• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENDIDIKAN

SERAMBI ILMU

ISSN 1693-4849

(Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)

VOLUME 24

NOMOR 1

MARET 2016

 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Di SMPN 2 Banda Aceh

Anita Noviyanti (1-7)

 Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa Kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen

Bima Albert (8-17)

 Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis melalui NHT Siswa Kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen

Fatimah Abubakar (18-27)

 Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia

M. Yusuf (28-34)

 Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia melalui STAD Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa

Yusrawati (35-44)

 Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13 melalui Modeling KKKS Gugus III SD Negeri 28 Peusangan Kabupaten Bireuen

Zainuddin (45-55)

 Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang Dilakukan oleh Nasabah dan Korporasi

Zulfan Yusuf (56-66)

Kajian Pedagogical Content Knowledge Calon Guru

Rini Sulastri (67-70)

 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I Tahun 2013/2014 Materi Sejarah Terjadinya Uang dan Pengertian Uang melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Di SMP Negeri 1 Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

Usmayani (71-87)

 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan dalam Surat Kabar melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IX-2 Semester I Tahun Ajaran 2014/2015 SMP Babul Istiqamah Susoh

A.Rani (88-105)

 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernafasan melalui Metode Alat Peraga Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 pada SD Negeri 12 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya

Aidar (106-119)

 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode Penugasan Di Kelas VIII-1 Semester I Tahun 2014/2015 SMP Negeri Tunas Nusa Kabupaten Aceh Barat Daya

Hasmanidar (120-132)

 Pengembangan Model Pelatihan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang Fisika Sekolah Menengah Pertama (SMP) Di Kota Sabang

Abdul Hamid (133-137)

Diterbit Oleh

FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Jurnal

Pendidikan Serambi Ilmu

Volume 24 Nomor 1 Hal

1-137

Banda Aceh Maret

2016

Publikasi Online: jurnal.serambimekkah.ac.id/jurnal-fkip/

(2)

1

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd*adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETA KONSEP DI SMPN 2 BANDA ACEH

Oleh Anita Noviyanti*

Abstrak

Penelitian pada Materi Sistem ekskresi Manusia ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa melalui metode peta konsep. Design penelitian yang digunakan “one group pretest-postest design”. Penelitian dilaksanakan di kelas IX pada SMPN 2 Kota Banda Aceh tahun Akademik 2013/2014 di semester ganjil. Sampel dipilih secara random dari 5 kelas IX yang ada, dan terpilih satu kelas yaitu kelas IX/1 sebanyak 24 siswa. Instrumen berupa lembar observasi pengamatan guru dan siswa pada pembelajaran. Dari hasil penelitian sebanyak dua kali pertemuan pada proses pembelajaran, menunjukkan aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan pada pembelajaran dua yaitu dengan pencapaian hasil aktivitas guru sebanyak 85,15% dan aktivitas siswa meningkat sebanyak 87,5%. Hasil observasi menunjukkan, meskipun ada kendala waktu dan keterbatasan dalam pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sistem ekskresi dengan menggunakan metode peta konsep.

Kata Kunci: aktivitas Guru Dan Siswa, Materi Sistem Ekskresi, Peta Konsep

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyaraka, sebab pendidikan merupakan suatu bentuk proses pembentukkan yang memungkinkan tumbuh dan berkembang potensi dan kemauannya. Oleh karena itu, tidak seorang pun yang luput dari pendidikan sekalipun ia telah dewasa. Seseorang tidak dapat menghindari dari pendidikan, malah selalu terlibat di dalamnya, apakah untuk memperoleh ataupun memberi pendidikan. Kepribadian manusia serta nilai-nilai budaya di sekitarnya dapat di bina, dan di kembangkan agar menjadi maju dan dapat hidup sejahtera. Semakin maju suatu masyarakat atau bangsa, semakin pula telah terasa kebutuhan akan pendidikan, karena sudah menjadi kebutuhan dasar dari manusia.

Menurut Nurhadi (2004: 7) “Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang di terimanya, tetapi pada kenyataanya mereka sering kali memahami secara mendalam subtansi materinya.” Untuk mengatasi masalah di atas perlu di lakukan upaya penerapan

program pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan adanya aktifitas siswa di harapkan materi yang di ajarkan lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa itu sendiri.

Agar siswa belajar lebih aktif, guru perlu memunculkan strategi yang tepat dalam memotivasi siswa. Guru harus memfasilitasi siswa agar siswa mendapatkan informasi yang bermakna, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri (Guntur, 2004).

Hasil studi pendahuluan, pembelajaran di SMP dalam kota Banda Aceh telah banyak menggunakan berbagai metode pembelajaran, di antaranya adalah metode ceramah, diskusi, tanya- jawab, eksperimen, dan observasi. Tetapi masih jarang ditemukan pembelajaran di SMP yang menggunakan pembelajaran menggunakan metode peta konsep, khususnya di SMPN 2 Banda Aceh. Guru pada umumnya belajar dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi sebagai jembatan agar siswa-siswinya memahami konsep-konsep yang di diajarkan.

(3)

2

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd*adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Novak (1985:15) mendefinisikan konsep

sebagai keteraturan (regularity) dalam kejadian-kejadian atau objek-objek yang ditandai dengan beberapa label, contohnya kursi adalah label yang digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan kaki, tempat duduk dan tempat bersandar yang keseluruhannya dipakai sebagai tempat untuk duduk. Konsep-konsep dapat disusun dalam suatu bentuk peta konsep atas dasar teori ausubel. Novak mengemukakan gagasan peta konsep yang menyatakan hubungan antar konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi dapat menolong guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung, untuk mengetahui penguasaan konsep-konsep pada siswa dan untuk menolong para siswa mempelajari cara belajar.

Dalam hal ini konsep sangat berhubungan dengan hasil belajar karena disiplin ilmu biologi tersusun oleh serangakaian konsep dengan berbagai tingkat kekomplekan, keabstrakan dan kebermaknaan. Konsep-konsep ini merupakan unit pelajaran yang penting. Seorang guru biologi dalam mengajarkan konsep-konsep biologi sebaiknya dapat dipahami suatu konsep dan mengetahui bagaimana caranya agar kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas, siswa yang ditampilkan di depan penuh gairah dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses belajar biologi yang aktif dan kreatif.

Dalam penelitian ini materi yang di aplikasikan pada metode peta konsep, adalah sistem ekskresi pada manusia. Pada konsep ini membahas tentang proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Dengan menyusun materi-materi sistem ekskresi dalam bentuk peta konsep, diharapkan aktivitas siswa terhadap pembelajaran lebih baik. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul “Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Sistem ekskresi dengan Menggunakan Metode Peta Konsep di SMPN 2 Kota Banda Aceh”.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah akitivitas belajar siswa pada materi sistem Ekskresi melalui penerapan metode peta konsep di SMP Negeri 2 Banda Aceh?

Tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: yaitu untuk mengetahui

peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IX pada konsep sistem ekskresi melalui metode peta konsep di SMPN 2 Banda Aceh.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep secara ilmiah baik yang berupa teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Konsep yang perlu dikuasai oleh siswa merupakan gambaran mental dari gejala alam yang mempunyai lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau objek yang dinyatakan dalam label (Novak dalam Liliasari, 2002). Untuk menguasai suatu konsep seseorang membutuhkan proses belajar, sehingga dengan belajar sejumlah konsep bisa meringankan beban memori karena dapat mengelompokkan peristiwa atau kejadian, objek dan kegiatan sehari-hari (Dahar, 1996).

Namun demikian, Munandar (1992) menyatakan bahwa dalam pengajaran sains tidak dapat terlalu ditekankan berlebihan pada

konsep sebagai produk tanpa

mempertimbangkan proses demikian pula sebaliknya, karena sains merupakan sarana untuk melatih kebiasaan berpikir, melakukan inquiri dalam memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang ada di lingkungan. Untuk memahami sejumlah konsep sains dengan lebih menekankan pada aspek proses, Sumaji (1998) mengemukakan agar siswa perlu diberi keterampilan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, berkomunikasi, bereksperimen, dan sebagainya secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak dan materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum.

2. Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan ini tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk percakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Sedangkan prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan proses belajar, karena prestasi belajar itu merupakan hasil dari proses belajar. Berdasarkan pengertian belajar tersebut, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

(4)

3

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd*adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh terdapat beberapa yang berbeda satu sama lain,

tergantung dari jenis sumbernya dan akhir yang di kemukakannya. Namun, secara umum dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia.

Belajar merupakan kegiatan anak didik untuk menerima, menanggapi serta menganalisa bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Perbuatan belajar diakhiri dengan kemampuan siswa menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan, atau ditandai dengan adanya perubahan sikap para siswa. Dengan kata lain, belajar menurut Ibrahim (2001:2) adalah Suatu rangkain proses belajar yang berakhir dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dari keseluruhan proses belajar mengajar, yang berarti berhasil atau tidaknya pencapain tujuan pendidikan sangat tergatung kepada bagaimana proses belajar itu berlangsung. setelah suatu proses belajar selesai dilaksanakan, maka perlu diadakan evaluasi ini akan di peroleh data tentang prestasi belajar yang telah dicapai, dalam hal ini prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar yang merupakan suatu proses untuk memperoleh prestasi belajar.

3. Peta Konsep

3.1 Pengertian Peta Konsep

Slameto (2003) yang dimaksud dengan peta konsep adalah buah pikiran seseorang atau sekumpulan orang yang timbul sebagai hasil pengalaman dengan berbagai benda, peristiwa atau kejadian. Melalui pengalaman tersebut diperoleh fakta-fakta yang merupakan label atau simbol. Menurut Novak (1985: 15) mendefinisikan konsep sebagai keteraturan dalam kejadian atau objek-objek yang ditandai dengan beberapa label. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan keteraturan dalam kejadian yang ditandai beberapa label sebagai hasil pengalaman.

Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yabg dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Misalnya “Langit itu biru” akan merupakan sebuah peta konsep

yang sederhana sekali terdiri atas dua konsep, yaitu langit dan biru, dihubungkan oleh kata itu (Novak, 1986:15).

Gambar 1. Contoh Peta Konsep

Tree

Oxigen Wood

Human Plant Animal House Paper Furniture

(5)

4

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd*adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Belajar bermakna lebih mudah

berlangsung bila konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif (lebih umum), maka peta konsep harus disusun secara hierarki, ini berarti bahwa konsep yang lebih inklusif ada di puncak peta konsep. Makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus (Novak, 1985:15). Di bawah ini ditunjukkan suatu peta konsep, disajikan pada Gambar 1.

3.2 Ciri-ciri Peta Konsep

Dahar (1996:125) mengemukakan ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut:

a. Peta konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan setiap konsep atau proposisi suatu bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa melihat bidang studi itu jelas dan lebih bermakna.

b. Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau bagian dari bidang studi. Peta konsep juga dapat memperlihatkan hubungan proporsional antara setiap konsep.

METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Kota Banda Aceh. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX/1 yang terpilih berdasarkan random dari 5 kelas IX yang ada. Alasan memilih kelas IX/1 karena berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru, kelas IX/1 adalah kelas yang memiliki kemampuan siswa bervariasi yaitu memiliki kemampuan Tinggi, sedang, dan rendah, dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari soal tes (tertulis) dan peta konsep. Yang diperlukan untuk:

1. Soal tes

Tes yang di gunakan adalah tes tertulis untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Soal tes sebanyak 30, yang merupakan soal pilihan berganda dengan menggunakan 4 option jawaban yang telah disediakan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan di kembangkan oleh guru untuk melihat observasi guru dan siswa, pada saat pembelajaran berlangsung yang diamati oleh 2 orang pengamat.

3. Teknik Pengolahan Data 3.1 Pengolahan Data Hasil Tes

Data yang diperoleh dari hasil observasi selama proses belajar mengajar selanjutnya dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui apakah tujuan pembelajaran yang digunakan sudah mencapai sasaran atau bahkan tidak mencapai sasaran.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus:

P = x 100% Keterangan:

P = Persentase capaian F = Skor yang dicapai N = Skor ideal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai aktivitas guru dan siswa pada konsep sistem ekskresi diperoleh dari aktivitas pembelajaran I dan pembelajaran 2. Aktivitas guru siswa yang menunjukkan kegiatan siswa pada kelas penelitian ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Peta Konsep pada Pembelajaran I dan II No Aktivitas Guru Pembelajar an Rata-rata Kriteria I II

1. Kemampuan dalam membuka pelajaran

pelajaran. 3 3 3 Baik

2. Kemampuan memotivasi atau membangkitkan

minat siswa. 3 4 3,5 Baik

(6)

5

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd*adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

3. Kemampuan memberikan apersepsi. 4 3 3,5 Baik

4. Kemampuan menjelaskan materi. 3 4 3,5 Baik

5. Kemampuan guru membagikan kelompok. 3 3 3 Baik

6. Menunjukkan bahan-bahan percobaan benda

cair. 3 4 3,5 Baik

7. Melibatkan siswa dalam melaksanakan

percobaan benda cair. 3 3 3 Baik

8. Mengembangkan diskusi kelas dengan

mendorong keaktifan siswa. 3 4 3,5 Cukup

9. Memberi petunjuk dan membimbing siswa

melakukan percobaan sesuai LKS. 3 4 3,5 Cukup

10. Mengamati kegiatan siswa. 3 4 3,5 Baik

11. Memanggil kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusi. 3 4 3,5 Baik

12. Menyimpulkan pelajaran. 3 3 3 Baik

13. Memberikan latihan mandiri. 3 3 3 Baik

14. Menginformasi materi selanjutnya. 4 3 3,5 Baik

15. Memberi pesan moral. 4 4 4 SangatBaik

Jumlah Skor 51 54 54,5

Sumber: Data Siswa Kelas IX/1 SMPN 2 Banda Aceh (2013) Dari hasil observasi aktivitas guru pada

pertemuan I dan II di atas bahwa skor rata-rata aktivitas guru yaitu 54,5 dari skor ideal 64. Maka persentase aktivitas guru adalah sebagai berikut:

P = X 100% P = , X 100% P = 85,15%

Tabel 2. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I Dan II pada Sistem Ekskresi No Aktivitas Siswa Pembelajar an Rata-rata Kriteria I II

1. Memperhatikan guru ketika membuka pelajaran. 4 4 4 SangatBaik 2. Mendengarkan guru dalam Memotivasi/

membangkitkan minat siwa. 4 3 3,5 Cukup

3. Mendengarkan guru memberikan apersepsi. 4 3 3,5 Baik

4. Memperhatikan guru ketika memberikan penjelasan singkat tentang materi sifat benda cair.

3 4 3,5 Baik

5. Mendengarkan guru membagikan kelompok. 3 3 3 Baik

6. Mengamati bahan-bahan percobaan benda cair.

4 3 3,5 Baik

7. Memperhatikan guru melibatkan siswa dengan

melaksanakan percobaan benda cair. 3 3 3 Baik

8. Keaktifan siswa dalam melaksanakan diskusi. 3 3 3 Baik

9. Mendengarkan guru memanggil kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi 3 4 3,5 Baik

10. Mengerjakan latihan. 3 4 4 Baik

11. Mendengarkan guru memberi pesan moral.

4 3 3,5

Baik Anita Noviyanti, Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi

(7)

6

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd*adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Jumlah Skor 53 51 52,5

Sumber: Data Siswa Kelas IX/1 SMPN 2 Banda Aceh (2013) Dari hasil observasi aktivitas siswa pada

pertemuan I dan II di atas bahwa skor rata-rata aktivitas siswa yaitu 52,5 dari skor ideal 60. Maka persentase aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

P = X 100% P = , X 100% P = 87,5%

Pembahasan

Aktivitas siswa pada pembelajaran 1 dan 2 mengalami peningkatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan metode peta konsep dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi sistem ekskresi dan dengan demikian dapat meningkatkan aktivitas siswa di SMPN 2 Banda Aceh.

1. Aktivitas Siswa Selama Penerapan Metode Peta Konsep pada Sistem Ekskresi

Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep dalam setiap pembelajaran terlihat lebih aktif khususnya pada pembelajaran 2. Siswa dibimbing oleh guru membuat peta konsep selanjutnya melakukan diskusi kelompok. Dari proses-proses belajar yang dilakukan siswa di ajak membuat kesimpulan dan hasil peta konsep yang telah di kembangkan memudahkan siswa memahami materi sistem ekskresi, sehingga persentase aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 87,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa metode peta konsep baik digunakan dalam pembelajaran biologi sistem ekskresi manusia. 2. Aktivitas Guru Selama Penerapan

Metode Peta Konsep Sistem Ekskresi Manusia

Data observasi aktivitas guru dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan. Pada pertemuan 1 terlihat guru kurang mampu dalam hal menjelaskan metode peta konsep kepada siswa, guru masih kurang dalam menjelaskan materi sistem ekskresi, dan belum baik dalam mengamati aktivitas kelompok serta diskusi. Selanjutnya pada pertemuan ke 2 guru sudah lebih baik dalam menerapkan metode peta konsep pada pelajaran sistem ekskresi dengan menggunakan berbagai

strategi seperti menguatkan konsep siswa melalui peta konsep yang dikembangkan sendiri, berdiskusi, mempresentasikan, menanggapi, danmembuat kesimpulan. Hal ini dapat dilihat dari observasi aktivitas guru dengan persentase yang dicapai yaitu 85,15% . Secara keseluruhan semua siswa mengalami peningkatan keaktifannya pada saat PBM berlangsung yang selanjutnya meningkatkan pula skor pada pemahaman konsepnya.. Dengan demikian ditemukan bahwa pembelajaran sistem ekskresi menggunakan metode peta konsep baik digunakan dalam pembelajaran-pembelajaran khususnya pada mata pelajaran sistem ekskresi ataupun yang relevan dengan pembelajaran biologi.

KESIMPULAN

Pertama, hasil analisis data dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX SMPN 2 Kota Banda Aceh pada materi sistem ekskresi manusia. Kedua,

Peningkatan aktivitas belajar ditemukan berdasarkan pengamatan langsung pada proses pembelajaran. Hasil aktivitas siswa dan guru yang ditemukan dalam dua kali pertemuan yaitu aktivitas guru meningkat 85.15% sedangkan aktivitas siswa meningkat hingga 87,5% .

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. (2006). Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007 dan Standar Kompetensi. Jakarta: Depdiknas

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Guntur, M. (2004). Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inquiri Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Ekologi Siswa Kelas I SMU. Tesis S2 UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ibrahim. (2001). Beberapa Kendala Yang

dapat Mempengaruhi Presstasi Belajar dalam Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia.

Banda Aceh. Depdiknas. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

(8)

7

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd*adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Liliasari. (1999). Pengembangan Model

Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah: Pusat Studi Komputer Sains IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, A. (1992). Dasar-dasar Pendidikan MIPA. IKIP Bandung. Diktat Kuliah. Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004. Pertanyaan

dan Jawaban. Jakarta: PT. Grasindo.

Novak, J.D & Gowin, L.B. (1985). Learning

How to Learn. University Tress.

Gambridge.

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor

yang mempengaruhi. Edisi. Ke-4. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(9)

8

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANGKAIAN R-L-C MELALUI JIGSAW SISWA KELAS XII TKJ.2

SMK NEGERI 1 BIREUEN

Oleh Bima Albert*

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C melalui Jigsaw siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negri 1 Bireuen, subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen, bertujuan untuk mengetahui cara, efektifitas dan tingkat keberhasilan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XII XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Data yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum dan maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis, terdiri atas 6 soal pilihan ganda rangkaian R-L-C, sedangkan mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satu alternatif pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan model pembelajaran Jigsaw (maju mundur seperti gergaji). Model ini yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Hasil penelitian berdasarkan nilai KKM, dari hasil belajar sejumlah 27 siswa mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM 76, pada pra siklus 13 siswa (48,1%) tuntas dan 14 siswa (51,9%) tidak tuntas, sedangkan pada siklus I siswa mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa (66,67%) dan tidak tuntas 9 siswa (33,33%) serta pada siklus II semua siswa berjumlah 27 siswa (100%) tuntas belajar.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Rangkaian R-L-C, Jigsaw.

PENDAHULUAN

Ada kalanya dalam proses pembelajaran perlu diamati, baik tentang persiapan perangkat pembelajaran, interaksi guru dengan siswa, daya pikir siswa yang berbeda, minat belajar siswa, serta cara guru mengelola kelas yang baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran. Kenyataannya setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi rangkaian R-L-C pada kelas XII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 5 siswa (18,5%) memperoleh baik , 8 siswa (29,6%) memperoleh nilai cukup dan 14 siswa (51,9%) lagi memperoleh nilai kurang, ini berarti siswa tidak tuntas belajar 51,9% dari siswa yang jumlahnya 27 orang. Mengingat pembelajaran fisika pada siswa jurusan Teknik

Komputer Jaringan (TKJ) 2 pada proses pembelajaran konsep rangkaian R-L-C hasil belajar tidak memenuhi target yang diharapkan, hal ini perlu perbaikan yang terarah baik dalam perangkat pembelajaran, model pembelajaran yang sesuai dan pengelolaan kelas yang baik. Hal ini dapat membangkitan motivasi belajar dan percaya diri dalam belajar.

Solusinya adalah guru mempunyai suatu upaya untuk memperbaiki cara mengajar dalam proses pembelajaran, baik dalam menerapkan suatu model pembelajaran, mengelola kelas yang tepat dan menyenangkan, interaksi guru dan siswa yang baik dan interaksi siswa dengan teman sekelasnya yang baik dan tenang, sehingga Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

(10)

9

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

hasil belajar siswa dapat tercapai dengan apa yang diharapkan.

Salah satu alternatif pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw

(maju mundur seperti gergaji), model ini

didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya, dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok belajar untuk mengambil solusi dalam diskusi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C Melalui Jigsaw Siswa Kelas

XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen”.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen?.

b. Apakah melalui Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen?.

c. Bagaimana tingkat hasil belajar rangkaian R-L-C melalui Jigsaw pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen?. Tujuan dari penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui cara melakukan peningkatan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen.

b. Untuk mengetahui efektifitas Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen.

c. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar rangkaian R-L-C melalui Jigsaw pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah, antara lain :

a) Bagi siswa, mampu meningkatkan motivasi dan kreatifitas dalam belajar konsep rangkaian R-L-C dan mampu melatih kepemimpinan siswa dalam kelompoknya. b) Bagi guru, sebagai wahana memperoleh

pengalaman dan latihan terhadap

pelaksanaan Jigsaw dalam materi rangkaian R-L-C serta sebagai metode untuk meningkatkan motivasi, kreatifitas dan percaya diri siswa dalam menge mukakan pendapat.

c) Bagi sekolah, Sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA Hasil belajar

Bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah hasil belajar, karena keberhasilan guru dalam proses pembelajaran dapat diukur dari hasil belajar, menurut Hamalik (2006: 30): “Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut”, dalam hal ini siswa akan terjadi perubahan pada dirinya baik sadar maupun tidak sadar setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan Sudjana (2005: 22) mendifinisikan: “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar ”. Jadi hasil belajar merupakan terjadi proses perubahan dalam diri seseorang setelah belajar.

Aspek-aspek yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Interaksi dalam proses pembelajaran sangat penngaruh dalam perkembangan hasil belajar siswa. S.Nasution (2006 : 360) menyatakan: “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”, hal ini interaksi guru dengan siswa, siswa dengan teman sekelasnya maupun sebaiknya perlu diterapkan dalam proses pembelajaran untuk membangkitkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa, sehingga hasil belajar dapat menghasilkan sesuai dengan harapan.

Minat belajar siswa sangat dominan mempengaruhi hasil belajar siswa, baik dalam hal kemampuan daya pikir yang beda, lingkungan, kejenuhan belajar dan metode pembelajaran yang kurang minat diterima oleh siswa. Selanjutnya Hamalik (1992: 173) menyatakan bahwa: “Suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat”, Dalam hal ini peran guru disini mampu pendekatan moral dan membimbing Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

(11)

10

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

siswa secara kekeluargaan, serta guru mampu mengkaitkan pengetahuan kedalam perkembangan anak didik, mengetahui tentang minat belajar siswa dan dapat mengambil solusi yang tepat sehingga siswa dapat motivasi dan kreatif dalam proses pembelajaran.

Persiapan guru dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Slameto (1991: 84) menyatakan bahwa “Mengajar adalah kegiatan mengorganisasi yang bertujuan untuk membantu dan menggairahkan siswa belajar”, dalam hal ini bukan saja ilmu yang ada perlu disiapkan namun perlu juga perangkat pembelajaran yang terarah dan terprogram, pengelolaan kelas yang aman, tertib dan menyenangkan serta mampu membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Sarana dan prasarana yang mendukung kelengkapan pembelajaran mempunyai nilai tersendiri dalam meningkatkan prestasi siswa, kemauan guru untuk mau mengubah dan memperbaiki dari yang tidak ada ke ada perlu diberi penghargaan.

Prestasi Belajar Siswa

Belajar akan mendapat prestasi yang baik apabila belajar tersebut dilakukan dengan adanya dukungan, sarana dan prasarana pengajaran, dengan demikian dapat mendorong

motivasi belajar siswa dalam meningkat prestasi belajar. Motivasi belajar untuk prestasi juga dikemukakan oleh Mangkunegara (2001:103) adalah: “Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya guna mencapai prestasi dengan prediket terpuji” Dalam hal ini prestasi yang telah dicapai dari serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa yang mengakibatkan perubahan pengetahuan atau kemahiran yang ada didalam dirinya yang dicapai oleh masing-masing individu siswa berbeda satu sama lainnya. Prestasi belajar juga dapat disebut sebagai tingkat keberhasilan siswa didalam proses pembelajaran.

Pendekatan Jigsaw

Model Pembelajaran Jigsaw (maju mundur

seperti gergaji) adalah tipe pembelajaran

kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot

Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

Menurut Sugiyanto (2008: 41) menyatakan:“Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keuntungan diantaranya memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan”,hal ini sejalan dengan Mulyana (2005: 4) menyatakan: “Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok”,dalam hal ini siswa belajar melalui tim ahli sehingga pembelajaran lebih efektif dan siswa lebih mudah mendeskripsikan konsep rangkaian R-L-C, dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 siswa secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Selain itu, menurut Lie (2010: 18) menyatakan bahwa : “Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari, jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam persiapan dan penyusunan metode kerja kelompok”, guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat dan para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli, sehingga setiap siswa anggota kelompok menerima informasi yang diperlukan untuk memahaminya dan berdiskusi. Pada materi rangkaian R-L-C pelajaran fisika ini, model pendekatan Jigsaw merupakan suatu metode pendekatan yang baik diterapkan, dimana siswa tidak jenuh dalam belajar, dikarenakan adanya permainan diskusi didalam pembelajaran yang positif.

Kooperatif Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C Melalui JIGSAW

(12)

11

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan. Sintaks pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut :

1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim, yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. 2. Bahan akademik disajikan kepada siswa

dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. 3. Para anggota dari beberapa tim yang

berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.Kumpulan siswa semacam itu disebut `kelompok pakar` atau expert group.

4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kekelompok semula atau home teams untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Sudah tentu dalam pelaksanaan setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dengan

Jigsaw. Adapun kelebihan dan kekurangan

pada Jigsaw adalah sebagai berikut: Kelebihan Jigsaw

1. Menciptakan suasana interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa yang baik.

2. Melatih kepemimpinan siswa dalam kelompoknya

3. Melatih siswa dalam memberi informasi dan solusi masalah dalam diskusi.

4. Mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

5. Melatih percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat.

6. Meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.

7. Meningkatkan efesiensi guru dalam mengelola kelas yang kreatif, dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan. Kekurangan Jigsaw

1. Memerlukan kecermatan dalam memilih kelompok ahli

2. Memerlukan buku panduan/LKS untuk siswa agar informasi tidak salah.

3. Memerlukan kesiapan dalam mengelola kelas yang tepat.

Pembelajaran Fisika tentang Rangkaian R-L-C

Rangkaian hambatan R-L-C merupakan materi pelajaran fisika yang diajar pada kelas XII TKJ.2 semester genap untuk kurikulum KTSP di SMK Negeri 1 Bireuen. Dalam hal ini siswa mampu menerapkan konsep rangkaian R-L-C dan mampu menyelesaiakan bentuk-bentuk soal hitungan dalam rangkaian R-L-C, Rangkaian R-L-C arus bolak balik yang mempunyai hambatan (R), induktor (L) dan kapasitor (C) yang disusun secara seri, besarnya tegangan pada ujung-ujung R, L dan C sesuai dengan hukum ohm.

Gambar 1. Rangkain R-L-C Seri

(13)

12

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen Kerangka Berpikir

Peningkatan keberhasilan belajar siswa terhadap materi pelajaran fisika khususnya rangkaian R-L-C dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw yang relevan. Penggunaan model pembelajaran yang terprogam dan terarah dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih aktif, dalam proses ini, akan terjadi kegiatan keterampilan memahami konsep materi rangkaian R-L-C pada siswa, dimana siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga mampu memahami materi yang dijelaskan oleh teman, sehingga tingkat keberhasilan belajar siswa akan tercapai sesuai dengan harapan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan berbagai teori yang telah dikumpulkan, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan yaitu “Melalui Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1

Bireuen ”.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau “Classroom Action Reserh”, lokasi penelitian dilaksanakan adalah Kelas XII TKJ. 2 SMK Negeri 1 Bireuen jalan Taman Siswa no. 2, Telp. (0644)21558, Fax. (0644)21358, Kode Pos 24251 desa Geulanggang Baro Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari tanggal 12 Januari s.d 30 Maret 2015. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 27 orang siswa, dimana terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa sebagai subyek penelitian. Data dari hasil tes tertulis. Tes tertulis dengan materi rangkaian R-L-C dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Selain siswa sebagai sumber data, peneliti juga menggunakan dua teman sejawat

sesama guru kelas sebagai sumber data dalam mengobservasi keaktifan siswa dalam pembelajaran setiap siklus.

Teknik dan alat pengumpulan data, Teknik pengumpulan data mengenai peningkatan penguasaan materi diambil dari tes hasil belajar setiap siklus. Data tentang keaktifan siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi. Alat pengumpulan data pada penelitian ini meliputi : Tes tertulis, terdiri atas 6 soal pilihan ganda rangkaian R-L-C. Lembar observasi dan dokumen.

Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum dan maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM. Data hasil observasi (pengamatan) yang dibantu oleh dua teman sejawat guru yang mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan proses tindakan adalah apabila kemampuan siswa kelas XII TKJ.2 memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 76 (C),

Observasi keaktifan siswa belajar dalam setiap siklus perlu dilakukan sebagai perbandingan dalam keberhasilan pembelajaran yang akan menghasilkan hasil belajar sesuai harapan. Observasi dilaksanakan oleh dua teman sejawat dalam pembelajaran setiap siklus.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. hal ini terlihat seperti pada gambar alur penelitian sebagai berikut: Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C Melalui JIGSAW

(14)

13

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Gambar 2. Alur Penelitian

Siklus I

Permasalahan; setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi rangkaian R-L-C pada kelas XII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 5 siswa (18,5%) memperoleh baik , 8 siswa (29,6%) memperoleh nilai cukup dan 14 siswa (51,9%) lagi memperoleh nilai kurang. Permasalahan ini akan dianalisis sebagai kondisi awal (pra siklus).

Perencanaan tindakan I, terdiri atas kegiatan; Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi rangkaian R-L-C disesuaikan dengan model pembelajaran

Jigsaw, Penyiapan skenario pembelajaran dengan model Jigsaw. Menyiapkan buku/LKS rangkaian R-L-C.Pada siklus I, 27 siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Pelaksanaan tindakan I, terdiri atas kegiatan; Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal, Melaksanakan kegiatan proses pembelajaran, menyajikan dan menjelaskan materi dan penyelesaian bentuk-bentuk soal rangkaian R-L-C dan diskusi sesuai dengan sintak model

Jiwsaw. serta tes akhir.

Observasi I; Observasi (pengamatan) yang dibantu oleh dua teman sejawat guru yang mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada siklus I. Analisa data I yang diperoleh dari hasil tes dan data hasil observasi pada siklus I

Refleksi I; Dalam tahap ini, merefleksi seluruh kegiatan atau peristiwa selama pelaksanaan tindakan berlangsung, membandingkan hasil pra siklus dengan siklus I dan mengidentifikasi kembali hal-hal yang masih kurang dan mempertahankan hal yang dianggap baik. Dan apabila pelaksanaan

tindakan pada siklus I belum memuaskan, maka akan ditindak lanjut lagi pada siklus II sampai tujuan berhasil,

Siklus II

Perencanaan tindakan II, terdiri atas kegiatan: enyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP pembelajaran fisika untuk materi rangkaian R-L-C disesuaikan dengan model pembelajaran

Jigsaw. Penyiapan skenario pembelajaran dengan model Jigsaw. Menyiapkan buku/LKS rangkaian R-L-C. Pada siklus II, 27 siswa dibagi menjadi 4 kelompok dimana masing-masing kelompok ada dua siswa yang berprestasi .

Pelaksanaan tindakan II, terdiri atas kegiatan; Melaksanakan kegiatan proses pembelajaran, menyajikan dan menjelaskan materi dan penyelesaian bentuk-bentuk soal rangkaian R-L-C dan diskusi sesuai dengan sintak model Jiwsaw, serta tes akhir.

Observasi II; Observasi (pengamatan) yang dibantu oleh dua teman sejawat guru yang mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada siklus II. Analisa data II yang diperoleh dari hasil tes dan data hasil observasi pada siklus II dan mengambil kesimpulan.

Refleksi II; Refleksi dalam tahap ini, membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dimana peneliti mengharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C sesuai dengan harapan.

(15)

14

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil kondisi awal (pra siklus) setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi rangkaian R-L-C pada kelas XII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 5 siswa (18,5%) memperoleh baik, 8 siswa (29,6%) memperoleh nilai cukup dan 14 siswa (51,9%) lagi memperoleh nilai kurang. Berdasarkan hasil tes pra siklus yang kurang memuaskan sesuai dengan harapan dengan ketuntasan belajar dari 27 siswa hanya 13 siswa yang tuntas (48,1%) dan belum tuntas 14 siswa (51,9%) serta nilai rata-rata 71 masih dibawah nilai KKM , dipadukan lagi dengan hasil observasi pra siklus dengan kualifikasi kurang aktif (C). Maka perlu tindakkan untuk perbaikan perangkat pembelajaran, model pembelajaran dan mendorong siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan data hasil observasi pada siklus I. Hasil siklus I setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi rangkaian R-L-C pada kelas XII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 8 siswa (29,63%) memperoleh baik , 10 siswa (37,04%) memperoleh nilai cukup dan 9 siswa (33,33%) lagi memperoleh nilai kurang. Berdasarkan hasil tes pra siklus dengan hasil tes siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah KKM. Pada pra siklus dibawah KKM sebanyak 14 siswa dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 9 siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 71 menjadi 77. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Menurut gambaran yang ada, bahwa keberhasilan belajar pada siklus I lebih baik dari pra siklus , namun demikian hasil pembelajaran belum semaksimal mungkin yang sesuai dengan harapan. Dengan memperhatikan hasil observasi keaktifan masih ada siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, oleh karena itu diperlukan perbaikan pada pembelajaran siklus II.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan data hasil observasi pada siklus II Hasil siklus II setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi rangkaian R-L-C pada

kelas XII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 10 siswa (37,04%) memperoleh baik , 17 siswa (62,96%) memperoleh nilai cukup. Refleksi dalam tahap ini, membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dimana peneliti mengharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C melalui Jigsaw sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil siklus I dengan hasil tes siklus II dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah KKM. Pada siklus I dibawah KKM sebanyak 9 siswa dan pada akhir siklus II semua lulus sesuai dengan nilai KKM. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 77 menjadi 82. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Disamping hasil tes pada siklus II sangat memuaskan, juga keberhasilan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sisklus II ada peningkatan dibandingankan dengan proses pembelajaran pada siklus I, dari kualifikasi B (Aktif) dengan skor nilai rata-rata 66 pada siklus I meningkat menjadi B (Aktif) dengan skor nilai rata-rata 81,75. Menurut gambaran yang ada, bahwa keberhasilan belajar pada siklus II lebih baik dari siklus I maupun pada pra siklus, dengan demikian hasil pembelajaran sudah semaksimal mungkin yang sesuai dengan harapan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pendekatan pembelajaran

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen untuk pembelajaran semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut hasil analisis dibahas dalam data dengan perbandingan pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Dengan melihat perbandingan hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II ada peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata- rata siswa meningkat 8,11% dari nilai rata-rata 71 pada pra siklus menjadi 77 pada siklus I , dan meningkat 6,29% dari nilai rata-rata 77 pada siklus I menjadi 82 pada siklus II. Selain itu dapat dilihat pada data dan diagram nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah pada setiap siklus dibawah ini :

(16)

15

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Tabel 1. Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Siswa

No Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Nilai tertinggi 82 86 88

2 Nilai Terendah 60 68 76

Nilai Rata-rata 71 77 82

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Siswa Dari hasil belajar sejumlah 27 siswa

mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM 76, pada pra siklus 13 siswa (48,1%) tuntas dan 14 siswa (51,9%) tidak tuntas, sedangkan pada siklus I siswa mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa (66,67%) dan tidak

tuntas 9 siswa (33,33%) serta pada siklus II semua siswa berjumlah 27 siswa (100%) tuntas, berikut data dan diagram ketuntasan pada pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM

No. Ketuntasan Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II Jlh. Siswa Persen Jlh. Siswa Persen Jlh. Siswa Persen 1. Tuntas 13 41,1% 18 66,67% 27 100% 2. Belum Tuntas 14 51,9% 9 33,33% 0 0% Jumlah 27 100% 27 100% 27 100%

Gambar 4. Diagram Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

(17)

16

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Sedangkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami peningkatan, dimana keaktifan siswa mempunyai peningkatan sebesar 29,07% dari pra siklus ke siklus I dan 21,32% dari siklus I ke siklus II,

sehingga mendukung keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Berikut data dan diagram observasi keaktifan siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Keaktifan Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II

a . Skor rata-rata 49,25 66 81,75

b. Kualifikasi Kurang aktif (C) Aktif (B) Aktif (B)

Gambar 5. Diagram Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dari hasil penelitian dan pembahasan yang

ada, dapatlah dikatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran fisika dalam materi rangkaian R-L-C pada siswa XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen dapat meningkatkan hasil belajarnya sesuai dengan harapan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1.

Cara melakukan peningkatan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen, dimana melalui Jigsaw siswa belajar dengan adanya kelompok ahli untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, melatih kepemimpinan siswa dalam kelompoknya, bekerja sama, motivasi, kreatifitas dalam belajar sehingga meningkatkan hasil belajar.

2.

Efektifitas Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat sebesar 21,32% dari siklus I dengan skor 66 kualifikasi B (Aktif) ke siklus II skor 81,75 kualifikasi B (Aktif),

sehingga membuat efektifitas dalam belajar.

3.

Tingkat keberhasilan belajar rangkaian R-L-C melalui Jigsaw siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen. Tingkat hasil belajar pada siklus I ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa (66,67%) dan tidak tuntas 9 siswa (33,33%) sedangkan pada siklus II semua siswa berjumlah 27 siswa (100%) tuntas belajar.

Saran

Berkaitan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya menerapkan model

Jigsaw sesuai dengan materi yang diajarkan,

untuk efektifitas belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta : PT

Bumi Aksara.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning.

Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mangkunegara, AA, Anwar Prabu. 2001.

Manajemen Sumber Daya

(18)

17

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen Perusahaan. Bandung : PT Remeja

Rosdakarya Offset.

M. Suratman. 2001. Buku Fisika 2 SMK. Bandung: Armico.

Mulyana, Etin Solihatin. 2005. Menjadi Guru

Profesional, Memciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remeja

Rosdakarya Offset.

Oemar, Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan

Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Oemar, Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar

Dalam Sistem Kredit Semester (SKS).

Jakarta : Bumi Aksara.

S. Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.

Bandung: PT Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Suharjono. 2009. Penelitian Tindakan. Malang : LP3UM.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran

Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning

Teori & Apilkasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(19)

18

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKANAN HIDROSTATIS MELALUI NHT SISWA KELAS X TPTU

SMK NEGERI 1 BIREUEN

Oleh Fatimah Abubakar*

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar tekanan hidrostatis melalui Numbered Head Together (NHT) siswa kelas X TPTU SMK Negri 1 Bireuen, subyek penelitian ini adalah siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen, bertujuan untuk mengetahui cara, efektifitas dan tingkat keberhasilan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas X TPTU SMK Negri 1 Bireuen. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Data yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum dan maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis, terdiri atas 6 soal pilihan ganda materi tekanan hidrostatis, sedangkan mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satu alternatif pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) atau Penomoran Berpikir Bersama. NHT dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, rasa percaya diri menjadi lebih tinggi, pemahaman yang lebih mendalam, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, terampil dalam menjawab, melatih untuk memberi pendapat dan membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Hasil penelitian berdasarkan nilai KKM, dari hasil belajar sejumlah 29 siswa mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM 76 (2,66), pada pra siklus 14 siswa (48,28%) tuntas dan 15 siswa (51,72%) tidak tuntas, sedangkan pada siklus I siswa mencapai ketuntasan belajar sebanyak 21 siswa (72,41%) dan tidak tuntas 8 siswa (27,59%) serta pada siklus II semua siswa berjumlah 29 siswa (100%) tuntas belajar.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Tekanan Hidrostatis, NHT.

PENDAHULUAN

Keberhasilan siswa belajar fisika khususnya materi tekanan hidrostatis ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran, maka makin berhasil kegiatan pembelajaran tersebut. Tanpa aktifitas belajar tidak akan memberikan hasil yang baik, apalagi tidak minatnya siswa belajar, pengelolaan kelas yang tidak tepat dan kemauan siswa untuk belajar kurang , sehingga hasil belajar siswa tidak memenuhi target yang sesuai dengan harapan. Kenyataannya pada penilaian akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi tekanan

hidrostatis pada kelas X TPTU dari 29 siswa hanya 3 siswa (10,35%) memperoleh baik, 11 siswa (37,93%) memperoleh nilai cukup, 13 siswa (44,82%) lagi memperoleh nilai belum lulus dan 2 siswa (6,90%) tidak lulus, ini berarti siswa tidak tuntas belajar 51,72% dari siswa yang jumlahnya 29 orang. Mengingat hasil belajar tidak memenuhi target yang sesuai harapan, perlu adanya perbaikan yang terarah baik dalam perangkat pembelajaran, model pembelajaran yang sesuai dan pengelolaan kelas yang baik, hal ini dapat membangkitan motivasi belajar dan percaya diri siswa dalam belajar.

Solusinya adalah guru mempunyai suatu upaya untuk memperbaiki cara mengajar Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

(20)

19

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

dalam proses pembelajaran, baik dalam mengelola kelas yang tepat, metode belajar yang tidak menjenuhkan siswa dalam belajar, adanya interaksi siswa dengan teman sekelasnya yang baik dan tenang, keterampilan untuk menjawab, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok .

Salah satu alternatif pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan model pembelajaraan Numbered

Head Together (NHT), model ini termasuk

salah satu tipe model pembelajaran kooperatif, yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran, strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan pemberian nomor (pertanyaan/materi) yang diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dengan adanya uraian yang ada, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:

Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis Melalui NHT Siswa Kelas X TPTU

SMK Negeri 1 Bireuen”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar tekanan hidrostatis pada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen?

2. Apakah melalui NHT dapat meningkatkan hasil belajar tekanan hidrostatis pada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen ?

3. Bagaimana tingkat hasil belajar tekanan hidrostatis melalui NHT pada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui cara melakukan

peningkatan hasil belajar tekanan

hidrostatis pada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen.

2. Untuk mengetahui efektifitas NHT dalam meningkatkan hasil belajar tekanan hidrostatis pada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen.

3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar tekanan hidrostatis melalui NHT pada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah, antara lain:

a. Bagi siswa, mampu berkompetensi, terampil menjawab dan percaya diri dalam belajar dan mampu mengemukakan hasil pendapatnya didepan kelas, baik secara individu maupun secara kelompok b. Bagi guru, sebagai referensi perbaikan

dalam proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar materi yang lain.

c. Bagi sekolah, sebagai wahana dalam rangka perbaikan pembelajaran fisika pada khususnya maupun pembelajaran lainnya pada umumnya.

TINJAUAN PUSTAKA Hasil Belajar

S. Nasution (2006:36) mendifinisikan: “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”, sedsangkan menurut Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini bahwa hasil belajar siswa mempunyai tiga aspek yang perlu diterapkan yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Jadi hasil belajar merupakan hal yang terpenting dalam proses pembelajaran sehingga terjadi proses perubahan dalam diri seseorang siswa setelah mendapat nilai belajar yang sesuai harapannya.

Aspek-aspek yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keaktifan siswa, menurut Moh User Usman (2002: 26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut :

(21)

20

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

1) Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa 2) Masa transisi antara kegiatan dalam

mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes

3) Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai.

4) Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.

Dalam hal ini peran guru disini mampu pendekatan moral dan membimbing siswa secara kekeluargaan, serta guru mampu mengkaitkan pengetahuan kedalam perkembangan anak didik, mengambil solusi yang tepat sehingga siswa dapat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

Motivasi belajar, menurut Hamalik (1992: 173) menyebutkan tentang motivasi bahwa “Suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat”, dimana motivasi belajar sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Membangkitkan motivasi siswa merupakan tugas seorang guru dalam proses pembelajaran baik dari segi perangkat sarana pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan moral, mengembangkan dan mengontrol minat siswa yang ada, sehingga menghasilkan pembelajaran yang sesuai harapan.

Interaksi, motivasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran baru lengkap jikalau adanya interaksi dalam proses pembelajaran., menurut Nasution (2006 :360) menyatakan: “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”, hal ini interaksi siswa dengan teman sekelasnya dan guru, perlu diterapkan dalam proses pembelajaran untuk membangkitkan rasa percaya diri, saling kerja sama dalam diskusi kelompok sehingga terbentuknya interaksi antar siswa yang dapat menghasilkan hasil belajar, setelah mendapat nilai belajar yang sesuai harapannya.

Prestasi Belajar Siswa

Menurut Saifuddin Azwar (1998: 45) adalah: “Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan secara optimal”. Prestasi belajar siswa akan tercapai bila pembelajaran tersebut

dilakukan dengan adanya dukungan, sarana dan prasarana pengajaran, dengan demikian dapat mendorong siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, Dalam hal ini prestasi yang telah dicapai dari serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa yang mengakibatkan perubahan pengetahuan yang ada didalam dirinya yang dicapai oleh masing-masing individu siswa berbeda satu sama lainnya. Prestasi belajar juga dapat disebut sebagai tingkat keberhasilan siswa didalam proses pembelajaran.

Pendekatan Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau Penomoran Berpikir Bersama termasuk salah

satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pertama kali diperkenalkan oleh Spenser Kagen. Penerapan pembelajaran kooperatif

NHT merujuk pada konsep Kagen dalam

Ibrahim (2000: 29), yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruh pola interaksi siswa dan memiliki tujuan meningkatkan hasil pembelajaran. Menurut Sugiyanto (2008: 41) menyatakan:“Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keuntungan diantaranya memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan”, sedangkan menurut Mulyana (2005: 4) menyatakan: “Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok”, dalam hal ini siswa dapat mengembangkan sikap sosial, saling menghargai dan memberi informasi dalam kelompok. Model NHT merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif tipe NHT adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

(22)

21

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

Menurut Ibrahim (200: 29) langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) sebagai berikut :

1. Persiapan.

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat perangkat pembelajaran, yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

2. Menyajikan dan menjelaskan materi pembelajaran.

3. Pembentukan kelompok

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Tiap kelompok harus memiliki buku panduan 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa dikelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

7. Evaluasi dan penilaian

Sudah tentu dalam pelaksanaan setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dengan NHT. Adapun kelebihan dan kekurangan pada NHT adalah sebagai berikut:

Kelebihan NHT

a. Melatih percaya diri siswa dalam menjawab pertanyaan yang ada.

b. Melatih untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.

c. Menciptakan suasana interaksi sesama siswa dan guru dengan baik.

d. Mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

e. Melatih keberanian siswa mengemukakan pendapat

f. Meningkatkan efesiensi guru dalam mengelola kelas yang kreatif, dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran diharapkan tercapai

g. Meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok. Kekurangan NHT

a. Memerlukan persiapan buku paduan pembelajaran.

b. Memerlukan persiapan mental siswa untuk menjawab

Pembelajaran Fisika tentang Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis merupakan materi pelajaran fisika yang diajarkan pada kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen pada semester genap tahun pembelajaran 2014/2015, dalam hal ini siswa harus mampu memahami konsep tekanan hidrostatis dan mampu mengerjakan bentuk-bentuk soal perhitungan tekanan hidrostatis. Tekanan (p) didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tegak lurus (F) pada suatu bidang benda persatuan luas bidang itu (A). Fluida yang berada dalam suatu wadah memiliki gaya berat, akibat pengaruh grafitasi (g). Gaya berat fluida menimbulkan tekanan, tekanan didalam fluida tak mengalir yang diakibatkan oleh adanya gaya grafitasi ini disebut tekanan hirostatis. Dari Gambar 1. Sebuah bak berisi air yang beratnya (m.g), dimana luas penampang bak (A) dengan gaya (F) tinggi kedalaman air (h) , maka besarnya tekanan hidrostatis di titik S adalah :

Gambar 1. Tekanan Hidrostatis

Gambar

Gambar 3.  Diagram Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Siswa Dari hasil  belajar sejumlah 27 siswa
Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Tabel 1.  Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Siswa
Gambar 5.  Diagram Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dari hasil penelitian dan pembahasan yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan yang terdapat pada bab empat, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kotoba gazou (gambar kosakata) berpengaruh positif

Menimbang bahwa, disamping apa yang telah disebutkan diatas ternyata pemberitahuan pernyataan banding kepada pihak lawan juga diberitahukan kepada Izwar Idris,

ANSI berpartisipasi dalam mendefinisikan standar protokol jaringan dan merepresentasikan Amerika Serikat dalam hubungannya dengan badan-badan penentu standar International

Kesimpulan dari hasil pengamatan kerjasama peserta didik dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak peserta

No. Pertama adalah dengan membangun kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai negara yang terdiri dari jumlah pulaunya lebih dari 13.500 buah

menunjukkan perbedaan antara kontrol dengan daging kerang hijau yang telah di beri perlakuan, pada perlakuan J2J1 (daging kerang hijau yang direndam ekstrak daun

Sistem penjualan yang seperti itu kadang membuat pembeli tidak mau datang ke toko yang hanya bertanya jenis Handphone dan harganya saja.Seandainya ada aplikasi

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,748 > 0,05 Hasil yang diperoleh di dalam tahapan pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa