GANGGUAN PANIK Oleh : dr.Mohammad Was’an.SpS
Tiba-tiba saja dada Ny menik terasa sesak, jantung berdebar dengan keras dan cepat, nafas terengaah-engah seperti orang yang sedang berlari cepat, kaki dingin, kepala terasa ringan dan badan mau jatuh. Dengan berhati-hati Ny Menik membaringkan tubuhnya ke lantai, mata dipejamkan dan berucap istighfar. Ini adalah serangan yang kelima dalam minggu ini. Pernah serangan serupa terjadi malam hari sehingga dia bingung, mau tidur takut, mau jaga takut. Itulah sebagian gambaran gejala gangguan panik (panic disorder).Gangguan panik sendiri merupakan satu diantara lima jenis kecemasan (Anxiety).Tulisan ini akan membahas masalah gangguan panik (GP) dan cara-cara
mengatasinya.
Suatua bentuk kecemasan
Kalau seseorang mengalami serangan panik (panic attack) maka hal itu adalah wajar saja. Lima belas persen diantara populasi umumnya pernah mengalami hal ini. Namun menjadi patologis bila serangannya menjadi berkepanjangan dengan respon yang berlebihan. Gejala inilah yang disebut gangguan panik (panic
disorder).Prosentase epidemiologiknya juga lebih kecil yaitu sekitar 1,5 – 3,5 % dari populasi.
Gejala kecemasan (anxiety) umum ada tiga macam : a) ketegangan motorik yang mengenai otot, dapat beru[pa menggigil, gemetar, berkedut (jw:keduten).Otot –otot terasa tegang, panas dan sakit. Disamping itu pasien mudah menjadi lelah namun tidak dapat rileks, b) Gejala otonom berupa nafas menjadi pendek, jantung berdebar, berkeringat secara berlebihan, telapak tangan basah, tidak enak di lambung, rasa mau muntah, bersendawa
(jw.glegeken), terasa mau kencing dan kesulitan menelan.c) Waspada (vigilance), yang berupa sulit berkonsentrasi, sulit tidur, selalu memberi rspon terkejut (jw.kagetan)
Seperti diutarakjan diatas GP merupakan salah satu jenis /bentuk kecemasan.
Bentuk kecemasan yang lain adalah :a) gangguan kecemasan umum (general anxiety disorder), b)Gangguan fobi (Phovbic disorder), c) Obsessive compulsive disorder (Lihat tulisan SM No 03/Th ke 89, 1-15 Februari 2004) dan d) Gangguan kecemasan nonspesifik.
Gejala yang khusus untuk gangguan panik adalah “takut: mengalami kematian, takut mendapat bencana atau sakit yang berat.Kehilangan jati diri (deperssonalization), menjadi tidak realistis (derealization), serasa mau gila dan kehilangan kontrol pribadi merupakan satu gejala serius dari GP.
Mekanisme terjadinya GP secara pasti belum diketahui. Tetapi hipotesis yang diterima saat ini adalah GP terjadi akibat kenaikan kadar kortisol dalam da rah sedemikirna rupa sehingga rasio kortisol dan Dehydroepiandrosterone (DHEA) begitu meningkat.
Disamping itu faktor genetik juga berperan , artinya orang tua yang mengidap GP anaknya kemungkinan juga akan menderita GP.
Dari studi epidemiologik wanita tiga kali lebih sering menderita GP dibanding pria, umumnya serangan GP dimulai sejak dewasa muda (young adult).Pemicu terjadinya adlah stress berat, ditinggal mati pasangan hidup, perceraian, kejadian luar biasa (gempa, kerusuhan).
Tuhan “sosok” menakutkan
Penulis menjumpai satu kasus menarik dalam praktek. Seorang pengidap GP dengan keluhan utamaa takut amengalamai kematian. Dari anamnese diperoleh informasi bahwa serangan GP “Diprovokasi” atau di”induched” oleh materi pengajian dimana Pak Kyai sselalu menyampaikan informasi tentang Tuhan sebagai “sosok: yang suka menghukum, menyiksa, mulai siksa kubur, siksa di padang Mahsyar sampai siksa kelak di neraka jahanam.
Sisi lain “sosok” Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun jarang diungkapkan. Dengan cara halus penulis meminta agar pasien mencari pengajian yang lebih sejuk, lebih memberi optimiesme dan semangat hidup dan semangat beramal di dunia, agar nantinya “buah”nya dapat dipetik di akherat.
Dampak Negatif
Seorang penderita GP harus mendapat pengobatan secara adekuat, karena serangan GP dalam jangka panjang mengakibatkan berbagai masalah. Masalah itu antara lain : a) Serangan GP yang brlangsung lama akan mengganggu hubungan interpersonal, dengan keluarga (isteri/suami dan anak), teman sekerja. B) Karena takut mengalami serangan ulang seorang penderita GP takut berada sendiri di rumah, takut b epergian, takut mendapat kecelakaan di jalan, pokoknya serba takut, gejala umumnya disebut agrophobia.
Pengobatan
Ada dua macam pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita GP Pertama . Cognitive-behavioral therapy
Cognitive therapy adalah suatu psikoterapi dimana pasien diberi penjelasan tentang sebab timbulnya serangan, bagaimana mengintepretasi berbagai keluhan yang dirasakan, yang mungkin sudah mendarahdaging dipersepsi secara salah. Sebagai contoh kalau pasien merasa bahwa salah satu “onderdil tubuhnya” merasa ada yang tidak beres, sementara hasil pemeriksaan fisik, laboratoris maupun radiologis tidak ditemukan kelainan, maka dokter akan menjelaskan dengan bahasa pasien apa yang sebenarnya terjadi. Dengan behaviour therapy, pasien dilatih untuk mengurangi ketakutan, merubah perilaku agar jiwanya lebih tegas dan realistik dalam menghadapi berbagai situasi.
Kepada pasies perlu juga diberi latihan pernafasan, agar dapat mengantisipasi bila serangan GP muncul dengan gejala pernafasan yang cepat (hiperventilasi)
Umumnya psikoterapi diberikan selama 8 – 12 Minggu.
Yang kedua, pengobatan dengan obat-obatan (medikamentosa) umumnya diberikan gabungan obat penenang dengan antidepresan.Besarnya dosis dan lamanya pengobatan tergantung pada berat ringannya penyakit. Biasanya
dibutuhkan waktu pengobatan selama 8 minggu.
Gangguan panik memang tidak dapat dicegah, tetapi beberapa triger (pemicu) timbulnya GP dapat dihindari. Oleh karena itu perlu juga dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan pertahanan diri menghadapi serangan GP seperti : 1) melakukan olah raga secara teratur, b) melatih relaksasi dan meditasi termasuk dalam hal ini melatih pernafasan, c) bila serangan GP datang, berusaha menenangkan pikiran dan bernafas dalam, d) pandai-pandai mengatuw waktu dan tugas sehari-hari dan jangan mudah gugup, e) bergabung dalam satu group penderita GP untuk saling bertukar pengalaman mengatasi serangan dan terakhir, bersikap tawakkal dan selalu mohon diberikan ketenangan kepada Allah SWT.
Sumber: