• Tidak ada hasil yang ditemukan

S BIO 1100286 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S BIO 1100286 Chapter1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

sikap ilmiah (Sidiq, 2012). Selain itu, sains dipandang pula sebagai proses,

sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses, sains diartikan semua

kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk

menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk, sains diartikan sebagai hasil

proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah, atau di luar sekolah.

Sebagai prosedur, sains dimaksudkan sebagai metodologi atau cara yang dipakai

untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode

ilmiah (scientific method).

Pada proses pembelajaran, siswa perlu menguasai produk-produk sains dan

metode ilmiah serta perlu keterampilan yang disebut keterampilan proses sains

(KPS) (Supadmiyati, 2013). KPS merupakan keterampilan belajar sepanjang

hayat yang dapat digunakan bukan saja untuk mempelajari berbagai macam ilmu

tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, KPS

dimiliki siswa dari tingkat SD hingga universitas dengan KPS yang terus terasah.

Melalui KPS, siswa tidak perlu menunggu ilmu pengetahuan diperbaharui orang

lain karena dengan keterampilan yang dimilikinya dapat melakukan pembaharuan

pengetahuan. Keterampilan tersebut membuat siswa menemukan pengetahuan

sendiri tanpa harus menunggu pengetahuan yang baru.

KPS siswa yang muncul dan berkembang dalam pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah terdiri dari keterampilan proses sains dasar dan keterampilan

proses sains terintegrasi (Padilla, 1990). Keterampilan proses sains dasar

dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang lebih

kompleks yakni keterampilan proses sains terintegrasi.

Dalam praktiknya, keterampilan proses sains merupakan hal yang tidak

dapat terpisahkan dari metode penyelidikan (Supadmiyati, 2013). Siswa

(2)

pula dengan mengetahui bagaimana caranya untuk mengumpulkan fakta dan

menghubungkan fakta-fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan.

Selain itu, dengan adanya KPS ini siswa akan lebih aktif, kreatif, terampil serta

memiliki pengalaman yang menarik sehingga nantinya dapat mengasah pola pikir

siswa (Lederman et al., 2013).

KPS yang dimiliki siswa tersebut harus dinilai atau diases dalam proses

pembelajaran (Supadmiyati, 2013). Penilaian autentik dapat digunakan untuk

menilai KPS karena dapat mengukur KPS siswa melalui proses pembelajaran

yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun produk secara

langsung.

Namun dewasa ini, guru hanya sekedar mengerti pengertian penilaian

autentik yang terdapat dalam kurikulum 2013. Ditambah lagi, buku yang tersedia

belum cukup memadai untuk memahamkan guru tentang penerapan penilaian

autentik (Bhakti, 2013). Belum semua guru paham tentang cara pelaksanaan

penilaian autentik dan untuk menerapkannya sesuai dengan tuntutan kurikulum

2013 khususnya tuntutan dalam pembelajaran masih terdapat kerancuan.

Kurikulum 2013 menuntut dan menekankan pembelajaran menggunakan

pendekatan ilmiah sebagai perangkat atau katalisator utamanya (Kemendikbud,

2013). Pendekatan ilmiah juga erat kaitannya dengan pembelajaran berbasis

scientific inquiry. Salah satu jenis pembelajaran berbasis scientific inquiry adalah

pembelajaran berbasis inquiry lab (Wenning, 2010). Inquiry lab berbeda dengan

aktivitas pembelajaran laboratorium biasa. Dalam Inquiry lab ini siswa diarahkan

melaksanakan perencanaan percobaan dan pengumpulan data secara bebas.

Pada kenyataannya, banyak guru yang membelajarkan siswa dengan

pembelajaran berbasis inquiry tanpa memiliki pemahaman yang komprehensif,

akibatnya pembelajaran tidak sistematis dan tidak mementingkan proses

keterampilan yang harus diintegrasikan ke dalam pembelajaran (Wenning, 2010).

Selain itu, kesulitan mengenai bagaimana cara mengajarnya dan melakukan

penilaian adalah kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru tentang

(3)

Banyak penelitian pada pembelajaran berbasis lab tidak berhasil, karena

gagal menilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut (Hofstein &

Lunetta, 2003). Penilaian autentik terhadap keterampilan siswa dan pemahaman

terkait dengan pembelajaran yang dilakukan harus menjadi bagian integral dari

pembelajaran berbasis lab. Alat penilaian harus mengukur keterampilan

penyelidikan siswa, persepsi siswa, penyelidikan ilmiah, dan konsep-konsep

ilmiah yang dimiliki siswa. Selain itu, pada penelitian sebelumnya tentang

pembelajaran inquiry lab tidak memunculkan KPS siswa (Kurniasih, 2013). KPS

siswa yang banyak dimunculkan dalam proses pembelajaran SMA hanya KPS

dasar saja (Alhajjah, 2013). Padahal KPS terintegrasi siswa penting dimunculkan

dalam proses pembelajaran SMA (Supadmiyati, 2013).

Keterampilan siswa yang muncul dalam pembelajaran seperti KPS

terintegrasi harus dinilai dengan asesmen autentik. Pada dasarnya, penilaian

autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan

sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari

pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya

(Kemendikbud, 2014). Namun, terdapat penelitian sebelumnya tentang penilaian

autentik yang dilakukan untuk mengukur kriteria keterampilan siswa yang banyak

dan kurang spesifik sehingga sulit untuk diobservasi (Supadmiyati, 2013).

Padahal kriteria yang jelas memudahkan penilai untuk mengobservasi

keterampilan siswa (Majid, 2011).

Hal tersebut di atas menujukkan bahwa penting dilakukan penelitian

mengenai pengembangan penilaian atau asesmen autentik pada pembelajaran

berbasis inquiry lab. Pada penelitian ini diharapkan dapat diperoleh perangkat

asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi siswa dengan baik sehingga KPS

terintegrasi dapat lebih dikembangkan dalam pembelajaran. Asesmen autentik

pada pembelajaran berbasis inquiry lab akan berjalan baik jika diimplikasikan

dalam pembelajaran dengan metode praktikum.

Materi dalam pelajaran biologi tidak semuanya berpotensi untuk

dibelajarkan melalui pembelajaran berbasis inquiry. Materi pencemaran

(4)

materi yang dapat dibelajarkan dan diukur oleh asesmen autentik adalah

pemanfaatan ulang (Reuse) dan pendaur ulang (Recycle). Mengingat urgensi dan

pentingnya upaya pengembangan asesmen autentik tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian tentang pengembangan asesmen autentik untuk menilai

keterampilan proses sains terintegrasi pada siswa kelas X MIA dalam

pembelajaran berbasis inquiry lab.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengembangan

asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada pembelajaran inquiry lab?.

Rumusan masalah tersebut diturunkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada

pembelajaran inquiry lab berdasarkan hasil uji coba?

2. Bagaimanakah asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada

pembelajaran inquiry lab berdasarkan hasil penerapan?

3. Apakah kelemahan dan kelebihan asesmen autentik berdasarkan hasil uji

coba dan penerapan?

4. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru terhadap asesmen autentik yang

dikembangkan pada pembelajaran inquiry lab?

5. Bagaimanakah KPS terintegrasi yang dimiliki oleh siswa saat pembelajaran

inquiry lab berdasarkan hasil penerapan?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran inquiry lab yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan

pembelajaran inquiry laboratorium menurut Wenning (2010) yang berupa

Guided Inquiry.

2. Jenis asesmen autentik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian

kinerja (performance assesment) yang sesuai dengan pembelajaran berbasis

inquiry lab dan fokus pada penilaian KPS terintegrasi yaitu merumuskan

(5)

dan bahan, merencanakan langkah-langkah percobaan, melakukan

percobaan, megumpulkan data, menterjemahkan data, menghubungkan

variabel, dan membuat kesimpulan.

3. Materi yang digunakan dalam pembelajaran berbasis inquiry lab ini adalah

materi daur ulang mengenai pemanfaatan limbah organik kulit singkong

untuk pembuatan lem pati alami mengikuti silabus kurikulum 2013.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan asesmen autentik

untuk menilai KPS terintegrasi pada pembelajaran inquiry lab. Tujuan khusus dari

penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS

terintegrasi pada pembelajaran inquiry lab.

2. Mengungkap kelebihan dan kekurangan asesmen autentik untuk menilai

KPS terintegrasi pada pembelajaran inquiry lab.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan suatu penguatan mengenai

asemen autentik yang dikembangkan agar dapat dilakukan pada pembelajaran

inquiry lab selanjutnya sehingga asesmen autentik menjadi asesmen alternatif

yang valid dalam pembelajaran.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi pada skripsi ini yaitu bab I: pendahuluan, bab II:

tinjauan pustaka, bab III: metode penelitian, bab IV temuan dan pembahasan, dan

bab V: simpulan, implikasi dan rekmendasi. bab I: pendahulan berisi tentang latar

belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

penelitian terkait penelitian. Kemudian bab II: tinjauan pustaka berisi tentang

tinjauan pustaka mengenai pembelajaran inquiry lab, KPS terintegrasi, asesmen

autentik, dan asesmen kinerja, serta tinjauan pembelajaran dan asesmen autentik

(6)

bab III: metode penelitian berisi tentang metode penelitian yang digunakan,

desain penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan analisis data penelitian.

bab IV: temuan dan pembahasan berisi tentang temuan dari penelitian mencakup

asesmen autentik yang dikembangkan berdasarkan hasil uji coba dan

pengembangan, serta pembahasan berdasarkan temuan penelitian. bab V:

simpulan, implikasi dan rekomendasi berisi tentang simpulan, implikasi dan

Referensi

Dokumen terkait

Fitur Lain 12 Keypad BMP to ASM Converter Software Kode huruf dan angka sesuai kode ASCII BMP to ASM Converter Software Mendukung berbagai ukuran LCD Karakter Mendukung berbagai

Dengan desain antarmuka yang konsisten akan memberikan manfaat yang baik pada website atau sistem informasi yang memiliki kategori yang sama dan dapat

Tinjauan Umum Peran Pemerintah Kabupaten Sleman Dalam Mencegah Dan Menyelesaikan Sengketa Berdirinya Toko Modern Dengan Pasar Tradisional Dari hasil penelitian yang dilakukan,

Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel

Komunikasi dalam satu budaya sudah ada kesepahaman tentang budaya mereka sehingga mereka dapat mengidentifikasikan orang lain sama seperti dirinya Lain halnya

dan menulis, berapa waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan pada garis waktu. 2) Menulis: Membantu peserta didik menulis informasi tentang waktu, kegiatan, dan

Untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan konsep diri antara remaja yang sejak masa akhir kanak-kanaknya dibesarkan dipanti asuhan dengan remaja yang sejak masa

pada penderita diare anak di Puskesmas Rawat Inap kota Pekanbaru yaitu sebanyak 10 orang (10,41%) yang lebih banyak didapat pada anak laki-laki dengan usia 1-3 tahun..