• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Algorithma Apriori dalam Menganalisa Perilaku Mahasiswa dalam Memilih Mata Kuliah (Studi Kasus: FKIP UPI “YPTK”)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan Algorithma Apriori dalam Menganalisa Perilaku Mahasiswa dalam Memilih Mata Kuliah (Studi Kasus: FKIP UPI “YPTK”)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ALGORITHMA APRIORI DALAM

PENGGUNAAN ALGORITHMA APRIORI DALAM

MENGANALISA PRILAKU MAHASISWA DALAM MEMILIH

MENGANALISA PRILAKU MAHASISWA DALAM MEMILIH

MATA

MATA KULIAH

KULIAH ( STU

( STUDI KA

DI KASUS

SUS

: FKIP UPI “YPTK”: FKIP UPI “YPTK”

))

 SA

 SAR

RJJON DE

ON DE FF II T

T

 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indo

 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia “YPTK”nesia “YPTK”  E-mail :

 E-mail : sarjond@yahoo.co.uk sarjond@yahoo.co.uk

 A

 AB

BST

STR

RAK

AK

 Algoritma

 Algoritma Apriori Apriori merupakan merupakan salah salah satu satu algoritma algoritma dalam dalam data data miningmining untuk jenis rule asosiasi. Dalam penelitian ini, Apriori digunakan untuk untuk jenis rule asosiasi. Dalam penelitian ini, Apriori digunakan untuk menganalisa prilaku mahasiswa dalam memilih mata kuliah. Pengujian telah menganalisa prilaku mahasiswa dalam memilih mata kuliah. Pengujian telah dilakukan menggunakan data mahasiswa Program Studi teknik Informatika dan dilakukan menggunakan data mahasiswa Program Studi teknik Informatika dan  Komputer

 Komputer FKIP FKIP UPI UPI “YPTK” “YPTK” Padang. Padang. Hasil Hasil pengujian pengujian memperlihatkan memperlihatkan bahwabahwa algoritma Apriori dapat menghasilkan rule asosiasi yang diinginkan dan algoritma Apriori dapat menghasilkan rule asosiasi yang diinginkan dan  selanjutnya

 selanjutnya digunakan digunakan untuk untuk menganalisa menganalisa prilaku prilaku mahasiswa mahasiswa dalam dalam memilihmemilih mata kuliah.

mata kuliah.

Kata Kunci: Data Mining, Rule Asosiasi, Apriori, Mata Kuliah Kata Kunci: Data Mining, Rule Asosiasi, Apriori, Mata Kuliah

 A

 AB

BST

STR

RAC

AC T

T

 Apriori

 Apriori algorithm algorithm is is one one of of algorithms algorithms in in data data mining mining for for rule rule association.association.  In

 In this this research, research, Apriori Apriori algorithm algorithm is is used used to to analyze analyze student’s student’s behavior behavior inin  sel 

 sel ection subjects. Testing has been conducted by using student’s data ofection subjects. Testing has been conducted by using student’s data of  Information

 Information Technology Technology Program Program Study, Study, FKIP-YPTK FKIP-YPTK Padang. Padang. The The result result showsshows that Apriori algorithm can generate association rules required to analyze that Apriori algorithm can generate association rules required to analyze  student’s behavior in selecting subjec

 student’s behavior in selecting subjects.ts.

Keywords: Data Mining, Association Rules, Apriori, Subject Keywords: Data Mining, Association Rules, Apriori, Subject 1.

1. PENDAHULUANPENDAHULUAN  Data Mining 

 Data Mining  merupakan proses merupakan proses iteratif dan interaktif untuk iteratif dan interaktif untuk menemukan pola atau model baru menemukan pola atau model baru yang sempurna, bermanfaat dan yang sempurna, bermanfaat dan dapat di mengerti dalam suatu dapat di mengerti dalam suatu database yang sangat besar (Fajar, database yang sangat besar (Fajar, A.H.

A.H. 2013, 2013, Kusrini Kusrini & & Emha, Emha, T.L.T.L. 2009) Berbagai metode atau 2009) Berbagai metode atau algoritma yang diterapkan

algoritma yang diterapkan datadata

mining.

mining.  Salah satu metode  Salah satu metode datadata mining

mining untuk menghasilkan bentukuntuk menghasilkan bentuk  pola

 pola yang yang dihasilkandihasilkan data mining data mining  adalah

adalah Association  Association Rule. Rule. AssociationAssociation  Rule

 Rule  dikenal juga sebagai salah satu  dikenal juga sebagai salah satu teknik dasar pada

teknik dasar pada data miningdata mining yangyang digunakan untuk menemukan pola digunakan untuk menemukan pola dari sekumpulan data.

dari sekumpulan data. Untuk menemukan

Untuk menemukan associationassociation rule

(2)

yang digunakan, salah satunya adalah algoritma Apriori karena algoritma Apriori termasuk jenis aturan asosiasi pada data mining. Penerapan algoritma Apriori sudah digunakan seperti analisis keranjang  belanja, transaksi penjualan,  penyusunan buku perpustakaan, menampilkan informasi tingkat kelulusan, dan pemilihan program studi, serta perancangan sistem informasi dengan algoritma apriori.

Dengan kondisi Perguruan Tinggi yang menggunakan sistem SKS, maka pemilihan mata kuliah sangat penting karena berkaitan dengan bidang minat dan  pengambilan tugas akhir mahasiswa tersebut, Namun mahasiswa selalu mengalami pertimbangan yang sulit dalam memilih mata kuliah karena disamping perlunya mempelajari  prasyarat pengambilan mata kuliah, tujuan dan fungsi mata kuliah yang akan di pilih, serta kesesuaian bidang minat dengan program studi dari  jurusan yang ada. Oleh karena itu,  perlu dilakukan analisa pola  pemilihan mata kuliah.

Dengan memanfaatkan data Kartu Rencana Studi (KRS) sebagai sumber data yang akan digunakan kedalam proses algoritma Apriori, akan dapat diketahui pola pemilihan mata kuliaht. Studi kasus ini sangat diperlukan sehingga dapat diketahui kecenderungan prilaku mahasiswa dalam memilih mata kuliah yang sesuai dengan bidang minat ataupun yang tidak sesuai dengan bidang minat yang diharapkan dan dapat diketahui tingkat keyakinan mahasiswa secara berkelompok

maupun secara perorangan dalam memilih mata kuliah.

Dari uraian diatas, dalam jurnal ini, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “ Penggunaan  Algoritma Apriori Dalam  Menganalisa Prilaku Mahasiswa  Dalam Memilih Mata Kuliah”

2. LANDASAN TEORI 2.1 Data Mining

 Data mining   adalah  penambangan atau penemuan informasi baru dengan mencari pola atau aturan tertentu dari sejumlah data yang sangat besar (Beta, N., &  Nurdin, B. 2010, Sani, S., & Dedy,

S. 2010).

 Data mining sering juga disebut knowledge discovery in database (KDD), adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan,  pemakaian data historis untuk

menemukan keteraturan, pola atau hubungan dalam set data berukuran  besar. Keluaran dari data mining ini  bisa dipakai untuk memperbaiki  pengambilan keputusan di masa depan. Sehingga istilah  pattern recognition sekarang jarang digunakan karena termasuk bagian dari data mining (Budi, S. 2007).

 Knowledge Discovery in  Database  (KDD) adalah penerapan metode saintifik pada data mining . Dalam konteks ini data mining  merupakan satu langkah dari proses KDD (Fajar, A.H. 2013, Randy, O.P. 2012). Menurut Turban dalam  bukunya yang berjudul ” Decision Support Systems and   Intelligent Systems”, data mining adalah suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan penemuan pengetahuan

(3)

di dalam basis data.  Data mining adalah proses yang menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi informasi yang  bermanfaat dan pengetahuan yang terkait dari berbagai basis data besar (Goldie, G., & Dana, I.S. 2012).

2.2 Rule Asosiasi

 Association rules merupakan salah satu metode yang bertujuan mencari pola yang sering muncul diantara banyak transakasi, dimana setiap transaksi terdiri dari beberapa item.

Pada transaksi yang terdapat item X terdapat kemungkinan ada item Y juga didalamnya, di notasikan X   Y, dimana X dan Y adalah disjoint itemset, dinotasikan X Y, kumpulan dari transaksi-transaksi ini disebut dengan itemset, yang di notasikan dengan Ik (k=1, 2, ... m).

Jika terdapat itemset, yang mempunyai item sebanyak k, maka disebut dengan k-itemset (Nugroho, W., Rully, A.H., & Ahmad, M. 2012).

 Associantion rule  ini akan menghasilkan rule yang menggunakan seberapa besar hubungan antar X dan Y, dan diperlukan dua ukuran untuk rule ini, yakni support dan confidence. Support merupakan kemungkinan X dan Y muncul bersamaan yang dinotasikan:

Sedangkan confidence merupakan kemungkinan munculnya Y ketika X  juga muncul, dinotasikan:

Langkah  pertama pada association rule adalah menghasilkan semua itemset yang memungkinkan dengan kemungkinan  itemset   yang muncul dengan m-item adalah 2m. Karena  besarnya komputasi untuk menghitung  frequent itemset, yang membandingkan setiap kandidat itemset dengan setiap transaksi, maka ada beberapa pendekatan untuk mengurangi komputasi tersebut, salah satunya dengan algoritma apriori.

Analisis asosiasi atau association rule mining adalah teknik data mining untuk  menemukan aturan asosiasi antara suatu kombinasi item.  Interestingness measure yang dapat digunakan dalam data mining adalah (Goldie, G., & Dana, I.S. 2012) : a. Support , adalah suatu ukuran

yang menunjukkan seberapa  besar tingkat dominasi suatu item atau itemset dari keseluruhan transaksi.

b. Confidence, adalah suatu ukuran yang menunjukkan hubungan antar dua item secara conditional (berdasarkan suatu kondisi tertentu).

Metodologi dasar analisis asosiasi terbagi menjadi 2 tahap, yakni melakukan analisa pola frekuensi tinggi ( frequent pattern)

(4)

dan berikutnya adalah proses  pembentukan aturan asosiasi.

Permasalahan association rule dapat dikomposisikan menjadi dua sub masalah, yaitu (Magdalena, K., Dhinta, D., & Dana, S.K. 2007, Dana, S.K., Moch.A.B., & Dhinta, D. 2003) :

a. Penemuan semua item-item, yang disebut  frequent-itemset, yang support-nya lebih besar daripada minimum support. b. Gunakan  frequent-itemset

untuk membangkitkan aturan yang diinginkan. Idenya adalah, katakan, ABCD dan AB sering muncul dalam transaksi, maka aturan AB akan dipenuhi jika  perbandingan antara  support (ABCD) terhadap  support (AB) minimum sebesar minimum confidence. Semua rule akan mempunyai minimum  support karena ABCD sering

muncul dalam transaksi.

Setelah memilih dataset dan menentukan nilai minimum support dan minimum confidence yang akan digunakan dalam proses, baru dilakukan proses perhitungan association rule. Setelah selesai  proses perhitungan selesai, sistem akan menampilkan rule yang dihasilkan dan nilai confidencenya (Eko, W.T.D. 2008).

2.3 Algorithma Apriori

Algoritma Apriori adalah suatu algoritma dasar yang diusulkan oleh Agrawal & Srikant pada tahun 1994 untuk penentuan  frequent itemsets

untuk aturan asosiasi boolean (Goldie, G., & Dana, I.S. 2012).

 Apriori adalah suatu algoritma yang sudah sangat dikenal dalam melakukan pencarian  frequent itemset   dengan menggunakan teknik association rule. Algoritma  Apriori menggunakan knowledge mengenai  frequent itemset  yang telah diketahui sebelumnya, untuk memproses informasi selanjutnya. Pada algoritma  Apriori untuk menentukan kandidat kandidat yang mungkin muncul dengan cara memperhatikan minimum support (Erwin. 2009).

Adapun dua proses utama yang di lakukan dalam algortima Apriori, yaitu:

a.  Join (penggabungan)

Pada proses ini setiap item dikombinasikan dengan item yang lainnya sampai tidak  berbentuk kombinasi lagi.  b.  Prune (Pemangkasan)

Pada proses ini, hasil dari item yang telah dikombinasikan tadi lalu dipangkas dengan menggunakan minimum  support yang telah ditentukan

oleh user.

Walaupun algoritma Apriori mudah untuk dipahami dan dimplementasikan dibandingkan dengan algoritma lainnya yang memang diterapkan untuk proses association rule, akan tetapi algoritma  Apriori  juga memiliki kekurangan yaitu, untuk melakukan  pencarian frequent itemset, algoritma  Apriori harus melakukan  scanning database  berulang kali untuk setiap kombinasi item. Hal tersebut menyebabkan banyaknya waktu yang dibutuhkan utnuk melakukan

(5)

 scanning database. Selain itu, dibutuhkan  generate candidate yang  besar untuk mendapatkan kombinasi

item dari database.

 Algoritma apriori  termasuk  jenis aturan asosiasi pada data mining . Selain apriori, yang termasuk pada golongan ini adalah metode Generalized Rule Induction dan  Algoritma Hash Based. Aturan yang menyatakan asosiasi antara  beberapa atribut sering disebut affinity analysis atau market analysis. Analisa asosiasi atau association rule minig adalah teknik data mining untuk menemukan aturan asosiatif antara suatu kombinasi item (Kusrini & Emha, T.L. 2009, Yogi, Y.W., F. Rian, P., & Gerry, T. (2006).

Algoritma  Apriori dibagi menjadi beberapa tahap yang disebut iterasi. Tiap iterasi menghasilkan  pola frekuensi tinggi dengan  panjangyang sama dimulai dari pass  pertama yang menghasilkan pola frekuensi tinggi dengan panjang satu. Di iterasi pertama ini,  support dari setiap item dihitung dengan men- scan database.  Setelah  support dari setiap item kandidapat, item yang memiliki  support diatas minimum  support dipilih sebagai pola frekuensi tinggi dengan panjang 1 atau sering disingkat 1-itemset. Singkatan k-itemset berarti satu set yang terdiri dari k item (Beta, N., &  Nurdin, B. 2010, Kusrini & Emha,

T.L. 2009).

Iterasi kedua menghasilkan 2-itemset yang tiap set-nya memiliki dua item. Pertama dibuat kandidat 2-itemset dari kombinasi semua 1-itemset. Lalu untuk tiap kandidat 2-itemset

ini dihitung  support-nya dengan men- scan database. Support disini artinya jumlah transaksi dalam database yang mengandung kedua item dalam kandidat 2-itemset. Setelah  support dari semua kandidat itemset didapatkan, kandidat 2-itemset yang memenuhi syarat minimum  support dapat ditetapkan sebagai 2-itemset yang juga merupakan pola frekuensi tinggi dengan panjang 2.

Untuk selanjutnya pada iterasi ke-k dapat dibagi lagi menjadi  beberapa bagian:

1. Pembentukan kandidat itemset Kandidat itemset dibentuk dari kombinasi (k-1)-itemset yang didapat dari iterasi sebelumnya. Satu ciri dari algoritma  Apriori adalah adanya pemangkasan kandidat k-itemset yang subnet-nya yang berisi k-1 item tidak termasuk dalam pola frekuensi tinggi dengan panjang k-1

2. Penghitungan support dari tiap kandidat k-itemset Support dari tiap kandidat k-itemset didapat dengan men- scan database untuk menghitung jumlah transaksi yang memuat semua item di dalam kandidat k-itemset tersebut. Ini adalah  juga ciri dari algoritma Apriori dimana diperlukan perhitungan dengan scan seluruh database sebanyak k-itemset terpanjang. 3. Tetapkan pola frekuensi tinggi

Pola frekuensi tinggi yang memuat k item atau k-itemset ditetapkan dari kandidat k-itemset yang support-nya lebih  besar dari minimum support.

(6)

Bila tidak didapat pola frekuensi tinggi baru maka seluruh proses dihentikan. Bila tidak, maka k ditambah satu dan kembali ke bagian 1.

Apabila dituliskan dalam  bentuk pseudocode, algoritma apriori adalah sebagai berikut (Leo, W.S. 2003):

F1 = {Frequent1 –  Item sets}; K = 2;

While (Fk-1 tidak kosong) {

Ck = Apriori_generate(Fk-1); Untuk semua transaksi dalam T {

Subset(Ck, t);  }

Fk = { C in Ck s.t. c.count >= min_sprt};  }

 Answer = Union dari semua set Fk;  Apriori_generate (F (k-1))

{

 join Fk-1 dengan sehingga Fk-1,

c1 = (i1, i2, …, Ik -1) dan c2 = (J1, J2, …,  Jk-1) join bersama-sama jika Ip = Jp

untuk 1<=p<=k-1,

dan kemudian candidate baru, c, punya bentuk c=(i1, i2, …, Ik -1, Jk-1).

c kemudian ditambahkan ke struktur hash tree.

 }

3. ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Data

Data mentah yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Kartu Rencana Studi, disebut KRS. KRS merupakan kartu yang berisi daftar mata kuliah yang akan diikuti oleh mahasiswa dalam satu semester seperti terlihat pada table 3.1 di lampiran.

Jumlah SKS yang diambil oleh mahasiswa berdasarkan Peraturan Akademik FKIP UPI “YPTK” Padang berdasarkan Indeks Prestasi Semester (IPS) yang dikategorikan seperti terlihat pada tabel 3.2 di lampiran.

Data yang digunakan dalam analisa ini hanya menggunakan data Mata Kuliah Pilihan Wajib Jurusan Semester IV seperti terlihat tabel 3.3 di lampiran.

Berdasarkan mata kuliah diatas, untuk proses selanjutnya pada tabel 3.4 di lampiran diberikan data transaksi pengambilan mata kuliah oleh Mahasiswa dalam satu semester. 3.2 Analisa Algorithma

APRIORI

Berdasarkan algorithma Appriori yang diberikan diatas, langkah-langkah algoritma  Apriori dapat digambarakan seperti gambar 1 di bawah ini:

(7)

Mulai

Dapatkan Frekuensi items Data

Mencari Candidate itemsets

Pangkas Candidate itemset untuk memenuhi Frekuensi itemsets

Memenuhi atau tidak ?

Aturan Asosiasi

Selesai Y T

Mencari Lift Rasio

Aturan Asosiasi yang di peroleh

Gambar 3.1. Flowchart Apriori

3.2.1. Pembentukan Pola Frekuensi Tinggi (Frequent Itemset)

Pola frekuensi tinggi adalah  pola-pola item  di dalam suatu database yang memiliki frekuensi atau  support diatas ambang batas tertentu yang disebut dengan istilah minimum  support atau threshold. Jika jumlah transaksi kurang dari threshold maka kombinasi item tidak akan diikutkan perhitungan selanjutnya.

Dari tabel 3.4 di lampiran, misalkan minimum support = 20%, diperoleh frequent itemsets seperti  pada tabel 3.5, 3.6 dan 3.7 berikut:

Tabel 3.5. Tabel Frequent Itemset (1-Item, C1) Itemsets (C1)

 Support ( 

 %) TK 20 PBW 30 TM 55 OA 50 PBO 60 TP 20 SD 20

Tabel 3.6. Tabel Frequent Itemset (2-Itemset, C2) Itemsets (C2)

 Support (%)

TK, PBW 20,000 PBW, TP 20,000 PBW, SD 20,000 TM, OA 45,000 TM, PBO 45,000 OA, PBO 45,000 TP, SD 20,000

Tabel 3.7. Tabel Frequent Itemset (3-Itemset, C3)

Itemsets (C3) Support  % TM, OA, PBO 40,000 TP, SD, PBW 20,000

Tabel 3.7 diatas tidak dilanjutkan lagi ke pembentukan C4 karena tidak ada lagi item  yang bisa dikombinasikan dengan ketentuan minimal  support 20%, jadi proses  pembentukan C-itemset dihentikan.

3.2.2 Pembentukan Rule Asosiasi Setelah semua pola frekuensi tinggi ditemukan, barulah dicari

(8)

aturan asosiasi yang memenuhi syarat minimum untuk confidence dengan menghitung confidence aturan asosiasi X   Y, misal Minimum Confidence 80%.

Berdasarkan tabel 3.6 dan 3.7 diatas, dengan Algoritma Apriori, didapatkan Rule Asosiasi seperti tabel 3.8.

Tabel 3.4. Rule Asosiasi

Rule Asosiasi Support Confidence TK PBW 20 100 TPPBW 20 100 SDPBW 20 100 TMOA 45 82 OATM 45 90 TMPBO 45 82 OAPBO 45 90 TPSD 20 100 SDTP 20 100 TM,OAPBO 40 88 PBO,OATM 40 88 OAPBO,TM 40 80 PBO,TMOA 40 89 TP,SDPBW 20 100 PBW,TPSD 20 100 SDPBW, TP 20 100 TPPBW,SD 20 100 PBW,SDTP 20 100

Dari tabel 3.8 di atas dihasilkan 18 Rule Asosiasi yang memenuhi minimum Support dan Minumum Confidence, diantaranya:

 Jika mengambil TK maka mengambil  PBW [S = 20%, C = 100%]

 Jika mengambil TPmaka mengambil  PBW [S= 20%, C = 100%]

Data yang digunakan diatas  juga sudah diimplementasikan dengan menggunakan software Data Mining Tanagra yang menghasilkan rule asosiasi seperti pada gambar 3.2 dibawah.

Gambar 4.2: Rule Asosiasi dengan TANAGRA

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dna  pengujian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Algoritma Apriori dapat digunakan untuk menganalisa  pola prilaku mahasiswa dalam

memilih mata kuliah

2. Pola prilaku yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan bagi Program Studi untuk menganalisa kecendrungan mahasiswa dalam memilih mata kuliah wajib Program Studi.

(9)

Daftar Pustaka

Beta, N., & Nurdin, B. (2010). Implementasi data Mining Untuk Menemukan Pola Hubungan Tingkat Kelulusan Mahasiswa Dengan Data Induk Mahasiswa.  Prosiding Seminar dan Call Paper Munas APTIKOM Politeknik Telkom Bandung, 09 Oktober 2010 .

Budi, S. (2007).  Data Mining : Teknik Pemanfaatan Data untuk Keperluan  Bisnis Teori & Aplikasi. Graha Ilmu.

Dana, S.K., Moch.A.B., & Dhinta, D. (2003). Data Mining Dengan Algoritma Apriori Pada RDBMS Oracle.  Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Juni 2003, Vol.8 No. 1.

Eko, W.T.D. (2008). Penerapan Metode Association Rule Menggunakan Algoritma Apriori Untuk Analisa Pola data Hasil Tangkapan Ikan. Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Indonesia, 21-23 Mei 2008, Jakarta.

Erwin. (2009). Analisis Market Basket Dengan Algoritma Apriori dan FP-Growth. Jurnal Generic. ISSN 1907-4093.

Fajar, A.H. (2013). Data Mining . Penerbit Andi.

Goldie, G., & Dana, I.S. (2012). Penerapan Metode Data Mining Market Basket Analysis Terhadap Data Penjualan Produk Buku Dengan Menggunakan Algoritma Apriori dan Frequent Pattern Growth (FP-Growth) : Studi Kasus Percetakan PT. Gramedia.  Jurnal Telematika MKOM Vol. 4 No.1 Maret 2012.  ISSN: 2085-725X

Kusrini & Emha, T.L. (2009).  Algoritma Data Mining . Penerbit Andi Yogyakarta.

Leo, W.S. (2003). Pembuatan Perangkat Lunak data Mining Untuk Penggalian Kaidah Asosiasi Menggunakan Metode Apriori. Jurnal INFORMATIKA Vol. 4 No. 2, November 2003.

(10)

Magdalena, K., Dhinta, D., & Dana, S.K. (2007). Aturan Asosiasi Spatial Pada Basis Data Spasial.  Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi  Informasi (SNATI) 2007, Yogyakarta, 16 Juni 2007. ISSN: 1907-5022 .

 Nugroho, W., Rully, A.H., & Ahmad, M. (2012). Pengembangan Sistem Rekomendasi Penelusuran Buku dengan Penggalian Association Rule Menggunakan Algoritma Apriori (Studi Kasus Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur).  Jurnal Teknik ITS Vol. 1, September 2012. ISSN : 2301-9271.

Randy, O.P. (2012).  Rancang Bangun Data Warehouse Untuk Analisis  Kinerja Penjualan Pada Industri Dengan Model SPA-DW (Sales Performance  Analysis  –   Data Warehouse). Tesis. Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro.

Sani, S., & Dedy, S. (2010).  Pengantar Data Mining : Menggali  Pengetahuan dari Bongkahan Data. Penerbit Andi Yogyakarta.

Yogi, Y.W., F. Rian, P., & Gerry, T. (2006). Penerapan data Mining Dalam  penentuan Aturan Asosiasi Antar Jenis Item. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi

(11)

Lampiran:

Tabel 3.1 Atribut KRS

Atribut Keterangan

 NPM Adalah kode yang dimiliki mahasiswa sebagai nomer unik indentitas di perguruan tinggi

 Nama mahasiswa

Merupakan nama lengkap mahasiswa yang  bersangkutan

Kode Mata Kuliah (KM)

Merupakan Kode unik dari suatu nama mata kuliah  Nama Dosen Merupakan dosen yang mengajar atau yang

mengampu dari jenis mata kuliah.  Nama Mata

kuliah

Merupakan mata kuliah yang dipilih mahasiswa sesuasi dengan syarat ketentuan dari hasil IPK mahasiswa tersebut.

Kelas Merupakan kelas yang dipilih sesuai dengan jenis mata kuliah dan nama dosen terkait.

Jurusan Merupakan nama jurusan yang dipilih mahasiswa SKS Merupakan jumlah satuan kredit semester (SKS)

mata kuliah yang diambil dengan jumlah yang ditentukan Tahun

Ajaran

Merupakan tahun pada saat mengikuti perkuliahan

Tabel 3.2. Kategori Persyaratan KRS Kate gori IP semester Jumlah SKS 1 2 3 4 5 > - 3,00 2,50 –  2,99 2.00 –  2,49 1,50 –  1,99 < 1,50 24 SKS 21 SKS 18 SKS 15 SKS < 12 SKS Tabel 3.3. Data Mata Kuliah Pilihan Wajib Jurusan N O S imbol Kode Mata Kuliah

Nama Mata kuliah SKS 1 . T K KKPT2200 1 Teknik Komputasi 3 2 . P BW KKPT2200 3 Pemrograman Berbasis Web 3

(12)

3 . T M KKPT4301 0 Teknologi Multimedia 3 4 . O A KKPT4300 8

Organisasi dan Arsitektur 2 5 . P B KKPT4300 7 Pemrograman Berorientasi 3 6 . T KM KKPT6302 4 Teknologi Komunikasi Mode 4 7 . T P KKPT2201 2 Teknologi Pembelajaran 3 8 . S D KKPT2200 2 Struktur Data

Tabel 3.4 Format Tabular Data Transaksi

 No TK PBW TM OA PBO TKM TP SD 1 1 1 0 0 0 0 1 2 1 1 0 0 0 0 1 3 0 0 1 1 1 1 0 4 0 0 1 1 1 0 0 5 0 0 1 1 1 1 0 6 0 1 0 0 0 0 1 7 0 0 0 1 1 0 0 8 0 0 1 1 1 0 0 9 0 1 0 0 0 0 0 10 0 0 1 1 0 0 0 11 0 0 1 1 1 0 0 12 0 0 1 1 1 0 0 13 0 0 1 1 1 1 0 14 0 0 1 0 0 0 0 15 1 1 0 0 0 0 1 16 0 0 0 0 1 0 0 17 0 0 1 0 1 0 0 18 0 0 1 1 1 0 0 19 1 1 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 1 0 0 Jumlah 4 6 11 10 12 3 4

Gambar

Gambar 3.1. Flowchart Apriori
Tabel 3.4. Rule Asosiasi
Tabel 3.1 Atribut KRS
Tabel 3.4 Format Tabular Data Transaksi

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi yang berkaitan dengan sistem informasi penilaian mutu pelayanan rumah sakit berdasarkan standar

Jika yang dimaksud beliau dengan pluralisme sosial adalah sikap menerima pluralitas sosial dengan cara toleransi dan bergaul dengan akur dan damai, maka yakinlah cita-cita dakwah

terjemah ke penerjemah tersumpah à legalisir Kemenkumham (terjemahan) à legalisir Kemenlu (terjemahan) à Legalisir Kedubes Austria (asli dan terjemahan).

Pembinaan karakter Religius kedisiplinan Komunikasi Kritikal thingking literasi colaboration (kerjasama). Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai faktor penentu

Keuangan Syariah , (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.173.. dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan bagi hasil yang keun tungannya berdasarkan kesepakatan bersama.

lapangan khususnya menyangkut keterbukaan kegiatan, keterbukaan anggaran, dan dukungan kebijakan petugas Perhutani di lapangan dalam kerjasama kegiatan teknis

[r]