BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Arus globalisasi perekonomian dunia yang merebak ke segala sektor
dan hampir merambah ke segenap kegiatan usaha, tidak terkecuali merambah
pada perkembangan industri jasa boga saat ini, sangat pesat dan kompetitif,
bahkan sudah menjadikan sebagai ajang hiburan dan wisata kuliner. Dampak
dari globalisasi perekonomian tersebut telah dirasakan pada bidang
pendidikan vokasional dengan semakin banyak diperlukan tenaga kerja yang
terlatih dan profesional khususnya tenaga ahli dibidang boga. Hal tersebut
akan menjadikan peluang dan tantangan khususnya bagi lembaga pendidikan
vokasional bidang boga untuk dapat mendidik dan melatih kualitas sumber
daya manusia yang sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan dunia
industri. Untuk itu peran pendidikan vokasional sangat menentukan karena
dituntut harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
dan profesional yang mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari
berbagai Negara lainnya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, menyatakan bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Selanjutnya dalam pasal
1 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program
sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta
program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia. Pasal 16 selanjutmya menyatakan bahwa
Pendidikan Vokasi merupakan Pendidikan Tinggi program diploma yang
sampai program sarjana terapan. Terselenggaranya pendidikan vokasional
diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang cerdas, terampil dan
kompetitif di masa yang akan datang.
Mengantisipasi dampak yang mungkin muncul dari adanya pergerakan
sumber daya manusia, maka arah pengembangannya ditekankan pada
penguasaan kompetensi di masing - masing bidang agar dapat bersaing di
tingkat lokal, regional, nasional bahkan di tingkat internasional. Para lulusan
pendidikan vokasional untuk memiliki kemampuan bekerja, harus
meningkatkan kompetensi produktif, yaitu kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha dan industri, untuk itu proses pembelajarannya
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
kompetensi, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pasal 97
menyatakan bahwa kurikulum perguruan tinggi dikembangkan dan
dilaksanakan berbasis kompetensi (KBK). Pembelajaran berbasis kompetensi
adalah suatu proses pengajaran perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya
mengacu kepada kompetensi peserta didik. Sukmadinata (2004, hlm. 25),
menyatakan bahwa ”Competency Based Education and Training lazim diterapkan pada pendidikan kejuruan dan vokasi seperti sekolah menengah
kejuruan, politeknik dan semacamnya”. Sejalan dengan pendapat Blank
(1982, hlm. 6) menyatakan bahwa, ”Training programs should (1) spell out
exactly what it is that traineers should learn, (2) provide high quality
instruction, (3) help students learn one thing well before going on to the next
and then, (4) requare each trainee to demonstrate competency, then you buy
into the competency-based approach”. Pendapat dari kedua di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan vokasional pembelajarannya menggunakan
pendekatan pembelajaran kompetensi. Pendekatan ini digunakan dalam upaya
meningkatkan kemampuan kerja lulusan yang mampu beradaptasi serta
memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja sesuai dengan tuntutan
dunia kerja.
Upaya untuk melakukan kualifikasi terhadap lulusan perguruan tinggi
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Selanjutnya dalam
Bab I, pasal 1 dinyatakan bahwa, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi
kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan
antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.
Adanya KKNI ini diharapkan akan mengubah cara melihat kompetensi
seseorang, tidak lagi semata Ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka
kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap
hasil pendidikan seseorang secara luas melalui Indeks Prestasi Komulatif
(IPK), Sertifikat Kompetensi Profesi (SKP), Surat Keterangan Pendamping
Ijazah (SKPI) dan Sertifikat Kompetensi Keahlian (SKK).
Tujuan dan penguasaan kompetensi tersebut mengarahkan peserta
didik untuk mencapai penguasaan kemampuan yang telah diprogramkan
berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan
kawasan ASEAN berdasarkan ASEAN Common Competency Standards
Framework For Tourism Professionals (ACCSTP) yang telah dikembangkan
dengan dunia usaha dan industri. Perpres No. 08 Tahun 2012 menerangkan
bahwa, sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji
kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar
Internasional, dan/atau Standar Khusus.
Namun demikian, sistem pembelajaran di Pendidikan Vokasional pada
saat ini dirasakan belum memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan
pendidikan. Keadaan ini teramati dari adanya tenaga kerja yang dihasilkan
belum memiliki kompetensi yang memadai sebagai tenaga kerja, sehingga
tidak mampu bekerja dan akhirnya menjadi pengangguran. Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal, mengutip
dari Badan Pusat Statistik (Kompas, Rabu 6 Februari 2008) (dalam Banyuni,
Hingga Februari 2007, jumlah sarjana yang menganggur sebanyak 409.890 orang. Belum lagi lulusan diploma III yang belum mendapat pekerjaan sebanyak 179.231 orang serta diploma I dan diploma II yang menganggur berjumlah 151.085 orang. Total pengangguran keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 740.206 orang.
Grafik 1.1
Data Jumlah Pengangguran Menurut Jenjang Perguruan Tinggi
Fasli Jalal menyatakan,”Tidak terserapnya lulusan pendidikan tinggi
tersebut antara lain disebabkan kompetensi lulusan yang masih rendah atau
tidak sesuai kebutuhan dunia kerja”. Selanjutnya Krishnamurti, salah satu
motivator (Pikiran Rakyat, Minggu 23 Pebruari 2014) menyatakan,“Mereka
yang baru lulus atau fresh graduate sebetulnya belum bisa dikatakan
kompeten”. Krishnamurti juga menyatakan, “Pengangguran di Indonesia
masih besar, kemiskinan masih tinggi….”. “Hal lainnya, saat ini masih ada gap antara tenaga kerja dengan perusahaan pencari tenaga kerja. Gap yang
lebar ini terutama karena tenaga kerja belum punya skill, kompetensi,
kemampuan, dan attitude yang sesuai dengan permintaan perusahaan”
Upaya untuk memecahkan permasalahan sebagai pijakan dalam
penyelenggaraan pendidikan, pemerintah telah melahirkan kebijakan link and
dengan tuntutan pasar kerja. Kebijakan link and match telah memberikan
penegasan terhadap perlunya keterkaitan yang nyata antara penyelenggara
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat, merupakan sarana untuk
membangun kemitraan dengan dunia industri dalam menentukan prioritas
serta menyusun bentuk dan program-program pendidikan vokasional dengan
memperhatikan tuntutan kebutuhan pasar kerja, namun demikian kualitas
lulusan yang kompeten sangat ditentukan oleh mutu proses pembelajaran,
untuk itu dalam merancang suatu proses pembelajaran harus dibuat sesuai
dengan tuntutan kurikulum, karena lulusan yang telah dinyatakan kompeten
akan menjadikan tolok ukur bagi keberhasilan pembelajaran.
Keterlibatan dan dukungan dunia usaha dan dunia industri terutama
dalam menetapkan berbagai standar kompetensi sangat diperlukan dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan vokasional. Lembaga Pendidikan
Tinggi Vokasional dituntut untuk terus menyesuaikan diri dan meningkatkan
mutu pendidikannya serta merencanakan dan melaksanakannya secara
matang proses pembelajaran pada program studi yang akan dikembangkan
sesuai dengan dunia kerja, perkembangan jaman dan tuntutan masyarakat
sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat dan mampu bersaing baik
tingkat nasional maupun tingkat internasional.
Mata kuliah Pastry di pendidikan vokasional khususnya pada program
studi Tata Boga termasuk pada kelompok mata kuliah keahlian berkaya
(MKB) atau kelompok kurikulum inti, yaitu kelompok bahan kajian dan
pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan
berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasainya.
Undang-Undang RI No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
menyatakan, kompetensi paling sedikit memenuhi elemen kurikulum, (1)
landasan kepribadian, (2) penguasaan ilmu pengetahuan, (3) teknologi, seni,
dan/atau olahraga, (4) kemampuan dan keterampilan berkarya, (5) sikap dan
perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai, (6) penguasaan kaidah berkehidupan
dalam program studi tata boga pada kelompok mata kuliah keahlian berkarya
ditekankan pada penguasaan dasar-dasar keahlian yang luas, kuat, mendasar,
serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat.
Mata kuliah Pastry merupakan bahan ajar untuk meningkatkan
pengetahuan dan keahlian mahasiswa sebagai bekal untuk bekerja di dapur
pastry. Secara khusus pembelajaran mata kuliah pastry bertujuan agar
mahasiswa memiliki kompetensi dalam melakukan pekerjaan dalam
mengolah pastry di dapur pastry dan memiliki sekaligus keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang diperlukan dalam mengolah pastry tersebut
dengan melaksanakan pekerjaannya secara efektif sesuai standar yang sudah
ditetapkan.
Berdasarkan tujuan pembelajaran mata kuliah pastry di pendidikan
tinggi vokasional tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya
ada tiga tujuan utama pembelajaran mata kuliah pastry yaitu; (1) agar
mahasiswa memiliki keterampilan dalam mengolah produk-produk pastry
yang sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan industri (psikomotorik);
(2) agar mahasiswa memiliki kedisiplinan dan mental yang positif selama
bekerja di dapur pastry (afektif); (3) agar mahasiswa memiliki kemampuan
pemahaman dalam mengolah produk-produk pastry (kognitif). Tujuan
pembelajaran mata kuliah pastry tersebut, searah dengan tujuan pendidikan
nasional. Menurut UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20
tahun 2003 (Bab II pasal 3) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dalam hal ini terkandung makna bahwa pendidikan
tinggi merupakan usaha untuk mengembangkan kemampuan dan
mencerdaskan bangsa dengan membentuk watak yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Apalagi di era globalisasi dunia usaha dan
memerlukan lulusan pendidikan vokasional yang mau berkembang, adaptif,
mampu bekerja dalam tim dan sekaligus juga siap bekerja secara mandiri.
Pembelajaran kelompok mata kuliah keahlian berkarya dilaksanakan
baik teori maupun praktek. Pembelajaran teori lebih menekankan pada
penyajian materi-materi pengantar praktek, untuk mendukung dan
memperlancar mahasiswa pada saat praktek, sedangkan pelajaran praktek
lebih menekankan terhadap penguasaan kompetensi yang harus dikuasai
mahasiswa. Kelompok mata kuliah keahlian berkarya menjadi ciri utama
pendidikan vokasional karena memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan khusus dalam bidang keahlian tertentu untuk mempersiapkan
mahasiswa bekerja sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi dalam
pendidikan vokasional adalah proses pembelajaran yang kurang memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kompetensi yang
harus dimiliki agar mahasiswa menjadi kompeten. Padahal dengan
perkembangan dunia usaha dan dunia industri serta perkembangan global
yang begitu cepat menuntut adanya perubahan dan penyesuaian pada kegiatan
pembelajaran.
Akar permasalahan yang terjadi yang terkait dengan pelaksanaan
pembelajaran pastry pada program studi Tata Boga dikarenakan rendahnya
minat sebagian mahasiswa program Studi Tata Boga pada mata kuliah Pastry.
Ada kecenderungan di kalangan mahasiswa bahwa mata kuliah pastry hanya
merupakan tujuan kedua dari berbagai mata kuliah lain yang diajarkan di
pendidikan tinggi vokasional. Akibat dari rendahnya minat dan motivasi
belajar pada mata kuliah pastry ini, tentu akan memberikan dampak pada
rendahnya kompetensi lulusan.
Kurang berminatnya mahasiswa dalam mempelajari pastry disebabkan
banyak faktor yang mempengaruhi, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Ketika kurikulum untuk meningkatkan kompetensi digulirkan
sebagai kurikulum yang dipakai oleh setiap pendidikan vokasional,
permasalahan utama ada pada implementasinya. Dosen masih belum
memahami konsep, substansi, dan mekanisme pelaksanaan kurikulum
kompetensi tersebut.
Kurang pahamnya dosen mata kuliah pastry dalam pelaksanakan
kurikulum tersebut berdampak terhadap tidak adanya peningkatan mutu
pada proses pembelajaran, sedangkan dosen sebagai pelaksana kurikulum
yang berhadapan langsung dengan mahasiswa dituntut untuk memiliki
kompetensi dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sesuai UU
RI No. 14 pasal 60 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Dalam tugas keprofesionalannya
berkewajiban merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta
menilai dan mengevaluasi proses hasil belajar. Perencanaan pembelajaran
berkenaan dengan pengernbangan Pokok Pikiran/Ide dimana wewenang
menentukan. Pelaksanaan proses pembelajaran berkenaan dengan
pelaksanaan pembelajaran di kelas dimana yang menjadi pengembang dan
penentu adalah dosen. Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian
apakah proses pembelajaran memberikan hasil yang sesuai dengan apa
yang sudah dirancang ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan
salah satu dimensi ataukah keseluruhannya. Oleh karena itu, dosen
dituntut mampu melakukan perencanaan, pelaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran dengan baik sesuai tuntutan kurikulum.
Selanjutnya dalam pasal 69, dosen wajib mengikuti pembinaan dan
pengembangan profesi dosen yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik adalah penguasaan dosen pada berbagai
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan perkembangan
mahasiswa. Kompetensi kepribadian, adalah, kesanggupan dosen untuk
secara baik menampilkan dirinya sebagai teladan dan memperlihatkan
antusiasme dan kecintaan terhadap profesinya, Kompetensi sosial adalah, kemampuan dosen untuk menghargai kemajemukan, aktif dalam berbagai
kegiatan sosial, dan mampu bekerja dalam team work, dan Kompetensi
profesional, adalah, keluasan wawasan akademik dan kedalaman
pengetahuan dosen terhadap materi keilmuan yang ditekuninya.
Penyebab utama lemahnya kompetensi dosen mata kuliah pastry
dapat dilihat dari latar belakang pendidikan dosen mata kuliah pastry
sangat bervariasi yang terdiri dari: (1) S2 pendidikan non tata boga; (2) S1
non pendidikan;dan (3) DIII Diploma tata boga. Walaupun latar belakang
pendidikan dosen mata kuliah pastry sangat bervariasi, hal tersebut
didukung oleh pengalaman bekerja beberapa dosen di dunia industri
sudah sangat pengalaman dan mumpuni, hal tersebut menjadi salah satu
kekuatan bagi pendidikan vokasional dalam menjalankan proses
pembelajarannya. Namun demikian metodologis maupun keilmuan untuk
mengajar mata kuliah pastry yang dimiliki dosen pastry sangat lemah, hal
tersebut terlihat pada dua hal yang mendasar, yaitu:
Pertama, kelemahan metodologis, proses pembelajaran mata kuliah
pastry di pendidikan vokasional selama ini cenderung monoton dan
tradisional. Para dosen mata kuliah pastry lebih terbiasa menggunakan
pembelajaran yang terpusat pada dosen (teacher centered). Proses belajar
berlangsung tanpa mempertimbangkan potensi-potensi yang dimiliki
mahasiswa. Padahal mahasiswa memiliki segala macam potensinya, harus
diarahkan untuk mencapai tujuan mata kuliah. Sejalan dengan pendapat
Sukmadinata (2004, hlm.156) bahwa,”Program pembelajaran kompetensi
adalah program pembelajaran dirancang untuk melayani kebutuhan,
minat, dan kemampuan peserta”.
Kedua, kelemahan dalam keilmuan atau teori pengetahuan tentang
kemampuan dasar baik teori maupun teknik pengolahan pastry yang
memadai sebagai alat untuk mengajarkan dalam mendukung praktek kerja
di laboratorium. Hal ini teramati adanya beberapa dosen yang belum
memiliki sertifikat pelatihan pastry.
Berbagai kelemahan dalam pembelajaran mata kuliah pastry
tersebut memerlukan upaya pemecahan dari berbagai pihak untuk
mengatasinya. Menurut peneliti, posisi dan peran dosen dalam
memperbaiki kelemahan tersebut sangat central dan utama. Oleh karena
itu, pengayaan metodologi pembelajaran para dosen pastry merupakan
sebuah keharusan.
2. Kurang Memadai Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan hal yang penting dan
utama dalam pendidikan vokasi, Finch dan Cruncilton (1984, hlm. 12)
mengemukakan bahwa, “Bringing together the proper facilities,
equipment, supplies, and instructional resources represents a major
concern to all persons involved in the implementation of vocational
curricula”. Sesuai dengan kurikulum pendidikan vokasional dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya perlu didukung oleh fasiltas
belajar yang memadai, untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat
mencerminkan dunia kerja yang sesungguhnya secara realistis dan
edukatif. Diperlukan banyak perlengkapan sarana khususnya
laboratorium, perlengkapan bengkel, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang
dapat mendukung proses pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan kerja peserta didik yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha
dan industri.
Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di pendidikan
vokasional. Adapun, prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan
proses pendidikan di pendidikan vokasional. Sarana pendidikan
(2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; (3) hubungannya dengan
proses belajar mengajar.
Undang-undang RI No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
menyatakan bahwa, Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana
untuk memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
potensi, dan kecerdasan Mahasiswa.
Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 menyatakan bahwa, standar sarana dan
prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat
beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekspresi, serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya dalam Bab VII Pasal 42
menyatakan, bahwa: (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana
yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan; (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana
yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,
ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan
jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Berdasarkan ketentuan di atas setiap perguruan tinggi harus
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, akan tetapi di
pendidikan vokasional tidak semua lembaga mampu dan sanggup untuk
menyediakan semua sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan
disebabkan karena anggaran dana yang terbatas yang disesuaikan dengan
kemampuan para mahasiswanya.
3. Lemahnya Metode Pembelajaran
Dosen mata kuliah pastry dalam kegiatan pembelajaran praktik
menggunakan metode kerja kelompok, akan tetapi dosen mata kuliah
pastry kurang memahami konsep pembelajaran kerja kelompok dengan
hanya menjelaskan materi pelajaran berdasarkan menu atau resep yang
akan diolah dan dipraktekkan serta membentuk beberapa kerja kelompok
tanpa memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran kerja kelompok.
Padahal perkembangan dunia usaha dan dunia industri saat ini
memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
komunikasi, kerja tim dan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Menurut Jaques (2000) (dalam Ana, 2011, hlm 2),”Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa pada saat ini perusahaan-perusahaan di seluruh
dunia menginginkan lulusan perguruan tinggi/sekolah mampu
mengembangkan komunikasi, kerja tim, dan kemampuan dalam
mengatasi masalah”.
Menurut Suprijono (2009, hlm. 57) bahwa:
Kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Kumpulan disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur, groupness. Pembelajaran kelompok bukan hanya sekedar belajar dalam kelompok yang dilakukan asal-asalan, akan tetapi ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya.
Pada era globalisasi, tugas-tugas kompleks yang dihadapi di dunia
usaha dan di dunia industri diperlukan lulusan vokasional yang memiliki
kompetensi yang kompeten, mampu bekerja dalam tim, dan siap bekerja
secara mandiri.
Pengujian yang dilakukan belum kepada standar kompetensi yang
harus dicapai mahasiswa. Pengujian merupakan proses yang sistematis
dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi untuk menentukan
pengujian adalah untuk menguji kompetensi. Kadang-kadang dapat juga
digunakan untuk menguji keabsahan dari rencana pelatihan. Pengujian
seharusnya merupakan bagian akhir dari keseluruhan pekerjaan yang
seharusnya dikerjakan oleh mahasiswa.
Pengujian yang dilakukan dosen belum sesuai dengan
prinsip-prinsip pengujian. Pengujian hanya dilakukan dengan tes tertulis saja
melalui Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester sehingga
kemampuan mahasiswa akan kompetensi keahliannya tidak dapat terukur
apakah kompeten atau tidak kompeten. Penilaian merupakan bagian dari
proses pelatihan dan tidak hanya sebagai suatu penambahan di akhir
pelatihan. Kompeten adalah mampu melakukan pekerjaan dan memiliki
sekaligus keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan secara efektif di tempat kerja, sesuai standar yang
sudah ditetapkan.
Kemampuan seseorang tidak hanya diukur dari segi kognitif saja
dalam menyelesaikan pekerjaan melainkan juga melibatkan aspek-aspek
lainnya. Kriteria kompeten adalah sebagai berikut:
a. Mampu memahami konsep yang mendasari standar kompetensi yang
harus dikuasai/dicapai.
b. Mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan tuntutan standar
kompetensi yang harus dicapai dengan cara dan prosedur yang benar
serta hasil yang baik.
c. Mampu mengaplikasikan kemampuannya dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan deskripsi pada latar belakang dan identifikasi masalah
tersebut di atas, maka inti persoalannya terletak pada masalah utama, yakni
pembelajaran pengolahan pastry di pendidikan tinggi vokasional belum
di pendidikan vokasional ditentukan oleh banyak faktor, antara lain:
mahasiswa, dosen, fasilitas pendidikan dan lingkungan, standar kompetensi,
metode, media, untuk itu diperlukan upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran agar tujuan pendidikan tercapai secara
optimal sehingga keterampilan mahasiswa tercapai sesuai standar kompetensi
yang telah ada.
Berdasarkan pemaparan masalah tersebut penulis membatasi masalah
penelitian pada pengembangan model pembelajaran pastry untuk
meningkatkan kemampuan kompetensi produktif pada mata kuliah pastry
dengan masalah pokok yaitu “Model pembelajaran yang bagaimanakah yang
dapat meningkatkan kemampuan kompetensi produktif pada pembelajaran
pengolahan pastry?”
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini dengan dikembangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Kondisi pembelajaran pengolahan pastry bagaimana yang sekarang
sedang berjalan?
2. Model pembelajaran pastry yang bagaimana untuk meningkatkan
kompetensi produktif mata kuliah pastry?
3. Bagaimana efektivitas model pembelajaran untuk meningkatkan
kompetensi produktif mata kuliah pastry tersebut ?
4. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap keterlaksanaan
model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi produktif mata
kuliah pastry tersebut?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini merupakan studi
dalam implementasi kurikulum yang memfokuskan pada pengembangan
model pembelajaran pada mata kuliah Pastry program studi Tata Boga di
pendidikan tinggi vokasional. Pengembangan model pembelajaran untuk
mengoptimalkan pencapaian kompetensi mahasiswa yang harus dimiliki
sebagai calon tenaga kerja yang profesional sesuai dengan bidang
keahliannya. Model ini lebih lanjut diharapkan dapat: (1) mengembangkan
sikap dan tata nilai dalam melakukan tugas rutin mengolah produk pastry, (2)
meningkatkan kemampuan bidang kerja dalam mengelola tugas-tugas
sehingga sesuai standar, (3) meningkatkan kemampuan pengetahuan
sehubungan dengan pelaksanaan tugas, (4) meningkatkan kemampuan
tanggung jawab dan wewenang yang berhubungan dengan peran kerja,
termasuk kerjasama dalam tim kerja dan harapan-harapan di tempat kerja.
Adapun rumusan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang ada dan diselaraskan
dengan kebutuhan pada mata kuliah pastry pada program studi tata boga
untuk meningkatkan kompetensi produktif mahasiswa.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi kondisi pelaksanaan pembelajaran pastry, dilihat
dari aspek dosen, mahasiswa, materi bahan ajar, sumber bahan ajar,
sistem evaluasi, model pembelajaran, dan sarana/fasilitas
pembelajaran.
b. Menemukan model pembelajaran sebagai alternatif model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi produktif pada
mata kuliah pastry, yaitu menemukan pembelajaran pastry yang dapat
mengembangkan semua aspek kecakapan mahasiswa: (1)
mengembangkan sikap dan tata nilai dalam melakukan tugas rutin
mengolah produk pastry, (2) meningkatkan kemampuan bidang kerja
dalam mengelola tugas-tugas sehingga sesuai standar, (3)
meningkatkan kemampuan pengetahuan sehubungan dengan
pelaksanaan tugas, (4) meningkatkan kemampuan tanggung jawab dan
c. Menemukan efektivitas model pembelajaran mata kuliah pastry
dengan pendekatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran pastry.
d. Mengidentifikasi tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran pastry.
E. Manfaat Penelitian
Penerapan model pembelajaran hasil pengembangan ini selain
memberikan manfaat teoritik juga diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis.
Secara teoritis, hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat
menjadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para meneliti, pendidik, pengamat
pendidikan, pemegang kebijakan dan pengembang kurikulum di perguruan
tinggi vokasional dalam mengembangkan dan memperkuat teori dan konsep
yang sudah ada.
Secara praktis, diharapkan hasil pengembangan model ini, dapat
memberikan manfaat bagi;
1. Bagi pihak pengambil keputusan, hasil penelitian berupa produk
pembelajaran pada bidang studi pastry yang dapat mengembangkan dan
meningkatkan proses keahlian pastry, dapat dijadikan alternatif untuk
didiseminasikan pada jenjang pendidikan tinggi vokasional dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran pastry yang pada akhirnya dapat
meningkatkan keahlian mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi
produktif.
2. Bagi dosen, penggunaan Model Pembelajaran ini dapat memperbaiki
proses belajar-mengajar di kelas maupun di laboratorium sejak tahap
pengembangan perencanaan pengajaran sampai tahap pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar. Manfaat yang diperoleh dari perbaikan proses
belajar-mengajar ini adalah meningkatnya kinerja profesional dosen. Di
sisi lain produk model pembelajaran yang diperkenalkan ini dapat
3. Bagi mahasiswa, diterapkannya Model Pembelajaran ini diharapkan dapat
membantu memahami materi pastry secara komprehensif sehingga dapat
meningkatkan keahliannya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan