasi awal serta berbaga data sekunder yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana sejak pengumpulan data hingga penulisan laporan.

Terimakasih yang tak terhingga juga kami sampaikan kepada seluruh responden,

(5)

15

pengusaha/pengelola usaha pembibitan, tenaga kerja pada usaha pembibitan serta informan lainnya yang meluangkan waktu dan tenaga memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Terimakasih

DAFTAR PUSTAKA

Agustira, M. A., 2019, Indonesian Journal of Oil Palm Research, Vol. 27 No. 2, DOI: https://doi.

org/10.22302/iopri.jur.jpks.v27i2.62

Badan Pusat Statistik. 2018. Produk Domestik Bruto Indonesia. Jakarta

Dinas Pertanian Provinsi Jambi. 2017. Buku Statistik Pertanian Provinsi Jambi 2017. Jambi Fauzi, Y. , 2012. Kelapa Sawit. Edisi Revisi.

Penebar Swadanya. Jakarta

Gitinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek- Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI – Press-Jhon Hopkins. Jakarta

Hariyanto. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Medan Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka

Cipta. Jakarta

Indra, Siti Balqis, Rozalina dan Ozy Fahmi. 2017.

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Kelapa Sawit Pada UD. Jaya Tani Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal

Fakultas Pertanian Universitas Samudra, Jakarta

Kadariah et al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Jakarta

Kurnia, I. 2017. Gambaran Dan Analisis Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit Rakyat. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Medan

Mariati. 2014. Analisis Usaha Tani Pembibitan Kelapa Sawit Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Di Kota Pekanbaru. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

Muchsin. 2016. Analisis Finansial Usaha Pembibitan Kelapa Sawit Pada Tingkat Petani Di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Agrifor. Vol. XV,(. 2).

p.266-270

Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2008.

Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UP-Press, Jakarta

Yusuf, Masniah, Masyhuri dan Irham, 2009.

Analisis kelayakan Usahatani jeruk keprok Soe di kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.Jour. Informatika Pertanian Volume 18.No.2

(6)

16

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi yang sejalan dengan kepercayaan normatif Norma Subyektif terhadap prilaku Sikap terhadap prilaku Minat (BI) Kecenderungan melakukan perilaku atau tindakan.. Aact

Namun seiring dengan kemajuan teknologi, wisata agro Nusa pelangi harus berkompetisi dengan industri pengolahan susu yang melalukan ekspansi pasar dengan

Evaluasi Penggunaan Tapioka Sebagai Bahan Perekat Terhadap Sifat Fisik Wafer Ransum Komplit Berbasis Jerami Padi. Anita Yuliasari, Rasmi Murni, Suparjo, Yatno

Saran yang dapat disampaikan adalah agar masyarakat nelayan Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok Tarusan untuk mempertahankan penggunaan alat tangkap yang ramah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dari bakteri Bacillus Cereus V9 didalam ransum hidrolisis yang mengandung bungkil inti sawit

menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan hasil fermentasi pelepah nipah menggunakan mikro organisme lokal (MOL) sayur, maka kadar serat kasar semakin menurun, hal ini

Pada umur 2 minggu tidak berbeda nyata antara ketiga jenis ayam kampung, sedangkan pada umur 6 dan 10 minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dalam ransum menunjukan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap konsumsi ransum,