• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS. adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1.1 Pengertian Kemampuan

Kemampuan adalah suatu proses perbuatan atau cara meningkatkan usaha dengan didasari kesanggupan kekuatan untuk melakukan suatu potensi yang dimilikinya. Menurut Slameto (2010:56) mengemukakan bahwa kemampuan adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak, secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. sedangkan menurut Danim (1994:12) “Kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”.

Kemampuan sangat erat terkait dengan anak sebagai individu yang mempunyai konsep diri, penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem), dan mengatur diri sendiri (self regulation). Anak memahami tuntunan lingkungan terhadap dirinya, dan penyesuaian tingkah lakunya.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapa disimpulkan bahwa kemapuan adalah kecakapan atau kesanggupan yang dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan sesuatu, merupakan suatu potensi yang dimiliki sejak lahir dan perlu dikembangkan dengan latihan atau praktek dalam suatu proses pembelajaran.

(2)

Berdasarkan kemampuan yang dikemukakan maka yang dimaksud dengan kemampuan dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau potensi siswa di SDN 2 Tapa dalam menjelaskan isi puisi.

2.1.2 Pengertian Menjelaskan

Menjelaskan menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono (2006:70) berarti menyajikan informasi lisan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi. Sementara menurut Soetomo kegiatan menjelaskan dapat diartikan sebagai usaha penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, misalnya antara sebab akibat, antara yang sudah diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum teori, dalil, definisi yang berlaku umum dengan bukti-bukti atau contoh sehari-hari, dan juga kegiatan menjelaskan ini diberikan khususnya dalam menyampaikan bab/materi baru kepada siswa.

Sedangkan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu, siswa kelas 2 mampu menjelaskan secara sederhana materi puisi melalui pembelajaran pengalaman atau kehidupan anak.

2.1.3 Menjelaskan Puisi

Guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca puisi sesuai dengan jenjang kelas SD berdasarkan Kurikulum Pendidikan dan Garis-garis Besar Program Pengajaran Bahasa Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasikan sastra, dan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia.

(3)

Perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang dan dapat disajikan secara terpadu. Dalam pembelajaran membaca puisi di SD hal yang perlu diperhatikan adalah siswa, sasaran, metode dan evaluasi. Setelah persiapan pembelajaran dilakukan, dilaksanakan pembelajaran membaca puisi melalui pendekatan metode demonstrasi dengan langkah pra membaca, saat membaca, dan pasca membaca. Pada langkah pra membaca siswa diajak memahami puisi yang akan dibacakan dengan membicarakan kosakata yang dianggap sukar bagi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan memberi tanda jeda pada baris-baris puisi, guna mengatur pernafasan. Pada langkah saat membaca siswa diajak menyimak model yang mendemonstrasikan pembacaan puisi, dengan tidak lupa mendiskusikan apa yang siswa saksikan. Pada pasca membaca siswa dapat menerapkan keterampilannya dengan pembacaan puisi yang lain atau bahkan prosa dengan aspek-aspek yang telah dipelajari dalam membaca puisi. 2.1.4 Pengertian Puisi

Secara etimologi kata puisi berasal dari bahasa Yunani ‘poema’ yang berarti membuat, ‘poesis’ yang berarti pembuat pembangun, atau pembentuk.

Pengertian puisi sampai saat ini masih diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Tidak konsistennya pengertian puisi lebih disebabkan oleh perkembangan puisi yang semakin hari semakin beragam dan mengakibatkan lahirnya jenis-jenis puisi baru. Hal tersebut yang menimbulkan kesulitan menyimpulkan apa pengertian puisi yang bisa dikenakan pada berbagai jenis puisi pada berbagai zaman.

Samuel Taylor Colerige (dalam Pradopo 2005:6), mengemukakan puisi itu kata-kata terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang

(4)

setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangta erat hubungannya, dan sebagainya. Shelley (dalam Pradopo 2005: 6), mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Kata-kata adalah kata-kata itu sendiri, sehingga ia harus dibebaskan dari beban makna maupun metafora. Setiap kata mengandung berbagai makna sehingga mampu mewakili berbaris-baris kalimat yang hendak diungkapkan penulisnya. Hal ini pulalah yang membuat penafsiran terhadap sebuah puisi menjadi bermacam-macam. Akan tetapi, pada dasarnya karya sastra termasuk puisi memang multiinterpretable. Karena, pada hakekatnya, semua puisi adalah sama, yaitu menyampaikan sesuatu secara tidak langsung. Semua puisi adalah ungkapan perasaan dan pemikiran penyairnya yang ingin dikomunikasikan itu tidak lain adalah manusia, hidup, kemanusiaan, dan kehidupan.

Berdasarkan beberapa definisi puisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu meningkatkan kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Adapula yang mengatakan puisi adalah karangan bahasa yang khas yang memuat pengalaman yang disusun secara khas pula. Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna yang ditafsirkan secara estetik.

(5)

2.1.5 Unsur-Unsur Puisi

Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi. Istilah bentuk dan isi tersebut oleh para ahli dinamai berbeda-beda, diantaranya unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaktik puisi (Dick Hartoko), tema dan struktur (M.S. Hutagalung), bentuk fisik dan bentuk batin (Marjorie Boulton), hakikat dan metode (I.A. Richards).

Menurut Sayuti (2002:41), pada hakikatnya puisi merupakan sebuah kesatuan, yakni kesatuan semantis dan bentuk formalnya, pilihan dan pengendepanan salah satu dasar ekspresi penciptaan akan berpengaruh pada bahasa berikut semua aspek yang melekat padanya, yang menjadi media ekspresinya. Puisi merupakan suatu kesatuan yang akan membentuk makna yang indah. Puisi adalah bentuk ungkapan ekspresi dari penyairnya.

Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan unsur lainnya menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya. Untuk memberikan pengertian yang lebih memadai berikut ini dikemukakan uraian mengenai unsur-unsur pembangun puisi.

a. Struktur Fisik Puisi 1) Diksi

Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction diartikan sebagai choice and use of words. Diksi menurut Sayuti (2002 : 143), merupakan salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan puisi berarti pemilihan kata yang

(6)

dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya. Sayuti (2002:144)

2). Pengimajian

Menurut Sayuti (2002: 168-169), dalam proses penikmatan (membaca atau mendengarkan), apalagi pemahaman puisi, kesadaran terhadap kehadiran salah satu unsur puisi yang menyentuh atau mengguagah indera seringkali begitu mengedepan. Pengalaman keinderaan itu juga dapat disebut sebagai kesan yang terbentuk dalam rongga imajinasi yang disebabkan oleh sebuah kata atau oleh serangkaian kata. Serangkaian kata yang mampu menggugah pengalaman keinderaan itu, dalm puisi, disebut citraan (Sayuti 2002 : 170).

Oleh penyair imaji diberi peran untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup, lebih segar terasakan, lebih ekonomis, dan dekat dengan hidup kita sehingga diharapkan pembaca atau pendengar turut merasakan dan hidup dalam pengalaman batin penyair. Coombes (dalam Pradopo 2005: 42-43), mengatakan bahwa dalam tangan seorang penyair yang baik, imaji itu segar dan hidup, berada dalam puncak keindahannya untuk mengintensifkan, menjernihkan, memperkaya, dan sebuah imaji yang berhasil menolong orang merasakan pengalaman penyair terhadap objek dan situasi yang dialaminya, memberi gambaran yang setepatnya, hidup, kuat. Menurut Alternbernd (dalam Pradopo 2005 : 80), citraan dapat dihasilkan dengan jalan menampilkan

(7)

nama-nama, deskripsi-deskripsi, irama-irama, asosiasi intelektual atau beberapa cara di atas tampil bersama-sama.

3). Kata kongkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. . Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. 4). Bahasa figuratif

pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu. Pada umumnya, bahasa figuratif digunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan sebab kata-kata saja belum cukup jelas untuk menerangkan lukisan tersebut. Sementara itu, menurut Pradopo (2005: 61), menyamakan kiasan dengan bahasa figuratif (figurative language) dan memasukkan metafora sebagai salah satu bentuk kiasan.

Alternbernd (dalam Pradopo 2005: 62), mengelompokkan bahasa figuratif menjadi 7 jenis, yaitu simile, metafora, epic-simile, personifikasi, mitonimi, sinekdoks dan allegori.

(8)

5) Tipografi

Menurut Sayuti (2002:329), tipografi merupakan aspek bentuk visual puisi yang berupa tata hubungan dan tata baris. Dalam puisi, tipografi dipergunakan untuk mendapatkan bentuk yang menarik supaya indah dipandang mata. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama.

Tipografi merupakan pembeda yang sangat penting. Dalam prosa (baik fiksi maupun bukan) baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah periodisitet. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait. Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir ditepi kanan. Tepi sebelah kiri maupun kanan sebelah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya jika kita menulis prosa. Atas dasar hal demikian itu, maka muncul bebagai macam tipe atau bentuk puisi. Ada bentuk-bentuk tradisional dan ada pula bentuk-bentuk yang menyimpang dari pola tradisional. Bentuk-bentuk tradisional diantaranya dapat dilihat pada puisi-puisi pujangga baru.

6). Versifikasi

Versifikasi yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya dan (3) pengulangan

(9)

kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

b. Struktur Bathin Puisi

1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.

(10)

4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

2.1.6 Puisi Anak

Menyeleksi puisi anak-anak terutama untuk bahan ajar merupakan salah satu tugas guru yang tidak mudah. Seorang guru harus mempertimbangkan minat dan kebutuhan anak-anak, pengalaman anak sebelumnya berkaitan dengan puisi dan tipe-tipe puisi yang menarik bagi mereka (Huck, 1987). Puisi dapat diibaratkan nyanyian tanpa notasi. Puisi merupakan karya sastra yang paling imajinatif dan mendalam mengenai alam sekitar dan diri sendiri termasuk hubungan manusia dan Tuhan yang Maha Kuasa. Puisi memiliki irama yang indah, ringkas dan tepat menyentuh perasaan dan juga sangat menyenangkan. Penyair memilih setiap kata dengan hati-hati sehingga menimbulkan dampak segala yang dikatakannya dan yang menjadi maksudnya menakjubkan pembaca atau pendengar.

2.1.7 Karakteristik Puisi Anak

Istilah puisi anak-anak memiliki dua pengertian yaitu (1) puisi yang ditulis oleh orang dewasa untuk anak-anak dan (2) puisi yang ditulis oleh anak-anak untuk konsumsi mereka sendiri. Tampaknya dari dua pengertian itu tidak menjadi masalah apakah puisi tersebut ditulis oleh orang dewasa atau bukan ataukah oleh anak-anak sendiri, selama puisi tersebut bertutur kepada mereka tentang alam kehidupannya dalam bahasa puisi (Huck, 1987:396). Pada dasarnya puisi anak

(11)

dan orang dewasa hanya sedikit perbedaannya. Hal utama yang membedakannya adalah dari segi bahasa, tema dan ungkapan gejolak emosi yang digambarkan. Puisi anak dilihat dari dunia citraannya digambarkan dalam things dan sign yang sesuai dengan dunia pengalaman anak. Jika dicermati keduanya memiliki implikasi presfektif dan pengungkapan terhadap dunia anak dengan cukup tajam. Orang dewasa cenderung memandang dan menyikapi dunia anak secara normative-evaluatif daripada anak-anak sendiri yang lebih deskriptif–objektif dalam mengungkapkan diri mereka sendiri.

Pada dasarnya puisi anak memiliki karakteristik antara lain (1) bahasanya sederhana, (2) bentuknya naratif, (3) berisi dimensi kehidupan yang bermakna dan dekat dengan dunia anak, dan (4) mengandung unsur bahasa yang indah dengan panduan bunyi pilihan kata dan satuan-satuan makna.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik puisi untuk anak-anak adalah bahwa a) bahasa yang digunakan harus sederhana, b) bentuknya naratif, c) berisi demensi kehidupan yang bermakna dan dekat dengan dunia anak, d) mengandung unsur bahasa yang indah dengan paduan bunyi pilihan kata, satuan-satuan makna.

2.1.8 Materi Menjelaskan Isi Puisi SD Kelas II

Materi puisi di kelas II sebenarnya masih sangat sederhana dan mendasar yaitu dari melengkapi puisi berdasarkan gambar, menulis puisi sederhana, menuliskan kembali puisi dengan bahasa yang baik, dan membaca puisi dengan lafal, artikulasi dan intonasi yang benar. Secara umum materi puisi dan Bahasa

(12)

Indonesia pada umumnya disajikan secara tematik sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2.2 Pelaksanaan dan proses pembelajaran

Pelaksanaan dalam proses pembelajaran pada umumnya disajikan secara tematik sesuai dengan materi yang diteliti pada pelajaran bahasa indonesia kelas II. Dimana siswa di harapkan mampu menjelaskan isi puisi dengan baik yang bertemakan kehidupan sehari-hari seperti contoh puisi di bawah ini:

LIBURAN TELAH TIBA Pagi yang cerah

Ku bergegas menuju sekolah Suara gemuruh Lonceng sekolah Ku nikmati masa-masa yang indah

Hangat sapa Bersama Teman Memupuk tawa bersama kawan Menuntut ilmu ku kerahkan Demi meraih masa depan

Kemampuan otak terkuras lemah Terdiam suntuk merasa lelah Menanti hari-hari yang indah Dan ku sambut libur sekolah

Puisi diatas berjudul “Liburan Telah Tiba”, dimana siswa menyambut datangnya libur yang mereka nantikan setelah sekian lama belajar dan menuntut ilmu di sekolah. Puisi diatas mengandung makna/pesan yang baik dimana siswa

(13)

diajak untuk berpikir bahwa sekolah merupakan tempat menimbah ilmu agar bisa menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi bangsa dan negara.

Puisi diatas menggunakan diksi atau pilihan kata sederhana sehingga mudah dipahami oleh siswa karena mengingat siswa yang diteliti masih kelas II dan masih pada tahapan membaca permulaan. Bentuk puisi yaitu berbentuk naratif dimana puisi terdiri dari serangkaian peristiwa dari waktu ke waktu mulai dari pagi yang indah dan dilanjutkan menuju sekolah pada saat sekolah sampai dengan menyambut libur sekolah. Isi puisi ini juga menarik karena dekat dengan dimensi kehidupan dunia anak sehingga dapat memudahkan guru untuk memancing keaktifan anak dalam proses pembelajaran dan interaksi yang baik antar siswa.

2.3 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berjudul tentang meningkatkan kemampuan siswa menjelaskan isi puisi telah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya. Namun penelitian sebelumnya adalah penelitian tindakan kelas, yang mengidentifikasi hasil belajar siswa dengan menggunakan metode cotextual teaching learning, salah satu contohnya adalah penelitian oleh Slamet Sabar Riyadi (2013) PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENULIS PUISI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI RANDUGUNTING 6 KOTA TEGAL. Universitas Negeri Semarang. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti di atas, dari 20 orang siswa yang diteliti, 19 siswa telah mencapai hasil yang memuaskan.

(14)

Penelitian yang telah diuraikan di atas memiliki kesamaan judul dan metode dengan penelitian kali ini, yang dilaksanakan di SDN 2 Tapa Bone Bolango ini dalam bentuk penelitian deskrptif kualitatif, yang berjudul Kemampuan Siswa Menjelaskan Isi Puisi di Kelas II SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu hal yang baru dari peraturan itu adalah bahwa untuk PKB jenis Publikasi Ilmiah (KTI), jenis LAPORAN HASIL PENELITIAN salah satu syarat agar dapat dinilai adalah harus

Dengan adanya layanan secara online ini, masyarakat diharapkan dapat lebih mudah dalam melakukan lapor pajak dan lebih taat dalam membayar

Penelitian ini berusaha membuktikan apakah terdapat pengaruh kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, leverage, ukuran perusahaan dan return on asset

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat, 1998. Pintu Masuk Dan Keluar Menjadi Satu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk

Bagaimana pengaruh susunan sudut pitch terhadap karakteristik aliran fluida dan perpindahan panas yang melintasi serrated fin tube economizer dengan

Untuk guru SMA Negeri 10 Palembang, dari 10 indikator tentang kompetensi pedagogik guru, indikator keempat yaitu kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran

Dalam satu rumpun dewasa, anggrek tebu dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan mempunyai panjang malai hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya

sebagian besar siswa setelah diberi layanan konseling kelompok disiplin belajar siswa berbeda dengan yang sebelumnya, siswa tersebut telah mampu menciptakan disiplin di