1
KAJIAN EVALUASI PEMANFAATAN LAHAN DAN INTENSITAS
PEMANFAATAN LAHAN DI KAWASAN PURUS KOTA PADANG
Vici Armi Marjohan, Tomi Eriawan, Haryani
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta, Padang
Email :
viciarmimarjohan@gmail.com, tomi.visi@gmail.com,
irharyanimtp@yahoo.co.id
ABSTRAK
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan salah satu program pembangunan dalam rangka perancangan suatu kawasan dan lingkungan. Guna mencegah terjadinya peralihan fungsi lahan secara tidak terkendali dan ketidakberaturan. Masa pelaksanaan program RTBL Kawasan Purus telah diberlakukan dari tahun 2011-2015. Namun sejauh ini masih terdapat pemanfaatan lahan di Kawasan Purus yang belum sesuai dengan rencana peruntukan lahannya. Atas dasar inilah perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian dan kondisi yang berbeda antara pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan saat sekarang dengan rencana peruntukannya di dalam dokumen dan peta RTBL Kawasan Purus. Serta mencari faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian.
Metode penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif. Data primer dari pengamatan lapangan dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder RTBL Kawasan Purus tahun 2010, serta foto citra Purus pada tahun 2016. Metode analisis yang digunakan menggunakan teknik overlay dan scoring.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian tinggi yang sesuai dengan arahan RTBL terdapat pada pemanfaatan lahan, Koefisien Lantai Bangunan, dan Ketinggian Lantai Maksimal. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian dapat disimpulkan: faktor kebijakan, pihak pemerintah, dan swasta/pemilik bangunan.
Kata Kunci : Evaluasi, Kesesuaian, Pemanfaatan Lahan, Intensitas Pemanfaatan Lahan.
Pembimbing I Pembimbing II
2
EVALUATION STUDY OF LAND APPEARANCE AND INTENSITY OF
LAND USE OF PURUS DISTRICT PADANG CITY
Vici Armi Marjohan, Tomi Eriawan, Haryani
Department of Regional and City Planning Faculty of Civil Engineering and Planning
University of Bung Hatta, Padang
Email:
viciarmimarjohan@gmail.com, tomi.visi@gmail.com,
irharyanimtp@yahoo.co.id
ABSTRACT
The Building and Environment Plan (RTBL) is one of the development programs in order to design an area and environment. In order to prevent the occurrence of the transfer of uncontrolled land functions and irregularities. The implementation of the Purwakarta RTBL program has been implemented from 2011-2015. But so far there is still land utilization in Purus area that is not in accordance with the plan of land allotment. On this basis it is necessary to conduct this study which aims to evaluate the suitability and different conditions between land use and current land use intensity with its designation plan in the Purus Area RTBL document and maps. As well as looking for factors that cause nonconformity.
This research method is descriptive quantitative. Primary data from field observation and interview result, while secondary data of RTBL Purus Area year 2010, and also image of Purus image in 2016. Analyze method used using overlay and scoring technique.
The results showed that the high suitability level in accordance with RTBL directives was found in land use, Coefficient of Building Floor, and Maximum Floor Height. Factors causing nonconformities can be inferred: policy factors, government, and private / building owners.
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pembangunan kota terdapat hubungan yang sangat erat antara masyarakat terhadap ruang sebagai wadah kegiatan. Disadari bahwa berbagai macam usaha pembangunan telah dilaksanakan di Kota Padang selama ini. Perkembangan pembangunan kota ini dapat bersifat positif bila aturan yang terbentuk mengacu pada kepentingan lingkungan secara bersama, dan akan bersifat sebaliknya bila perkembangan yang berjalan merupakan perwujudan kepentingan masing-masing individu.
Kawasan Purus yang berada di Kecamatan Padang Barat merupakan salah satu kawasan strategis disepanjang pantai Kota Padang. Sebagai salah satu objek wisata pantai, koridor Jalan Samudera tepatnya pesisir Kawasan Purus merupakan tempat yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Kegiatan wisata seperti wisata pantai, wisata kuliner, berolahraga, taman bermain, tempat berkumpul masyarakat menikmati suasana pantai dan lain sebagainya.
Berhubungan dengan studi kasus, secara fisik Kawasan Purus telah mengalami perkembangan yang relatif pesat, yang tidak terlepas dari perkembangan kegiatan lainnya. Perkembangan fisik yang sedemikian pesat juga terkait dengan perkembangan Kota Padang, yang mana Kawasan Purus tidak lagi berkedudukan sebagai kawasan kumuh nelayan sebagaimana dirasakan sekitar dua sampai satu dekade yang lalu. Akan tetapi Kawasan Purus sudah merupakan kawasan yang bersifat kota, dengan segala dampak dan bercampur aduknya kegiatan dan lingkungan secara fisik. Keterbatasan sumber daya kota serta aturan hukum yang belum tepat, mengakibatkan ketidakmampuan dalam meningkatkan kualitas lingkungan, seperti terjadinya pencemaran, kemacetan, hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta pemicu bencana alam seperti banjir dan sebagainya.
Konsep umum yang tertuang dalam dokumen RTBL di sepanjang koridor Jalan Samudera yang melintasi Kawasan Purus adalah pembentukan ruang terbuka serta pelestarian lingkungan alam dan pariwisata. Dalam perkembangannya, kegiatan wisata pada Kawasan Purus telah menunjukkan kegiatan lain yang mencolok. Sepanjang
pesisir Kawasan Purus yang seharusnya berfungsi lindung sebagai ruang terbuka, telah berkembang kegiatan usaha kecil seperti pedagang kaki lima (PKL). Adanya atraksi wisata seperti olahraga pantai, tamasya keluarga, serta pemakaian badan jalan oleh PKL di dekat pantai muaro lasak yang diikuti oleh banyaknya pengunjung. Hal ini mengakibatkan kemacetan dibeberapa lokasi dan persimpangan jalan menuju Kawasan Purus pada waktu-waktu tertentu.
Konsep umum yang tertuang dalam dokumen RTBL di sebelah timur Kawasan Purus, yaitu Jalan Veteran dan Jalan Ir. Juanda adalah pelayanan perdagangan dan jasa. Koridor ini menyediakan ruang untuk menampung tenaga kerja, dalam wadah berupa kantor pemerintahan, perkantoran, pertokoan, jasa, hotel, rekreasi dan pelayanan masyarakat, dengan skala pelayanan regional maupun skala kota.
Penataan kawasan perkotaan Kota Padang melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (selanjutnya akan disingkat menjadi RTBL), merupakan salah satu program pembangunan dalam rangka perancangan suatu kawasan dan lingkungan. Guna mencegah terjadinya peralihan fungsi lahan secara tidak terkendali dan ketidakberaturan. Masa pelaksanaan program Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Purus telah diberlakukan dari tahun 2011-2015. Tahun 2017 merupakan tahun kedua setelah berakhirnya masa pelaksanaan program RTBL. Namun sejauh ini masih terdapat pemanfaatan lahan di Kawasan Purus yang belum sesuai dengan rencana peruntukan lahannya. Atas dasar inilah perlu dilakukan evaluasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk melihat seberapa jauh kesesuaian antara panduan perancangan yang ditetapkan dalam dokumen RTBL Kawasan Purus dengan kondisi aktual kawasan studi saat sekarang.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah :
1. Menilai tingkat kesesuaian pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan yang ada saat ini dengan rencana peruntukan lahan dan rencana intensitas pemanfaatan lahan yang telah dibuat dalam RTBL Kawasan Purus tahun 2010. 2. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan
4 ketidaksesuaian pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Purus.
TINJAUAN LITERATUR
EvaluasiDunn (2003) mengemukakan bahwa evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan. Evaluasi bertujuan untuk mengukur, membandingkan dan menilai sesuatu yang telah dijadikan keputusan. Dalam artian lain evaluasi merupakan suatu proses untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan suatu program atau kegiatan serta mengukur keefektifannya.
Jika dikaitkan dengan tujuan evaluasi, Badjuri dan Yuwono (2002) yang mengutip dari Finance (1994) mengemukakan empat tipe evaluasi, yaitu : evaluasi kecocokan
(appropriateness evaluation), evaluasi efektifitas (effectiveness evaluation), evaluasi efisiensi (efficiency evaluation), evaluasi meta
(meta – evaluation).
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Berdasarkan Permen PU Nomor 06/PRT/M/2007, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
Kawasan perencanaan RTBL
mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas 5 sampai dengan 60 hektar, dengan ketentuan sebagai berikut :
1.
Kota metropolitan dengan luasan
minimal 5 ha.
2.
Kota besar/sedang dengan luasan 15 –
60 ha.
3.
Kota kecil dengan luasan 30 – 60 ha.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Di dalam dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Purus yang disusun tahun 2010, konsentrasi perencanaan RTBL kawasan studi berada di tiga kelurahan yang terdapat di Kecamatan Padang Barat. yaitu Kelurahan Purus, Kelurahan Rimbo Kaluang, dan Kelurahan Flamboyan baru.
Deliniasi Kawasan Purus memiliki luasan lahan ± 60 Ha. Penetapan deliniasi kawasan tersebut dibagi atas sembilan blok peruntukan lahan atau dua puluh empat sub-blok. Yang mana memiliki aktifitas dan fungsi beragam dimasing-masing peruntukannya. Secara fisik berbatasan dengan :
o Sebelah Utara : Anak Sungai dan Jalan
Lingkungan.
o Sebelah Selatan : Jalan Purus III.
o Sebelah Timur : Jalan Veteran dan Jalan
Ir.H.Juanda
o Sebelah Barat : Samudera Indonesia.
Gambaran tentang batasan kawasan studi dapat dijelaskan pada peta berikut :
Gambar 1. Peta Kawasan Studi Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, visual, dan triangulasi. Pendekatan secara deskriptif kuantitatif, yakni data dan informasi yang diperoleh, diolah dan disajikan dengan menggunakan bentuk tabel-tabel frekuensi dan persentase. Lalu
Kota Padang
Kecamatan Padang Barat Kawasan Studi
5 membandingkan kondisi eksisting dengan ketetapan rencana RTBL Kawasan Purus yang ditinjau berdasarkan rencana peruntukan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan. Pendekatan visual, yakni penggambaran obyek secara langsung dan alat analisis yang digunakan berupa peta-peta dan gambar foto obyek. Pendekatan triangulasi, yakni pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan teknik yang berbeda dan beragam sumber data, yaitu wawancara, observasi, dan dokumen. Triangulasi pada dasarnya akan mengurangi kesalahan ataupun penyimpangan informasi bila hanya menggunakan satu sumber data, atau metoda.
Metode Pengumpulan Data dan Informasi Kegiatan pengumpulan data dan informasi merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap kondisi obyek pemantauan di lapangan. Data dan informasi yang diamati di lapangan berupa kondisi aktual sehingga menghasilkan berbagai informasi yang akurat.
Pengumpulan data primer dengan cara pengamatan dan pengukuran di lapangan, serta wawancara. Sedangkan pengumpulan data sekunder yaitu untuk mengumpulkan data/dokumen tertulis yang berkaitan dengan penelitian pada dinas/instansi terkait. Data sekunder tersebut diperoleh dari instansi Bappeda Kota Padang, Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Sumatera Barat, Dinas PU dan Penataan Ruang Kota Padang, Badan Pusat Statistik, serta data dari Kantor Kecamatan Padang Barat dan Kantor Kelurahan. kemudian dari kumpulan data tersebut dilakukan koleksi dan analisis sesuai dengan keperluan.
Adapun sampel pada penelitian ini adalah pemanfaatan lahan, bangunan, dan narasumber.
Metode Analisis Data
Dalam penulisan studi ini, teknik analisis data menggunakan teknik analisis
overlay. Pemanfaatan lahan dan intensitas
pemanfaatan lahan yang dibagi berdasarkan sub-blok tersebut dinilai dengan tumpang tindih antara peta rencana peruntukan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan dengan peta kondisi eksisting di masa sekarang. Selanjutnya ditemukenalinya tingkat
kesesuaian pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Purus.
Didalam studi ini dilakukan penilaian kesesuaian berdasarkan pembagian sub-blok kawasan dengan kelas informasinya yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan. Pemberian nilai kesesuaian sub-blok ditekankan berdasarkan
draft Peraturan Menteri atau rapermen Pekerjaan Umum tentang Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Berbasis Sistem Informasi Geografis. Lebih rincinya dapat
dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 1. Tabel Penilaian Kesesuaian Evaluasi
No. Persen ase Keses uaian Tingkat Kesesu aian Keterangan 1 > 50 % - 100 % Tinggi Pelaksanaan pemanfaatan ruang telah sesuai dengan rujukan rencana tata ruang (termasuk indikasi program). 2 > 25 % - 50 % Sedang Pemanfaatan ruang masih belum sepenuhnya sesuai dengan rencana tata ruang.
3 0 % -
25 % Rendah
Pemanfaatan ruang belum sesuai dengan rencana tata ruang. Sumber: Kriteria berdasarkan Hasil Studi JICA – Kementerian PU tentang Pedoman dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Berbasis GIS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Pemanfaatan LahanHasil pengamatan di lapangan terlihat beberapa pemanfaatan lahan di Kawasan Purus sudah sesuai dengan perencanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Namun beberapa kegiatan lainnya tidak sesuai dengan panduan perancangan sebagaimana yang ditetapkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Penetapan deliniasi kawasan tersebut dibagi atas sembilan blok peruntukan lahan atau dua puluh empat sub-blok.
Hasil kajian menemukan bahwa terdapat 12 sub-blok yang tingkat kesesuaian tinggi atau sebesar 50% dari jumlah total
6 keseluruhan blok/sub-blok. Dua sub-blok dengan tingkat kesesuaian sedang atau sebesar 8%, serta sepuluh sub-blok dengan tingkat kesesuaian rendah atau sebesar 42%. Lebih rincinya dapat dijelaskan pada tabel 2 (lampiran).
Evaluasi Koefisien Dasar Bangunan
Evaluasi intensitas pemanfaatan lahan terhadap Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan, hasil analisa menyatakan bahwa terdapat delapan sub-blok yang sudah sesuai dengan ketetapan rencana KDB atau sebesar 33% dari jumlah total peruntukan blok/sub-blok, dan 16 sub-blok lagi tidak sesuai dengan ketetapan rencana KDB atau sebesar 67% dari jumlah total peruntukan blok/sub-blok. Untuk lebih rincinya tingkatan kesesuaian KDB dapat dijelaskan pada tabel 3 (lampiran). Evaluasi Koefisien Lantai Bangunan
Evaluasi intensitas pemanfaatan lahan terhadap Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan, hasil analisa menyatakan bahwa terdapat 17 (tujuh belas) sub-blok yang sudah sesuai dengan ketetapan rencana KLB atau sebesar 71% dari jumlah total peruntukan blok/sub-blok, dan 7 (tujuh) sub-blok lagi tidak sesuai dengan ketetapan rencana KLB atau sebesar 29% dari jumlah peruntukan blok/sub-blok. Untuk lebih rincinya tingkatan kesesuaian KLB dapat dijelaskan pada tabel 4 (lampiran).
Evaluasi Ketinggian (Lantai) Maksimal Evaluasi intensitas pemanfaatan lahan terhadap ketinggian (lantai) maksimal. Dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan, hasil analisa menyatakan bahwa terdapat 17 (tujuhbelas) sub-blok yang sudah sesuai dengan ketetapan rencana ketinggian lantai maksimal atau sebesar 71% dari jumlah total peruntukan blok/sub-blok, dan 7 (tujuh) sub-blok lagi tidak sesuai dengan ketetapan rencana ketinggian lantai maksimal atau sebesar 29% dari jumlah peruntukan blok/sub-blok. Untuk lebih rincinya tingkatan kesesuaian ketinggian (lantai) maksimal dapat dijelaskan pada tabel 5 (lampiran).
Faktor–faktor Penyebab Ketidaksesuaian
Pemanfaatan Lahan dan Intensitas Pemanfaatan Lahan di Kawasan Purus
Berdasarkan pengamatan dan informasi terdapat tiga aspek yang digolongkan dalam faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian terhadap pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Purus. Antara lain adalah :
1. Kebijakan
Faktor utama yang menyebabkan ketidaksesuaian pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan dengan kondisi di lapangan adalah lemahnya dasar hukum RTBL. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Purus telah disusun oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Barat yang bermitra dengan swasta, namun tindak lanjut dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Padang ataupun Peraturan Walikota (Perwako) masih dalam proses legalitas.
2. Pihak Pemerintah
a. Penyebab ketidaksesuaian pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan adalah belum optimalnya koordinasi ataupun informasi antar pihak kelembagaan pemerintah Kota Padang sampai ketingkatan terendah, yaitu tingkat kelurahan beserta RW dan RT. Pada dasarnya pemanfaatan ruang tersebut akan terasa lebih terstruktur jika adanya koordinasi yang jelas antara pemerintah dengan masyarakat itu sendiri.
b. Kurangnya pengendalian dan pengawasan terhadap bangunan dan lingkungan. Setelah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dimiliki oleh pemilik bangunan jarang sekali dilakukan pengecekan ulang pada saat bangunan sudah selesai dibangun. Sehingga banyak pemilik
bangunan memanfaatkan
semaksimal mungkin lahan yang ada. Selain itu lemahnya ketegasan hukum akan penataan ruang, khususnya dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitaran Pantai Muaro Lasak.
c.
Kesulitan pemerintah dalam meningkatkan status lahan. Karena7 pemanfaatan lahan sebagai permukiman berupa rumah/hunian sudah lama dikuasai oleh masyarakat. Sebelum pelaksanaan pembangunan, pemerintah selalu berpatokan kepada dana atau anggaran. Sehingga hal tersebut membatasi anggaran pemerintah dalam pembebasan lahan ataupun bangunan.
3. Pihak Swasta/Pemilik Bangunan Ketidaktahuan masyarakat bahwa lahan yang ditempati tidak sesuai dengan peruntukan kawasan sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen dan peta rencana penataan bangunan dan lingkungan. Bangunan yang ditempati oleh masyarakat sudah lama didirikan, sehingga pada umumnya masyarakat tidak mengetahui bahwa bangunan yang ditempati tersebut ada yang sudah melanggar aturan intensitas pemanfaatan lahan seperti KDB, KLB, Ketinggian lantai maksimal.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan penelitian evaluasi pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Purus, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada bagian hasil dan pembahasan penelitian ditemukan bahwa kesesuaian rencana dengan pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan eksisting dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan. Yaitu kesesuaian tinggi, sedang, dan rendah. Lebih jelasnya sebagai berikut :
a) Tingkat kesesuaian tinggi terdapat pada pemanfaatan lahan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan ketinggian (lantai) maksimal. Artinya pemanfaatan ruang atau kondisi eksisting yang ada, sudah sesuai dengan arahan fungsi kawasan dan peruntukannya dalam dokumen dan peta rencana tata bangunan dan lingkungan. Dalam artian kondisi eksisting Kawasan Purus benar-benar sesuai dengan arahan rencana pemanfaatan ruang sebagaimana yang telah ditetapkan.
b) Tingkat kesesuaian sedang terdapat pada pemanfaatan lahan dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Artinya pemanfaatan ruang atau kondisi eksisting yang ada sudah memiliki perencananaan dan peruntukannya dalam dokumen dan peta rencana tata bangunan dan lingkungan, namun perwujudan rencananya masih belum terkelola. Dalam artian pemanfaatan ruang masih belum sepenuhnya sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana yang telah ditetapkan.
c)
Tingkat kesesuaian rendah terdapat pada pemanfaatan lahan. Artinya pemanfaatan lahan (eksisting) belum sesuai dengan peruntukan dan arahan fungsi kawasan dalam dokumen dan peta rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah ditetapkan.2. Tingkat kesesuaian tinggi pada intensitas pemanfaatan lahan terdapat pada Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan ketinggian (lantai) maksimal sebesar 71%, yang merupakan gabungan dari keseluruhan blok/sub-blok. Sedangkan pada pemanfaatan lahan hanya sebesar 50%. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian yang paling tinggi terdapat pada intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Purus.
3. Dalam proses penelitian ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Purus. Faktor tersebut antara lain adalah : faktor kebijakan, pihak pemerintah, pihak swasta/pemilik bangunan.
Rekomendasi
Dengan mempertimbangkan seluruh hasil kajian diatas, rekomendasi yang dapat diberikan dari penelitian evaluasi pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Purus adalah sebagai berikut :
1. Agar pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dapat mencapai hasil maksimal, maka perlu ditetapkannya Peraturan Daerah (Perda) Kota Padang atau Peraturan Walikota (Perwako) Kota Padang.
8 2. Perlunya peninjauan kembali maupun
kebijakan dan strategi baru untuk memperkuat terwujudnya kesesuaian rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini kawasan yang memiliki perhatian utama adalah kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari kawasan sekitar sempadan pantai, dan kawasan sekitar sempadan sungai yang berpusat pada kawasan permukiman
3. Perlunya peningkatan koordinasi dan sosialisasi rencana tata ruang yang lebih luas. Dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat seperti pakar, peneliti, swasta, lembaga kemasyarakatan, dan lain sebagainya. Kesinambungan informasi yang jelas antara masyarakat/pemilik bangunan dengan pemerintah, menjadikan kawasan purus lebih mendekati ke konsep penataan ruang seperti yang tertuang dalam dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Purus.
4. Perlunya menanamkan kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat/ pemilik bangunan akan pentingnya tata ruang dalam kehidupan masyarakat, melalui pendidikan tata ruang dengan sosialisasi atau konsultasi publik ke masyarakatnya secara berkala.
5. Perlunya pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap perkembangan bangunan dan lingkungan. Salah satunya adalah dengan meminimalkan kesalahan atau penyimpangan berupa peraturan zonasi, perizinan dan pemberian sanksi yang tegas terhadap pelanggaran penataan ruang.
DAFTAR PUSTAKA
1) Buku Teks
Anggara, Sahya dan Endang Soetari.
2014. Pengantar Kebijakan
Publik. Pustaka Setia, Bandung.
Badjuri, Abdul Kahar dan Teguh
Yuwono, 2002. Kebijakan Publik
Konsep dan Strategi. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Bryan, Carolie dan Louis G. White.,
1987. Manajemen Pembangunan
Untuk
Negara
Berkembang.
LP3ES. Jakarta.
Budiharjo, Eko. 1997. Lingkungan
Binaan dan Tata Ruang Kota.
Yogjakarta: Andi.
Dunn, William N., 1999. Analisis
Kebijakan Publik, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Dunn, William N., 2003. Pengantar
Analisis Kebijakan Publik Edisi
Kedua. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Firman dan Martin, 1989. Perencanaan
dan Evaluasi Untuk Negara
Berkembang, LP3ES, Jakarta.
Zahnd, Markus., 2006. Perancangan
Kota Secara Terpadu : Teori
Perancangan
Kota
dan
Penerapannya
Edisi
Kedua.
Kanisius, Yogyakarta.
2) Dokumen Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Padang Tahun 2010-2030.
Rencana
Tata
Bangunan
dan
Lingkungan
Kawasan
Purus
Tahun 2010.
3) Peraturan
Perundang-Undangan
dan Pedoman
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2006
tentang
Tata
Cara
Pengendalian
dan
Evaluasi
Rencana Pembangunan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 06 Tahun 2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
(Draft) tentang Pemantauan dan
Evaluasi Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kota Berbasis Sistem
Informasi Geografis.
4) Terbitan Terbatas
Badan
Pusat
Statistik,
2016.
Kecamatan Padang Barat Dalam
Angka Tahun 2016.
5) Bahan Perkuliahan
9
Kota. Bahan Ajar. Padang :
Program
S1
Perencanaan
Wilayah dan Kota. Universitas
Bung Hatta.
Haryani dan Tomi. 2010. Perencanaan
dan
Perancangan
Kawasan.
Bahan Ajar. Padang : Program
S1 Perencanaan Wilayah dan
Kota. Universitas Bung Hatta.
Krismawardana, Deko. 2011. Teknik
Evaluasi Perencanaan. Bahan
Ajar. Padang : Program S1
Perencanaan Wilayah dan Kota.
Universitas Bung Hatta.
10
LAMPIRAN
Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Evaluasi Pemanfaatan Lahan
No. Persentase Kesesuaian Tingkat Kesesuaian Blok/Sub-Blok Peruntukan Lahan Jumlah Blok/Sub-blok Persentase Jumlah Total (%) 1 > 50 % - 100 % Tinggi A, B, C2, E, F1, F2, G1, G2, G3, G4, H, J 12 50 2 > 25 % - 50 % Sedang C6, F6 2 8 3 0 % - 25 % Rendah C1, C3, C4, C5, D1, D2, D3, F3, F4, F5 10 42 Jumlah Total 24 100
Sumber : Hasil Analisis dengan proses analisis superimpose GIS, Tahun 2017.
Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Evaluasi Intensitas Pemanfaatan Lahan Terhadap KDB
No. Kesesuaian Persentase Kesesuaian Tingkat Kesesuaian Blok/Sub-Blok Peruntukan Lahan Jumlah Blok/Sub -blok Persentase Jumlah Total (%) 1 Sesuai > 50 % - 100 % Tinggi E, F5, F6, G3, H, J 6 25 > 25 % - 50 % Sedang - 0 0 0 % - 25 % Rendah A,B 2 8 2 Tidak Sesuai - - C1, C2, C3, C4, C5, C6, D1, D2, D3, F1, F2, F3, F4, G1, G2, G4 16 67 Jumlah Total 24 100
Sumber : Hasil Analisis dengan proses analisis superimpose GIS, Tahun 2017.
Tabel 4. Tingkat Kesesuaian Evaluasi Intensitas Pemanfaatan Lahan Terhadap KLB
No. Kesesuaian Persentase Kesesuaian Tingkat Kesesuaian Blok/Sub-Blok Peruntukan Lahan Jumlah Blok/Sub -blok Persentase Jumlah Total (%) 1 Sesuai > 50 % - 100 % Tinggi C5, D1, F1, F2, F4, G1, 6 25 > 25 % - 50 % Sedang F5, G2, G4, H, J 5 21 0 % - 25 % Rendah A, B, C6, E, F6, G3, 6 25 2 Tidak Sesuai - - C1, C2, C3, C4, D2, D3, F3 7 29 Jumlah Total 24 100
Sumber : Hasil Analisis dengan proses analisis superimpose GIS, Tahun 2017.
Tabel 5. Tingkat Kesesuaian Evaluasi Intensitas Pemanfaatan Lahan Terhadap Ketinggian (Lantai) Maksimal
No. Kesesuaian Persentase Kesesuaian Tingkat Kesesuaian Blok/Sub-Blok Peruntukan Lahan Jumlah Blok/Sub -blok Persentase Jumlah Total (%) 1 Sesuai > 50 % - 100 % Tinggi A, B, C4, C5, C6, F2, F3, F4, G1, G3, G4, H, J 13 54 > 25 % - 50 % Sedang C3, F5, F6, G2, 4 17 0 % - 25 % Rendah - 0 0 2 Tidak Sesuai - - C1, C2, D1, D2, D3, E, F1 7 29 Jumlah Total 24 100