• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan sebuah usaha untuk membuat peserta didik belajar, sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning) yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari peserta didik (Sunhaji, 2014, hal. 30-37). Pembelajaran yang bermutu merupakan proses pembelajaran yang menghasilkan lulusan sesuai dengan standar kelulusan yang telah ditetapkan (Sopiantin, 2010). Kondisi kelas yang kondusif serta dapat menciptakan peserta didik berperan aktif dan menghasilkan kompetensi kognitif yang tinggi merupakan bentuk ketercapaian proses pembelajaran bermutu (Hatta, 2017, hal. 38-47). Dalam menciptakannya, tidak terlepas dari peran guru sebagai seorang pengajar.

Guru merupakan pekerjaan yang harus dilakukan secara profesional dan menuntut kinerja yang baik (Muh, 2010, hal. 44-63). Menurut Hidayat (2016, hal. 36-44), seorang guru yang memiliki kinerja yang sangat tinggi mampu meningkatkan prestasi bagi peserta didik. Guru yang profesional dapat melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensinya. Menurut UU RI No.14 Tahun 2005 pasal 10, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi ini harus dimiliki oleh setiap guru karena guru yang profesional merupakan guru yang memiliki kompetensi, begitupun guru fisika (U, 2015, hal. 221-232).

Cerminan guru fisika yang profesional dapat terlihat dari beberapa aspek yang berhubungan dengan tugas keguruannya seperti (1) menguasai landasan kependidikan, (2) memahami bidang psikologi pendidikan, (3) menguasai materi pelajaran (4) mampu mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran, (5) mampu dalam merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, (6) Mampu dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran dan

(2)

2 (7) mampu dalam menyusun program pembelajaran (Suhandani & Julia, 2014, hal. 128-141).

Akan tetapi, proses pembelajaran di Indonesia masih banyak yang belum optimal. Berdasarkan penelitian Brian Rowen (2001), menunjukkan bahwa masih belum seimbangnya antara pengetahuan muatan materi dan pedagogi yang dimiliki guru juga menyatakan bahwa beberapa calon guru dan guru mengalami kesulitan tentang cara mengajarkan materi fisika (Gaguk Resbiantoro, 2015, hal. 121-130). Pembelajaraan sains khususnya fisika merupakan pembelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik, maka seorang guru fisika harus mampu untuk mengintegrasikan konten kedalam pedagogik sehingga tujuan pembelajaran fisika akan tercapai (Samudra, Suastra, & Suma, 2014, hal. 4).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Rancaekek melalui wawancara dengan guru fisika dan peserta didik. Hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa guru fisika memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap teori belajar, namun pembelajaran masih cenderung menggunakan metode konvensional dan ceramah. Lalu, guru masih sering mengajar tanpa menggunakan perangkat pembelajaran seperti RPP menyebabkan proses pembelajaran menjadi tidak teratur. Sehingga guru cenderung memiliki pola mengajar yang tetap, padahal tidak semua materi fisika dapat diajarkan kepada peserta didik dengan cara mengajar yang sama, karena setiap materi memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Wulandari, 2018, hal. 177-179) dan fakta lain hasil wawacara terhadap guru fisika, hasil belajar mereka masih rendah dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga motivasi anak masih rendah. Studi pendahuluan ini tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi memberikan angket minat peserta didik. Hasil angket menunjukan fisika sulit dan susah untuk dipahami. Selain itu fisika hanya belajar tentang rumus saja dan pembelajaran fisika merupakan pelajaran yang kurang disenangi oleh peserta didik dikarenakan sulit.

Upaya untuk mengintegrasikan konten ke dalam pedagogik agar tujuan pembelajaran fisika tercapai dapat dilakukan dengan menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) (Agustina, 2015). Pedagogical Content Knowledge

(3)

3 (PCK) merupakan salah satu pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru dan calon guru. Pengetahuan tersebut meliputi materi yang diajarkan dan cara mengajarkannya (pedagogi). Kegiatan mengajar para guru berhubungan erat dengan Pedagogical Content Knowledge (Agustina, 2015, hal. 5-9). Kemampuan PCK seorang guru dapat dilihat dari intrumen CoRe dan PaP-eRs.

Dalam Penelitian Hijrianti (2018, hal. 34-37) menunjukan bahwa upaya peningkatan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru dapat dikembangkan dengan Pedagogical Content Knowledge. Kompetensi Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang diukur dengan dengan menggunakan instrumen CoRe dan Pap-eRs berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik serta dapat membuat calon guru lebih siap untuk mengajarkan suatu materi dari segi konten maupun cara mengajarkannya, sehingga kompetensi PCK guru dan calon guru dapat tergambar dengan CoRe dan PaP-eRs (Hijriati & Bunawan, 2018, hal. 34-38).

CoRe merupakan suatu alat yang sangat efektif membantu guru dalam meningkatkan kualitas hasil belajar kognitif peserta didik dan sangat bermanfaat untuk calon guru yang belum pengalaman banyak dalam mengajar (Bertram & Loughran, 2012, hal. 1027-1047). Sedangkan Pap-eRs merupakan deskripsi naratif mengenai PCK seorang guru yang menggarisbawahi bagian atau aspek tertentu dari konten sains yang diajarkan untuk itu mengembangkan CoRe dan Pap-eRs sebagai dari pengembangan PCK (Limba, 2017, hal. 65-69). Sehingga dapat disimpulkan bahwa CoRe dan PaP-eRs dapat digunakan untuk melihat dan menggambarkan PCK guru, selain itu adanya perbedaan hasil belajar akibat pengaruh PCK.

PCK seorang guru berhubungan dengan hasil belajar kognitif peserta didik, sementara kompetensi PCK guru tersebut belum dapat tergambar. Maka untuk menggambarkan PCK seorang guru dapat dilakukan dengan penggunaan CoRe dan PaP-eRs pada salah satu materi 3.4 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan (tetap) berikut penerapanya dalam kehidupan sehari-hari. Maka berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, peneliti bermaksud

(4)

4 untuk merancang suatu penelitian dengan judul “Penerapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) dalam Gerak Lurus Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan instrumen Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang dikembangkan untuk memandu mahasiswa calon guru dalam merancang kegiatan pembelajaran materi gerak lurus?

2. Bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran setelah mahasiswa calon guru menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) dan pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik pada materi Gerak Lurus?

3. Bagaimana perbedaan peningkatan hasil belajar kognitif antara peserta didik yang belajar dipandu calon guru dengan menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) dengan peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvesional pada materi Gerak Lurus?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Kelayakan instrumen Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang dikembangkan untuk memandu mahasiswa calon guru dalam merancang kegiatan pembelajaran materi gerak lurus

2. Keterlaksanaan proses pembelajaran setelah mahasiswa calon guru menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) dan pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik pada materi Gerak Lurus

3. Perbedaan peningkatan hasil belajar kognitif antara peserta didik yang belajar dipandu calon guru dengan menerapkan Pedagogical

(5)

5 Content Knowledge (PCK) dengan peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvesional pada materi Gerak Lurus

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas. Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah peserta didik SMAN 1 Rancaekek semester ganjil tahun ajaran 2020/2021

2. Pembelajaran yang di gunakan Penerapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) pada proses pembelajaran peserta didik dengan materi Gerak Lurus sesuai dengan kurikulum yang berlaku disekolah yaitu kurikulum 2013.

3. Pembelajaran konvesional yang digunakan dalam penelitian ini disesuai dengan kurikulum yang digunakan di SMAN 1 Rancaekek tanpa Penerapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) pada proses pembelajaran peserta didik

4. Hasil belajar kognitif yang diukur yaitu berdasarkan taksonomi bloom revisi peserta didik dibatasi pada beberapa aspek sebagai berikut: mengingat/remembering , memahami/understanding , mengaplikasikan/applying , analisis/analysis (Anderson, W, Airasian, Cruikshank, Mayer, & Pintrinch, 2001).

E. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat yang positif pada proses pembelajaran fisika sebagai bukti potensi dengan model Pedagogical Content Knowledge (PCK) pada proses pembelajaran materi Gerak Lurus untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik, sebagai berikut:

1. Secara teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan wawasan dalam pengembangan keilmuan terkait sudut pandang Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik dan memperkaya hasil penelitian, yang nantinya

(6)

6 akan digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang sama berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini.

2. Secara praktisi

a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pengendali dan masukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dikelas.

b. Bagi pesrta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan peningkatan hasil belajar kognitif untuk peserta didik melalui Pedagogical Content Knowledge (PCK).

c. Bagi peneliti ini dapat digunakan sebagai sumber dan bahan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kompetensi Pedagogical Content Knowledge (PCK) untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik

F. Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian yang dilakukan, untuk menghindari penafsiran yang berbeda berhubungan dengan judul penelitian, maka perlu dijabarkan istilah-istilah penting berikut ini:

1. Pedagogical Content Knowledge (PCK), merupakan hubungan pengetahuan konten antara disiplin ilmu dengan pedagogik umum seorang guru. Menurut Lougrhan dkk (2012), bahwa PCK merupakan ide yang berkeyakinan bahwa pada proses pembelajaran seorang guru bukan hanya sekedar mentransfer informasi kepada peserta didik. Penerapan PCK adalah peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan CoRe (Content Representation) dan PaP-eRs (Pedagogical and Professional-experience Repertoires).

2. Instrumen CoRe dalam penelitian ini digunakan sebagai Instrumen yang harus dijawab oleh guru sebelum melakukan pembelajaran.. Instrumrn CoRe kembangkan oleh Lougrhan yang berisi cara pandang guru terhadap sebuah materi tertentu yang akan diajarkan pada peserta didik. Instrumen CoRe dalam penelitian ini digunakan sebagai bentuk umum dari pengetahuan konten dan pengetahuan

(7)

7 pedagogis para guru karena mengaitkan bagaimana, mengapa, dan konten apa yang akan diajarkan kepada peserta didik. CoRe memiliki teknik yang paling baik untuk merepesentasikan dan merekam secara langsung PCK guru.

3. PaP-eRs dalam penelitian ini digunakan untuk menampilkan elemen proses pembelajaran yang tidak tampak pada CoRe dan dijadikan sebagai refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. PaP-eRs merupakan sebuah narasi dari implementasi aspek-aspek CoRe yang dibuat setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Keterlaksanaan pembelajaran PCK dinilai melalui AABTLT with SAS yang terdiri 20 kuis pertanyaan pada pertemuan pertama, dan kedua 22 kuis untuk pertemuan kedua, dan ketiga 15 kuis untuk pertemuan ketiga. Kuis pertanyaan ini mencangkup setiap tahapan pembelajaran mulai pendahuluan sampai penutup.

4. Hasil belajar kognitif peserta didik merupakan hasil yang diperoleh peserta didik terkait penguasaan dan perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar yang diukur dengan menggunakan tes yang yang diberikan kepada peserta didik berdasarkan jenjang kognitifnya. peningkatan hasil belajar kognitif berupa data peserta didik sebagai cerminan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran pada aspek kognitif setelah pembelajaran berlangsung. Dalam Taksonomi Bloom, dikenal ada 6 jenjang pada dimensi proses kognitif, yaitu mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan (applying), menganalisis (amalyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (create). Hasil belajar kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi sampai pada ranah (menganalisis), berdasarkan Taksonomi Bloom yang di revisi meliputi: C1 (mengingat), C2 (Memahami), dan C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisi). Pada penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar kognitif yang diukur menggunakan tes (pretest) dan (posttest) berupa soal pilihan ganda.

(8)

8 5. Gerak Lurus merupakan salah satu materi pembelajaran fisika yang dipelajari oleh peserta didik SMA di kelas X MIPA, sesuai dengan kurikulum 2013. Materi ini terdapat pada kompetensi 3.4 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan (tetap) berikut penerapanya dalam kehidupan sehari-hari 4.4 menyajikan data dan grafik hasil percobaan gerak benda untuk menyelidiki karakteristik geral lurus dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan (tetap) berikut makna fisisnya

G. Kerangka Berpikir

Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru sangat berpengaruh kepada hasil belajar peserta didik dikelas untuk meningkatkan hasil belajar kognitif. Tahapan proses pembelajaran dimulai tahap pendahuluan, isi, dan penutup seorang guru harus mampu mengkondisikan proses pembelajaran yang dapat dipahami oleh peserta didik baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Guru harus mempunyai pengalaman mengajar profesional dan kemampuan refleksi peserta didik dalam mengembangkan Pedagogical Content Knowledge (PCK). Beberapa cara yang telah dikembangkan untuk mengukur dan mengembangkan kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru yakni melalui Content Representation (CoRe) dan pedagogical and profesional Experience Repertoires (PaP-eRs) yangmana instrumen tersebut dapat membantu guru dalam pembelajaran terbaru terkait merancang dan mengatur proses pembelajaran yang aktif dan produktif (Ella, Yuli, Nurbaity, & Sukro, 2018, hal. 43-44).

Pada proses ini, CoRe menjadi salah satu lembar kerja guru untuk mengetahui pengetahuan konten pedagogi (Pedagogical Content Knowledge) peserta didik karena menghubungkan bagaimana, mengapa, dan apa isi yang akan diajarkan. CoRe memiliki sembilan komponen yang harus dicapai oleh seorang guru (Loughran, Berry, & Mulhall, 2012) antara lain:

(9)

9 2. Konsep apa yang harus dikuasai oleh peserta didik terkait ide pokok

yang diajarkan

3. Mengapa konsep penting bagi peserta didik untuk mengetahui ide pokok yang diajarkan

4. Apa saja yang anda ketahui dari ide pokok yang diajarkan tetapi belum saatnya diberikan kepada peserta didik

5. Kesulitan atau keterbatasan dalam mengajarkan ide pokok yang diajarkan

6. Pengetahuan tentang pemikiran siswa yang mempengaruhi pembelajaran terkait ide pokok yang dimunculkan

7. Faktor apa yang dapat mempengaruhi pembelajaran anda terkait ide pokok yang diajarkan

8. Prosedur mengajar seperti apa yang akan anda gunakan untuk ide pokok yang diajarkan

9. Bagaimana mengetahui cara spesifik dalam pemahaman peserta didik atau kebingungan dalam ide pokok

Setelah proses pembelajaran menggunakan Pedagogical Content Knowledge (PCK) diharapkan peserta didik dapat menunjang kegiatan belajar yang produktif dan pembelajaran dapat dicapai khusunya pada hasil belajar kognitif peserta didik yang meningkat.

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik yang dikehendaki benar–benar setelah mengalami proses belajar. Menurut (Anderson, W, Airasian, Cruikshank, Mayer, & Pintrinch, 2001). Hasil belajar proses kognitif meliputi mengingat, memahami atau mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta yang digabungkan dengan dimensi pengetahuan meliputi dimensi faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Menurut Gagne dalam Suprijono (2009:5), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang

(10)

10 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan dapat disajikan pada bagan dibawah ini :

Gambar 1. 1 Skema Kerangka Berpikir Rendahnya Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik

Pretest Penerapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) menggunakan CoRe dan PaP-eRs

Indikator peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik yang dikembangkan:  C1 (Mengingat/Remember)  C2 (Memahami/Understand  C3 (Mengaplikasikan/Apply)  C4 (Menganalisi/Analys). Posttest

Pengolahan dan Analisis Data Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Pembelajaran Konvensional Tanpa Pedagogical Content Knowledge (PCK) Proses Pembelajaran

Kesimpulan Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik

(11)

11 H. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang digunakan yaitu sebagai berikut:

 Ha : Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar kognitif peserta

didik dengan menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) dengan peserta didik yang belajar tanpa menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) terhadap hasil belajar kognitif pada materi Gerak Lurus.

 H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil kognitif peserta didik

yang belajar dengan menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) dengan peserta didik yang belajar tanpa menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) terhadap hasil belajar kognitif pada materi Gerak Lurus.

I. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan untuk mendukung penelitian ini yang dapat paparkan sebagai berikut:

1. Menurut penelitian Melly Palentina (2017) bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik. Pada penerapan PCK dalam pembelajaran saintifik pada materi momentum dan impuls. Hasil penelitian menunjukan bahwa representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK) pada peserta didik ini bahwa analisa data untuk kelas eksperimen diperoleh rata-rata pretes 44,24 dan postes 78,03. Kelas kontrol diperoleh rata-rata pretes 39,57 dan posttest 71,6. Analisis uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelas menjelaskan bahwa populasi berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Aktivitas belajar kelas eksperimen pada pertemuan I,II dan III adalah 65,10 (cukup aktif), 76,00 (aktif) dan 80,20 (aktif). Hasil uji t postes thitung adalah 3,18 sedangkan ttabel adalah 1,671 pada taraf nyata 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh PCK dalam pembelajaran saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok momentum dan impuls kelas X.

(12)

12 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yarni Laoli (2017), bertujuan untuk mengetahui pengaruh implentasi Pedagogical Content Knowledge (PCK) berbasis inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siwa. Hasil analisis peneliti data pretes menunjukkan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Setelah diberikan perlakuan, diperoleh rata-rata postes kelas eksperimen 69,71 dengan standar deviasi 10,64, dan kelas kontrol 51,80 dengan standar deviasi 9,97. Rata-rata persentasi aktivitas belajar siswa selama empat kali pertemuan sebesar 72,61% dengan kategori aktif. Hasil uji t postes menunjukkan thitung > ttabel, sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh implementasi PCK berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Yarni & Wawan, 2017, hal. 82-90).

3. Menurut Hijriati & Bunawan (2018) melakukan penelitian ini dengan menerapkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) dengan menggunakan dua aspek yaitu CoRe dan PaP-eRs dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil penelitian ini menunjukan adalah PCK pada inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Instrumen CoRe dapat membantu guru dalam menyusun skenario pembelajaran dan materi yang spesifik agar memudahkan siswa dalam proses pembelajaran. Model inkuiri terbimbing juga mengakibatkan siswa berperan lebih aktif pada saat kegiatan pembelajaran.

4. Menurut Tarigan & Bunawan (2017) menyatakan bahwa penggunaan PCK dalam pembelajaran saintifik materi Momentum dan Impuls dengan menggunakan CoRe dan PaP-eRs dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Hal tersebut dapat terlihat pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 78,03. Selain dapat meningkatkan hasil belajar, penggunaan PCK pun dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas yaitu pada pertemuan I 65,10 (cukup aktif), pertemuan II 76,00 (aktif), dan pertemuan III 80,20 (aktif).

(13)

13 5. Menurut Nur & Suminawati (2019) bahwa dalam menggunakan metode penelitiannya memperoleh hasil gambaran mengenai Pedagogical Content Knowledge (PCK) kemampuan kognitif sisswa dan pengaruh PCK meruakan tujuan penelitiannya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh terdapat pengaruh PCK terhadap tingkat kemampuan kognitif siswa. Artinya jika terjadi peningkatan PCK guru maka kemampuan kognitif siswa juga meningkat.

6. Penelitian yang dilaksanakan Erwin (2019) bertujuan mengembangkan instrumen Pedagogical content knowledge (PCK) calon guru fisika dalam konteks pengembangan keterampilan komunikasi saintifik melalui pembelajaran fisika. Partisipan menyatakan rubrik yang dikembangkan bermanfaat, mudah digunakan meskipun membutuhkan alokasi waktu yang lebih banyak dalam menggunakan rubrik. Dengan demikian instrumen yang dikembangkan layak digunakan untuk menilai PCK calon guru fisika dalam konteks pengembangan keterampilan komunikasi saintifik siswa

7. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2017) menyatakan bahwa PCK yang dikembangkan menggunakan empat komponen ,1) Knowledge of Curriculum for Mathematics (Learning Trajectory) 2) Knowledge of Instructional Strategies for Mathematics(Constructivist Learning Environments), 3) Knowledge of Student Understanding within Mathematics (Mathematical Beliefsdan 4) Knowledge of Assessment for Mathematics (Autentics Assessment) menunjukan salah satu desain pembelajaran inovatif sesuai dengan kebutuhan meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran sehingga peserta didik lebih aktif dan terampil dalam berfikir matematis.

8. Berdasarkan penelitian Safriana (2019) menyatakan bahwa Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan perpaduan pengetahuan pengajaran (pedagogik) dan pengetahuan materi ajar (Content). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan PCK mahasiswa calon guru pada pelaksanaan microteaching. Hasil penelitian menunjukan bahwa

(14)

14 kemampuan pedagogical content knowledge (PCK) mahasiswa calon guru masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan lagi dengan menerapkan strategi yang tepat pada pengajaran mikro.

9. Sri Haryani (2016) menyatakan dalam penelitian nya yang bertujuan untuk menganalisis PCK guru dan calon guru kimia serta implementasinya dalam pembelajaran pada materi. Hasil analisis CoRe menunjukkan bahwa gambaran PCK calon guru lebih runtut, detail, dan lebih lengkap dibandingkan guru. Sedangkan untuk mekanisme kerja Buffer hanya calon guru yang menuliskan baik dalam CoRe maupun LKS. Beberapa hal yang mulai dipertimbangkan guru maupun calon guru setelah pelatihan dan pembekalan PCK adalah dalam hal penulisan RPP dan LKS memikirkan apersepsi, materi prasyarat, keluasan dan kedalaman materi, dan strategi pembelajaran agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya

10. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rizky Suprianti dan Wawan Bunawan (2017) menyatakan bahwa adanya pengaruh penerapan pedagogical content knowledge (PCK) berbasis inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi fluida dinamis. Hasil rata-rata pretest pada kelas eksperimen adalah 50,71 sedangkan pada kelas kontrol adalah 49,57. Hasil rata-rata posttest pada kelas eksperimen adalah 75,62 sedangkan pada kelas kontrol adalah 70,28. Implementasi PCK ini memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa yaitu membuat siswa bersemangat dalam mengolah data dan mencari informasi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan materi fluida dinamis. Aktivitas dan hasil belajar siswa juga lebih baik dari kelas yang diterapkan model pembelajaran inquiry training tanpa PCK.

Terinspirasi dari penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian mengenai penerapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik bagi guru fisika yang berfokus pada guru. Penelitian ini dilakukan pada materi gerak lurus.

Gambar

Gambar 1. 1 Skema Kerangka Berpikir  Rendahnya Hasil Belajar Kognitif  Peserta Didik

Referensi

Dokumen terkait

kaki diabetik yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2014-2015.. 1.2

Analog and Digital Circuit for Electronic Control System Application, Using the TI MSP430 Microcontroller.. Burlington:

Alternatif perbaikan 2 yaitu menggunakan kembali malam yang telah digunakan pada proses pelorodan memenuhi syarat sustainable production untuk faktor lingkungan

Pelaksanaan perjanjian jasa pemborongan, tidak tertutup kemungkinan adanya keterlambatan, kelalaian dari salah satu pihak (wanprestasi), baik secara sengaja maupun

The trajectory points (enriched by the results of the pattern recognition agent) will be used by a configuration agent to align the cameras field of view.. We show that

BNPT tidak bisa melakukan sendiri bagaimana melawan pemikiran Aman Abdurrahman melalui media online yang mereka kembangkan, tetapi lebih penting lagi peran sarjana, ulama

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Pada tabel 1 hasil korelasi pearson menunjukkan bahawa terdapat hubungan antara rata-rata belanja modal dengan indek pelayanan publik pada Kabupaten/Kota di provinsi