• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ORIENTASI BELANJA TERHADAP INTENSI PEMBELIAN PRODUK PAKAIAN SECARA ONLINE PADA PENGGUNAONLINE SHOP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ORIENTASI BELANJA TERHADAP INTENSI PEMBELIAN PRODUK PAKAIAN SECARA ONLINE PADA PENGGUNAONLINE SHOP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELIAN PRODUK PAKAIAN SECARA ONLINE PADA

PENGGUNAONLINE SHOP

Distiani Fitria Kusuma

Berlian Gressy Septarini

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Korespondensi: Distiani Fitria Kusuma. Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Jalan Dharmawangsa Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, (031) 5014460, Fax (031) 5025910. Email: distiani-f-k-08@psikologi.unair.ac.id

Abstract.

The entry of the Internet into part of individual shopping activities brings its own changes, one of which is the indiviidual's shopping orientations. An individual's shopping orientations characterizing a particular emphasis on activities that illustrate buy individual needs and desires when shopping activity (Shim Kotsiopulos, 1993, in Seock, 2003). This study aims to determine whether there is any effect of shopping orientation towards online purchase intentions. The research was conducted on the Internet users on social networking especially Facebook, the initial sample of 279, and then filtered into a 208 based on the criteria of the apparel products. The subjects in this sample are as many as 197 people with the distribution of 18 men and 179 women. Analysis of the data in this study using multiple regression techniques and found that shopping orientation influence online purchase intentions, and this study also found that the orientation of shopping enjoyment, convenience / time consciousness and in-home shopping tendency to have significant influence on online purchase intention, while the brand / fashion consciousness, price consciousness, shopping confidence and brand / store loyalty does not have a significant influence.

Keywords: online purchase intention, shopping orientation, shopping enjoyment, convenience / time consciousness, in-home shopping tendency

Abstrak.

Masuknya internet menjadi salah satu bagian dalam kegiatan berbelanja individu membawa perubahan tersendiri, salah satunya adalah orientasi belanja individu. Orientasi belanja merupakan pengkarakteristikan individu yang ditekankan secara khusus pada kegiatan berbelanja yang menggambarkan kebutuhan dan keinginan individu ketika melakukan kegiatan berbelanja (Shim Kotsiopulos, 1993, dalam Seock, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh orientasi belanja terhadap intensi pembelian secara online. Penelitian ini dilakukan pada pengguna internet khususnya pada jejaring sosial Facebook, dengan sampel awal sebanyak 279, kemudian disaring menjadi 208 berdasarkan kriteria produk yakni pakaian. Adapun subjek yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebanyak 197 orang dengan sebaran 18 orang pria dan 179 orang wanita. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik Regresi Berganda dan ditemukan bahwa orientasi berlanja mempengaruhi intensi pembelian secara online, serta penelitian ini juga ditemukan bahwa orientasi shopping enjoyment, convenience/time consciousness dan in-home shopping tendency memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi pembelian

(2)

orientasi berbelanja (Darden dan Howell, 1987).

PENDAHULUAN

Orientasi berbelanja individu akan ditunjukkan Perkembangan jumlah pengguna internet

melalui aktivitas, opini dan minat individu ketika di Indonesia yang mencapai angka tiga puluh juta

melakukan kegiatan berbelanjanya (Li, dkk, 1999, pengguna pada tahun 2010 (e-commercefact,

dalam Kwek, 2010). Pemahaman terhadap 2011). Tidak diimbangi oleh pertumbuhan minat

orientasi berbelanja yang dimiliki oleh individu, melakukan pembelian secara online di Indonesia.

dapat membantu produsen untuk menangkap apa Penguna internet di Indonesia yang pernah

yang diinginkan, dibutuhkan ataupun tujuan yang melakukan pembelian secara online adalah

diinginkan oleh individu ketika melakukan sebesar 51%, hal tersebut masih kalah

kegiatan berbelanjanya (Vijayasarathy, 2003; dibandingkan dengan negara asia lainnya,

Seock, 2003). Orientasi berbelanja yang dimiliki Malaysia sebesar 70% dan Thailand 61%. Hal

oleh individu akan menunjukkan perilaku yang tersebut membawa Indonesia pada peringkat 13

berbeda ketika melakukan pembelian secara dari 14 negara yang penduduknya pernah

online (Gehrt dan Shim, 1998).

