• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI DI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI DI BALI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK MAHASISWA

AKUNTANSI DI BALI Ketut Tri Budi Artani

I Wayan Wetra

Akademi Akuntansi Denpasar tribudiartani.ketut@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is to investigate the influences of academic self efficacy and fraud diamond on academic fraud behavior among accounting students in Bali. Academic self efficacy was measured by the College Academic Self-Efficacy Scale (Owen and Froman, 1988) and cheating behavior test was made by albretch et al. (2012). Questionnaires for measuring pressure, opportunity and rationalization using an instrument that has been used by Pamungkas (2015) and capability measured by using the instruments that had been developed by Wolfe and Hermanson (2004). The samples used in this study are 122 respondents consisting of accounting students from state and private university in Bali. The type of data used are primary data. Hypothesis testing was conducted using multiple linear regression.

The result of multiple regression analysis between variables shows that there is academic self efficacy and fraud diamond simultaneously affect the academic fraud behavior of accounting students. Partial test indicates that academic self efficacy, pressure, opportunity, and rationalization do not have influence on the student academic fraud behavior while capability variable has positive effects on occurrence of student academic fraud bahavior

Keywords: academic fraud behaviour, capability, opportunity, pressure, rationalization, self efficacy

I. PENDAHULUAN

Kecurangan adalah masalah yang sangat umum dijumpai dewasa ini. Hampir setiap hari berbagai media masa menyajikan berita tentang berbagai kasus kecurangan yang terjadi di yang membudaya dan semakin sulit untuk diatasi di negara kita. Berbagai skandal korupsi yang menjadi pemberitaan media masa dilakukan oleh berbagai golongan profesi, salah satunya adalah akuntan.

Terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh akuntan harus disikapi dengan serius oleh pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan akuntansi karena, menurut Irianto (2003), dengan adanya keterlibatan akuntan dalam berbagai kasus mutakhir atau yang terjadi pada dekade sebelumnya menyebabkan integritas akuntan menjadi sorotan publik. Menurut data terbaru dari Association of Certified Fraud Examiners (2014) menyebutkan bahwa bagian akuntansi adalah bagian terbesar sebagai pelaku kecurangan di dunia kerja. Oleh karena itu pendidikan akuntansi perlu untuk memberikan respon yang konstruktif dan meningkatkan kompetensi moral calon akuntan (Irianto, 2003).

Menurut Harding et al., (2004), perilaku tidak etis di lingkungan kerja sangat berkaitan dengan tingkat kecurangan akademik yang dilakukan oleh seseorang pada masa mudanya. Hal yang sama diungkapkan Becker et al. (2006), yang menyatakan bahwa mahasiswa yang cenderung melakukan ketidakjujuran dalam bidang akademik maka akan cenderung melakukan beragam ketidakjujuran di dunia kerja. Oleh karena itu pemahaman mengenai kecurangan akademik dikalangan mahasiswa sangat penting karena para mahasiswa ini adalah calon-calon pemimpin dimasa depan (McCabe et al., 2006).

Kecurangan akademik adalah perilaku yang mencerminkan ketidakjujuran yang bertujuan untuk memperoleh nilai akademik yang diinginkan (Rangkuti, 2011). Penelitian awal mengenai kecurangan akademik dilakukan lebih dari 60 tahun yang lalu oleh Drake (1941 dalam Bolin, 2004) yang menemukan bahwa 23% . Meskipun perilaku kecurangan akademik telah diteliti selama namun demikian sampai saat ini kecurangan akademik tetap menjadi topik hangat dalam dunia pendidikan (David, 2015) dan merupakan topik terbesar di kampus-kampus di seluruh dunia (Bae et al., 2015).

(2)

124

PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN

Data tentang kecurangan akademik di Amerika menunjukkan bahwa satu dari tiga orang siswa dalam rentang usia 12-17 tahun mengaku pernah berbuat curang (Sussman, 2004). Kecurangan akademik tidak hanya dilakukan oleh siswa sekolah namun juga oleh mahasiswa S1 dan pascasarjana. Salah satu kecurangan akademik yang disebut- sebut sebagai skandal terbesar sepanjang sejarah di universitas terjadi di Duke University yang melibatkan 34 mahasiswa program magister bisnis yang tertangkap basah sedang melakukan prilaku curang (Wright, 2007). Di Indonesia, menurut survey yang dilakukan oleh Litbang Media Group di enam kota besar di Indonesia dengan melibatkan 480 responden ditemukan bahwa mayoritas anak didik baik dibangku sekolah maupun di perguruan tinggi telah melakukan kecurangan akademik. Hasil survey tersebut juga menunjukkan bahwa kecurangan akademik disebabkan oleh lingkungan sekolah atau lingkungan pendidikan (Pudjiastuti,2012). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai alasan (Ajzen dan Fishbein, 1975). Demikian juga ketika seseorang melakukan tindak kecurangan. Pada awalnya teori yang dikemukakan oleh Cressey di tahun 1950 yaitu fraud triangle diperkenalkan sebagai faktor-faktor yang mendasari seseorang melakukan kecurangan. Elemen-elemen dalam fraud triangle telah digunakan oleh Becker et al. (2006) dalam penelitiannya terkait dengan kecurangan akademik. Penelitian tersebut menemukan bahwa tiga elemen fraud yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity) dan rasionalisasi (rationalization) merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kecurangan akademik.

Penelitian mengenai Fraud diamond dalam kaitannya dengan perilaku kecurangan

akademik di perguruan tinggi di Indonesia dilakukan diantaranya oleh dilakukan oleh Prawira dan Irianto (2015) di beberapa universitas di kota Malang dengan menggunakan sampel penelitian sebesar 120 mahasiswa serta 5 informan, menemukan bukti empiris bahwa perilaku kecurangan akademik mahasiswa dipengaruhi oleh dimensi fraud diamond. Penelitian tersebut merupakan ekstensi dari penelitian yang dilakukan oleh Nursani dan Irianto (2014), yang menemukan tekanan, peluang, rasionalisasi dan kemampuan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa.

B e r a g a m n y a h a s i l p e n e l i t i a n menyebabkan penelitian ini perlu dilakukan untuk menemukan bukti empiris baru ataupun bukti-bukti yang memperkuat hasil penelitian sebelumnya dengan menambahkan faktor-faktor lainnya.Penelitian ini merupakan ekstensi dari penelitian Irianto dan Prawira (2015) yang menggunakan konsep fraud diamond dalam meneliti perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi. Perbedaannya adalah penelitian ini menguji variabel academic self efficacy sebagai variabel tambahan. Perbedaan lainnya sampel yang digunakan adalah mahasiswa akuntansi baik swasta maupun negeri di wilayah Bali dengan menggunakan metoda kuantitatif.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of

Reasoned Action)

Teori Tindakan Beralasan pertama kali dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein pada tahun 1975. Teori ini menyatakan bahwa intensi merupakan fungsi dari dua determinan besar yaitu yang pertama, sikap individu terhadap perilaku (dalam arti personal) dan yang kedua adalah norma subyektif mengacu pada persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan suatu perbuatan atau untuk tidak melakukan suatu perbuatan. Norma subyektif mencerminkan p ersepsi individu terhadap bagaimana pentingnya pendapat orang lain tentang bagaimana seharusnya individu tersebut berperilaku. Persepsi ini mungkin akurat atau mungkin tidak akurat dalam mencerminkan apa yang sebenarnya dipikirkan orang lain (Ajzen dan Fishbein, 1975).

2.2 Theory of Attitudes and Behavior

Teori sikap dan perilaku (theory of

attitudes and behavior) dikembangkan oleh

Triandis (1971). Menurut Triandis (1971), sikap menyangkut komponen-komponen kognitif, afektif dan perilaku. Komponen kognitif menyangkut keyakinan, sedangkan komponen sikap afektif memiliki konotasi suka atau tidak suka. Triandis (1980) menyajikan suatu model perilaku interpersonal yang lebih komprehensif dengan menyatakan faktor-faktor sosial, perasaan dan konsekuensi yang dirasakan mempengaruhi tujuan perilaku dan sebaliknya akan mempengaruhi perilaku

(3)

2.3 Academic Self Efficacy

Self efficacy adalah konsep yang dikemukakan oleh Bandura (1977). Menurut Bandura (1996), self efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam melakukan tindakan atau kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Konsep ini kemudian berkembang menjadi academic self efficacy yang mengacu pada pengetahuan dan persepsi diri individu terhadap kemampuannya dalam melaksanakan tugas akademik tertentu dan sukses dalam mengerjakan desain tugas-tugas akademik tertentu (Schunk,1991; Wigfield dan Karpathian, 1991; dalam Ferla, 2009). Wood dan Locke (1987, dalam Gunawan, 2012) berpendapat bahwa Academic self-efficacy mengacu pada kepercayaan mahasiswa untuk mencapai keberhasilan dalam tugas akademis yang berbasis pada kompetensi kinerja seseorang

2.4 Kecurangan (Fraud) dan Kecurangan A k a d e m i k ( A c a d e m i c F r a u d )

Albrecht et al. (2012) menyatakan bahwa

fraud merupakan penipuan yang dilakukan

dengan sengaja oleh seseorang atau kelompok, tanpa adanya unsur paksaan sehingga sering kali tidak disadari, yang mengakibatkan kerugian bagi korban dan memberikan keuntungan bagi pelaku fraud. Purnamasari (2013) juga menjelaskan bahwa kecurangan akademik adalah perilaku tidak jujur yang dilakukan siswa dalam setting akademik untuk mendapatkan keuntungan secara tidak adil dalam hal memperoleh keberhasilan akademik

2.5 Fraud Diamond

Fraud triangle merupakan sebuah

konsep yang diperkenalkan oleh Cressey (1950) sebagai faktor-faktor yang mendasari perilaku curang yang terdiri dari tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Di tahun 2004 Wolfe dan Hermanson mengembangkan konsep fraud triangle dengan menambahkan satu faktor tambahan yang perkenalkan sebagai kemampuan (capability). Hal ini didasari oleh pemikiran Wolfe dan Hermanson (2004) bahwa kecurangan tidak akan terjadi kalau individu tidak memiliki kemampuan. Kemampuan yang dimaksud diantaranya; kemampuan untuk mengenali adanya peluang, memanfaatkan peluang melalui posisinya dalam perusahaan, mempengaruhi individu lain untuk bekerjasama atau menyembunyikan kecurangan yang dilakukannya, dan mampu mengendalikan diri sehingga tindakannya tidak mudah terdeteksi oleh pihak lain. Sifat individu dan kemampuan yang dimiliki adalah

hal yang sangat berperan penting dalam munculnya fraud dibandingkan dengan ketiga elemen lain dalam fraud triangle. Dengan kata lain kecurangan tidak akan terjadi apabila individu tersebut tidak mempunyai keahlian dan kemampuan dalam melakukan tindak kecurangan (Abdullahi dan Mansor, 2015)

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut maka dikembangkan hipotesis-hipotesis berikut ini:

1) Pengaruh Academic Self Efficacy

terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi

Mahasiswa yang mempunyai academic

self-efficacy yang rendah menghabiskan waktu

yang sedikit untuk belajar dan mempunyai kecenderungan untuk kurang tekun (Multon

et al.,1991;Torres dan Solberg, 2001; dalam

Gunawan, 2012). Academic self-efficacy menurut Elias (2009) memiliki hubungan searah dengan etika, sehingga semakin tinggi academic self

efficacy seseorang maka semakin rendah perilaku

kecurangan akademik. Hal senada dikemukakan Angell (2006 dalam Gunawan, 2012) bahwa mahasiswa dengan academic self-efficacy yang tinggi akan menganggap kecurangan sebagai tindakan yang tidak etis dibandingkan dengan mahasiswa dengan academic self-efficacy yang rendah.

Gunawan (2012) menemukan bahwa semakin rendah academic self-efficacy maka orang akan semakin curang dalam memanfaatkan teknologi informasi, sebaliknya, semakin tinggi academic

self-efficacy seseorang maka tingkat kecurangan

teknologi informasinya akan semakin berkurang. Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu, maka diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut:

H1: Academic self efficacy berpengaruh negatif terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi

2) Pengaruh Tekanan Internal Dan Eksternal Terhadap Perilaku

Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi

Becker et al., (2006) melakukan penelitian kepada 598 mahasiswa Midwestern University di Chicago untuk mengetahui perilaku kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa. Temuan dari penelitian tersebut adalah tekanan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya kecurangan akademik. Menurut Becker

et al. (2006) kemungkinan terjadinya kecurangan

akan semakin besar, ketika ada tekanan yang semakin besar yang dihadapi oleh para pelaku.

(4)

126

PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN

Penelitian lain yang dilakukan oleh Prawira dan Irianto (2015), menemukan bahwa perilaku kecurangan akedemik dipengaruhi oleh variabel tekanan. Mahasiswa yang melakukan perilaku kecurangan akademik dipengaruhi tekanan diantaranya kesulitan dalam memahami materi perkuliahan, adanya banyak deadline tugas dalam satu waktu, kurang baiknya manajemen waktu, aktifitas diluar kegiatan perkuliahan dan keinginan mendapatkan nilai bagus. Hasil penelitian ini memperkuat bukti empiris dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nursari dan Irianto (2014) dan penelitian Purnamasari dan Irianto (2014). Berdasarkan uraian dari hasil penelitian terdahulu maka penulis merumuskan hipotesis alternative sebagai berikut: H2: Tekanan Berpengaruh positif terhadap

perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi

3) Pengaruh Peluang Melakukan

Kecurangan Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi

Semakin meningkat peluang (opportunity) yang diperoleh, maka semakin besar kemungkinan perilaku kecurangan dapat terjadi (Albrecht et al, 2012). Menurut Becker et al. (2006) peluang merupakan faktor yang mendorong terjadinya kecurangan akademik. Semakin besar peluang yang tersedia bagi seseorang untuk melakukan kecurangan maka akan semakin besar pula kemungkinan orang tersebut untuk melakukan kecurangan. Seseorang dapat melakukan kecurangan karena adanya peluang, yaitu kesempatan dan keuntungan yang berasal dari sumber lain. Hal ini sesuai dengan temuan Prawira dan Irianto (2015) bahwa peluang berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa.

Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut: H3: Peluang berpengaruh positif terhadap

perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi

4) Pengaruh Rasionalisasi Untuk Melakukan Kecurangan Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi

Rasionalisasi merupakan pembenaran diri sendiri atau alasan yang salah untuk suatu perilaku yang salah (Albrecht et al., 2012). Mahasiswa yang melakukan perilaku kecurangan akademik selalu mencari pembenaran dengan mengatakan bahwa kecurangan akademik

tersebut wajar dilakukan karena berbagai alasan. Seorang siswa yang mempunyai rasionalisasi menyontek yang tinggi atau sudah terbiasa membuat alasan maka akan menganggap perilaku menyontek yang dia lakukan adalah benar (Pamungkas, 2015). Prawira dan Irianto (2015) menemukan bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Becker et al. (2006) dan Nursani dan Irianto (2014).

Berdasarkan uraian dari penelitian-penelitian diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Rasionalisasi berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi

5) Pengaruh Kemampuan Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi

Wolfe dan Hermanson (2004) yang menyebutkan bahwa banyak fraud tidak akan terjadi jika seseorang tidak mempunyai kemampuan (capability) tentang fraud tersebut. Pendapat tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Nursani dan Irianto (2014). Nursani dan Irianto (2014) yang melakukan penelitian terhadap 292 mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya mengenai konsep

fraud diamond dan pengaruhnya terhadap perilaku

kecurangan akademik mahasiswa, menemukan bahwa kemampuan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi. Mahasiswa yang memiliki kemampuan dalam melakukan kecurangan akademik cenderung untuk melakukan kecurangan akademik lebih sering daripada mereka yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan kecurangan akademik. Hasil yang senada juga dikemukakan oleh Prawira dan Irianto (2015) yang meneliti 120 responden dan 5 informan, menemukan bahwa kemampuan berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa.

Berdasarkan uraian dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Kemampuan berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi

(5)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini berlokasi di perguruan tinggi yang tersebar di tiga kabupaten di Bali yang mempunyai program studi akuntansi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa akuntansi di Provinsi Bali baik negeri maupun swasta. Desain sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling). Kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel yaitu mahasiswa akuntansi program reguler yang sedang atau telah menempuh semester 4. Alasan pemilihan individu ini disebabkan karena individu tersebut adalah individu yang diasumsikan telah beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dan suasana perkuliahan. Alasan lain rata-rata individu tersebut punya latar belakang yang sama yaitu belum bekerja sehingga mengeleminasi perbedaan latar belakang responden.

3.2 Instrumen dan Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif. Untuk tujuan tersebut maka penulis melakukan studi lapangan untuk memperoleh data dengan menggunakan kuisioner. Terdapat enam variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu academic self efficacy, tekanan, peluang, rasionalisasi kemampuan dan perilaku kecurangan akademik. Data dikumpulkan dengan menggunakan enam kuisioner yang berbeda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya melalui pilot test untuk mengukur variabel dalam penelitian pada satu waktu (cross sectional). Kuisioner yang digunakan terdiri dari kuisioner College

Academic Self-Efficacy yang pernah digunakan

oleh Ayiku (2005) yang diadaptasi dari instrumen yang dibuat oleh Owen dan Fromman (1988). Kuisioner untuk mengukur tekanan, peluang dan rasionalisasi menggunakan instrumen yang yang pernah digunakan oleh Pamungkas (2015). Kuisioner untuk mengukur variabel kemampuan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Kuisioner keenam untuk mengukur perilaku kecurangan akademik mahasiswa adalah kuisioner Skala Kecurangan Akademik yang dikembangkan Albretch et al. (2012) dan telah diadaptasi pada penelitian Pamungkas (2015).

Sebanyak 180 kuesioner disebarkan dengan tingkat pengembalian 100 % atau semua kuisioner kembali. Tingkat pengembalian (response rate) yang besar disebabkan karena peneliti menyebarkan

sendiri kuisioner ke kelas-kelas pada perguruan tinggi yang dijadikan sample penelitian. Dari 180 kuesioner yang kembali sebanyak 58 kueisoner yang tidak diisi secara lengkap sehingga yang dapat digunakan untuk dianalisis sebanyak 122 kuesioner

Data dianalisis dengan mengunakan analisis data deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai pengiriman dan pengembalian kuesioner, gambaran umum responden penelitian (umur, jenis kelamin, semester) serta deskripsi mengenai konstruk penelitian yang menunjukkan angka minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu academic self

efficacy dan fraud diamond (peluang, tekanan,

rasionalisasi dan kemampuan) terhadap variabel dependen yaitu kecurangan akademik mahasiswa. Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian terhadap kuisioner penelitian dilakukan sebelum penyebaran kuisioner untuk memastikan validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian dengan metode Pearson correlation menunjukkan kuisioner academic self efficacy,

fraud diamond (tekanan, peluang, rasionalisasi dan

kemampuan) dan perilaku kecurangan akademik adalah valid. Reliabilitas instrumen diuji dengan menggunaan koefisien Cronbach Alpha. Hasil pengujian menunjukan hasil sebagai berikut:

academic self efficacy memiliki alpha sebesar

0,826; tekanan 0.87; peluang 0.918; rasionalisasi 0.961; kemampuan 0.809; dan perilaku kecurangan akademik 0.983. Dengan demikian semua variabel dalam penelitian ini reliabel.

Responden dalam penelitian ini berjumlah 122 orang mahasiswa akuntansi program regular dari 7 perguruan tinggi di Bali yang terdiri dari laki-laki 36 orang (29.5%) dan perempuan 86 orang (70.5%). Responden yang sedang menempuh kuliah pada semester 4 berjumlah 76 orang dan sisanya sedang menempuh semester 6. Rata-rata responden menghabiskan waktu dengan belajar selama 1,5 jam dalam sehari.

Setelah model regresi telah lulus uji asumsi klasik, hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik regresi linier berganda dengan menggunakan alpha (α) = 5% untuk menilai signifikansi hubungan antar variabel. Hasil uji hipotesis dirangkum dalam tabel berikut ini:

(6)

128

PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN

Hasil uji hipotesis yang diringkas pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai adjusted

R2 adalah 0,097 atau 9,7%, ini berarti bahwa

varian variabel terikat perilaku kecurangan akademik sebesar 9,7% dipengaruhi oleh varian variabel bebas academic self efficacy, tekanan, peluang, rationalisasi, dan kemampuan sedangkan sisanya 90,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Nilai F-test digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 3,586 dengan tingkat signifikansi 0,005 (lebih kecil dari 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel academic self

efficacy dan fraud diamond (tekanan, peluang,

rasionalisasi dan kemampuan) secara bersama-sama mempengaruhi perilaku kecurangan akademik mahasiswa.

1). Pengaruh academic self efficacy

mahasiswa terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi

Hipotesis pertama menyatakan bahwa

academic self efficacy mahasiswa berpengaruh

negatif terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi. Dari hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel academic self

efficacy memiliki nilai koefisien negatif sebesar

0,072 terhadap perilaku kecurangan akademik

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,106 lebih besar dari α=0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis pertama ditolak. Ini berarti bahwa academic self efficacy mahasiswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Tingkat academic self efficacy mahasiswa tidak mencerminkan perilaku kecurangan akademik mahasiswa tersebut. Hasil penelitian ini menolak temuan Elias (2009); Angell (2006 dalam Gunawan, 2012), dan Pudjiastuti (2012) yang menyatakan semakin tinggi academic self efficacy seseorang maka semakin rendah perilaku kecurangan akademik.

2) Pengaruh tekanan yang dialami oleh mahasiswa terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa tekanan yang dialami oleh mahasiswa berpengaruh positif terhadap perilaku kecurangan mahasiswa akuntansi. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel tekanan memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,099 terhadap perilaku kecurangan mahasiswa dengan tingkat signifikansi sebesar 0,355 lebih besar dari α=0,05. Hasil pengujian tersebut diatas berarti bahwa hipotesis kedua ditolak. Ini berarti bahwa variabel tekanan yang dialami

Tabel 1

(7)

mahasiswa tidak berpengaruh terhadap perilaku kecurangan mahasiswa. Besar atau kecilnya tekanan tidak berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi. Hasil pengujian terhadap hipotesis kedua menolak temuan dalam penelitian Becker et al.(2006), Nursari dan Irianto (2014), Purnamasari dan Irianto (2014), Prawira dan Irianto (2015).

3). Pengaruh peluang terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi.

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa peluang berpengaruh pada perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel peluang memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,65 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,563 lebih besar dari α=0,05. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Artinya, variabel peluang tidak berpengaruh terhadap variabel perilaku kecurangan mahasiswa. Besarnya peluang yang tersedia bagi seseorang untuk melakukan kecurangan tidak mempengaruhi kemungkinan orang tersebut untuk melakukan perilaku kecurangan akademik. Temuan ini tidak mendukung temuan dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Albrecht et al ( 2012), Becker et al. (2006), Prawira dan Irianto (2015).

4). Pengaruh rasionalisasi terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi.

Hipotesis keempat menyatakan bahwa variabel rasionalisasi berpengaruh terhadap perilaku kecurangan mahasiswa. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel rasionalisasi mempunyai koefisien regresi sebesar 0,028 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,813 lebih besar dari nilai α=0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis keempat ditolak. Artinya variabel rasionalisasi tidak berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Rasionalisasi merupakan pembenaran diri sendiri atau alasan yang salah untuk suatu perilaku yang salah (Albrecht et al., 2012). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa adanya alasan sebagai pembenaran untuk melakukan perilaku kecurangan akademik tidak selalu mendorong terjadinya perilaku kecurangan akademik. Demikian

juga sebaliknya walaupun tidak ada alasan sebagai pembenaran seorang mahasiswa tetap bisa melakukan perilaku kecurangan akademik. Temuan ini tidak konsisten dengan temuan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Becker et al. (2006), Nursani dan Irianto (2014) dan Prawira dan Irianto (2015).

5). Pengaruh kemampuan terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi.

Hipotesis kelima menyatakan bahwa variabel kemampuan berpengaruh terhadap perilaku kecurangan mahasiswa. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kemampuan mempunyai koefisien positif sebesar 0,411 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,012 lebih kecil dari nilai α=0,05. hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis kelima diterima. Artinya variabel kemampuan berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Semakin besar kemampuannya untuk melakukan kecurangan maka semakin besar kecenderungan mahasiswa untuk melakukan perilaku kecurangan akademik. Temuan ini konsisten dengan temuan dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Wolfe dan Hermanson (2004) yang menyebutkan bahwa banyak fraud tidak akan terjadi jika seseorang tidak mempunyai kemampuan (capability) tentang

fraud tersebut. Pendapat tersebut diperkuat oleh

hasil penelitian yang dilakukan Nursani dan Irianto (2014) dan Prawira dan Irianto (2015).

V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh academic self efficacy dan variabel fraud

diamond terhadap perilaku kecurangan mahasiswa

akuntansi di Bali. Untuk menemukan jawaban tersebut ada lima hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa perilaku kecurangan akademik mahasiswa dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel academic self efficacy, tekanan, peluang, rasionalisasi dan kemampuan untuk melakukan kecurangan. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa academic self efficacy, tekanan, peluang dan rasionalisasi tidak berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi, namun variabel kemampuan berpengaruh positif terhadap terjadinya perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Temuan penelitian ini sebagian mendukung temuan dari penelitian sebelumnya dan sebagian menolak temuan dari penelitian sebelumnya. Hal tersebut diduga disebabkan

(8)

130

PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN

karena adanya perbedaan pada lokasi dan waktu penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan proses pembelajaran untuk meminimalkan kecurangan akademik dan dalam rangka pembentukan karakter mahasiswa akuntansi yang jujur dan berintegritas sebagai calon akuntan dimasa depan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (1) Adanya kemungkinan timbulnya bias dari responden, karena data yang diisi hanya didasarkan pada persepsi responden sehingga mungkin tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. (2) Terbatasnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini pada mahasiswa akuntansi program regular di perguruan tinggi yang ada di Bali, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi. (3) Rendahnya nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,097 yang berarti varian variabel bebas academic self efficacy, tekanan, peluang, rasionalisasi dan kemampuan memengaruhi variabel terikat perilaku kecurangan akademik sebesar 9.7% sedangkan sisanya 90,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik mahasiswa akuntansi

5.3 Implikasi Penelitian

Implikasi teoritis penelitian ini adalah memberi kontribusi yang berupa bukti empiris yang sebagian mendukung dan sebagian menolak hasil penelitian sebelumnya. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel academic self efficacy, tekanan, rasionalisasi, peluang dan kemampuan merupakan prediktor yang penting untuk menguji perilaku kecurangan akademik para mahasiswa. Sedangkan implikasi praktis, untuk mengurangi perilaku kecurangan akademik mahasiswa dapat dilakukan dengan cara menanamkan kesadaran kepada mahasiswa akan arti pentingnya integritas dengan berperilaku jujur sebagai calon akuntan dimasa depan sehingga masyarakat tetap memandang akuntan sebagai profesi yang dapat dipercaya dan diandalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, Rabi’u dan Mansor, Noorhayati. 2015.

Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond Theory. Understanding the Convergent and Divergent For Future Research. International

Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences. Vol. 5, No.4,

October 2015, pp. 38–45

Albrecht, W.S., Albrecht, C.O.,Albretch, C.C.,Zimbelman, Mark F. 2012. Fraud Examination, Fourth edition. USA: South-Western.Cengage Learning. Association of Certified Fraud Examiners. 2014. Report

to the nations on occupational Fraud and abuse.

ACFE, pp1-80

Ajzen, I., dan Fishbein, M. 1975. Belief, attitude,

intention, and behavior: An introduction to theory and research. Reading, MA: Addison-Wesley.

Ajzen, I., dan Fishbein, M. 1980. Understanding attitudes

and predicting social behavior. Englewood Cliffs,

NJ: Prentice-Hall.

Ayiku, Tiffany Quiana. 2005. The Relationships Among

College Self-Efficacy, Academic Self-Efficacy, And Athletic Self Efficacy For African American Male Football Players. Thesis. University of Maryland

Bandura, A.1986. Social Foundation of thought and action, Prentice Hall, Englewood Clift, NJ.

---. 1997. Self-efficacy: The exercise of control.

New York: Worth Publisher

---. 1999. Social cognitive theory of personality. In L. Pervin and O. John (Eds.), Handbook of

Personality (2nd. ed.). New York: Guilford.

---. 2001. Social cognitive theory: An agentic perspective. Annual Review of Psychology, 52, 1-26.

Becker, J. Coonoly, Paula L, and J. Morrison. 2006. Using the Business Fraud

Triangle to Predict Academic Dishonesty

Among Business Students. Academy

of Educational Leadership Journal,

Volume 10, Number 1, hal:37.

Bolin, Aaron U. 2004. Self-Control, Perceived

Opportunity, and Attitudes As Predictors

Of Academic Dishonesty the Journal Of

Psychology, 138(2), 101–114

D’Arcy Becker, dkk., 2006. “Using the Business Fraud Triangle to Predict

Academic Dishonesty Among Business

Students.” Academy of Educational

Leadership Journal. Vol 10, No. 1, Hal.

37.

Dyah Ayu, St., Advensia, Agnes dan Purnamasari, Vena St. 2007. Pengaruh Perkembangan Moral dan Sifat Machiavellian terhadap Perilaku Etis dalam Perspektif Gender. Laporan

Hibah Dikti. Diakses tanggal 27 Maret

2016

Elias, R. Z. 2009. The Impact of Anti-Intellectualism Attitudes and Academic Self-Efficacy on Business Students’ Perceptions of Cheating,

Journal of Business Ethics, 86:199–209.

Ferla, Johan,. Valcke, Martin,. dan Cai,Yonghong. 2009. Academic

(9)

Reconsidering structural relationships.

Learning and Individual Differences. Vol

19. Pp 499–505

Ghozali, Imam. 2013. “Analisis Multivariate

dengan Program SPSS”, Badan Penerbitan

Universitas Diponegoro, Semarang, Edisi 3. Gunawan, Hendra. 2012. Gender Dalam Perspektif

Academic Self-Efficacy Dan Kecurangan

Teknologi Informasi. Jurnal Integrasi. Diakses 12 Desember 2015

Harding,Trevor S., Carpenter, Donald D., Finelli, Cynthia J. dan Passow, Honor J. 2004. Does

Academic Dishonesty Relate to Unethical

Behavior in Professional Practice? An Exploratory Study. Science and Engineering

Ethics. Vol 10.issue 2

Hendricks, B. 2004. Academic Dishonesty: A Study in The Magitude of and Justification for Academic Dishonesty among College Undergraduate and Graduate Students.

Jurnal of College Student Development.

March, pp.212-260

Irianto, Gugus. 2003. Skandal Korporasi dan Akuntan. Lintasan Ekonomi Volume XX, Nomor 2. Juli 2003 : 104-113

Lawson, R. A. 2004. Is Classroom Cheating Related to Business Students’ Propensity to Cheat in the “Real World”?, Journal of Business Ethics, 49(2), 189–199.

Pamungkas, Desiana Dwi.2015. Pengaruh Faktor-Faktor Dalam Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Siswa Kelas Xi Akuntansi Smk Negeri 1 Tempel Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Jogyakarta. Jogyakarta

Prawira, I Dewa Made Satya dan Irianto, Gugus. 2015. Analisis Pengaruh Dimensi Fraud

Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan

Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 3(2)

Pudjiastuti, Endang. 2012. Hubungan “Self

Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi. Jurnal MIMBAR, Vol. XXVIII, No. 1, Hal: 103-112.

Purnamasari, Desi. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa. Educational Psychology Journal, EPJ 2(1), 13-21.

Purnamasari, Dian dan Irianto, Gugus. 2014. Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Saat Ujian dan Metode Pencegahannya. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Nursani, Rahmalia dan Irianto, Gugus. 2014. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa: Dimensi Fraud Diamond. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB,2(2)

Rangkuti, Anna Armeini.2011.Academic Cheating Behaviour of Accounting Students: a case study in Jakarta State University. Educational Integrity: Culture and Values, pp.105-109

Thompson, James H., Austin, Jane S. and Walters, Bruce A. 2002. The Relationship Between Tolerance For Ambiguity And Students‟ Propensity To Cheat On A College Exam. Journal of College Teaching dan Learning. Vol.1, No. 1

Triandis, H.C.1971. “Attitudes and Attitudes Change”, Jhon Weley and Sons, Inc, New York.

_______.1980. “Value, Attitudes and Interpersonal Behavior,” University of Nabraska

Press, Lincoln, NE, pp.195-259.

Wolfe, David T., & R. Hermanson. 2004. The fraud

diamond: Considering the four Elements of fraud. The CPA Journal, 38-42

Wright, N. 2007. Duke MBA students face expulsion over cheating. Earth Times. Http://www.earthtimes.org/articles/ show/57857.html. Diakses tanggal 15 Oktober 2015

(10)

132

PENGARUH ACADEMIC SELF EFFICACY DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN

Lampiran 1 Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Kerja (Pokja) Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Padang Lawas Utara, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) tahun 1983 tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan yang salah satu dari butir-butir fatwanya adalah:

Efek dari mantra dingin yang intens pada kunjungan rawat jalan anak untuk asma.. pada

Hukum- hukum otak yaitu: otak menyimpan informasi dalam sel-sel syarafnya, otak memiliki komponen untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan dalam berpikir dan berperilaku, otak

The 14,3 MeV fast neutron beam was produced by Neutron Generator (Sames trade-mark, type J.25-150 KeV) from JH(d.nlHe nuclear reaction.The side products of tapioca industry was

Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi ( akuiver ) yang berguna

- To identify the meaning of the text - To identify the social function of the text - To identify the generic structure of the text - To identify the language features of the text

Kunjungan ke rumah atau home visit merupakan upaya sekaligus inovasi yang dilakukan oleh guru di masa pandemi covid-19 dalam rangka menjalin kerjasama atau