• Tidak ada hasil yang ditemukan

informasi hilal dzulhijjah 1433h

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "informasi hilal dzulhijjah 1433h"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM

SELASA, 16 OKTOBER 2012 M

PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H

Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam

mengelilingi Matahari memungkinkan manusia untuk mengetahui penentuan waktu. Salah satunya

adalah penentuan awal bulan Hijriah, yang didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi.

Penentuan awal bulan Hijriah ini sangat penting bagi umat Islam, misalnya dalam penentuan awal

tahun baru Hijriah, awal dan akhir shaum Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah yang

salah satu tupoksinya adalah pelayanan data tanda waktu tentu sangat berkepentingan dalam

penentuan awal bulan Hijriah ini. Untuk itu, BMKG menyampaikan Informasi Hilal saat Matahari

Terbenam, Selasa 16 Oktober 2012 M: Penentu Awal Bulan Dzulhijjah 1433 H sebagai berikut.

1.

Waktu Konjungsi (

Ijtima’

) dan Terbenam Matahari

Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau i

jtima’

adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan

sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Kejadian

ini akan kembali terjadi pada hari Senin, 15 Oktober 2012 M, pukul 12 : 2 UT atau pukul 19 : 2

WIB atau pukul 20 : 2 WITA atau pukul 21 : 2 WIT, yaitu ketika nilai bujur ekliptika Matahari dan

Bulan tepat sama 202,538

o

. Pada saat konjungsi tersebut, jarak sudut Matahari dan Bulan (elongasi)

adalah 2,905

o

. Elongasi ini lebih besar daripada jumlah semi diameter Bulan dan Matahari pada saat

tersebut, yaitu 0,542

o

. Periode sinodis Bulan sendiri terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga

konjungsi yang akan datang ini adalah 29 hari 9 jam 52 menit.

Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di

horizon-teramati. Keadaan ini bergantung pada berbagai hal, yang di antaranya adalah semi diameter

Matahari, efek refraksi atmosfer Bumi dan elevasi lokasi pengamat di atas permukaan laut (dpl).

Dalam perhitungan standar penentuan waktu terbenam Matahari, semi diameter Matahari dianggap

16’, efek refraksi

atmosfer

dianggap 34’ dan

elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl (Seidelmann,

1992). Berdasarkan hal ini Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada tanggal 15 Oktober 2012

paling awal terjadi pada pukul 17 : 29 WIT di Jayapura dan paling akhir pada pukul 18 : 24 WIB di

Sabang. Adapun pada tanggal 16 Oktober 2012, Matahari terbenam di wilayah Indonesia paling

awal terjadi pada pukul 17 : 28 WIT di Jayapura dan paling akhir pada pukul 18 : 24 WIB di

Sabang.

Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan bahwa

konjungsi terjadi setelah Matahari terbenam tanggal 15 Oktober 2012 di wilayah Indonesia dan

sebelum Matahari terbenam tanggal 16 Oktober 2012 di wilayah Indonesia. Dengan demikian,

secara astronomis waktu pelaksanaan rukyat Hilal di wilayah Indonesia adalah setelah Matahari

(2)

2

2.

Data Hilal dan Matahari untuk Beberapa Kota di Indonesia

Pada Tabel

tentang “Data Hilal dan Mat

ahari saat Matahari Terbenam, Selasa, 16 Oktober 2012

M: Penentu Awal Bulan Dzulhijjah 1433 H

, ditampilkan informasi astronomis Hilal dan Matahari

untuk beberapa kota di Indonesia saat Matahari terbenam tanggal 16 Oktober 2012. Informasi ini

adalah informasi dasar penentu awal bulan Dzulhijjah 1433 H.

Pada tabel tersebut, sebagaimana penentuan waktu terbenam Matahari, waktu terbenam Bulan

dinyatakan saat bagian atas piringan Bulan tepat di horizon-teramati. Dalam perhitungan standar

waktu terbenam Bulan, efek refraksi atmosfer

dianggap 34’

, elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl

dan semi diameter Bulan adalah nilainya pada saat tersebut (Seidelmann, 1992). Azimuth adalah

besar sudut yang dinyatakan dari titik Utara Geografis (True North) menyusuri bidang horizon ke

arah Timur dan seterusnya hingga ke posisi proyeksi benda langit di bidang horizon. Benda langit

yang dimaksud adalah Bulan atau Matahari. Tinggi Hilal dinyatakan sebagai ketinggian pusat

piringan Bulan dari horizon-teramati dengan elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek

refraksi atmosfer standar telah diikutsertakan dalam perhitungan. Elongasi adalah jarak sudut antara

pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari untuk pengamat dengan elevasi dianggap 0 meter

dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi diabaikan. Sementara FI Bulan adalah fraksi illuminasi Bulan,

yaitu persentase perbandingan antara luas piringan Bulan yang tercahayai oleh Matahari dan

menghadap ke pengamat di permukaan Bumi dengan luas seluruh piringan Bulan. Dari tabel

tersebut dapat juga diperoleh informasi umur Bulan dan lag. Umur Bulan adalah selisih waktu

antara terbenam Matahari dengan waktu terjadinya konjungsi. Adapun lag adalah selisih waktu

terbenam Bulan dengan waktu terbenam Matahari.

Dalam perhitungan tinggi Bulan, efek tinggi lokasi pengamat di atas permukaan laut dapat

diikutsertakan dengan menggunakan persamaan (1) berikut, yaitu

d

a

a

0

,

(1)

dengan a adalah tinggi Bulan dari horizon-teramati dengan memperhitungkan efek tinggi lokasi

pengamat dan a

o

adalah tinggi Bulan dari horizon-teramati tanpa efek tinggi lokasi pengamat.

Adapun d pada persamaan (1) di atas adalah efek kerendahan horizon (dip) yang dinyatakan oleh

1)

h

d

0

,

02917

,

(2)

dengan h adalah tinggi lokasi pengamat di atas permukaan laut dalam satuan meter.

Sebagai contoh untuk perhitungan di atas adalah ketinggian Bulan pada 16 Oktober 2012 untuk

pengamat di Pelabuhan Ratu dengan elevasi 52,685 meter dpl. Berdasarkan

Data Hilal dan

Matahari saat Matahari Terbenam, Selasa, 16 Oktober 2012 M: Penentu Awal Bulan Dzulhijjah

1433 H

untuk lokasi Pelabuhan Ratu, diperoleh a

o

adalah 10,5339

o

. Berdasarkan persamaan (2) di

atas, nilai d adalah 0,2117

o

. Setelah hasil ini diterapkan pada persamaan (1) di atas, diperoleh nilai a

adalah 10,7456

o

. Dengan demikian, setelah memperhitungkan elevasinya, tinggi Bulan di

Pelabuhan Ratu dari horizon-teramati saat Matahari terbenam tanggal 16 Oktober 2012 adalah 10

o
(3)

3

3.

Peta Ketinggian Hilal

Pada Gambar 1 ditampilkan peta ketinggian Hilal untuk pengamat di antara 60

o

LU sampai

dengan 60

o

LS saat Matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat di permukaan Bumi pada

tanggal 15 Oktober 2012. Pada Gambar 1 tersebut ditampilkan pula ketinggian Hilal untuk

pengamat yang berada di Indonesia. Adapun peta ketinggian Hilal saat Matahari terbenam di

Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2012 dapat dilihat pada Gambar 2. Pada kedua gambar tersebut,

tinggi Hilal dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horizon-teramati dengan

elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer standar telah diikutsertakan

dalam perhitungan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, ketinggian Hilal 0

o

saat Matahari

terbenam tanggal 15 Oktober 2012 melewati Samudra Hindia, Afrika, Samudra Atlantik, Amerika

bagian Utara dan Samudra Pasifik. Pada Gambar 2 terlihat ketinggian Hilal di Indonesia saat

Matahari terbenam pada 16 Oktober 2012 berkisar antara 8,37

o

sampai dengan 10,57

o

.

Gambar 1. Peta ketinggian Hilal tanggal 15 Oktober 2012 untuk pengamat antara 60o LU s.d. 60o LS.

(4)

4

4.

Peta Elongasi

Pada Gambar 3 ditampilkan peta elongasi untuk pengamat di Indonesia saat matahari terbenam

tanggal 16 Oktober 2012. Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat

piringan Matahari untuk pengamat dengan elevasi dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer

Bumi diabaikan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 3, elongasi saat Matahari terbenam tanggal 16

Oktober 2012 di Indonesia berkisar antara 11,08

o

sampai dengan 12,82

o

.

Gambar 3. Peta Elongasi tanggal 16 Oktober 2012 untuk pengamat di Indonesia

5.

Peta Umur Bulan

Pada Gambar 4 ditampilkan peta umur Bulan saat Matahari terbenam tanggal 16 Oktober 2012.

Umur Bulan adalah selisih waktu antara terbenam Matahari dengan waktu terjadinya konjungsi.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 4, umur Bulan di Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2012

berkisar antara 20,43 jam sampai dengan 23,37 jam.

(5)

5

6.

Peta Lag

Pada Gambar 5 ditampilkan peta Lag untuk pengamat di Indonesia pada tanggal 16 Oktober

2012. Lag adalah selisih waktu terbenam Bulan dengan waktu terbenam Matahari. Sebagaimana

terlihat pada gambar tersebut, selisih waktu terbenam Bulan dengan Matahari di Indonesia pada

tanggal 16 Oktober 2012 berkisar antara 39,53 menit sampai dengan 49,17 menit.

Gambar 5. Peta Lag tanggal 16 Oktober 2012 untuk pengamat di Indonesia

7.

Peta Fraksi Illuminasi Bulan

Pada Gambar 6 ditampilkan peta Fraksi Illuminasi Bulan untuk pengamat di Indonesia pada

tanggal 16 Oktober 2012. Fraksi Illuminasi Bulan adalah perbandingan antara luas piringan Bulan

yang tercahayai oleh Matahari dan menghadap ke pengamat di permukaan Bumi dengan luas

seluruh piringan Bulan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 6, Fraksi Illuminasi Bulan pada tanggal

16 Oktober 2012 berkisar antara 0,94 % sampai dengan 1,25 %.

(6)

6

8.

Objek Astronomis Lainnya yang Berpotensi Mengacaukan Rukyat Hilal

Dalam perencanaan rukyat Hilal, perlu diperkirakan juga objek-objek astronomis selain Hilal

dan Matahari yang posisinya berdekatan dengan Bulan dan kecerlangannya tidak berbeda jauh

dengan Hilal atau lebih lebih cerlang daripada Hilal. Objek astronomis ini bisa berupa planet,

misalnya Venus atau Merkurius, atau berupa bintang yang cerlang, seperti Sirius. Adanya objek

astronomis lainnya ini berpotensi menjadikan pengamat untuk menganggapnya sebagai Hilal.

Pada tanggal 16 Oktober 2012, sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam di Indonesia,

tidak ada objek astronomis lainnya yang jarak sudutnya kurang dari 5

o

dari Bulan.

Referensi

Seidelmann P.K. (Ed.) (1992), Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac,

University Science Books, Mill Valley, CA.

Informasi Lanjut

Sub Bidang Gravitasi dan Tanda Waktu BMKG

Gedung Operasional Baru Lantai 3

Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720

Telepon

: (021) 4246321 ext. 3309

situs

:

http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Tanda_Waktu/

(7)

KONJUNGSI / IJTIMA':SENIN, 15 OKTOBER 2012 M, PUKUL 19 : 2 WIB

o ' o ' j m j m o ' o ' o ' o ' %

1 SABANG 95 21.00 BT 5 54.00 LU 18 : 24 WIB 19 : 8 WIB 260 54.62 253 2.74 9 23.80 12 48.90 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.25 2 BANDA ACEH 95 45.00 BT 5 31.00 LU 18 : 22 WIB 19 : 7 WIB 260 54.67 253 7.64 9 26.23 12 47.90 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.25 3 MEULABOH 96 7.00 BT 4 11.00 LU 18 : 22 WIB 19 : 7 WIB 260 54.58 253 23.66 9 36.62 12 46.72 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.24 4 GUNUNG SITOLI 97 42.30 BT 1 10.00 LU 18 : 17 WIB 19 : 4 WIB 260 53.34 254 0.31 9 57.07 12 42.46 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.23 5 MEDAN 98 40.60 BT 3 33.70 LU 18 : 12 WIB 18 : 57 WIB 260 54.59 253 33.25 9 36.16 12 40.79 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.23 6 SIBOLGA 98 53.70 BT 1 33.10 LU 18 : 12 WIB 18 : 58 WIB 260 53.67 253 56.79 9 51.51 12 39.85 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.22 7 PADANG 100 21.30 BT 0 53.00 LS 18 : 8 WIB 18 : 55 WIB 260 51.71 254 26.04 10 6.29 12 36.10 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.21 8 PEKANBARU 101 26.70 BT 0 27.70 LU 18 : 3 WIB 18 : 49 WIB 260 53.03 254 11.40 9 54.10 12 33.88 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.20 9 JAMBI 103 38.30 BT 1 38.10 LS 17 : 55 WIB 18 : 42 WIB 260 51.08 254 36.92 10 4.24 12 28.56 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.19 10 BENGKULU 102 20.30 BT 3 51.80 LS 18 : 2 WIB 18 : 50 WIB 260 47.97 255 1.33 10 22.09 12 31.20 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.19 11 PALEMBANG 104 42.10 BT 2 54.20 LS 17 : 52 WIB 18 : 39 WIB 260 49.53 254 51.95 10 10.47 12 25.97 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.18 12 BANDAR LAMPUNG 105 14.40 BT 5 14.40 LS 17 : 51 WIB 18 : 40 WIB 260 45.85 255 18.42 10 24.17 12 24.50 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.17 13 BATAM 104 6.80 BT 1 7.10 LU 17 : 52 WIB 18 : 37 WIB 260 53.70 254 5.98 9 43.31 12 27.98 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.18 14 TANJUNG PINANG 104 31.80 BT 0 55.00 LU 17 : 50 WIB 18 : 35 WIB 260 53.57 254 8.60 9 43.90 12 27.00 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.18 15 RANAI 108 27.00 BT 3 50.00 LU 17 : 33 WIB 18 : 16 WIB 260 55.26 253 38.92 9 12.81 12 18.84 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.16 16 PANGKAL PINANG 106 8.40 BT 2 8.70 LS 17 : 46 WIB 18 : 32 WIB 260 50.62 254 44.36 10 2.14 12 22.83 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.17 17 TANJUNG PANDAN 107 45.20 BT 2 45.10 LS 17 : 40 WIB 18 : 26 WIB 260 49.92 254 52.19 10 2.59 12 19.10 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.16 18 MERAK 106 0.00 BT 5 56.00 LS 17 : 49 WIB 18 : 37 WIB 260 44.62 255 26.50 10 26.64 12 22.73 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.17 19 PANDEGLANG 106 6.00 BT 6 18.00 LS 17 : 49 WIB 18 : 37 WIB 260 43.91 255 30.61 10 28.58 12 22.47 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.17 20 SERANG 106 9.00 BT 6 6.00 LS 17 : 48 WIB 18 : 37 WIB 260 44.30 255 28.42 10 27.29 12 22.37 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.17 21 RANGKAS BITUNG 106 14.00 BT 6 22.00 LS 17 : 48 WIB 18 : 37 WIB 260 43.78 255 31.41 10 28.67 12 22.17 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.17 23 JAKARTA 106 50.47 BT 6 9.31 LS 17 : 45 WIB 18 : 34 WIB 260 44.24 255 29.38 10 26.04 12 20.81 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.16 24 PELABUHAN RATU 106 33.46 BT 7 1.74 LS 17 : 47 WIB 18 : 36 WIB 260 42.45 255 38.85 10 32.04 12 21.40 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.16 25 BANDUNG 107 35.00 BT 6 54.00 LS 17 : 43 WIB 18 : 32 WIB 260 42.78 255 37.91 10 28.68 12 19.08 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.16 26 LEMBANG 107 36.96 BT 6 49.55 LS 17 : 43 WIB 18 : 32 WIB 260 42.94 255 37.11 10 28.45 12 19.01 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.16 27 SEMARANG 110 22.80 BT 6 59.00 LS 17 : 32 WIB 18 : 20 WIB 260 42.78 255 40.12 10 22.76 12 12.76 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.14 28 YOGYAKARTA 110 26.00 BT 7 47.00 LS 17 : 32 WIB 18 : 21 WIB 260 41.05 255 48.77 10 27.13 12 12.60 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.14 29 PANGGUNG REJO 112 13.00 BT 8 20.00 LS 17 : 25 WIB 18 : 14 WIB 260 39.90 255 55.41 10 26.04 12 8.55 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.12 30 TANJUNG KODOK 112 21.00 BT 6 52.00 LS 17 : 24 WIB 18 : 12 WIB 260 43.15 255 39.78 10 17.60 12 8.31 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.12 31 NGLIYEP 112 26.00 BT 8 21.00 LS 17 : 25 WIB 18 : 13 WIB 260 39.87 255 55.67 10 25.63 12 8.06 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.12 32 PRAPAT,BAWEAN 112 35.00 BT 5 48.00 LS 17 : 22 WIB 18 : 10 WIB 260 45.27 255 28.41 10 10.85 12 7.86 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.12 33 SURABAYA 112 47.10 BT 7 23.00 LS 17 : 23 WIB 18 : 11 WIB 260 42.08 255 45.51 10 19.52 12 7.30 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.12 34 PASIBAN 113 20.00 BT 8 20.00 LS 17 : 21 WIB 18 : 9 WIB 260 39.97 255 55.86 10 23.48 12 6.02 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.12 35 AMBAT,PAMEKASAN 113 25.00 BT 7 13.00 LS 17 : 20 WIB 18 : 8 WIB 260 42.47 255 44.02 10 17.14 12 5.88 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.12 36 TERANGULASI 114 22.00 BT 8 40.00 LS 17 : 17 WIB 18 : 6 WIB 260 39.24 255 59.80 10 22.88 12 3.68 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.11 37 PONTIANAK 109 24.50 BT 0 8.60 LS 17 : 31 WIB 18 : 16 WIB 260 52.99 254 24.28 9 40.87 12 15.80 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.15 38 SINTANG 111 28.60 BT 0 3.90 LS 17 : 23 WIB 18 : 8 WIB 260 53.19 254 24.95 9 35.72 12 11.15 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.13

DATA HILAL DAN MATAHARI PADA SAAT MATAHARI TERBENAM

SELASA, 16 OKTOBER 2012 M

PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H

AZIMUTH FI

BULAN BULAN

POSISI BULAN RELATIF TERHADAP MATAHARI (ELONGASI)

MATAHARI BULAN

BUJUR

TINGGI

NO NAMA LOKASI POSISI LOKASI WAKTU TERBENAM

(8)

Gambar

Gambar 1. Peta ketinggian Hilal tanggal 15 Oktober 2012 untuk pengamat antara 60o LU s.d
Gambar 3. Peta Elongasi tanggal 16 Oktober 2012 untuk pengamat di Indonesia
Gambar 5. Peta Lag tanggal 16 Oktober 2012 untuk pengamat di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian adalah (1) Terdapat interaksi rata-rata prestasi belajar matematika siswa antara bentuk tes dengan motivasi belajar siswa sebesar (0,001 < 0,05) (2)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembuatan media pembelajaran video inovatif berbasis e-learning dengan memanfaatkan aplikasi Prezi

Pada Tabel 2.2 telah dijelaskan lengkap apa saja metode yang digunakan dan apa saja yang dihasilkan dalam penelitian tersebut.. Penelitian Metode Fantri Pamungkas, Tuti

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

Berdasarkan perhitungan uji kelayakan yang dilakukan terhadap Ahli media I dan II, Ahli materi I dan II, kelompok perorangan, kelompok kecil dan kelompok besar

Hasil wawancara terstruktur dari ahli materi I dan II adalah 80% (baik sekali). Hasil dari uji coba perorangan yang dilakukan dengan 3 orang siswa responden adalah

Kegagalan / kekurangan mutu sebahagian dan / atau kesemua hasil kerja turapan baru yang diperolehi melalui maklumat ujian makmal yang dihantar terus ke MBSJ oleh pihak makmal