• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Bunuh Ekstrak... (Rina Isnawati, et. al)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Daya Bunuh Ekstrak... (Rina Isnawati, et. al)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Nerium oleander L. Terhadap

Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus

Rina Isnawati*, Murni, Nelfita

Jl. Masitudju No.58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

The use of synthetic larvacide can be harmful to enviroment. It also can lead to larvacide resistance. One of the alternatives to reduce the negative impact of synthetic larvacide is organic larvacide from plant, such as Nerium oleander L. The aim of study was to determine the efficacy of N.oleander leaves extract against Aedes aegypti and Culex

quinquefasciatus larvae which was measured by LC and LC . The third instar larvae of 50 90

Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus were used for the study which were divided into 10

groups. In addition, there were one positive control group with Bacillus thuringiensis and one negative control with water. The results showed that the LC and LC for Ae. aegypti 50 90 were and 2,67% respectively whereas the LC and LC for Cx. quinquefasciatus were 50 90 0,14% and 0,71% respectively. Moreover, there was a mean difference in the death of

larvae between Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus (p-value=0.006). Extract of

N. oleander leaves were more effective against Cx. quinquefasciatus larvae than Ae. aegypti larvae.

A B S T R A C T / A B S T R A K INFO ARTIKEL

Penggunaan larvasida sintesis sangat merugikan masyarakat seperti pencemaran lingkungan dan menyebabkan resistensi. Alternatif untuk mengurangi dampak negatif tersebut adalah dengan menggunakan larvasida nabati yang berasal dari tanaman yaitu Nerium oleander L. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan besarnya daya bunuh ekstrak daun Nerium oleander yang ditunjukkan dengan LC dan LC . Larva 50 90

nyamuk yang digunakan adalah larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus yang telah mencapai instar III yang dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan kontrol positif (Bacillus thuringiensis) dan kontrol negatif (Air). Hasil penelitian menunjukkan bahwa LC dan LC untuk Ae. aegypti masing-masing adalah 0,68% dan 50 90

2,67%, sedangkan LC dan LC untuk Cx. quinquefasciatus masing-masing adalah 50 90

0,14% dan 0,71%, dan terdapat perbedaan kematian yang bermakna antara

Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus (p-value=0.006 ). Ekstrak daun N. oleander lebih

efektif terhadap larva nyamuk Cx. quinquefasciatus dari pada Ae. aegypti.

© 2015 2015 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved. Kata kunci: larvasida Nerium oleander Aedes aegypti Culex quinquefasciatus Article History: Received: 28 Oct. 2015 Revised: 7 Dec.. 2015 Accepted: 10 Dec. 2015

*Alamat Korespondensi : email : rina_isnawati@yahoo.com

The Efficacy of Nerium oleander L. Leaves Extract Against

Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus Larvae

Keywords: larvacide Nerium oleander Aedes aegypti Culex quinquefasciatus PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk diantaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

1

filariasis. Nyamuk Aedes aegypti adalah

2

penular penyakit Demam Berdarah Dengue, sedangkan nyamuk sebagai vektor filariasis

3

adalah dari genus Culex dan Aedes.

DBD merupakan penyakit infeksi tular vektor yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tidak sedikit yang menyebabkan kematian. Untuk kasus DBD di Sulawesi Tengah berdasarkan hasil Riskesdas 2007 didapatkan prevalensi sebesar 1,1%, lebih tinggi dari angka prevalensi nasional (0,6%). Filariasis adalah penyakit kronik yang ditularkan melalui beberapa gigitan nyamuk, salah satunya adalah Culex quinquefasciatus

(2)

d a n d a p a t m e nye b a b ka n ke c a c a t a n . Umumnya penyakit ini diketahui setelah timbul gejala klinis dan kronis. Prevalensi filariasis di Sulawesi Tengah berdasarkan hasil Riskesdas 2007 adalah 1,4‰, di atas

4

angka prevalensi nasional (1,1‰).

Pengendalian vektor telah banyak dilakukan dengan berbagai cara dan salah satu cara yang terpenting adalah dengan

5

memutus rantai penularan. Sampai saat ini pengendalian masih di titik beratkan pada penggunaan insektisida kimia karena lebih efektif, mudah aplikasinya dan hasilnya dapat d i k e t a h u i d e n g a n c e p a t . S e i r i n g p e r k e m b a n g a n j a m a n d a n a d a n y a penggunaan insektisida yang berulang telah menimbulkan masalah baru yaitu timbulnya r e s i s t e n s i v e k t o r d a n p e n c e m a r a n

6

lingkungan.

Metode pengendalian vektor yang paling efektif adalah dengan membunuh larvanya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan larvasida alternatif yaitu menggunakan larvasida nabati dari tanaman yang mempunyai kandungan beracun terhadap serangga pada stadium larva. Beberapa penelitian tanaman sebagai larvasida telah dilakukan diantaranya adalah ekstrak biji

mimba (Azadirachta indica) terhadap Ae. aegypti, ekstrak etanol minyak akar wangi

(Vetiveria zizanoides) terhadap Ae. aegypti, Culex sp, Anopheles sundaicus, ekstrak daun

teklan (Eupatorium riparium) terhadap

1,2,7

Ae. aegypti. Penelitian tanaman sebagai larvasida nabati masih perlu dikembangkan mengingat banyak tanaman yang tidak dikenal secara umum ternyata memiliki manfaat dan nilai ekonomis yang cukup

2

tinggi.

Tanaman Oleander N. oleander banyak dijumpai di Sulawesi Tengah sebagai tanaman hias di pekarangan rumah maupun di pinggir jalan. Tanaman tersebut berpotensi sebagai larvasida nabati karena bersifat toksik. Menurut Inchem, 2005 dalam Goktas, 2007 bahwa N. oleander banyak mengandung senyawa beracun, yang paling tinggi kandungannya adalah oleandrin dan nerin

8

sebagai glikosida jantung.

Bagian tanaman N. oleander yang dapat digunakan sebagai insektisida adalah akar,

batang, kulit batang, daun dan bunga, tetapi yang paling sering digunakan adalah daunnya karena paling banyak mengandung oleandrin. Zat tersebut bekerja sebagai racun perut dan penghambat daya makan larva. Racun perut akan mempengaruhi metabolisme larva setelah memakan racun, kemudian racun akan masuk ke dalam tubuh dan dicerna dalam saluran tengah yang kemudian diedarkan bersama cairan yang fungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan mempengaruhi sistem saraf larva dan

9

kemudian akan menimbulkan kematian. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap tanaman N. oleander yaitu penelitian Fakoorziba menggunakan ekstrak daun dan bunga N. oleander terhadap Anopheles stephensi, Komalamisra menggunakan ekstrak etanol daun oleander terhadap larva nyamuk Ae. aegypti diperoleh LC sebesar 50

10,11

197,97 mg/L. Penelitian yang dilakukan oleh Raveen menggunakan ekstrak hexan bunga oleander terhadap larva nyamuk Cx. quinquefasciatus hasilnya lebih tinggi dibandingkan ekstrak menggunakan air dengan nilai LC setelah 24 dan 48 jam 50

masing-masing sebesar 102,54 dan 61,11

12

ppm.

P e n e l i t i a n i n i b e r t u j u a n u n t u k menentukan besarnya daya bunuh ekstrak daun N. oleander sebagai larvasida nabati dengan menentukan LC dan LC terhadap 50 90

l a r v a n y a m u k A e . a e g y p t i d a n C x . quinquefasciatus, sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif pengendalian vektor penyakit menggunakan larvasida nabati.

BAHAN DAN METODE Penyediaan Larva Nyamuk

Larva nyamuk Ae. aegypti (Instar III) diperoleh dari Instalasi Hewan Coba Balai Litbang P2B2 Donggala. Telur nyamuk Cx. quinquefasciatus diambil dari alam dan ditetaskan di laboratorium sehingga diperoleh keadaan yang stabil.

Pembuatan Ekstrak Daun Oleander

Daun N. oleander diperoleh dari wilayah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense LIPI Bogor. Daun yang sudah dikeringkan dihaluskan dengan blender dan diayak

(3)

sehingga diperoleh serbuk halus. Serbuk halus kemudian diekstraksi dengan metode perkolasi, menggunakan pelarut etanol 70%

13

pada suhu kamar. Ekstrak ditampung dalam erlenmeyer, hasil ekstrak kemudian diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstraksi dilakukan di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu diperoleh sebesar 15,04%.

Uji Pendahuluan

Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak daun oleander sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan sampai volume 100 ml masing-masing diisi 25 larva nyamuk. Percobaan dilakukan di mangkuk plastik yang

1 4

telah diisi larva nyamuk instar III. Konsentrasi yang digunakan pada larva nyamuk Ae. aegypti adalah 0.4% , 0.6%, 0.8%, 1%, 1.2%, 1.4% (b/v) diperoleh LC :0.781% 50

dan LC :1.617%, sedangkan pada larva 90

nyamuk Cx. quinquefasqiatus digunakan konsentrasi 1.4%, 1.6%, 1.8%, 2%, 2.2%, 2.4% (b/v) diperoleh LC :0.87% dan LC :1.31%50 90

Uji Larvasida

Larva nyamuk yang dipakai adalah larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan kontrol positif Bacillus thuringiensis (H-14) dan air sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 25 larva instar III akhir dengan konsentrasi N. oleander, untuk Ae. aegypti yaitu (0,4;0,6;0,8;1;1,2;1,4;1,6;1,8;2;2;2)%. Konsentrasi uji untuk Cx. quinquefasciatus adalah (0,2;0,4;0,6;0,8;1;1,2;1,4;1,6;1,8;2)%. Pengamatan dilakukan 24 jam setelah perlakuan. Untuk menghitung banyaknya ulangan (replikasi) di hitung menggunakan

15

rumus Federer.

(t -1) (n - 1) ≥ 15 Keterangan:

t : Jumlah perlakuan (10 konsentrasi ekstrak daun N. oleander)

n : Jumlah Ulangan (diperoleh ulangan sebanyak empat kali)

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kematian larva nyamuk setelah 24 dan 48 jam perlakuan untuk penentuan nilai LC dan Lc . Uji statistik yang 50 90

digunakan adalah uji probit untuk mencari LC dan LC serta dilakukan uji T-test untuk 50 90

menghitung perbedaan kematian pada larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus.

HASIL

Hasil pengukuran suhu ruangan selama

o

pengujian berkisar rata-rata 27 C, merupakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan larva. Sementara pH medium kontrol dan larutan uji selama pengujian rata-rata tujuh dan kelembaban 68%.

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kematian larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasqiatus semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. oleander.

Ekstrak tersebut mampu menyebabkan kematian larva Ae. aegypti sebesar 44% pada konsentrasi terendah 0,4% dan mematikan 100% hewan uji pada konsentrasi 2,2%, sedangkan rata-rata kematian larva nyamuk Cx. quinquefasqiatus sebesar 64% pada konsentrasi terendah 0,2% dan mematikan 100% pada konsentrasi 1,2%; 1,8%; 2%.

Selanjutnya pada Gambar 2 dapat dilihat nilai LC sebesar 0,68% dan LC sebesar 50 90

2,67%, artinya pengaruh yang disebabkan oleh ekstrak daun N. oleander mampu menyebabkan kematian 50% larva Ae. aegypti

pada konsentrasi 0,68%, ekstrak daun N. oleander juga mampu menyebabkan

kematian 90% pada konsentrasi 2,67%. Hal ini berarti konsentrasi 0,68% dan 2,67% memberikan pengaruh kematian pada larva

Gambar 1. Data Kematian Larva Nyamuk

Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus

(4)

Ae. aegypti. Hasil uji probit pada larva nyamuk Cx. quinquefasciatus diperoleh nilai LC 50

sebesar 0,14% dan LC sebesar 0,71%. 90

Pengaruh yang disebabkan oleh ekstrak daun N. oleander mampu menyebabkan kematian 50% pada konsentrasi 0,14% dan juga mampu m e n y e b a b k a n k e m a t i a n 9 0 % p a d a

konsentrasi 0,71%. Berdasarkan Tabel 1. hasil uji T-test menunjukkan adanya perbedaan kematian yang nyata antara larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasqiatus dengan p-value 0,006(<0,05).

PEMBAHASAN

Kematian larva nyamuk meningkat seiring meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. oleander, hal ini menunjukkan dan memastikan bahwa ekstrak tersebut bersifat toksik. Pada penelitian ini suhu, pH dan kelembaban masih pada batas normal, maka kecil kemungkinan larva nyamuk dalam penelitian ini mati disebabkan oleh pengaruh luar seperti suhu, pH dan kelembaban.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Asiah yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Nephelium lappaceum maka semakin tinggi pula rata-rata

16

kematian larva nyamuk Ae. aegypti. Adanya perbedaan atau variasi pada jumlah kematian larva nyamuk disebabkan oleh adanya variasi sensitifitas dan resistensi dari setiap larva terhadap bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak.

Senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun N. oleander merupakan penyebab kematian larva karena senyawa bioaktif tersebut sebagai zat toksik. Kematian larva disebabkan oleh ketidakmampuan larva dalam mendetoksifikasi senyawa toksik yang

7

masuk ke dalam tubuhnya. Berdasarkan hasil pengamatan, larva uji memperlihatkan gejala kegelisahan yang ditandai dengan gerakan-gerakan naik turun pada media uji, sedangkan pada kontrol, larva menunjukkan kondisi istirahat di permukaan membentuk sudut tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak daun N. oleander lebih efektif untuk m e m b u n u h l a r v a n y a m u k C x . quinquefasqiatus dari pada Ae. aegypti karena konsentrasi yang dibutuhkan untuk

Gambar 2. Nilai LC dan Lc Ekstrak Daun 50 90

Oleander terhadap Larva Nyamuk Ae. aegypti dan Cx.

setelah 24 Jam Perlakuan

quinquefasciatus

Gambar 3. Nilai LC dan Lc Ekstrak Daun 50 90

N. Oleander terhadap Larva Nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus setelah 48 Jam Perlakuan

Selanjutnya pada Gambar 3. merupakan hasil pengamatan yang dilakukan sampai 48 jam setelah perlakuan. Nilai LC dan LC pada 50 90

pengamatan 48 jam lebih kecil dibandingkan pada pengamatan 24 jam setelah perlakuan, artinya pengamatan setelah 48 jam perlakuan untuk menegaskan bahwa kematian larva nyamuk yang diuji disebabkan oleh ekstrak daun N. oleander

Jenis Nyamuk Mean p-value 95%

Kematian Aedes 16,8(5,1) 0,006 1,8-9,6 Culex 22,5 (2,8)

Tabel 1. Kematian Ae. aegypti dan Cx.

quinquefasciatus setelah 24 Jam Perlakuan

(5)

m e m b u n u h l a r v a n y a m u k C x . quinquefasqiatus lebih kecil dibandingkan Ae. Aegypti. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Lokesh yang menyatakan bahwa d a r i t i g a l a r va nya m u k ya n g d i u j i menggunakan ekstrak daun N.oleander dan Trigonella faenum, Ae. aegypti adalah yang paling sensitif terhadap perlakuan tersebut dengan menunjukkan rata-rata kematian tertinggi dibandingkan dengan larva nyamuk

17

Cx. quinquefasqiatus dan Anopheles sp. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kualitas ekstrak daun N. oleander yang dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat tumbuh tanaman, metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan, dan juga perbedaan sensitivitas

18

pada larva nyamuk yang diuji.

Pengaruh perbedaan kematian antara l a r v a n y a m u k A e . a e g y p t i d a n Cx.quinquefasqiatus tersebut juga berarti dalam ekstrak daun N. oleander terkandung senyawa yang efektif seperti oleandrin yang berpengaruh juga terhadap nyamuk An.

1 0

stephenai. Ekstrak daun N. oleander merupakan larvasida nabati yang bekerja sebagai racun perut dan penghambat daya m a k a n l a r v a . R a c u n p e r u t a k a n mempengaruhi metabolisme larva setelah memakan racun, kemudian racun akan masuk ke dalam tubuh dan dicerna dalam saluran tengah yang kemudian diedarkan bersama cairan yang berfungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan mempengaruhi sistem saraf larva dan

9

kemudian akan menimbulkan kematian.

KESIMPULAN

Ekstrak daun N. oleander lebih efektif m e m b u n u h l a r v a n y a m u k C x .

quinquefasciatus dari pada larva nyamuk Ae. aegypti.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap daun N. oleander sebagai larvasida nabati untuk mengendalikan atau membunuh larva nyamuk.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Pembimbing Dra. Blondine Ch. P M.Kes

(B2B2VRP Salatiga) dan Dr. Yani Sudiyani (Puslit Kimia LIPI) atas masukan dan saran yang membangun serta Teknisi Laboratorium Galenika B2P2TOOT Tawangmangu atas bantuannya selama proses ekstraksi daun N.oleander.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lailatul KL, K., Asep RE. Efektivitas b i o l a r va s i d a e k s t ra k e t a n o l l i m b a h penyulingan minyak akar wangi ( Vetiveria

zizanoides ) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti , Culex sp ., dan Anopheles sundaicus. J Sains dan Teknol Kim. 2010;1(1):59-65.

2. Suirta IW, M PN, K GN. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Aktif Larvasida Dari Biji Mimba (

Azadirachta indika A . Juss ) Terhadap Larva

Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti). J

Kim. 2007;1:47-54.

3. Ardias A, Setiani O, Darundiati YH. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas. J Kesehat Lingkung

I n d o n e s . 2 0 1 3 ; 1 1 ( 2 ) : 1 9 9 - 2 0 7 .

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/a rticle/view/5032.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan K e s e h a t a n . R i s e t K e s e h a t a n D a s a r (RISKESDAS) 2007. Lap Nas 2007. 2008:1-384. doi:1 Desember 2013.

5. Nugroho A, Setyaningrum E, Wintoko R, Kurniawan B. The influence of fruit extracts

Phaleria macrocarpa against Aedes aegypti

larvae development of instar III. Med J

Lampung Univ. 2014:9-17.

6. Sukowati S. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Bul Jendela Epidemiol. 2010;2:5-8 7. Yunita EA, Suprapti NH, Hidayat JW. Pengaruh

Ekstrak Daun Teklan (Eupatorium riparium) Terhadap Mortalitas Dan Perkembangan Larva Aedes aegypti. J Bioma. 2009;11(1). 8. Goktas O, Mammadov R, Duru ME, Ozen E,

Colak AM. Application of extracts from the poisonous plant , Nerium Oleander L ., as a wood preservative. African J Biotechnol. 2007;6(September):2000-2003.

9. Wahyudi A. Nerium oleander :Pestisida Botani Untuk Pengendalian Hama. War Litbang

Tanam. 2010;16 (2).

10. Fakoorziba MR, Moemenbellah-Fard MD, Azizi K, Mokhtari F. Mosquitocidal efficacy of m e d i c i n a l p l a n t , N e r i u m o l e a n d e r (Apocynaceae), leaf and flower extracts against malaria vector, Anopheles stephensi

(6)

Liston (Diptera: Culicidae) larvae. Asian Pacific J T r o p D i s . 2 0 1 5 ; 5 ( 1 ) : 3 3 - 3 7 .

doi:10.1016/S2222-1808(14)60623-X. 11. Komalamisra N, Trongtokit Y, Rongsriyam Y,

Apiwathnasorn C. Screening for larvicidal activity in some Thai. Southeast Asian J Trop

Med Public Heal. 2005;36(6).

12. Raveen R, Kamakshi KT, Deepa M, Arivoli S, Tennyson S. Larvicidal activity of Nerium

oleander L . ( Apocynaceae ) flower extracts

against Culex quinquefasciatus Say ( Diptera: Culicidae ). Int J Mosq Res. 2014;1(1):38-42. http://www.dipterajournal.com/vol1issue1/ mar2014/7.1.pdf.

13. Thakur M, Pathak S. Phytochemical and Anti-Bacterial Activity of Eclipta Alba. Asian Reson. 2015;IV(III):108-112.

14. WHO. Guidelines for laboratory and field

testing of mosquito larvicides. World Heal

O r g a n . 2 0 0 5 : 1 - 4 1 . d o i : R e f :

WHO/CDS/WHOPES/GCDPP/2005.11. 15. Yuniarti R a., Damar TB. Efikasi Kombinasi

Bacillus thuringiensis israelensis dan Mesocyclops aspericornsis Sebagai Pengendali

Hayati Aedes aegypti di Gentong Air. Bul Penelit

Kesehat. 2008;36:26-32.

16. Asiah S, Gama A, Ambarwati. Efektifitas ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium

lappaceum l.) terhadap kematian larva

nyamuk Aedes aegypti instar III. J Kesehat. 2009;2:103-114.

17. Lokesh R, Barnabas EL, Madhuri P, Saurav K, Sundar K. Larvicidal Activity of Trigonella foenum and Nerium oleander Leaves Against Mosquito Larvae Found in Vellore City , India.

Curr Res J Biol Sci. 2010;2(3):154-160.

18. Hernani, Marwati T, Winarti C. Pemilihan Pelarut Pada Pemurnian Ekstrak Lengkuas (

Alpinia galanga ) Secara Ekstraksi. JPascapanen. 2007;4(1):1-8.

Gambar

Tabel 1. Kematian Ae. aegypti dan Cx.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4 Kromatogram ekstrak metanol bebas-tanin pada berbagai eluen Dengan eluen etil asetat, masih terdapat noda yang belum memisah sempurna, maka dibuat komposisi

Pada segmen pertama, biasanya akan dibahas mengenai tradisi dan makanan dari daerah yang dibahas.. Pada segmen kedua, biasanya akan membahas mengenai tempat wisata atau pesona

lokal, maka tentara Jepang tidak terlalu berperan, karena yang berperan di sini ialah hanya Tomatua- Tomatua (penasehat dalam pemerintahan) yang terlebih dahulu

Akhirnya penyusun berharap semoga Tugas Akhir dengan judul Perencanaan Struktur Rumah Tinggal 2 Lantai ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan semua Civitas

Kegiatan komunikasi, kata-kata dijalinkan menjadi satu dalam suatu kontruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa, untuk

Pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi pada setiap organisasi yang terus-menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan baku

Wa h a i p a r a o r a n g t u a , bukankah kita akan menghargai dan bangga terhadap prestasi anak ketika itu sesuai dengan minat dan harapan kita? Bagaimana kalau

Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan,