• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS HIDUP PASIEN CA MAMMAE YANG. MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD Dr. MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaeatan Mencapai Sarjana Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS HIDUP PASIEN CA MAMMAE YANG. MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD Dr. MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaeatan Mencapai Sarjana Keperawatan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

KUALITAS HIDUP PASIEN CA MAMMAE YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD Dr. MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaeatan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh:

DWI ROCHMAWATI NIM. ST 13023

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2015

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Dwi Rochmawati

NIM : ST 13023

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta,13 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

(Dwi Rochmawati) NIM. ST 13023

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur senantia penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi”.Tersusun dan terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, maka pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing Utama yang

memberikan masukan dan saran yang sangat berarti pada peneliti.

3. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing Pendamping yang memberikan masukan, saran pada peneliti.

4. Direktur RSUD Dr. Moewardi yang memberikan ijin kepada peneliti untuk melanjutkan studi S-1 Keperawatan dan memberikan ijin lokasi penelitian. 5. Seluruh Staf dan Civitas akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKES

Kusuma Husada Surakarta.

6. Suami, anakku sayang dan kedua orang tua yang telah banyak mendukung dan selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan penelitiani ini.

7. Keempat partisipan yang telah membantu kelancaran proses penelitian.. Agustus, 2015

(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL. ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN... ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ABSTRACT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.1.1 Kualitas Hidup ... 6

(6)

vi

2.1.3 Kemoterapi ... 13

2.2 Keaslian Penelitian ... 16

2.3 Kerangka Teori ... 18

2..4 Fokus Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 20

3.2 Tempat dan Wakyu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan sampel ... 21

3.4 Instrumen Penelitian ... 23

3.5 Analisa Data ... 27

3.6 Validitas Data ... 28

3.7 Etika Penelitian... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Karakteristik Partisipan ... 33

4.2 Gambaran Lokasi Penelitian ... 35

4.3 Hasil Penelitian... 35

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae dari Dimensi Fisik... 55

5.2 Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae dari Dimensi Psikologis... 62

5.3 Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae dari Dimensi Hub. Social... 72

(7)

vii BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 84 6.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

(8)

viii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1. Dominan dan Aspek yang dinilai dalam WHOQol... 10 2.2. Keaslian Penelitian ... 16

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1. Kerangka Teori... 18 2.2. Fokus Penelitian ... 19

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : F-1 Usulan topik penelitian Lampiran 2 : F-2 Pengajuan judul skripsi

Lampiran 3 : F-4 Pengajuan Izin studi pendahuluan Lampiran 4 : F-7 Pengajuan Izin penelitian

Lampiran 5 : Pengantar prapenelitian ke bag. Rekam medik

Lampiran 6 : Pengantar penelitian ke bag. Mawar 3 di RSUD Dr. Moewardi Lampiran 7 : Pengajuan kelaikan etik

Lampiran 8 : Surat kelaikan etik (ethical clearance) Lampiran 9 ; Surat pernyataan telah melakukan penelitian Lampiran 10 : Surat permohonan menjadi partisipan Lampiran 11 : Persetujuan menjadi partisipan Lampiran 12 :Panduan wawancara mendalam Lampiran 13 : analisa tematik (tema-tema) Lampiran 14 : lembar konsultasi

(11)

xi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Dwi Rochmawati

Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi

Abstrak

Pengobatan Ca Mammae umumnya berjalan cukup lama dan menimbulkan dampak fisik dan psikologis bagi pasien Ca Mammae yang berhubungan dengan kualitas hidup. Kemoterapi sebagai salah satu metode pengobatan Ca Mammae juga menimbulkan efek samping yang menganggu kualitas hidup pasien Ca Mammae.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan kualitas hidup pasien Ca Mammae dari segi fisik dan psikologis. Sampel penelitian adalah 4 orang pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi. Teknik pengumpulan sampel menggunakan purposive

sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara interview guide.

Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif.

Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi fisik ada 2 tema : respon fisik sebelum kemoterapi dan sesudah kemoterapi. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi kesehatan psikologis ada 3 tema : respon psikologis sebelum kemoterapi, respon psikologis sesudah kemoterapi dan respon psikologis terhadap pengobatan. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi hubungan sosial ada 2 tema : respon hubungan sosial dengan suami dan respon hubungan sosial terhadap pengobatan. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi lingkungan ada 4 tema : ketakutan, ketenangan, relaksasi dan respon lingkungan terhadap ekonomi.

Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi fisik sebagian besar, timbulnya rasa nyeri. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi psikologis, munculnya sikap penerimaan diri, kedekatan kepada Tuhan, tidak adanya gangguan persepsi terhadap citra diri. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi hubungan sosial, adanya hubungan emosional dengan suami. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi lingkungan, tidak adanya perasaan takut ditinggal sendiri, anggota keluarga yang menemani, terdapat upaya menghibur diri, tidak ada kesulitan biaya pengobatan terhadap ekonomi keluarga.

Kata Kunci: pasien Ca Mammae , kualitas hidup, dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi hubungan sosial, dimensi lingkungan

(12)

1

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015

Dwi Rochmawati

Quality of Life of Breast Cancer Patients Undergoing Chemotherapy at Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta

ABSTRACT

Generally, breast cancer treatment takes a long time and causes both physical and psychological effects to the patients related to the quality of life. Chemotherapy as the one of methods to treat the breast cancer patients also has negative effects to their quality of life.

The research used the descriptive method. The samples of research were 4 patients. They were taken by using the purposive sampling technique. The data were collected through interview guide and analyzed by using the descriptive analysis.

The result of the research shows that the breast cancer patients’ quality of life had two themes, namely: physical responses prior to chemotherapy and physical responses following chemotherapy. The breast cancer patients’ quality of life from the psychological dimension had three themes, namely: psychological responses prior to chemotherapy, psychological responses following chemotherapy, and psychological response to medication. The breast cancer patients’ quality of life from the social relationship dimension had two themes, namely: social relationship response with husband and social relationship response to medication. The quality of life of the breast cancer patients from the environmental dimension had four themes, namely: fear, calm, relaxation, and environmental response to the economy.

Thus, the breast cancer patients’ quality of life from the physical dimension was the emergence of pain. The breast cancer patients’ quality of life from the psychological dimension included the emergence of self-acceptance attitude, closeness to God, and no perception disorders to self-image. The breast cancer patients’ quality of life from the social relationship dimension was the emotional relationship with husband. The breast cancer patients’ quality of life from the environmental dimension included no feeling of fear, the effort of self-entertaining and no financial distress of the treatment to the family’s economy. Keywords: Breast cancer patients, quality of life, physical dimension, psychological

dimension, social relationship dimension, environmental dimension

(13)

2 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru Ca Mammae terdiagnosa di Eropa dan telah dilakukan penelitian tentang Ca Mammae oleh American

Cancer Society (ACS) tahun 20lI memperkirakan hampir 178.000 perempuan

akan terdiagnosis Ca Mammae dan jumlah temebut ditambah dengan 2 juta perempuan yang telah memiliki riwayat penyakit ini (Peter, 2012). Berdasarkan Cancer help 2010, Ca Mammae adalah peringkat pertama di lndonesia. Resiko menderita Ca Mammae meningkat seiring dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita yang mulai haid pada usia ≤12 tahun dan menopause pada usia di atas 55 tahun. Menurut penelitian Dinas Kesehatan Jawa Tengah pada tahun 2012 terdapat 4,864 pasien terkena Ca Mammae.

Pasien Ca Mammae yang menjalani program kemoterapi dapat mengalami berbagai masalah baik secara fisik maupun psikis. Secara klinis kemoterapi dikatakan adekuat bila keadaan umum pasien dalam keadaan baik, merasa nyaman, tidak ada keluhan berarti dan kualitas hidup pasien semakin baik, sehingga jika pasien tidak memperoleh kemoterapi secara adekuat akan berakibat mempengruhi kualitas hidup (Diananda, 2007).

Kualitas hidup adalah persepsi individu dalam kemampuan, keterbatasan gejala serta sifat psikososial hidupnya dalam konteks budaya dan sistem nilai

(14)

3

untuk mengetahui peran dan fungsinya (WHOQol group, 2004). Pengukuran kualias hidup dapat dilakukan dangan alat ukur seperti instrumen penilaian kualitas hidup dari WHO (WHOQoL). WHO telah mengembangkan suatu instrumen yaitu WHOQoL BREF untuk mengukur kualitas hidup pasien Ca

Mammae yang mengalami terapi kemoterapi yang terdiri dari 26 item. Dengan

pengukuran tersebut maka diharapkan akan terlihat seberapa baik kualitas hidup pasien Ca Mammae dalam menjalani kemoterapi.

Hasil penelitian Montazeri (2008) terhadap 606 pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Teheran Iran disimpulkan adanya penurunan kualitas hidup ditinjau dari dimensi hubungan sosial seperti rasa rendah diri terhadap suami sebagai akibat dari ketidak sempurnaan bagian tubuh, penurunan seksualitas. Dimensi psikologis diketahui mayoritas pasien Ca Mammae menjadi stres. Hasil penelitian Glimelius (2004) tentang kualitas hidup pasien Ca Mammae dinegara Swedia menyimpulkan bahwa hanya 25 pasien dari 75 pasien dengan kualitas hidup yang baik 50 pasien mengalami penurunan kualitas hidup. Berdasarkan hasil penelitian Montazeri (2008) dan Glimelius (2004) menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit kronis dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.

Berdasarkan data rekam medis RSUD Dr. Moewardi jumlah pasien Ca

Mammae pada bulan oktober 2014 sebanyak 61 pasien Ca Mammae. Studi

pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 oktober sampai 5 nopember 2014 terhadap 5 pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi dengan wawancara

(15)

4

mengenai kualitas hidup dapat dijelaskan sebagai berikut, dari 5 pasien Ca

Mammae 3 pasien mempunyai kesamaan jawaban mengenai masalah fisik,

psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Masalah fisik seperti rasa nyeri yang dirasakan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penurunan aktivitas tersebut juga berdampak pada kemampuan mobilisais seperti mengurus anak. Masalah psikologis ketiga pasien juga menyatakan minder atau rendah diri dengan penyakit yang diderita dan susah untuk berkonsentrasi. Dalam hubungan dengan suami merasa ada yang hilang seperti aktivitas seksual, sementara dalam lingkungan ketiga pasien Ca Mammae mulai menutup diri terhadap lingkungan sekitar terutama pada tetangga dan masalah biaya pengobatan. Meskipun pasien sudah menjadi peserta BPJS, namun biaya lain seperti transportasi dari rumah kerumah sakit menjadi kendala juga dalam menjalani kemoterapi secara rutin.

Terdapat dua pasien yang menyatakan dirinya masih dapat beraktivitas seperti biasa, seperti mengurus anak-anak dan suami, meskipun berbeda saat sebelum menderita Ca Mammae. Dari segi psikologis dua pasien sudah menerima kenyataan penyakit yang dideritanya, tidak merasa sedih bahkan sudah dapat menjalani hidup dengan baik, dan masih dapat bergembira bersama anak-anak. Masalah body image juga tidak masalah dimana pasien menyatakan berusia lebih dari 50 tahun, sehingga sudah tidak memikirkan masalah penampilan, suami telah memahami kondisi kesehatan sehingga masalah hubungan sosial berjalan dengan baik. Dua pasien menyatakan bahwa dirinya sudah mulai menerima adanya perubahan pada kesehatannya, kehilangan pekerjaan sebagai

(16)

5

akibat menurunnya kemampuan aktivitas yang berpengaruh pada kemampuan finansial dalam rumah tangga, namun karena dukungan keluarga baik dari suami dan keluarga lain, pasien merasa masih dapat melakukan hal yang dianggap sebagai tanggungjawabnya seperti sebagai istri dan ibu dari anak-anak yang ,masih memerlukan perhatian.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaiman kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi dari dimensi kesehatan Fisik.

2. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi dari dimensi kesehatan Psikologis.

(17)

6

3. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi dari dimensi hubungan Sosial.

4. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi dari dimensi lingkungan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan khususnya tentang kualitas hidup pasien sehingga mutu pelayanan Rumah Sakit tercapai.

1.4.2 Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu keperawatan dan menjadi suatu bahan masukan untuk penelitian penelitian lebih lanjut yang terkait dengan kualitas hidup pasien khususnya pasien kemoterapi. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.4 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi.

(18)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kualitas Hidup

1. Pengertian Kualitas Hidup

Menurut WHO kualitas hidup adalah sebagai persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka (WHOQoL, 2004).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Kemoterapi

Kualitas hidup pasien kemoterapi lebih buruk dibandingkan populasi secara umum, hal tersebut berhubungan dengan perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi pada pasien dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (WHOQoL, 2004) :

a. Karakteristik pasien (umur. Jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, lama menjalani terapi, status pernikahan).

b. Terapi yang dijalani 6

(19)

8

Kualitas hidup pasien dipengaruhi keadekuatan terapi yang dijalani dalam rangka mempertahankan fungsi kehidupannya. c. Status kesehatan

Penurunan kadar Hb pada pasien kemoterapi menyebabkan penurunan level oksigen dan sedian energi dalam tubuh, yang mengakibatkan terjadinya kelemahan dalam melakukan aktivitas sehingga pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien. d. Depresi

Ketergantungan pasien terhadap kemoterapi seumur hidup, perubahan peran, kehilangan pekerjaan dan pendapatan merupakan stresor yang dapat menimbulkan depresi pada pasien kemoterapi. Depresi berpengaruh secara bermakna terhadap kualitas hidup, dan semakin tinggi derajat depresi maka semakin buruk kualitas hidup pasien kemoterapi.

e. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga akan mempengaruhi kesehatan secara fisik dan psikologis. Dukungan keluarga pada pasien Ca Mammae terdiri dari dukungan instrumental, dukungan imformasional, dukungan emosional, dukungan pengharapan dan dukungan harga diri yang diberikan sepanjang hidup pasien. Dukungan keluarga yang didapat oleh pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi menyangkut dukungan dalam maslah finansial,

(20)

9

mengurangi tingkat depresi dan ketakutan terhadap kematian serta pembatasan asupan cairan. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima pasien akan semakin meningkatkan penerimaan diri dan kualitas hidupnya.

f. Fungsi sosial

Pasien kemoterapi mengalami perubahan peran dan gaya hidup yang berhubungan dengan beban fisik dan psikologis. Karena dianggap sakit, pasien tidak ikut serta dalam kegiatan sosial dikeluarga dan masyarakat dan tidak boleh mengurus pekerjaan. Pasien merasa bersalah karena ketidak mampuan dalam berperan, dan ini menjadi ancaman harga diri pasien, yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup pasien.

3. Manfaat Kualitas Hidup bagi Pasien Kemoterapi

Kualitas hidup pasien kemoterapi sangat beragam, dari kualitas yang rendah sampai kualitas hidup yang tertinggi, beberapa faktor baik yang berupa fisik, sosisal, psikis dan lingkungan yang mempengaruhi derajat kualitas hidup.

4. Penilaian Kualitas Hidup

Kualitas hidup sangat berhubungan denmgan aspek atau domain yang akan dinilai, yaitu meliputi aspek fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Instrumen penilaian kualitas hidup

(21)

10

yang dapat digunakan adalah WHOQoL. Dalam menilai kualitas hidup pasien perlu diperhatikan beberapa hal yaitu kualitas hidup tersebut terdiri dari beberapa dimensi atau aspek penilaian. Alat ukur untuk menilai kualitas hidup telah banyak dikembangkan oleh para ilmuan yang diguanakan untuk mengukur kualitas hidup pasien-pasien yang menderita penyakit kronik, salah satunya adalah WHOQoL yang berisi 26 buah pertanyaan.

(22)

11 Tabel 2.1

Domain dan aspek yang dinilai dalam WHOQoL

Domain Aspek yang dinilai

Seluruh kualitas hidup dan kesehatan umum 1. Keseluruhan kualitas hidup 2. Kepuasan terhadap kesehatan I. Kesehatan Fisik 1. Nyeri dan ketidaknyamanan

2. Ketergantungan pada perawatan medis

3. Energi dan kelelahan 4. Mobilitas

5. Tidur dan istirahat 6. Aktivitas sehari-hari 7. Kapasitas bekerja II. Kesehatan Psikologis 8. Afek positif

9. Spiritual

10. Berfikir, belajar, memori dan konsentrasi

11. Body image dan penampakan 12. Harga diri

13. Afek negatif III. Hubungan Sosial 14. Hubungan personal

15. Aktivitas seksual 16. Dukungan sosial IV. Lingkungan 17. Keamanan fisik

18. Lingkunagn fisik (polusi, suara, lalulintas, iklim)

19. Sumber keuangan

20. Peluang untuk mendapatkan informasi dan keterampilan 21. Partisipasi dan kesempatan

untuk rekreasi atau aktivitas yang menyenangkan

22. Lingkungan rumah

23. Perawatan kesehatan dan sosial, kemampuan akses dan kualitas 24. Transportasi

(23)

12 2.1.2 Ca Mammae

1. Pengertian Ca Mammae

Cancer adalah sejenis penyakit seperti halnya dengan penyakit-penyakit lain yang dikenal. Penyakit ini dapat diobati dan banyak penderita yang dapat hidup dengan bertahun-tahun, sebenarnya penyakit ini dapat dikontrol dan dikendalikan (manageable and

controllable), tetapi diakui pula ada penderita yang meninggal karena

penyakit ini (Hawari,2004). 2. Etiologi

Menurul Gail & Stuart (2006) tidak ada satupun penyebab spesifik dari Ca Mammae, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, steroid endogen apabila mengalami perubahan dalam lingkunagn seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi Ca

Mammae.

Faktor virus. Invasi virus yang diduga ada pada susu ibu menyebabkan adanya masa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi. Genetik, Ca Mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya linkage genetik autosomal dominan (Pearce,2004)

(24)

13

Bila ada kelainan pada Mammae atau teraba benjolan, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan, yaitu mammografi, pemeriksaan petanda tumor, pemeriksaan USG dan MRI, serta bila diperlukan dari histopatologi (Diananda,2007).

a. Pemeriksaan Mammografi

Pemeriksaan radiologi khusus mengunakan sinar X dosis rendah untuk mendeteksi Ca Mammae sedini mungkin, bahkan sebelum tampak perubahan pada Mammae atau adanya benjolan. Bila pemeriksaan Mammografi dikombinasikan dengan USG akan meningkat ketepatan diagnosis dari 70% menjadi 90%. Skrining dengan Mammografi dianjurkan untuk wanita sehat berusia diatas 35 tahun, wanita dengan resiko tinggi terhadap Ca Mammae, atau wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan Ca.

1) Pemeriksaan lain jika diperlukan seperti USG dan MRI. 2) Pemeriksaan petanda tumor untuk Ca Mammae, seperti Ca

15-3, Mucin-like Carcinoma Antigen (MCA), dan Carcinoembryonic Antigen (CEA)

3) Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, yaitu pemeriksaan jaringan Mammae yang dicurigai Ca dibawah mikroskop, bahkan pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara yaitu biopsi aspirasi, needle biopsy, atau

(25)

14

Pemeriksaan secara histologis dilakukan dengan cara potong beku (frozen section) yang dilakukan pada saat itu juga. Bila hasilnya ganas maka operasi definitip segera dilakukan. 2.1.3 Kemoterapi

1. Definisi

Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen antineoplastik. Obat ini digunakan utama untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Berbeda dengan terapi radiasi dan pembedahan, kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon (UICC, 2009). Rasjidi (2007), kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.

2. Tujuan Penggunaan Kemoterapi

Sudoyo (2009) menyatakan terdapat lima tujuan pemberian kemoterapi pada pengobatan kanker yaitu sebagai obat utama (induksi), sebagai obat tambahan (adjuavan), sebagai obat pendahulu atau obat primer yang mendahului pembedahan (neo-adjuvan), dan sebagai obat yang digunakan secara kombinasi meliputi:

a. Terapi adjuvan: kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersama dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.

(26)

15

b. Terapi neodjuvan: kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.

c. Kemoterapi primer: digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.

d. Kemoterapi induksi: digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.

e. Kemoterapi kombinasi: menggunakan dua atau lebih agen kemoterapi.

3. Cara Pemberian Kemoterapi

Rasjidi (2007), mengemukakan terdapat 5 cara pemberian kemoterapi meliputi:

a. Pemberian per oral

Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16). b. Pemberian secara intra muskulus

Pemberian cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua tiga kali berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra muskulus antara lain bleomicin dan methotrexate.

(27)

16 c. Pemberian secara intravena

Pemberian secara intravena dapat dengan bolus berlahan-lahan atau diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan carapemberian kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan.

d. Pemberian secara intra arteri

Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnosik, mesin atau filter, serta memerlukan ketrampilan tersendiri.

e. Pemberian secara intraperitonial

Cara ini dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter intraperitonial) serta kelengkapan operasi karena pemasangan perlu narkose.

4. Efek Samping Kemoterapi

Ignatavicius (2006), mengemukakan efek samping kemoterapi meliputi, anemia, trombositopenia, leucopenia, mual dan muntah,

alopesia (rambut rontok), stomatitis, reaksi alergi, neurotoksik, dan ekstravasasi (keluarnya obat vesikan atau iritan ke jaringan subkutan

yang berakibat timbulnya rasa nyeri, nekrosis jaringan, dan ulserasi jaringan).

(28)

17 2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.2. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Mardiyaningsih

(2004)

Kualitas Hidup pada Penderita gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, sampel sebanyak 5 pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisis. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Instrument penelitian menggunakan wawancara dengan metode Colaizzi Dimensi fisik mengalami gangguan aktivitas, mobilisasi, sesak nafas. Dimensi psikologi terdapat perasaan sabar, namun ada rasa kecewa, malu Dimensi hubungan sosial yaitu kurang sosialisasi, disfungsi seksual dan butuh dukungan. Dimensi lingkungan: perubahan

(29)

18 ekonomi, butuh informasi, akses kesehatan Rangkuti, (2011) Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Medan

Penelitian berbentuk analitik pendekatan cross sectional. Sampel 64 orang dengan teknik total sampling, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara berdasarkan kuisioner WHO-QOL dan analisa menggunakan Chi-square

Hasil penelitian tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien baik dikaitkan dengan aspek kesehatan fisik (p=0,445), psikologis (p=0,199), hubungan sosial (p=0,750), lingkungan (p=0,374)

(30)

19

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Kristini, P (2013) Hubungan antara

Adekuasi dengan Kualitas Hidup pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Pandan Arang Boyolali

Jenis penelitian adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional sampel penelitian sebanyak 65 pasien dengan hemodialisis teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner kualitas hidup dan penilaian adekuasi pada pasien gagal ginjal kronik. Alat analisis: Chi Square.

Hasil analisis data diperoleh nilai X²= 14,745 dengan p = 0,001. OR = 9,273. Adekuasi yang baik maka kualitas hidup akan meningkat

(31)

20 2.3 Kerangka Teori

Gambar 2. 1. Kerangka Teori

Sumber : Rasjidi (2007), ignatavicius (2006), Hawari,2004, WHOQoL,2004 Pasien Ca Mammae

kemoterapi KUALITAS HIDUP

Cara Pemberian

1) Pemberian per oral 2) Pemberian secara intra

muskulus

3) Pemberian secara intravena

4) Pemeberian secara intra arteri 5) Pemberian secara intraperionial Efek Samping 1. Anemia, 2. Trombositopenia 3. Leucopenia, 4. Mual dan muntah 5. Alopesia 6. Stomatitis 7. Reaksi alergi 8. Neurotoksik 9. ekstravasas Dimensi Fisik 1. Nyeri dan ketidaknyamanan 2. Ketergantungan pada perawatan medis 3. Energi dan kelelahan 4. Mobilitas

5. Tidur dan istirahat 6. Aktifitas sehari-hari 7. Kapasitas bekerja Dimensi Psikologis 1. Afek positif 2. Spiritual 3. Berpikir, belajar, memori dan konsentrasi 4. Body image dan

penampakan 5. Harga diri 6. Afek negatif Dimensi Hubungan Sosial 1. Hubungan personal 2. Aktifitas seksual 3. Dukungan sosial Dimensi Lingkungan 1. Keamanan fisik

2. Lingkungan fisik (populasi, suara, lalu lintas, iklim) 3. Sumber keuangan

4. Peluang untuk mendapatkan informasi dan ketrampilan 5. Partisipasi dan kesempatan

untuk rekreasi atau aktivitas yang menyenangkan 6. Lingkungan rumah 7. Perawatan kesehatan dan

sosial, kemampuan akses dan kualitas

(32)

21 2.4 Fokus Penelitian

Gambar 2.2 Fokus Penelitian

Pasien Ca Mammae Kemoterapi Kualitas Hidup

1. Dimensi Fisik 2. Dimensi Psikologis 3. Dimensi Hubungan Sosial 4. Dimensi Hubungan Lingkungan

(33)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomena dan logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani “phainesthai” yang berarti menampak, dalam bahasa Indonesia berarti cahaya, secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan. Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang esesnsial dari pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, 2009)

Penelitian kualitatif digunakan untuk menggali persepsi, ide atau gagasan dan pikiran tentang topik (permasalahan) atau issue yang sedang berkembang dan menarik yang sama, dara dari peristiwa, permasalahan yang dialami atau realitas sosial untuk dirumuskan ke dalam konsep atau teori, dimana peneliti akan memperoleh gambaran tentang persepsi atau sikap dari sampel yang akan diteliti (Bungin, 2008). Penelitian kualitatif dipilih karena peneliti ingin mengetahui aspek pengalaman manusia yang dinamik dengan pendekatan yang holistik (Moleong, 2005).

(34)

23 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat ditentukan benar-benar menggambarkan kondisi informan yang sesungguhnya. Tempat penelitian adalah tempat interaksi informan dengan lingkungannya yang akan membangun pengalaman hidupnya (Saryono dan Aggraeni, 2010)

3.2.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi. Alasan melakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi ini karena jumlah pasien

Ca Mammae yang cukup banyak, sehingga dapat membantu peneliti

untuk mendapatkan subyek penelitian. 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Juni 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Arikunto, 2006), sementara menurut Nursalam (2005) populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Ca Mammae

(35)

24

yang menjalani kemoterapi pada bulan Oktober – Desember 2014 dengan rata-rata sebanyak 164 orang pasien Ca Mammae.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Nursalam, 2005). Sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti (Arkunto, 2006). Teknik sampling penelitian adalah nonprobability sampling dengan purporsive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan pada tujuan tertentu

dengan memperhatikan ciri-ciri dan karakteristik populasi. Penetepan besar sampel tergantung pada tujuan penelitian dan strategi sampling. Strategi yang dilakukan penelitian adalah menggali informasi yang lebih berdasarkan satu sumber, yang pada akhirnya sumber informasi semakin banyak. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 5 pasien Ca

Mammae.

Bungin (2007) menyatakan pengambilan sampel penelitian kualitatif peneliti tidak berdasarkan banyak sedikitnya jumlah partisipan. Sampel ini berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan gambaran yang dapat dipercaya. Penetuan subyek penelitian mengikuti prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy) yang mengandung pengertian bahwa sampel dipilih berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan topik penelitian dan data dari sampel dapat menggambarkan seluruh fenomena yang terjadi. Pencarian subyek penelitian berakhir jika sudah terjadi

(36)

25

pengulangan dari informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Moloeng, 2007). Kriteria partisipan adalah:

1. Pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi

2. Bersedia menjadi partisipan yang dibuktikan dengan tanda tangan pada lembar persetujuan menjadi partisipan.

3. Mampu berkomunikasi secara verbal dengan baik. 4. Kooperatif.

5. Tidak mengalami gangguan sakit (nyeri) yang dapat menyebabkan terganggunya jalannya penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan panduan wawancara. Pengumpulan data dilakukan secara langsung bertatap muka dengan partisipan, untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara dilakukan mendalam dengan cara berulang-ulang secara kontinyu atau In depth interview terhadap beberapa partisipan yang memenuhi persyaratan untuk dilakukan wawancara, dimana peneliti menggunakan panduan wawancara (Bungin, 2008). Wawancara yang dilakukan dengan partisipan menggunakan panduan wawancara yang berisi

(37)

26

dimensi kualitas hidup meliputi dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi hubungan sosial, dan dimensi lingkungan.

Instrumen lain yang digunakan adalah dokumen, yaitu sejumlah besar data tersimpan dalam bentuk dokumen. Penelitian ini mengambil sumber data dari dokumen rekam medik di Unit kemoterapi RSUD Dr. Moewardi dengan tujuan mengetahui data nama pasien dan lama kemoterapi. Instrumen terakhir adalah observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan data mengenai hal-hal yang dapat dinilai secara obyektif dari partisipan yang meliputi pengungkapan rasa nyeri, mual, mobilisasi, dan perubahan fisik.

3.4.2 Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument itu sendiri. Dalam pengumpulan data juga menggunakan alat pengumpul data antara lain:

1. Pedoman wawancara. Panduan yang digunakan peneliti selama wawancara dengan partisipan, agar wawancara tidak terlepas dari topik penelitian.

2. Lembar catatan lapangan: merupakan contoh tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikir dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moloeng, 2005).

3. Voice recorder: Berupa alat rekam suara yang digunakan saat wawancara berlangsung antara peneliti dan partisipan.

(38)

27

4. Kamera. Berupa alat perekam yang menghasilkan berupa gambar dan dilakukan saat penelitian.

5. Alat tulis merupakan alat yang digunakan peneliti untuk menulis yang dianggap penting sebagai alat bantu mencatat selama proses wawancara berlangsung.

3.4.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan 4 tahap yaitu tahap orientasi, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data dan mengintrepestasikan data hasil analisis.

1. Tahap orientasi

Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin peneliti dari STIKes Kusuma Husada Surakarta yang ditujukan kepada RSUD Dr. Moewardi. Peneliti yang mendapatkan ijin penelitian akan mencari data pasien Ca

Mammae dari rekam medik seperti lama perawatan kemoterapi, usia

pasien, dan jadwal kemoterapi. Peneliti yang sudah mendapatkan data, akan mengunjungi pasien Ca Mammae yang akan melakukan kemoterapi.

Langkah selanjutnya adalah peneliti akan menerangkan maksud dan tujuan penelitian. Apabila pasien Ca Mammae menyatakan setuju menjadi partisipan penelitian, peneliti memberikan lembar informed consent dan pasien menandatangani lembar persetujuan menjadi partisipan, peneliti meminta alamat rumah partisipan, nomor handphone

(39)

28

yang dapat dihubungi agar mempermudah dalam penelitian serta membuat jadwal wawancara.

2. Tahap pelaksanaan

Peneliti yang sudah mendapatkan persetujuan dari partisipan kemudian mengadakan perjanjian waktu untuk melakukan wawancara kepada peneliti. Isi pertanyaan dalam wawancara yang akan dilakukan sudah dipersiapkan sebelumnya dengan mengacu pada teori kualitas hidup. Alat yang digunakan peneliti berupa sebuah alat perekam dari

handphone, dengan kapasitas RAM I GB, dengan kapasitas memory 2 gigabyte sehingga mampu merekam wawancara dengan durasi sampai 1

jam. Peneliti akan membawa perlengkapan seperti alat tulis guna mencatat fenomena partisipan selama proses wawancara seperti gerakan fisik, kelelahan sehingga peneliti berusaha untuk mendapatkan data secara detail dari partisipan.

3. Tahap pengumpulan data

Tahap ini dilakukan dengan mengevaluasi apakah data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis data telah mencukupi. Jika data belum mencukupi, maka peneliti melakukan penelitian akan melakukan pencarian data tambahan untuk melengkapi data penelitian.

(40)

29

Data penelitian berupa hasil wawancara mendalam dengan partisipan, selanjutnya data diintreprestasikan sesuai dengan pengambilan keputusan. Peneliti selanjutnya melakukan cross check data penelitian antara wawancara dengan pasien. Hasil intreprestasi dan analisis data, selanjutnya dituliskan dalam laporan hasil analisis disertai dengan pembahasan, yaitu membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang sesuai.

3.5 Analisis Data

Proses analisis dalam penelitian ini mengunakan langkah-langkah dari Colaizzi (Polit dan Beek, 2006). Alasan pemilihan metode analisa ini didasarkan pada kesesuaian dengan filosofi Husserl, yaitu suatu penampakan fenomena (partisipan), sehingga sangat cocok untuk memahami arti dari suatu makna fenomena ibu dalam menghadapi Ca Mammae. Langkah-langkah analisa sebagai berikut:

3.5.1 Membuat deskripsi informasi tentang fenomena dari informasi dalam bentuk narasi yang bersumber dari wawancara.

3.5.2 Membaca kembali secara keseluruhan deskripsi informasi dari informan untuk memperoleh perasaan yang sama seperti pengalaman informan. Peneliti melakukan 3-4 kali membaca transkip untuk merasa hal yang sama seperti informan.

3.5.3 Mengidentifikasi kata kunci melalui penyaringan pernyataan informan yang signifikan dengan fenomena yang diteliti. Pernyataan-pernyataan

(41)

30

yang merupakan pengulangan dan mengandung makna yang sama atau mirip maka pernyataan ini diabaikan.

3.5.4 Memformulasikan arti dari kata kunci dengan cara mengelompokkan kata kunci yang sesuai pernyataan penelitian selanjutnya mengelompokkan lagi kata kunci yang sejenis. Peneliti sangat berhati-hati agar tidak membuat penyimpangan arti dari pernyataan informan dengan merujuk kembali pada pernyataan informan yang signifikan. Cara yang perlu dilakukan adalah menelaah kalimat satu dengan yang lain.

3.5.5 Mengorganisasikan arti-arti yang telah teridentifikasi dalam beberapa kelompok tema. Setelah tema-tema terorganisir, peneliti memvalidasi kembali kelompok tema tersebut.

3.5.6 Mengumpulkan semua hasil penelitian kedalam suatu narasi yang menarik dan mendalam sesuai dengan topik penelitian.

3.5.7 Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing informan lalu diikut sertakan pada diskripsi hasil akhir penelitian.

3.6 Validitas Data

Validitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan latar, proses, kelompok, sosial, atau pola interaksi yang kompleks. Hasil penelitian naturalistik dipandang memenuhi kriteria ilmiah jika memiliki tingkat kepercayaan tertentu. Menurut Sutopo (2005) tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti

(42)

31

berpegang kepada empat prinsip atau kriteria yaitu: credibility, dependability,

confirmability, trasferability.

3.6.1 Prinsip kredibilitas (credibility) merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian kualitatif dapat dipercaya, dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti melakukan triangulasi, member check, dan wawancara atau pengamatan secara terus-menerus hingga mencapai tingkat redundancy. Secara lebih spesifik, kredibilitas hasil penelitian kualitatif dicapai dengan beberapa cara, yaitu:

1. Peneliti tinggal cukup lama pada situasi penelitian 2. Observasi dialkukan secara berlanjut dan cermat 3. Melihat fenomena dari berbagai sudut pandang 4. Diskusi sejawat

3.6.2 Prinsip dependabilitas (dependability) merujuk pada apakah hasil penelitian ini memiliki keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan cara mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena. 3.6.3 Prinsip konfirmabilitas (confirmability) bermakna keyakinan atas data

penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi prinsip ini peneliti melakukan berbagai cara, yaitu:

1. Mengundang berbagai pihak untuk mendiskusikan temuan dan draf hasil penelitian.

(43)

32

2. Mendatangi berbagai pihak untuk melakukan audit trial, berupa jejak atau sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta melakukan proses kerja secara sistematis dan terdokumentasi, serta memeriksa secara teliti setiap langkah kerja penelitian.

3. Mengkonfirmasikan hasil penelitian dengan para peneliti.

3.6.4 Prinsip transferabilitas (transferability) mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat dijeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi lain.berkaitan dengan penelitian ini, hasilnya tidak secara apriori dapat dijeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian, dengan demikian upaya untuk mentransfer hasil penelitian ini pada situasi yang berbeda sangat mungkin memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu instrument nilai normal yang harus dipatuhi oleh peneliti saat melakukan aktivitas penelitian yang melibatkan partisipan yang meliputi kebebasan dari adanya ancaman. Kebebasan dari adanya eksploitasi keuntungan dari penelitian tersebut, dan resiko ynag didapatkan (Polit dan Hungler,2005). Etika penelitian ini meliputi:

(44)

33

Partisipan diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela. Peneliti memberikan =kebebasan pada partisipan untuk berpartisipasi. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon partisipan mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. Peneliti juga menjelaskan bahwa partisipan penelitian tidak dipngut biaya apapun. Seluruh biaya sudah dutanggung peneliti.

3.7.2 Lembar Persetujuan (Informend Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.

3.7.3 Tanpa Nama (Anonymity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi hanya diberikan kode tertentu, demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.

3.7.4 Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Kerahasiaan partisipan dapat dilakukan dengan member kode partisipan, contoh: partisipan 1 dengan kode P1, partisipan 2 dengan kode P2.

(45)

34 3.7.5 Protection for discomfort

Selama pengambilan data penelitian, peneliti member kenyamanan pada partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan partisipan. Diharapkan untuk mengungkapkan masalah yang dialami. Penelitian dilakukan di rumah partisipan mengingat penelitian tidak mungkin dilakukan pada saat partisipan melakukan kemoterapi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini peneliti menyajikan mengenai hasil penelitian mengenai kualitas hidup pasien Ca. Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Peneliti akan menggambarkan kualitas hidup pasien Ca. Mammae ditinjau dari dimensi kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan social, dan dimensi lingkungan. Hasil penelitian diuraikan menjadi tiga bagian yaitu gambaran lokasi

(46)

35

penelitian, karakteristik partisipan menjelaskan karakteristik partisipan yang terlibat dalam penelitian secara singkat, dan menguraikan hasil tematik tentang kualitas hidup partisipan.

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang terletak di Jalan Kolonel Sutarto No. 132 Kelurahan Jebres Surakarta. RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit tipe A yang memiliki sertifikasi terakreditasi untuk 16 pelayanan dengn moto “Kami senang melayani anda dengan cepat, tepat, nyaman dan mudah”.

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1 Partisipan 1

Partisipan 1 adalah Ny. S yang berumur 30 tahun. Saat ini Ny. S beralamat di Desa Sunggingan Kabupaten Boyolali. Ny. S bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Banyudono Boyolali. Saat ini Ny. S sudah tidak memiliki suami atau janda dan tinggal di rumahnya bersama anaknya yang belum menikah.

(47)

36

Partisipan 2 adalah Ny. K yang berumur 40 tahun. Saat ini Ny. K bertempat tinggal di Kota Sragen. Pekerjaan ny K adalah karyawan swasta. Ny. K tinggal bersama suami dan anaknya yang masih kecil. Kondisi Ca. Mammae ny K sudah mencapai stadium III dan Ny. K telah menjalani operasi benjolan kecil pada mamae. Secara keseluruhan kondisi kesehatan ny K kurang baik.

4.2.3 Partisipan 3

Partisipan 3 adalah Ny. RN yang berumur 40 tahun. Saat ini Ny. RN tinggal di Kampung Sewu Surakarta. Ny. RN tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Suami Ny. RN bekerja sebagai satpam di salah satu pertokoan di Surakarta. Sehari-hari sebelum menderita Ca. Mammae aktivitas Ny. RN adalah mengelola warung makan miliknya sendiri, setelah menderita Ca. Mammae Ny. RN beraktivitas membuat makanan dan menitipkannya pada warung makan disekitar rumahnya.

4.2.4 Partisipan 4

Partisipan 4 adalah Ny. T yang berumur 30 tahun. Ny T saat ini tinggal di Mojosongo Surakarta bersama suami dan anaknya. Ny. T merupakan seorang PNS di Kecamatan Kota Surakarta. Ca. Mammae yang dialami oleh Ny. T masih stadium awal sehingga Ny. T belum menjalani operasi dan pengobatan Ca. Mammae dilakukan dengan kemoterapi.

(48)

37

4.3.1. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari Dimensi Kesehatan Fisik

a. Rasa Nyeri

Rasa nyeri merupakan salah satu sakit yang dialami oleh pasien Ca. Mammae. Rasa nyeri yang dirasakan oleh partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.

Ketika belum operasi nyeri setiap saat dan berkepanjangan (P1) Rasa nyeri datang tiba-tiba dan dalam durasi yang banyak, kadang sehari bisa berulang-ulang (P2)

Sebelum operasi nyeri tidak tentu, tetapi sering dan durasinya panjang (P3)

Sengkring-sengkring kaya kesetrum, lama-lama cenut-cenut (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien Ca. Mammae adalah (1) rasa nyeri setiap saat, (2) frekuensinya sering, (3) durasinya panjang, (4) terasa seperti kena strum, dan (5) cenut-cenut.

Selanjutnya rasa nyeri yang dirasakan oleh partisipan berkurang setelah menjalani kemoterapi sebagaimana dikemukakan oleh para partisipan sebagai berikut.

Setelah kemoterapi mengalami penurunan yang sangat banyak (P1) Setelah kemoterapi ada penurunan rasa nyeri (P2)

(49)

38

Setelah kemoterapi menurun (P3) Terjadi penurunan nyeri (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien Ca. Mammae menurun setelah dilakukan proses kemoterapi.

b. Perasaan Lelah

Timbulnya perasaan lelah merupakan salah satu efek yang dialami pasien setelah menjalani kemoterapi. Perasaan lelah yang dirasakan oleh partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.

Lelah mbak, tetapi saya berpikir bahwa ini untuk kesembuhan saya kan? Ya harus sabar, terus anak-anak rajin menemani saya jadi saya bersemangat mbak (P1)

Lelah mbak, kadang rumaos males menawi bade kemoterapi, soale bar niku rasane awal kesel, terus bade maem niku kok yo males (P2) Lelah mbak, saya itu kadang-kadang malas kalau mau kemoterapi, soalnya setelah kemo biasanya saya merasa lelah, terus mau makan itu kok ndak nafsu ya, kadang terasa lapar, tapi kalau sudah memegang nasi, terus ndak nafsu makan (P3)

Ya itu masalahnya mbak, saya ini kalau habis kemoterapi rasanya awal meriang ndak enak semua, ndak nafsu makan, terus sudah tidur. Jadi badan saya terasa sangat lelah. (P4)

(50)

39

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa semua partisipan mengalami rasa lelah setelah menjalani kemoterapi. Perasaan lelah tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu (1) nafsu makan turun, (2) badan pegal-pegal, (3) badan meriang, dan (4) sudah tidur.

c. Aktivitas Sehari-hari

Salah satu dampak dari penyakit Ca. Mammae yang dialami oleh partisipan adalah gangguan aktivitas sehari-hari. Gangguan aktivitas sehari-hari yang dirasakan oleh partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.

“Sebelum operasi aktivitas sehari-hari terganggu, setelah operasi dan kemoterapi saat ini sudah kembali beraktivitas seperti biasa” (P1) Terganggu, urusan rumah tangga sudah ditangani oleh suami (P2) Sebelum operasi sangat mengganggu, sekarang sudah mulai berangsur normal (P3)

Aktivitas sehari-hari terganggu (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa semua partisipan mengalami gangguan dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari.

d. Pola dan Jam Tidur

Timbulnya rasa nyeri pada pasien Ca. Mammae menganggu pola tidur pasien Ca. Mammae serta menurunkan jam tidur pasien Ca.

(51)

40

Mammae. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh empat partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.

“Sebelum operasi sangat terganggu, sering terjaga di malam hari, saat ini sudah sangat berkurang” (P1)

Terganggu, sebab ketika muncul rasa nyeri pasti terbangun (P2) Terganggu (P3)

Berubah, sering terjaga (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa semua partisipan mengalami gangguan pola tidur dan penurunan jumlah jam tidur setelah mengelami Ca. Mammae.

4.3.2. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari Dimensi Kesehatan Psikologi

a. Penerimaan Diri

Diagnosa Ca. Mammae yang dialami oleh pasien Ca. Mammae serta dengan adanya proses pengobatan yang cukup panjang dan melelahkan akan berpengaruh pada penerimaan diri pasien Ca. Mammae terhadap kondisinya. Penerimaan diri yang dialami oleh keempat partisipan dalam penelitian ini ternyata tidak sama, terdapat tiga partisipan yang sudah mau menerima keadaan dirinya dan satu lainnya belum dapat menerima.

Gambaran penerimaan diri ketiga partisipan sebagaimana hasil wawancara berikut.

(52)

41

Awalnya sedih, tetapi berkat dukungan anak-anaknya, sekarang sudah dapat menerima dan sabar menjalani pengobatan (P1)

Berusaha untuk menerima, hal tersebut ditunjukkan dengan kesabarannya berusaha untuk mencari pengobatan (P2)

Menerima dengan ikhlas (P3)

Berdasarkan pernyataan ketiga partisipan dapat disimpulkan bahwa rasa penerimaan diri didasarkan kepada adanya faktor pendukung yang baik dari anggota keluarga serta faktor dorongan dari dalam diri responden yaitu adanya sikap ikhlas dalam menerima cobaan.

Sedangkan satu orang partisipan yaitu partisipan nomor empat belum dapat menerima sepenuhnya kondisinya dengan sebagaimana petikan wawancara berikut.

Belum bisa menerima sepenuhnya, karena merasa punya anak kecil

(P4)

Berdasarkan pernyataan partisipan keempat tersebut menunjukkan faktor yang membuat partisipan belum menerima kondisinya saat ini karena adanya pikiran atau pertimbangan tentang keadaan anggota keluarganya yaitu anaknya yang masih kecil.

b. Hal yang Mendukung (Menggembirakan)

(53)

42

serta proses pengobatan yang dijalani tentunya berdampak pula terhadap perubahan sikap keluarga kepada pasien. Perubahan sikap tersebut disatu sisi dapat menjadi pendorong atau faktor penggembira dari pasien.

Berdasarkan hasil wawancara ternyata dua partisipan menyatakan tidak memiliki hal yang mendukung atau menggembirakan terhadap kondisinya saat ini. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh dua partisipan sebagai berikut.

Menawi seneng ngeh mboten wonten mbak, rasane sedih, kulo kepiringan awak kulo pripun niki sak teruse.(Kalau sedang yang tidak mbak, saya selalu memikirakan anak saya ini bagaimana nanti kehidupannya). (P2)

Ya ndak ada mbak, saya itu sering sedih sendiri mbak, soalnya saya selalu kepikiran anak saya, kalau suami saya banyak membantu dan mendorong saya, tapi saya sendiri yang banyak kepikiran mbak. (P4)

Hasil jawaban partisipan pertama dan keempat menunjukkan bahwa kesedihan yang dialaminya disebabkan kedua partisipan selalu memikirkan dan mengkhawatirkan keadaan anaknya.

Selanjutnya dua partisipan lainnya mengungkapkan adanya kegembiraan yang dialaminya saat ini sebagaimana disebutkan dalam hasil wawancara berikut.

(54)

43

pengobatan saya (P1)

Dulu sedih, sekarang dengan adanya peningkatan kesehatan menjadi bergembira. (P3)

Hasil jawaban partisipan pertama dan ketiga menunjukkan bahwa kegembiraan yang dialami oleh partisipan yaitu adanya dukungan dari anak-anak partisipan serta adanya peningkatan kondisi kesehatan yang dialami selama pengobatan.

c. Perilaku Mendekatkan Diri Kepada Tuhan

Perilaku mendekatkan diri kepada Tuhan adalah tindakan-tindakan atau aktivitas yang dilakukan pasien Ca. Mammae yang berupa tindakan ibadah yang khusus dilakukan berhubungan dengan penyakitnya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa keempat partisipan setelah mendapatkan diagnosa Ca. Mammae semuanya berperilaku lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, hal tersebut sebagaimana ditampilkan dalam petikan wawancara sebagai berikut.

Ya, semakin dekat dan banyak berdoa” (P1)

Lebih mendekatkan diri dengan melakukan sholat malam (P2) Ya, sekarang rajin beribadah (P3)

Berusaha untuk selalu mendekatka diri kepada Tuhan (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa semua partisipan memiliki perilaku lebih mendekatkan diri kepada Tuhan setelah mengalami diagnosa penyakit Ca. Mammae

(55)

44

serta pada proses pengobatan. Kedekatan diri pasien Ca. Mammae kepada Tuhan bertujuan untuk meminta doa kepada Tuhan, serta meminta diberi kesabaran dalam menjalani cobaan yang mereka hadapi saat ini.

d. Kesulitan Konsentrasi

Kesulitan konsentrasi pada pasien Ca. Mammae disebabkan adanya rasa nyeri atau sakit yang diderita pasien Ca. Mammae. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh empat partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.

“Ketika sebelum operasi sangat terganggu, sekarang sudah membaik”

(P1)

Ya mengalami kesulitan konsentrasi sehingga menganggu pekerjaan

(P2)

Ya ada gangguan konsentrasi (P3) Ada kesulitan (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa semua partisipan mengalami gangguan konsentrasi setelah mengelami Ca. Mammae.

e. Persepsi tentang Citra Diri (Body Image)

Dampak yang dialami oleh pasien Ca. Mammae antara lain adalah perubahan pada bentuk tubuh bisa berupa tubuh menjadi kurus, adanya kehilangan bagian anggota butuh bila sudah dioperasi, serta

(56)

45

dampak-dampak lain selama menjalani kemoterapi seperti rambut rontok. Dampak yang dialami oleh pasien Ca. Mammae yang berhubungan dengan kondisi fisik atau tubuhnya tentunya akan berhubungan dengan persepsi pasien Ca. Mammae terhadap citra diri (body image) pasien Ca. Mammae. Selanjutnya persepsi partisipan terhadap citra diri atau body image adalah sebagai berikut.

“Saat ini sudah tidak, karena tetangga sudah tahu dan tidak perlu malu (P1)

Awalnya merasa malu karena badan semakin kurus, sekarang sudah terbiasa (P2)

Karena merasa sudah tua, maka perasaan terhadap citra diri diabaikan (P3)

Belum ada perubahan, sebab belum operasi dan benjolan kecil (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa semua partisipan saat ini tidak mengalami dengan persepsi citra diri, beberapa faktor yang menyebabkan citra diri keempat partisipan masih baik adalah faktor sudah terbiasa, faktor usia yaitu merasa sudah tua sehingga tidak citra diri sudah diabaikan, dan belum adanya perubahan bentuk tubuh karena penyakit yang diderita belum lama. f. Perasaan Sedih terhadap Proses Pengobatan

(57)

46

pengobatan awal, operasi hingga kemoterapi memerlukan waktu yang lama, sehingga menyebabkan pasien Ca. Mammae harus banyak menghabiskan waktunya untuk proses pengobatan tersebut. Proses pengobatan yang cukup lama tersebut berdampak pada timbulnya perasaan sedih yang dialami oleh pasien Ca. Mammae dalam proses pengobatan.

Perasaan sedih yang dialami pasien Ca. Mammae dalam proses pengobatan sebagaimana diungkapkan oleh keempat partisipan sebagai berikut.

Perasaan sedih ada, karena khawatir proses pengobatannya mengganggu aktivitas kerja anaknya (P1)

Merasa sedih, karena memikirkan keberlangsungan kehidupan anggota keluarga lainnya (P2)

Sebelum operasi merasa sedih sebab proses pengobatannya yang dahulu digunakan tidak ada dampaknya, setelah operasi dan banyak peningkatan kondisi kesehatan menjadi lebih bersemangat (P3)

Sedih, karena memikirkan anak (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa semua partisipan mengalami perasaan sedih selama pengobatan. Faktor yang membuat mereka sedih adalah kekhawatiran terhadap proses pengobatan Ca. Mammae tersebut mengganggu aktivitas atau keadaan rumah tangga. Hal ini disebabkan semua

(58)

47

partisipan adalah ibu yang masih memiliki tanggungan anak baik yang sudah besar maupun masih kecil.

Sedangkan pada hasil wawancara tersebut terdapat satu partisipan yang menyatakan bahwa walaupun awalnya sedih, namun dengan adanya peningkatan kesehatan dirinya menyebabkan dirinya menjadi bergembira dan bersemangat dalam menjalani proses pengobatan.

4.3.3. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari Dimensi Hubungan Sosial

a. Hubungan Emosional dengan Suami

Adanya diagnosa Ca. Mammae serta proses pengobatan yang dilakukan oleh pasien Ca. Mammae tentunya akan berdampak pada adanya perubahan perilaku atau emosional anggota keluarga terhadap pasien, salah satunya adalah suami pasien Ca. Mammae. Dalam penelitian ini terdapat tiga orang partisipan yang masih memiliki suami, dari ketiga partisipan tersebut mengungkapkan perubahan hubungan emosional dengan suaminya setelah didiagnosa Ca. Mammae dan proses pengobatan Ca. Mammae sebagaimana ditampilkan pada hasil wawancara sebagai berikut.

Hubungan secara emosional dengan suami semakin dekat (P2)

Secara keseharian atau emosional lebih dekat, sebab suami sering menemani ketika menjalani pengobatan (P3)

(59)

48

Hubungan emosional baik, dekat (P4)

Berdasarkan pernyataan ketiga partisipan dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan hubungan emosional pasien Ca. Mammae dengan suami, dimana ketiga partisipan menyatakan bahwa hubungan emosional mereka dengan suami semakin baik atau semakin dekat. b. Hubungan Seksual dengan Suami

Perubahan kondisi kesehatan dan bentuk tubuh pasien Ca. Mammae berdampak pada perubahan pola hubungan seksual pasien Ca. Mammae dengan suami. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh ketiga partisipan dalam hasil wawancara sebagai berikut.

Kulo ngeh bingung mbak, kulo jane isin kaleh bojo kulo soale awak kulo niki lemas, terus bentuke lak ngeh mboten enak disawang to mbak, tapi kadang-kadang ngeh pripun jenenge bebojoan kan ngeh butuh hubungan suami istri, tapi malah bojo kulo sing sabar sanjang ampun mikir sing ngoten-ngoten. (saya juga bingung mbak, saya sebenarnya malu sama suami karena badan saya lemas, terus bentuk tubuh saya sudah tidak enak dipandang, tapi saya juga berpikir bahwa juga harus berhubungan layaknya suami istri karena saya dan suami adalah suami istri, tapi justru suami saya yang sabar dan bilang jangan memikirkan hal itu dulu (P2)

Kalau hubungan suami istri pas sakit dulu saya ndak mau mbak, soalnya saya malu sama suami. Terus sekarang setelah operasi dan

(60)

49

sudah sembuh, pernah beberapa kali mencoba, tapi saya ya tidak menikmati mbak, saya cuma khawatir kalau suami tidak saya layani bagaimana? (P3)

Alhamdulillah saat ini ndak begitu terganggu mbak, soalnya secara fisik saya belum ada perubahaan yang berbeda banyak. Cuma kadang kalau pas nyerinya datang saya malam nglayani suami, yang kadang suami terus kesal begitu (P4)

Hasil jawaban partisipan menunjukkan dua orang partisipan yaitu nomor dua dan tiga menyatakan mengalami gangguan dalam aktivitas seksual, hal tersebut disebabkan adanya rasa lemas yang dialami oleh partisipan serta rasa malu terhadap bentuk tubuh yang sudah berubah. Namun walaupun demikian kedua partisipan menyatakan berusaha untuk melayani kebutuhan seksual suami karena demi kepentingan keluarga. Sedangkan satu partisipan yaitu nomor 4 menyatakan belum mengalami masalah dalam hubungan seksual karena belum mengalami perubahan bentuk tubuh yang mencolok, sehingga masih memiliki kepercayaan diri untuk berhubungan seksual dengan suami.

c. Peran Anggota Keluarga Lain terhadap Proses Pengobatan

Peran anggota keluarga lain dalam proses pengobatan pasien Ca. Mammae pada keempat partisipan ditampilkan pada hasil wawancara sebagai berikut.

Gambar

Tabel 2.2. Keaslian Penelitian
Gambar 2. 1. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Judul laporan akhir ini adalah Penerapan Sistem E-Correspondence pada Unit SPRM (Strategic Planning & Risk Management) PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih. Tujuan dari studi

Meskipun dalam beberapa penelitian menganggap merek berbeda dengan nama perusahaan dan merupakan sesuatu yang terpisah dan fungsinya saling menguatkan (Ghosh & Ho Ho,

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dimensi kualitas pelayanan yang menjadi alasan konsumen untuk memilih bengkel resmi sepeda motor Honda dan bengkel sepeda motor

Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “ Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum 2013 Pada Sub Tema Hewan

Kajian mendapati bahawa responden bersetuju e-modul yang dibangunkan dapat membantu pelajar dalam proses pembelajaran carta kawalan X-Bar dan R berdasarkan kepada aspek isi

Hasil penelitian ini menyimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio strategi aktif dengan strategi pasif menurut Treynor dan jensen. Serta tidak

Hariandja, 2005, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Cetakan ke VII PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.. Hasibuan, Syaiful 2007, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tentu algoritma di atas dapat menyelesaikan masalah untuk menghancurkan tank Maus, tapi saya yakin tidak semua orang ingin menggunakan metode yang telah ditemukan oleh algoritma