melakukan pembelian secara online (Tempo,

Beberapa penelitian sebelumnya 2008).Perbedaan minat melakukan pembelian

menyatakan bahwa individu yang memiliki secara online yang dimiliki oleh pengguna internet

orientasi belanja yang berbeda akan menunjukan di Indonesia dengan negara lain, dikarenakan

perilaku yang berbeda (Gehrt dan Shim, 1998). adanya perbedaan kebudayaan dan kebiasaan

Perbedaan orientasi berbelanja yang dimiliki oleh yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia

individu akan membawa perbedaan dalam seperti (Marketing Onlline, 2011). Masyarakat Indonesia

pemilihan toko, Persepsi tentang atribut toko yang yang masih memiliki pola pikir konvensional

penting (Bellenger, dkk, 1997; Shim dan ketika mereka melakukan kegiatan berbelanja,

Kotsiopulos, 1992), dan penggunaan sumber dan lebih mempercayai produk ketika mereka

informasi dan intensi pembelian secara online melakukan pembelian secara langsung (The

(Vijayasarathy & Jones, 2000; Park, 2000; Seock, Jakarta Globe, 2010). Kebiasaan masyarakat yang

2003; Gehrt, dkk, 2007) lebih terbiasa untuk melihat produk yang akan

dibelinya serta menerima struk sebagai bukti telah

ORIENTASI BELANJA

melakukan pembelian menjadi salah satu

penyebab. Kedua hal tersebut merupakan hal yang Konsep orientasi berbelanja pertama kali tidak didapatkan ketika seseorang tersebut diperkenalkan oleh Stone (1954). Stone (1954) melakukan pembelian secara online (Marketing menggambarkan konsep orientasi berbelanja Online, 2011). sebagai gaya hidup berbelanja atau gaya berbelanja Masuknya teknologi kedalam kegiatan yang menempatkan penekanan pada aktivitas berbelanja, juga membawa perubahan tersendiri. berbelanjannya. Hawkins, dkk (1989), Howell Kemudahan yang ditawarkan oleh internet seperti (1979) dan Moschis (1992) (dalam Seock, 2003) akses 24 jam serta kemudahan melakukan mendefinisikan sebagai gaya hidup berbelanja pembelian dimana saja membawa perubahan khusus, yang mencakup aktivitas (activity), minat kedalam gaya hidup berbelanja individu. Sifat (interest), dan pendapat (opinion) tentang proses

praktis yang dimiliki oleh bentuk transaksi jual berbelanjanya.

beli secara online, merupakan hal yang dicari oleh Shim Kotsiopulos (1993, dalam Seock, penggunanya (Kompas Online, 2012). Gaya hidup 2003) mendefiniskan orientasi berbelanja sebagai individu yang berkaitan dengan kegiatan pengkategorian gaya berbelanja dengan berbelanja sering kali dikenal dengan istilah menekankan pada aktivitas berbelanja tertentu,

secara online, sedangkan brand/fashion consciousness, price consciousness, shopping confidence dan brand/store loyalty tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

(3)

serta menggambarkan kebutuhan konsumen kesadaran individu terhadap waktu dan ketika berbelanja. Gehrt, dkk (1992, dalam Brown, kenyamanan ketika berbelanja, 6). in-home dkk 2003) mendeskripsikan orientasi belanja s h o p p i n g t e n d e n c y y a n g m e r u p a k a n

sebagai kecenderungan umum yang ditunjukan kecenderungan individu untuk melakukan melalui perilaku berbelanja. Jawardhena (2007) pembelian melalui rumah, 7). brand/store loyalty menyatakan bahwa orientasi berbelanja yang merupakan kesetiaan individu terhadap m e r u p a k a n ke ce n d e r u n g a n ya n g d a p a t merek dan toko ketika melakukan kegiatan ditunjukkan melalui berbagai bentuk, seperti berbelanja.

pencarian informasi, alternatif evaluasi,

pembelian dan evaluasi paska pembelian.

I N T E N S I P E M B E L I A N S E C A R A

Li, dkk (1999, dalam Kwek, 2010)

ONLINE

menyatakan bahwa orientasi berbelanja

Intensi pembelian individu terkait merupakan bagian khusus dari gaya hidup dan

dengan perilaku, dan dapat diklasifikasikan digambarkan melalui serangkaian aktivitas, minat

sebagai komponen kognitif perilaku individu dan pernyataan opini yang berhubungan dengan

tentang bagaimana individu berkeinginan untuk perilaku berbelanja individu. Berdasarkan hal

tersebut dapat dinyatakan bahwa orientasi membeli produk secara spesifik (Kwek, dkk, 2010). berbelanja merupakan bagian dari gaya hidup Intensi pembelian dapat menggambarkan individu dengan menekankan pada kegiatan perilaku konsumen yang sebenarnya. Mowen berbelanja individu dan dapat menggambarkan (1987) menyatakan bahwa keputusan konsumen keinginan dan kebutuhan individu ketika

untuk melakukan suatu pembelian ditentukan melakukan kegiatan berbelanja

oleh intensi pembelian yang dimilikinya. Intensi Pada dasarnya orientasi berbelanja yang

pembelian sebagai tahapan dimana seorang dimiliki oleh individu berkaitan dengan gaya

individu memiliki kecenderungan untuk hidup yang dimiliki oleh individu secara umum.

Orientasi berbelanja dapat menunjukkan bertindak sebelum keputusan membeli yang kebutuhan individu atas produk dan jasa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan intensi pembelian sesuai dengan motivasi dan gaya berbelanjanya sebagai suatu kemungkinan seorang individu (Lumkin dan Hawes, 1985; Shim dan Kotsiopulos, untuk membeli suatu produk. Salisbury dkk (2001, 1992; Shim dan Mahoney, 1992; Seock dan

Chen-dalam Kwek, 2010) menyatakan bahwa intensi Yu, 2007). Dengan memahami orientasi

pembelian individu dapat digunakan untuk berbelanja dapat memudahkan pemahaman

menentukan kekuatan intensi individu dalam tentang kebutuhan atau keinginan individu ketika

melakukan pembelian secara spesifik. berbelanja. Dasar pemikiran dari orientasi

berbelanja adalah individu yang memiliki Pentingnya intensi pembelian tidak orientasi berbelanja yang berbeda akan hanya terjadi pada pembelian secara konvesional. menunjukan karakteristik dan perilaku yang Pada perilaku konsumen secara online, intensi berbeda (Gehrt dan Shim, 1998).

pembelian juga merupakan faktor penting. Chen, Seock (2003) menyatakan bahwa

dkk, (2009) menyatakan bahwa intensi pembelian orientasi belanja memiliki tujuh dimensi

secara online merupakan prediktor yang penting diantaranya 1). shopping enjoyment yang

dalam menggambarkan perilaku konsumen yang merupakan kesenangan individu ketika

melakukan berbelanja, 2). brand/fashion sebenarnya. Intensi pembelian secara online

consciousness yang merupakan kesadaran menggambarkan keinginan atau kemungkinan individu terhadap merek atau mode busana, 3). individu untuk melakukan pembelian melalui

price consciousness yang merupakan kesadara situs/internet (Yoo dan Donthu, 2001; Poddar, dkk,

individu terhadap harga produk, 4). shopping

2008; Chen,dkk, 2009). Sedangkan Pavlou (2003)

confidence yang merupakan kepercayaan individu

menyatakan intensi pembelian secara online terhadap kemampuan berbelanjannya, 5).

merupakan situasi dimana individu berkeinginan

(4)

berbelanjannya (contoh: “Saya mampu memilih dan bertujuan untuk terllibat dalam suatu

pakaian yang cocok untuk diri sendiri”), 5). transaksi secara online.

convinience/time consciousness yang merupakan

Schiffman dan Kanuk (2000) menyatakan

kesadaran individu terhadap waktu dan bahwa fitur teknologi, kondisi berbelanja, dan

kenyamanan ketika berbelanja (contoh: “Saya faktor produk membentuk respon yang kompleks

menaruh nilai yang tinggi untuk kenyamanan saat dalam intensi pembelian secara online Liang dan

membeli pakaian”), 6). in-home shopping Lai (2002) menemukan bahwa individu lebih

tendency yang merupakan kecenderungan

menyukai melakukan pembelian secara online,

individu untuk melakukan pembelian melalui ketika situs tempat individu tersebut berbelanja

rumah (contoh: “Saya suka berbelanja dari menyediakan fitur, seperti katalog produk yang

rumah”), 7). brand/store loyalty yang merupakan diperjualbelikan, mesin pencarian, cara

kesetiaan individu terhadap merek dan toko ketika pembayaran secara online (e-payment), dan

melakukan kegiatan berbelanja (contoh: “Saat metode pelacak produk. Assael (2001) menyatakan

saya menemukan merek yang saya suka, saya bahwa kebanyakan konsumen yang memiliki

bertahan dengan merek tersebut”). intensi yang kuat untuk membeli suatu produk

Selanjutnya, untuk mengukur intensi atau jasa, pada akhirnya akan membeli produk

pembelian, digunakan Online Purchase Intention tersebut.

yang dikembangkan oleh Yoo dan Donthu (2001) dengan reliabilitas sebesar 0,96. Skala intensi

METODE PENELITIAN

pembelian secara online yang dikembangkan oleh

Yoo dan Donthu hanya berisikan 4 aitem dan tanpa Subjek awal pada penelitian adalah 279 adanya aitem unfavorable.

responden, dengan 208 responden yang Teknis analisis yang digunakan adalah memenuhi kriteria untuk penelitian ini, namun regresi berganda dengan tujuan melihat pengaruh hanya 197 yang dapat dilakukan analisis pada yang diberikan oleh masing-masing dimensi pada penelitian ini. Rentang usia yang dipilih oleh orientasi belanja, yakni shopping enjoyment, peneliti berkisar 15 hingga 34 tahun, dengan brand/fashion consciousness, price consciousness, jumlah yang berjenis kelamin perempuan s h o p p i n g c o n f i d e n c e , c o n v i n i e n c e / t i m e sebanyak 179, dan pria sebanyak 18 orang. consciousness, in-home shopping tendency, Instrumen yang digunakan dalam brand/store loyalty terhadap intensi pembelian penelitian ini merupakan alat ukur terjemahan secara online.

yang menggunakan skala Likert, dan telah melalui

proses transalsi dan translasi ulang. Selanjutnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

dilakukan validasi oleh 3 professional judgement

serta uji coba. Alat ukur orientasi belanja Berikut ini merupakan hasil deskriptif menggunakan Clothing Shopping Orientation dari 208 subjek yang memenuhi kriteria pada yang dikembangkan oleh Yoo-Kyoung Seock penelitian ini

(2003) dengan reliabilitas 0,694. Terdapat 7 Berdasarkan Tabel 1 dibawah ini dimensi yakni 1). shopping enjoyment yang menunjukan Nilai minimum untuk Shopping merupakan kesenangan individu ketika enjoyment sebesar 7 dan maksimum sebesar 16. melakukan berbelanja (contoh: “Saya menikmati N i l a i m i n i m u m p a d a B r a n d / F a s h i o n b e rb e l a n j a p a k a i a n”, 2 ) . b ra n d / fa s h i o n Consciousness 6 dan maksimum 19. Nilai

consciousness yang merupakan kesadaran minimum untuk Price Consciousness sebesar 12

individu terhadap merek atau mode busana dan maksimal 27. Nilai minimum untuk Shopping (contoh: “Saya tertarik pada mode”), 3). price confidence sebesar 5 dan maksimal sebesar 12

consciousness yang merupakan kesadara individu Untuk nilai minimum Convinience/Time

terhadap harga produk (contoh: “Saya berbelanja Consciousness sebesar 6 dan maksimal 12. Nilai banyak untuk penawaran khusus pada pakaian”), minimum In-Home Shopping Tendency sebesar 3 4). shopping confidence yang merupakan dan maksimal 12, sedangkan untuk Brand/Store kepercayaan individu terhadap kemampuan

(5)

Loyalty nilai minimumnya adalah sebesar 2 dan sebesar -0,301. Sedangkan untuk Shopping maksimal 8. Taraf Kejulingan pada Shopping Confidence, Convinience/Time Consciousness dan enjoyment sebesar -0,226 yang menandakan Brand/Store Loyalty memiliki taraf skewness

bahwa data menyimpang kearah negatif yang sebesar 0,040, 0,175, serta 0,508. Ketiga data diatas berarti data tersebut memiliki kejulingan kearah memiliki kejulingan yang positif, yang negatif. Hal tersebut menunjukan nilai Shopping menunjukan bahwa data tersebut berada

Enjoyment pesebarannya berada pada disebelah disebelah kanan histogram.

kiri histogram. Begitu pula dengan Brand/Fashion Berdasarkan Tabel 2 dapat ditunjukkan

Consciousness sebesar -0,144, Price Consiousness bahwa responden pada penelitian ini memiliki sebesar -0,027 serta In-Home Shopping Tendency ke c e n d e r u n g a n u n t u k m e m p e r h a t i k a n

Tabel 1 Analisis Deskriptif

Data M SD Kejulingan Std.Eror Kejulingan Kurt. Std.Eror Kurt. Min. Maks. Total IPSO 11,45 2,542 0,113 0,169 -0,420 0,336 5 16 Total ShopEn. 12,18 2,287 -0,226 0,169 -0,503 0,336 7 16 Total Brand/F ashCon 13,11 2,193 -0,144 0,169 -0,027 0,336 6 19 Total PriceCon 19,84 2,720 -0,027 0,169 -0,108 0,336 12 27 Total ShopCon f 9,29 1,320 0,040 0,169 0,387 0,336 5 12 Total Con/Tim eCons 9,64 1,311 0,175 0,169 -0,383 0,336 6 12 Total Inhom 8,31 1,613 -0,301 0,169 0,534 0,336 3 12 Total Brand/St rLoy 4,70 1,162 0,508 0,169 0,279 0,336 2 8

Keterangan: M = mean; SD = standar deviasi; Std.Eror = standard error; Min. = minimum; Maks = maksimum; IPSO = intensi pembelian secara online; ShopEn. = Shopping Enjoymeny; Bran/FashCon =

Brand/Fashion Consciousness; PriceCon = Price Consciousness; ShopConf = Shopping Confidence; Con/TimeCons = Convinience/Time Consciousness; Inhom = InHome Shopping Tendency; Brand/StrLoy = Brand/Store Loyalty

Tabel 2

Mean masing-masing dimensi orientasi belanja

Dimensi Orientasi Belanja Mean* Shopping Enjoyment 3.04

Brand/Fashion Consciousness 2.62

Price Consciousness 2.83

Shopping Confidence 3.09

Convinience/Time Consciousness 3.21

In-Home Shopping Tendency 2.77

Brand/Store Loyalty 2.35 Catatan: dengan kemungkinan nilai masing-masing variabel 1 hingga 4

(6)

kenyamanan dan sadar dengan penghematan subjek yang dapat dianalisis sebesar 197 subjek. waktu ketika berbelanja (m=3,21), Selain itu Selanjutnya data tersebut dianalisis responden tersebut cenderung untuk menikmati dengan hasil yang tampak pada tabel 3. Pada tabel berbelanja pakaian (m=3,04) dan yakin dengan 3 hasil signifikansi sebesar 0,000 maka model kemampuan belanja yang dimiliki (m=3,09). orientasi belanja (Shopping, enjoyment, Namun responden ini memiliki kecenderungan Brand/Fashion Consiousness, Price Conciousness,

yang kecil untuk setia pada suatu merek atau suatu Shopping Conf idence, Convinience/Time

toko ketika melakukan pembelian (m=2,35) Consciousness, In Home Shopping tendency dan

Pada penelitian ini 208 subjek tersebut Brand/Store Loyalty) dapat berpengaruh kepada

tidak dapat diolah sepenuhnya, yang dapat diolah intensi pembelian secara online. Berdasarkan hasil pada penelitian ini sebanyak 197 subjek, hal tersebut dapat dinyatakan bahwa model regresi ini tersebut disebabkan oleh pada data 208 terdapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan

outliers, dimana analisa regresi berganda sangat untuk memprediksikan hasil dari variabel sensitif terhadap outliers (Pallant, 2007). Hasil tersebut, dimana dalam penelitian ini adalah tersebut dapat dilihat dari nilai kritis yang orientasi belanja dan intensi pembelian secara ditunjukan pada penelitian ini sebesar 24,758 online.

sedangkan untuk 7 variabel seharusnya memiliki Untuk membandingkan efektivitas nilai kritis sebesar 24,32 oleh sebab itu peneliti variabel bebas, yang perlu diperhatikan adalah memutuskan untuk menghapus beberapa subjek koefisien Beta pada kolom koefisien terstandar yang termasuk pada outliers sehingga diperoleh (Pallant, 2007). Berdasarkan hasil diatas diketahui

Tabel 3. Tabel Anova Model Total Kuadrat Df Rerata Kuadrat F Sig. Regression 358,686 7 51,241 13,370 .000a Residual 724,350 189 3,833 Total 1083,036 196 Tabel 4 Koefisien Regresi Unstandarized Coeffiients (Koefisien tidak terstandar)

Standardized Coefficience (Koefisien Terstandar) Sig. B Std. Eror Beta Konstanta 1,028 1,633 - 0,530 Shopping Enjoyment 0,215 0,075 0,204 0,005 Bramd/Fashion Conciousness -0,009 0,080 -0,008 0,912 Price Conciousness -0,041 0,054 -0,407 0,449 Shopping Convidence 0,069 0,126 0,039 0,582 Convinience/Time Consciousness 0,303 0,127 0,167 0,018 In-Home Shopping Tendency 0,575 0,099 0,383 0,000 Brand/Store Loyalty 0,089 0,138 0,043 0,520

(7)

bahwa nilai Beta terbesar pada Price Conciousness, menganggap kegiatan berbelanja sebagai salah yaitu -0,407 dengan signifikansi 0,449, maka satu bisnis mereka, dan mereka sangat variabel tersebut memberikan pengaruh yang menjunjung tanggung jawab tersebut dengan tidak signifikan dalam memprediksi intensi serius. Rook dan Hoch (1985) menyatakan bahwa pembelian secara online (Y). Diantara variabel pada dasarnya wanita memiliki sifat menikmati diatas terdapat tiga variabel yang memberikan kegiatan berbelanja. Wanita memikmati untuk pengaruh yang siginifikan untuk memprediksi berbalanja barang-barang yang bersifat estetika, intensi pembelian secara online, yakni Shopping seperti pakaian (gaun dan pakaian santai) dan

Enjoyment, Convinience/Time Consciousness dan produk-produk perawatan.

In-Home Shopping Tendency. Diantara ketiga Dimensi In-Home Shopping Tendency, variabel tersebut In-Home shopping tendency dimensi ini memiliki pengaruh yang signifikan memberikan pengaruh terbesar (sebesar 0,383) terhadap intensi pembelian secara online. Pada secara positif kepada intensi pembelian secara penelitian kali ini dimensi ini memiliki efek

online. Sedangkan keempat variabel lainnya pengaruh signifikansi yang paling besar diantara ( B r a n d / F a s h i o n C o n s c i o u s n e s s , P r i c e tujuh dimensi orientasi yang lainya. Dimensi ini

Conciousness, Shopping Convidence, Brand/Store ditunjukan dengan kecenderungan untuk

Loyalty) tidak memberikan pengaruh yang melakukan pembelian melalui rumah, tv ataupun signifikan pada intensi pembelian secara online. dengan katalog (Seock, 2003; Vijayasarathy, 2000). Sesuai dengan hipotesis bahwa orientasi Walaupun efek signifikansi yang diberikan oleh in-belanja secara signifikan dapat memprediksi home shopping tendency termasuk yang paling

intensi pembelian secara online. Hal ini sejalan besar diantara ketujuh dimensi lainnya, pada d e n g a n b e r b a g a i p e n e l i t i a n te rd a h u l u penelitian ini kecenderungan responden dengan (Vijayasarathy & Jones, 2000; Park, 2000; Seock, orientasi In-home shopping tendency berada pada 2003; Gehrt,dkk 2007). Gehrt dan Shim (1998) posisi ketiga terbawah (berdasarkan tabel 2), hal menyatakan bahwa orientasi belanja individu juga tersebut dapat disebabkan oleh kebudayaan yang dapat menunjukan perilaku dan karakteristik yang dimiliki oleh konsumen di Indonesia, dimana berbeda, hal tersebut juga menjadi bahasan dalam konsumen di Indonesia lebih memlih untuk penelitian ini. Dari 7 dimensi yang diteliti hanya 3 memegang produk yang akan dibelinya dan dimensi yang dapat mempengaruhi intensi memerlukan struk sebagai tanda bukti telah pembelian secara online. Dimensi Shopping terjadi transaksi, dimana hal tersebut tidak dapat

E n j o y m e n t p a d a p e n e l i t i a n i n i d a p a t dilakukan ketika individu melakukan pembelian mempengaruhi intensi pembelian secara online secara online. Serta adanya perbedaan sumber Dimensi ini menunjukan karakteristik dimana daya akses internet yang dimiliki oleh masyarakat individu merasa senang dengan kegiatan indonesia.

berbelanjanya. Seock dan Bailey (2008) Orientasi belanja convinience/time menyatakan bahwa individu dengan orientasi ini consciousness juga memiliki efek yang signifikan

mendapatkan kesenangan atau kenikmatan dari terhadap intensi pembelian secara online, Dimensi kegiatan berbelanja dan menghabiskan waktu ini dicirikan dengan individu yang sangat untuk melakukan pencarian secara online. Brown, memperhatikan kenyamanan dan kesadaran dkk (2003) menyatakan individu dengan orientasi terhadap waktu ketika melakukan pembelian ini tidak didorong motivasi berbelanja selain (Seock, 2003). Kecenderungan orientasi belanja kenikmatan berbelanja. Hal tersebut sejalan convinience/time consciousness pada responden

dengan karateristik pengguna online shopping penelitian ini memiliki kecenderungan yang besar. pada penelitian ini dan kecenderungan orientasi Rowley (1996) menyatakan bahwa pembelian belanja yang dihasilkan pada penelitian ini, secara online dijadikan pilihan bagi individu berdasarkan hasil demografis (jenis kelamin) dikarenakan alasan kenyamanan yang diberikan. sebagian besar pengguna online shopping di Sifat akses 24 jam dan dapat dilakukan dimana saja Indonesia adalah wanita. Kegiatan berbelanja menjadi salah satu keunggulan pembelian secara sering kali dikaitkan dengan wanita. Huddleston online dibandingkan secara tradisional (Kompas

(8)

internet dapat membantu individu untuk membantu melihat karakteristik pengguna melakukan pencarian maupun pembelian produk internet di Indonesia, dan membantu pengguna yang dibutuhkan dengan cepat, individu tidak atau penyedia online shopping di Indonesia untuk perlu lagi mendatangi toko untuk memperoleh memilih dan memenuhi kebutuhan dari masing-produk atau jasa yang diinginkan, serta masing orientasi belanja sehingga dapat menarik kemudahan untuk bertransaksi kapanpun dan konsumen untuk melakukan pembelian secara

dimanapun. online

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa orientasi belanja yang terdapat pada individu dapat memprediksi kecenderungannya untuk intensi pembelian secara online. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa Shopping enjoyment,

Convinience/Time Conciousness, In-Home Shopping tendency memberikan pengaruh yang

s i g n i f i k a n , s e d a n g k a n B r a n d / Fa s h i o n

Conciousness, Price Conciousness, Shopping Confidence, dan Brand/Store Loyalty tidak

memberikan pengaruh signifikan. Dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini ditemukan bahwa In-Home Shopping Tendency memiliki pengaruh yang lebih dibandingkan yang lainnya.

Penelitian ini dapat digunakan untuk

PUSTAKA ACUAN

Assael, Henry. 2001. Consumer Behavior 6 th. Edition. New York: Thomson-. Learning.

Brown, M., Pope, N. Voges, K. (2003). Buying or Browsing?: An exploration of Shopping Orientation and Online Purchase Intention. European Journal of Marketing. 37. 1666-1684

Chen, Ying-Hueih., Hsu, I-Chieh., Lin, Chia-Chen. (2009). Website Attribute That Incrase Consumer Purchase Intention: A Conjoint Analysis. Journal of Business Research, 63, 1007-1014.

Darden, W.R., & Howell, R.D (1987). Socialization effect of retail work experience on Shopping Orientation. Journal of the Academy of Marketing Science. 15 (3). 52-63

Ecommerfact.com. (2011, Juli). Huge e-commerce potential in Indonesia. Diakses pada tanggal 21 oktober 2012 melalui

Gehrt, Kenneth C., & Shim, Soyoen. (1998). A Shopping Orientation Segmentation of French Consumer: Implication for Catalog Marketing. Journal of Interactive Marketing, 12 (4)

Gehrt, Kenneth C., Onzo, Naoto., Fujita, Kazuyoshi., Rajan, Mahesh. (2007). The Emergence of Internet Shopping in Japan: Identification of Shopping Orientation-Defined Segment. Journal of Marketing

Theory and Practice.

Huddleston, Patricia., & Minahan, Stella. (2011). Consumer Behavior: Women and Shopping. New York: Business Expert Press

Marketing.co.id. (2011, Desember 28). Membidik Pelanggan Hybrid. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2012 melalui

Kompas.com (2011, Juli 14). 6 Alasan Belanja “Online” Lebih Menguntungkan. Diakses pada tanggal 19 www.ecommercefact.com/backgroud/2011/07/e-commerce-in-Indonesia

(9)

Oktober 2012 melalui http://female.kompas.com/read/2011/07/14/10423591

Kwek, Choon Ling., Lau, Teck. Chai, Hoi, Tan Piew. (2010). The Effects of Shopping Orientation, Online Trust and Prior Online Purchase Experience toward Costumers' Online Purchase Intention.

International Business Reseach. 3 (3). 63-74

Liang, T., & Lai, H.(2000).Electronic store design and consumer choice: an empiricalstudy. Proceedings of

the 33rd Hawaii International Conference on System Sciences.

Mowen, J.C. (1987). Consumer Behavior. New York: MacMilan Publishing Company

Nugroho,Adi. (2006). E-Commerce: Memahami Perdagangan Moderen di Dunia Maya. Bandung:

Park, C. (2000). A Model on the Online Buying Intention with Consumer Characteristics and Product Type. Department of Management Information System. Korea University, Seoul

Pavlou, P. A. (2003). Consumer Acceptance of Electronic Commerce Integrating Trust and Risk with the Technology Acceptance Model, International Journal of Electronic Commerce, 73, 69–103.

Poddar, A., Donthu, N., & Wei, Y. (2009). Web Site Customer Orientations, Web Site Quality, and Purchase Intentions: The Role of Web Site Personality. Journal of Business Research, 62(4), 441-450.

Rook, Dennis W., & Hoch, Stephen J. (1985). Consuming Impulses. Advances in Consumer Research, 12, 23-27

Rowley, J. (1996). Retailing and shopping on the Internet. International Journal of Retail & Distribution

Management, 6 (1), 81–91

Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L. (2000). Consumer Behavior. Upper Sadle River, NJ: Prentice Hall

Seock, Yoo-Kyoung. (2003). Analysis of Clothing Website for Young Consumer Retention Based on A Model of Consumer Relationship Management via Internet. Unpublished dissertation. Faculty of the Virginia Polytechnic Istitude and State University

Seock, Yoo-Kyoung., &Chen-Yu, Jessie H. (2007). Website Evaluation Criteria among US College Student Consumer with Difference Shoopping Orientation and Internet Channel Use. International

Journal of Consumer Studies. 31, 204-212

Seock, Yoo-Kyoung., & Bailey, Lauren R. (2008). The Influence of College Students' Shopping Orientation and Gender Difference on Online Information Searches and Purchase Behavior. Internation

Journal of Consumer Studies, 32, 113-121

Shim, S., & Kotsiopulos, A. (1992). Patronage behavior of clothing shopping: Part I. Shopping orientations, store attributes, information sources, and personal characteristics. Clothing and

Textiles Research Journal, 10(2), 48-57.

Shim, S., & Mahoney, M. Y. (1992). The elderly mail-order catalog user of fashion products: A profile of the heavy purchaser. Journal of Direct Marketing, 6(1), 49-58.

Stone, Gregory P. (1954). City and Urban Identification: Observation on the Social Psychology of City Life.

American Journal of Sociology.60. 36-45

Tempobisnis [online]. (2008, Maret 05]. Belanja via Internet meningkat. Diakses pada tanggal 21 oktober 2012 melalui www.tempo.co/read/news/2008/05/056118641/null

TheJakartaGlobe.com.(2010, Mei 31). E-Commerce Still Doesnt Quite Click With Cautious Indonsesian

S h o p p e r . D i a k s e s p a d a t a n g g a l 2 1 O k t o b e r 2 0 1 2 m e l a l u i

www.thejakartaglobe.com/business/.../377992

Vijayasarathy, L.R., & Jones, J.M. (2000). Intention to Shop Using Internet Catalogues Exploring the Effect of Product Type, Shopping Orientation and Attitude Toward Computers. Journal of Electronic

Market, 10 (1), 29-38

Vijayasarathy, Leo. R. (2003). Shopping Orientation, Products Types and Internet Shopping Intention.

Journal of Electronic Market, 13 (1), 67-79

Yoo, Bonghee., & Donthu, Naven. (2001). Developing a Scale to Measure the Perceived Quality of Internet Shopping Site (SITEQUAL). Quarterly Journal of Electronic Commerce, 2 (1), 31-47

(10)

Gambar

Tabel 1  Analisis Deskriptif  Data  M  SD  Kejulingan  Std.Eror
Tabel 3.  Tabel Anova  Model  Total  Kuadrat  Df  Rerata  Kuadrat  F  Sig.  Regression  358,686  7  51,241  13,370  .000 a Residual  724,350  189  3,833  Total  1083,036  196  Tabel 4  Koefisien Regresi  Unstandarized Coeffiients  (Koefisien tidak terstand

Referensi

Dokumen terkait

5.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri, dan penafsirannya. X X 3.14

Pada penelitian ini yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran pada materi ekosistem adalah tentang bagaimana cara mengetahui kualitas perairan Sungai Raman baik dari faktor

kepada kami Malik dari Nafi' dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan?. para penghafal

karangan atau atau karya karya tulis tulis yang yang menyajikan menyajikan fakta fakta dan dan ditulis ditulis dengan.. dengan menggunakan menggunakan metode metode penulisan

Yang menentukan harga limit dalam pasal tersebut adalah kantor lelang Negeri sedangkan pada lelang eksekusi BTD, yang menentukan harga limit adalah Kepala Kantor Pabean, dalam hal

Lalu , mereka mengepak barang-barangitu dan menyimpannya di atas langit-Iangit kamarnya (di bawah genting). Oi atas langit-Iangit itu telah dibuat semacam lemari

Dengan perekonomian dunia dan Cina pada khususnya, sebagai pasar utama susu dunia belum menunjukkan pemulihan yang signifikan, serta produsen susu dunia yang belum

kewenangan dalam melaksakana pungutan pajak daerah dan retribusi daerah ini diatur dalam Pasal 79A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi