• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGA SEPTIAN MN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGGA SEPTIAN MN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

MEMPERBAIKI MOTOR LISTRIK (MML) DI SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI

ANGGA SEPTIAN MN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2013

(2)
(3)

1

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

MEMPERBAIKI MOTOR LISTRIK (MML) DI SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI

Angga Septian MN1, Ridwan2, Syahril3

Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FT Universitas Negeri Padang

Email: anggaseptianmn@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh pembelajaran kontekstual dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Memperbaiki Motor Listrik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimen dengantreatmentby block desain faktorial 2x2. Penelitian ini dilakukan di kelas XI TITL SMK Negeri 1 Bukittinggi semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Data penelitian dikumpulkan melalui penilaian praktek kinerja siswa (psikomotor), tes hasil belajar (kognitif), dan kuesioner motivasi berprestasi. Hipotesis dianalisis dengan uji Anava dua jalur menggunakan program SPSS 18. Analisis data menunjukkan

bahwa: terdapat perbedaan antara pendekatan pembelajaran

kontekstual dan pendekatan pembelajaran konvensional dalam mempengaruhi hasil belajar MML; terdapat perbedaan antara motivasi

berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah dalam

mempengaruhi hasil belajar MML; tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar MML.

Abstract

This study aims to reveal the influence of contextual learning and motivation of achievement on learning outcomes Electric Motor Repair.This study uses quantitative research methods to the type of quasi-experimental with treatment by block 2 x 2 factorial design. The research was done in class XI SMK Negeri 1 TITL Bukittinggi second semester of academic year 2012/2013. Data were collected through an assessment of student psychomotor, cognitive, and achievement motivation questionnaire. Hypotheses were analyzed with two-way Anova using SPSS 18. Results of data analysis showed that: there is a difference between the approach of contextual learning and conventional learning approaches in influencing learning outcomes MML; there is a difference between high achievement motivation and

(4)

low achievement motivation in affecting learning outcomes MML; there notinteraction between learning approaches and achievement motivation in affecting learning outcomes MML.

Keyword: contextual learning, motivation of achievement, learning outcomes.

Pendahuluan

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. Memperbaiki motor listrik merupakan salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki siswa kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 1 Bukittinggi. Keluaran proses pembelajaran memperbaiki motor listrik dilihat dari hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil belajar siswa kelas XI terdahulu di semester tiga pada pelajaran memperbaiki motor listrik didapatkan persentase siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria kriteria ketuntasan minimal (KKM) diperlihatkan pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Mata Diklat Memperbaiki Motor Listrik Siswa Kelas XI TITL Semester 3 Tahun Pelajaran 2012/2013

Kelas XI Jumlah

Nilai

rata-rata Tuntas Belum

Tuntas Persentase Ketuntasan (%) TITL 1 21 74,24 13 8 61,90 TITL 2 26 73,73 19 7 73,08 TITL 3 23 74,43 13 10 56,52

Sumber: Guru Mata Diklat MML

Berdasarkan data Tabel 1dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan belajar ketiga kelas belum memenuhi tuntutan KTSP, suatu kelas dikatakan tuntas

(5)

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010:241), hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dikelola selama ini kurang berkualitas. Rendahnya ketuntasan hasil belajar merupakan indikasi bahwa tujuan pendidikan menengah kejuruan belum tercapai secara optimal.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa dan guru mata Diklatmemperbaiki motor listrik SMK Negeri 1 Bukittinggi, terdapat beberapa fenomena yang dihadapi dalam proses pembelajaran, diantaranya metode pembelajaran yang digunakan guru cenderung menggunakan metode ceramah dengan penyampaian pembelajaran secara lisan.Gejala penggunaan metode ceramah seperti ini lebih banyak menuntut keaktifan guru dari pada keaktifan siswa, tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi memecahkan masalah dalam proses menyerap pengetahuan dan kurang memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya.

Penggunaan pendekatan pembelajaran yang mengharuskan siswa dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali apa yang dimiliki siswa melalui respons pada saat diberikan pertanyaan oleh guru. Hal demikian menjadikan siswa pasif selama pembelajaran, apa yang disuruh guru dalam praktikum itu yang dikerjakan tanpa berpikir dan bertanya mengapa hal tersebut dilakukan, padahal pentingnya suatu pengetahuan terletak pada kegunaannya.

(6)

Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah yang menyebabkan kegiatan belajar kurang optimal, terbatas kepada mendengar uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru. Hal ini berarti siswa tidak dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran yang menyebabkan sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Pemahaman konsep akademik yang siswa terima merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis dalam kehidupan siswa, baik di lingkungan nantinya akan bekerja maupun di masyarakat.

Minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran memperbaiki motor listrik cenderung rendah yang ditandai oleh daya belajar siswa yang tidak diikuti dengan tingginya materi yang akan diterima. Dalam mengerjakan tugas atau praktikum para siswa tidak memberikan hasil yang sebaik-baiknya yang mengacu pada standar di mana nanti mereka akan bekerja setelah lulus dari sekolah. Hal ini terjadi karena di saat penerimaan siswa SMK tidak diikuti tes bakat dan minat yang mengukur motivasi berprestasi siswa dalam mencapai prestasi setinggi-tingginya dalam bekerja nanti setelah lulus.

Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi belajar yang menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari sehingga siswa mampu merangsang rasa keingintahuan terhadap materi yang akan dipelajari dengan menghadirkan permasalahan kehidupan yang harus mereka pecahkan sesuai dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Untuk menciptakan kondisi

(7)

belajar sedemikian rupa, maka guru harus mampu menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan baik.Salah satu cara untuk melibatkan siswa SMK dalam pembelajaranyaitu melalui kegiatan nyata melalui praktek atau pengalaman langsung. Materi pembelajaran dikembangkan agar terkait dengan situasi dunia nyata peserta didik. Pembelajaran selalu mengupayakan agar peserta didik terdorong membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini pembelajaran akan menjadi bermakna bagi peserta didik bukan bagi guru. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia nyata (real world) dan memotivasi peserta didik untuk lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya sebagai bekal hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja.

Pembelajaran kontekstual dirancang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan nyata di mana peserta didik bekerja dan mengalami secara langsung proses pembentukan setiap kompetensi. Peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri bukan transfer pengetahuan dari guru atau sekedar menghafal. Peserta didik mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa, dan bagaimana mencapainya. Peserta didik memposisikan dirinya sebagai orang yang memerlukan informasi, selalu berusaha untuk menggapai informasi, menyadari apa yang mereka pelajari berguna bagi hidup dan kehidupannya.Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu siswa mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi, dengan konsep ini hasil

(8)

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Menurut Johson (2007:14) Contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Faktor lain yang dianggap turut mempengaruhi hasil belajar yaitumotivasi berprestasi yang terdapat pada diri siswa. Motivasi berprestasi merupakan dasar penting untuk meraih sukses atau kesuksesan. Sukses berkaitan dengan perilaku produktif dan selalu memperhatikan/menjaga kualitas produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih. Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak ketahanan individu dalam menghadapi tantangan hidup sehingga mencapai kesuksesan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan (1) perbedaan antara pendekatan pembelajaran kontekstual dan pendekatan pembelajaran konvensional dalam mempengaruhi hasil belajar Memperbaiki Motor Listrik; (2) perbedaan

(9)

antara motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah dalam mempengaruhi hasil belajar Memperbaiki Motor Listrik; dan (3) interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajarmemperbaiki motor listrik.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimen dengantreatmentbyblock desain faktorial 2 x 2. Dalam penelitian ini pengaruh adanya perlakuan (treatment) dianalisis dengan uji beda yaitu membandingkan hasil kegiatan dua kelompok yang diberi perlakuan

berbeda yaitu kelompok eksperimen diberikan perlakuan pendekatan

pembelajaran kontekstual dan kelompok kontrol diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran konvensional.Pengujian hipotesis satu, dua, dan tiga dianalisis dengan uji Anava satu jalur dan dua jalur dengan bantuan SPSS versi 18

Tabel 2. Desain Penelitian

Pendekatan Pembelajaran (A)

Motivasi Berprestasi (B)

Pembelajaran Kontekstual (A1)

Pembelajaran Konvensional (A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan:

A1B1 : Kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang memiliki motivasi berprestasi kelompok tinggi. A1B2 : Kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran

kontekstual yang memiliki motivasi berprestasi kelompok rendah. A2B1 : Kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran

konvensional yang memiliki motivasi berprestasi kelompok tinggi.

A2B2 : Kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan

pembelajarankonvensional yang memiliki motivasi berprestasi kelompok rendah.

(10)

Hasil dan Pembahasan

1. Hasil dan Pembahasan Hipotesis Pertama

Berdasarkan uji Anava satu jalurhasil belajar kognitif diperoleh perhitungan

bahwa nilai Fhitung adalah 4,602 dengan signifikansi 0,044. Karena signifikansi <

0,05, maka Ho ditolak atau terdapat perbedaan antara pendekatan pembelajaran kontekstual dan pendekatan pembelajaran konvensional dalam mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa pada mata Diklat Memperbaiki Motor Listrik. Untuk uji Anava satu jalurhasil belajar psikomotor diperoleh perhitungan bahwa nilai Fhitung adalah 20,147 dengan signifikansi 0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau terdapat perbedaan antara pendekatan pembelajaran kontekstual dan pendekatan pembelajaran konvensional dalam mempengaruhi hasil belajar psikomotor siswa pada mata Diklat Memperbaiki Motor Listrik.

Deskripsi data hasil belajar kognitif diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kontekstual/kelas eksperimen adalah 67,858 yang lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional/kelas kontrol sebesar 60,715. Begitu juga dengan hasil belajar psikomotor, rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kontekstual/kelas eksperimen adalah 89,325 lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional/kelas kontrol sebesar 79,961. Disimpulkan dari rata-rata hasil

(11)

belajar siswa yaitu pembelajaran kontekstual memberikan hasil belajar yang lebih tinggi/baik dari pada pembelajaran konvensional.

Temuan ini sejalan dengan pendapat Syaiful (2009: 87) bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi pembelajaran terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat pelajaran dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Dan inilah yang terjadi dari dari hasil penelitian, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.

Pendekatan pembelajaran konvensional bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru, mengajar hanya menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa, dan siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan kemudian mengungkapkan kembali apa yang dimilikinya melalui pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini menyebabkan kegiatan belajar siswa kurang optimal dan kegiatan belajar bersifat menerima yang menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, guru lebih aktif memberi informasi, menerangkan sesuatu konsep, mendemonstrasikan keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dan memberi contoh soal beserta penyelesaiannya. Dalam pendekatan pembelajaran konvensional ini menunjukkan guru berperan lebih aktif, lebih banyak melakukan

aktivitas dibandingkan siswanya, karena guru telah mengelola dan

(12)

banyak melakukan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Pendekatan konvensional ini digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap, dan sistematis dengan penyampaian verbal. Guru secara langsung menyajikan produk pengetahuan yang harus dipelajari tetapi tidak menuntut siswa agar dapat menemukan, mencapai produk pengetahuan itu.

Berbeda dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang mana guru dalam memperkenalkan atau menggerahkan siswa kepada data, siswa diminta untuk membuat kesimpulan berdasarkan data itu. Jika kesimpulan itu benar berarti tujuan telah tercapai dan proses pun selesai. Tetapi jika kesimpulan itu tidak tepat, maka guru memberikan data atau informasi yang lengkap dan diperlukan agar siswa dapat mencapai kesimpulan yang benar. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Dalam penilaian seharusnya

(13)

menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil dan dengan berbagai cara dan penilaian tidak hanya dari guru, tetapi bisa juga dari teman lain atau orang lain. Dengan konsep ini, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil, di mana siswa belajar mengkonstruksikan sendiri. Karena diasumsikan dengan strategi dan pendekatan yang baik, maka akan diperoleh hasil yang baik pula.

2. Hasil dan Pembahasan Hipotesis Kedua

Berdasarkan uji Anava satu jalurhasil belajar kognitif diperoleh perhitungan

bahwa nilai Fhitung adalah 18,401 dengan signifikansi 0,000. Karena signifikansi <

0,05, maka Ho ditolak atau terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa pada mata Diklat Memperbaiki Motor Listrik.

Untuk uji Anava satu jalurhasil belajar psikomotor diperoleh perhitungan

bahwa nilai Fhitung adalah 16,637 dengan signifikansi 0,001. Karena signifikansi <

0,05, maka Ho ditolak atau terdapat perbedaan antara terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang memiliki motivasi

(14)

berprestasi rendah dalam mempengaruhi hasil belajar psikomotor siswa pada mata Diklat Memperbaiki Motor Listrik.

Deskripsi data hasil belajar kognitif pada kelas eksperimen didapatkan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sebesar 82,64 lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah sebesar 61,112. Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sebesar 69,209 lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah sebesar 57,64.

Deskripsi data hasil belajar psikomotor pada kelas eksperimen didapatkan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sebesar 95,831 lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah sebesar 85,487. Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sebesar 84,653 lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah sebesar 78,403. Hal ini berarti terdapat perbedaanhasil belajar (kognitif maupun psikomotor) antara motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah, semakin tinggi motivasi berprestasi siswa, maka semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi, maka akan semakin rendah pula hasil belajarnya. Oleh sebab itu, motivasi berprestasi merupakan pengaruh yang penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran mata Diklat memperbaiki motor listrik.

(15)

Temuan hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Klausmeier (1961: 327) yang menyatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya. Perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu/siswa. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar juga tergantung pada kondisi dalam lingkungan dan kondisi individu, siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademis yang tinggi apabila rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginan untuk berhasil dan tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.

Dengan demikian motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar siswa. Tanpa adanya motivasi maka proses belajar siswa akan sukar terlaksana dengan baik. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat, dia akan menunjukkan minat, aktivitas, dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang dilaksanakan. Oleh karena itu, motivasi untuk belajar dari seseorang siswa harus diupayakan untuk dapat ditingkatkan terutama motivasi yang bersifat intrinsik yang dapat membuat siswa ingin belajar dan mengejar prestasi tinggi. Motivasi intrinsik ini perlu dipupuk terus melalui sesuatu pembelajaran yang dirancang dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna dalam belajar sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan siswa. Siswa yang mempunyai

(16)

motivasi berprestasi tinggi mempunyai harapan untuk sukses. Oleh karena itu, ia cenderung menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, bekerja lebih tekun dari siswa yang bermotivasi rendah. Motivasi berprestasi berkaitan dengan harapan dan standar keunggulan yang merupakan patokan dalam tindakan dan perbuatan. Keinginan untuk berprestasi tinggi mendorong siswa untuk melakukan kerja keras dalam mencapai prestasi tinggi. Makin tinggi motivasi berprestasi siswa akan semakin besar usaha yang dilakukannya, sehingga pada gilirannya akan menghasilkan prestasi yang terbaik.

3. Hasil dan Pembahasan Hipotesis Ketiga

Berdasarkan uji Anava dua jalurhasil belajar kognitif dapat dijelaskan bahwa interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa menunjukkan koefisien yang positif yaitu sebesar 1,566 dengan tingkat signifikan 0,225 (p ≥0,05). Artinya, interaksi kedua variabel berpengaruh positif tetapi pengaruhnya secara statistik tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima atau tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajarkognitif siswa pada mata Diklat memperbaiki motor listrik.

Untuk uji Anava dua jalurhasil belajar psikomotor dapat dijelaskan bahwa interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar psikomotor siswa menunjukkan koefisien yang positif yaitu sebesar 1,013 dengan tingkat signifikan 0,326 (p ≥0,05). Artinya, interaksi kedua variabel berpengaruh positif tetapi pengaruhnya secara statistik tidak

(17)

signifikan. Dengan demikian Ho diterima atau tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajarpsikomotor siswa pada mata Diklat memperbaiki motor listrik

Secara teoritis tidak terjadi interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar MML dikarenakan pembelajaran kontekstual lebih unggul bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, baik untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi atau rendah.Hal ini disebabkan pembelajaran kontekstual menerapkan komponen pembelajaran aktif dalam pembelajarannya (Syaiful, 2009: 92), di antaranya: (1) mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan serta keterampilan barunya; (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquary untuk semua pokok bahasan; (3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) menciptakan masyarakat belajar; (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; dan (7) melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi berprestasi juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) siswa lebih bersemangat belajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual daripada pembelajaran konvensional; (2) siswa dalam belajar baik yang bermotivasi berprestasi tinggi ataupun rendah sama-sama mempunyai minat dan antusias belajar yang tinggi dalam pembelajaran kontekstual dan lebih aktif bertanya dan berdiskusi jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional di kelas kontrol;

(18)

(3) pembelajaran yang diberikan kepada kelas eksperimen dengan pembelajaran kontekstual lebih mudah untuk dipahami oleh siswa karena siswa dapat berinteraksi langsung dengan alat dan bahan yang akan dipraktekkan; dan (4) pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen tidak hanya bisa dipelajari dalam kelas tetapi bisa dipelajari dan praktekkan di rumah.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data penelitian yang diperoleh, maka pada bagian ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: terdapat perbedaan antara pendekatan pembelajaran kontekstual dan pendekatan pembelajaran konvensional dalam mempengaruhi hasil belajar MML;terdapat perbedaan antara motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah dalam mempengaruhi hasil belajar MML; tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar MML.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, untuk itu disarankan pembelajaran kontekstual dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengajar Memperbaiki Motor Listrik serta mengembangkan pembelajaran berbasis kontekstual untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan kemampuan mengajar guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam penerapan pembelajaran kontekstual, hendaknya guru memperhatikan waktu yang

(19)

ketidaktepatan alokasi waktu dapat menjadi penerapan pembelajaran tidak maksimal.

Daftar Rujukan

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. (Terjemahan Ibnu Setiawan). Bandung: Mizan Learning Center (MLC). (Buku asli diterbitkan tahun 2002).

Klausmeier, Herbert J. 1961. Learningand Human Abilities: Educational Psychology. New York: Harper & Brother Publisher.

Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Persantunan: Artikel ini diolah dari tesis Angga Septian MN dengan judul Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Memperbaiki Motor Listrik (MML) di SMK Negeri 1 Bukittinggi dan ucapan terima kasih kepada pembimbing I Dr. Ridwan, Msc.Ed, dan Pembimbing II Drs. Syahril, ST, MSCE, Ph.D yang telah membantu memberikan arahan sehingga artikel ini bisa dibuat.

(20)

Gambar

Tabel 1.  Persentase  Ketuntasan  Mata  Diklat  Memperbaiki  Motor  Listrik  Siswa Kelas XI TITL Semester 3 Tahun Pelajaran 2012/2013

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam uji antituberkulosis adalah metode Microscopically Observed Drug Susceptibility, disingkat MODS, karena pada metode ini memiliki beberapa

Dengan ucapan syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Wawancara Pada Siswa Kelas VII A

Faktor familial dan genetika mempunyai peranan bermakna dalam pathogenesis penyakit jantung koroner (PJK) serta pertimbangannya penting dalam diagnosis, penatalaksanaan

Uji lapangan pertama diperoleh data validasi media di lapangan melalui lembar penilaian validasi untuk ahli media dan materi di lapangan, tanggapan siswa dalam

.Sebelum variabel bebas dan terikat dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji kolmogorov Smirnov.Hasil uji kenormalan ternyata data berdistribusi normal, sehingga

Perencanaan Kegiatan Pembangunan Jembatan Pengawasan (Peningkatan Jalan Nanga Bulik – Arga Mulya (E4), Jl. Perumda – Alun –alun) (DAK Tambahan Usulan Daerah) Pengawasan

Lafaz talak kinayah jika seorang suami melafazkan seperti „kamu haram ke atasku‟ tidak akan gugur talak melainkan dengan niat untuk ceraikan isterinya baru dikira talak. Dalil

Portofolio yang dibentuk dengan menggunakan model DEA memiliki return ekspektasian yang sama dengan model indeks tunggal, akan tetapi risiko yang dihasilkan dari portofolio