1.1
Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak yang merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki peranan yang penting dalam
menunjang penyelenggaraan negara. Mencermati perkembangan jumlah Anggaran
Pendapatan Negara(APBN) tahun 2001-2007 terlihat jelas penerimaan negara dari
sektor pajak memberi kontribusi yang signifikan terhadap APBN (Anggaran
Penerimaan Belanja Negara).
Sesuai Reformasi perpajakan pada tahun 1983 bahwa sistem pemungutan
pajak berubah dari sistem
official assesment
menjadi sistem
self assesment.
Dalam
system
self assesment
Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Konsekuensi dari adanya
self
assessment
system
ini adalah adanya tuntunan bagi aparatur pajak untuk mampu
memberikan bimbingan, pembinaan, dan pengawasan terhadap Wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor
Pelayanan Pajak konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
Pada Tahun 2002 tersebut, dibentuk 2 KPP WP Besar atau LTO (Large Tax
Office). KPP ini menangani 300 WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan
hanya mengadministrasikan jenis pajak PPH dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk
10 KPP Khusus yang meliputi KPP BUMN, Perusahaan PMA, WP Badan dan
Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Kemudian pada tahun 2004 dibentuk
pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office). Sedangkan KPP Modern yang
menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax Office). KPP
Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008.Perbedaan utama antara KPP
STO dengan KPP LTO Maupun MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi
Ekstensifikasi pada KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO
merupakan ujung tombak bagi DJP untuk menambah rasio perpajakan di
Indonesia.
Dalam modernisasi administrasi perpajakan yang sedang terjadi sekarang,
Pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tidak lagi berdasarkan jenis
pajaknya, namun berdasarkan fungsinya. Salah satu seksi yang mempunyai peran
penting adalah seksi Pengawasan dan Konsultasi yang di dalamnya terdapat
Account Representative
yang salah satu tugas utamanya adalah melakukan
pengawasan atas kepatuhan Wajib pajak.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mempunyai peranan yang besar dalam
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan memberikan dampak
yang besar bagi perekonomian rakyat Indonesia, dan diharapkan penghasilan dari
sektor PPN lebih besar daripada Pajak Penghasilan (PPh) karena setiap warga
masyarakat akan membeli barang kebutuhan hidupnya yang hampir kesemuanya
merupakan hasil produksi yang terkena PPN .
Penelusuran kekayaan dan penghasilan dilakukan dengan dua cara.
Pertama, memeriksa ulang surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak pegawai
yang bekerja di unit pemeriksaan, keberatan, banding, dan
account representative
,
Selain pengawasan pada aparat pajak, pengawasan juga dilakukan terhadap wajib
pajak.
Penunjukan
Account Representative
yang bertugas secara khusus
menangani dan mengawasi administrasi perpajakan beberapa wajib pajak dengan
mengembangkan konsep pelayanan satu pintu sehingga mengurangi
persinggungan antara wajib pajak yang kemungkinan dapat menimbulkan ekses
negative. Namun demikian, kemudahan dan penyediaan
Account Representative
yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak dalam mengurus pajak sering
menemui kendala dan hambatan.
mendapati keadaan dimana
Account Representative
tidak bisa menjawab dan atau
salah menjawab apabila ditanyakan oleh Wajib pajak. Jika hal ini berlanjut terjadi
maka Wajib pajak akan kehilangan kepercayaannya terhadap
Account
Representative
nya dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap citra DJP di mata
masyarakat . Penurunan kinerja
Account Representative
akan berpengaruh secara
langsung terhadap kinerja Fungsional Pemeriksa dalam melakukan kegiatan
pemeriksaan yang menjadi sarana utama dalam pengujian kepatuhan Wajib pajak.
(Majalah Berita Pajak: 2008)
Account Representative
ini bertugas untuk mengawasi pelaksanaan
kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib pajak, melayani hak Wajib
pajak dan sebagai tempat konsultasi Wajib pajak. Jadi
Account Representative
ini
menjembatani atau sebagai mediator antara Wajib pajak dan KPP. Tugas
selengkapanya antara lain Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib
pajak, melalui pemanfaatan data dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu
(SAPT) atau Sistem Informasi DJP (SIDJP), bimbingan atau himbauan kepada
wajib pajak, Konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak, analisis kerja wajib
pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi,Memonitor
penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan,Melakukan evaluasi hasil
banding berdasarkan ketentuan yang berlaku, membantu wajib pajak dalam
memperoleh penegasan dan konfirmasi masalah perpajakan, melakukan
pemutakhiran data wajib pajak dan membuat company profile, menginformasikan
ketentuan perpajakan terbaru kepada wajib pajak, melakukan pemutakhiran data
wajib pajak dalam membuat
copany profile
; dan menyelesaikan permohonan surat
keterangan yang diperlukan wajib pajak.
Satu hal yang baru dan berlaku sejak 1 April 2010 adalah batas waktu
penyetoran dan penyampaian SPT Masa PPN dimana sebelumnya penyetoran
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan pelaporan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya menjadi penyetoran dan pelaporan paling lambat akhir bulan
berikutnya.
Disamping itu sejak 1 Januari 2011 diberlakukan bentuk formulir baru
untuk SPT masa PPN dari sebelumnya formulir 1107 menjadi formulir 1111. Hal
ini sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 2/PJ/2011
Dalam pelaksanaannya masih banyak hal yang menjadi kendala atau
kesulitan wajib pajak sehingga
account representative
harus bekerja keras untuk
dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan kewajiban SPT Masa PPN oleh
wajib pajak berdasarkan ketentuan baru tersebut.
Oleh karena betapa pentingnya tugas pengawasan yang menjadi tulang
punggung pengamanan penerimaan negara dari sektor pajak tersebut, maka
penulis mengambil judul Laporan Kerja Praktek:
“Tinjauan Prosedur
Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh
Account Representative Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
1.2
Tujuan Kerja Praktek
1.2.1
Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui prosedur pengawasan pembayaran masa pajak
pertambahan nilai (PPN) oleh
Account Representative
pada KPP Pratama
Bandung Tegallega.
2.
Untuk mengetahui hambatan atau permasalahan yang dihadapi
Account
Representative
dalam mengawasi Pembayaran masa PPN pada KPP
Pratama Bandung Tegallega;
1.3
Kegunaan Kerja Praktek
1
Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap Pajak khususnya
Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai Oleh
Account
Representative
2
Bagi KPP Pratama Bandung Tegallega
Sebagai bahan masukan tentang Pengawasan Pembayaran Masa Pajak
Pertambahan Nilai Oleh
Account Representative
.
3
Bagi Akademik dan Pihak Lain
1.4
Metode Kerja Praktek
Dalam melaksanakan Kerja Praktek pada KPP Pratama Bandung Tegallega
penulis menggunakan metode
Block Release,
yaitu penulis melakukan kerja
praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega selama 1
bulan atau 25 hari kerja.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah :
1.
Penelitian Lapangan (
Field
Research
)
Yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung pada
objek penelitian. Penelitian lapangan dilakukan melalui metode
pengambilan data yang tersedia di lapangan. Baik secara wawancara
maupun secara observasi.
a.
Pengamatan (
Observation
)
Pengumpulan data dengan pengamatan sebagaimana
Moh.Nazir
menyebutkan bahwa :
“Cara Pengambilan data dengan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut.”
(2003:175)
Observas
i dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Tegallega.
b.
Wawancara (
Interview
)
Menurut
Irawan Soehartono
, pengumpulan data dengan cara
wawancara adalah :
data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat
atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).”
(2004:67)
Wawancara dilakukan dengan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak.
2.
Studi Kepustakaan (
Library Research
)
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara membaca literature dan buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang dibahas.
Menurut Moh. Nazir, studi kepustakaan adalah :
“Mengadakan studi literature yang telah ada, mencari sumber data
sekunder yang akan mendukung penelitian untuk mengetahui sampai
kemana ilmu yang berhubungan dengan penelitian yang berkembang”.
(2003:93)
1.5
Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Tabel 1.1
Jadwal Kegiatan Dalam Penulisan Lap. KKP
NO .
KEGIATAN
BULAN
JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVOMBER DESEMBER 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Mengajukan Permohonan KKP
2. Mencari Tempat KKP 3. Pelaksanaan KKP 4. Mengajukan Judul 5. Mencari Data Lap.KKP 6. Pengolahan Data 7. Membuat Lap. KKP 8. Bimbingan Lap. KKP
2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega
Sejarah pajak mula-mula berasal dari Negara Perancis pada zaman
pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada zamannya beliau terkenal dengan
nama “Cope Napoleon”. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara
Perancis. System pajak yang diterapkan Perancis kepada Belanda diterapkan pula
oleh Belanda kepada Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia, yang ada
saat itu dikenal dengan “Oor Logs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).
Konsep pajak itu kemudian dibuat pada tahun 1942 di Australia saat Indonesia
masih diduduki tentara Jepang.
Maksud dari peralihan mengenai pajak ini merupakan suatu peraturan
yang dibuat untuk mempersiapkan bilamana dikemudian hari penjajah Jepang
ditarik kembali dari Indonesia.
Pemungutan pajak ini oleh pemerintah Belanda dilaksanakan oleh sutu
badan yaitu “ Deinspetie van Vinancian”,yang kemudian diganti nama menjadi
“Zeinenbu” oleh pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan
kemudian, 15 Agustus 1942, nama tersbut diganti menjadi “Kantor Inspeksi
Keuangan” dan berkantor di Gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di
Jalan Asia Afrika.
Pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Berlanda
1, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung di pindahkan ke Bandung Selatang di
Kabupaten Soreang, bersama-sama dengan Tentara Keamanan Rakyat
berevakuasi. Setelah Agresi Militer Belanda II menyerang lagi pada tanggal 19
Desember 1948, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke
Tasikmalaya. Bersamaan dengan kejadian tersebut, kekuasaan Republik Indonesia
terpecah menjadi dua, yaitu :
1. Kelompok yang bekerja dengan Belanda dan menolak pindah ke
Tasikmalaya. Kelompok ini disebut menganut system “cooperative”
(inspeksi Keuangan Bandung).
2. Kelompok yang menganut non-cooperative, yang mana kelompok ini
pindah ke Tasikmalaya dan tidak bekerjasama dengan Belanda.
Setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda II, Kantor Inspeksi Keuangan
Bandung yang berada di Tasikmalaya dibubarkan dan kedudukannya
dikembalikan di Bandung pada tanggal 17 Desember 1947. Kantor Inspeksi
Keungan Bandung pada saat itu diserah terimakan oleh Menteri yang pertama,
Mr. Safrudin Prawiwanegara, dan kemudian menteri Negara ini menunjuk Bapak
Sahid Koesoemosarminto sebagai Kepala Kantor Inspeksi Keuangan Bandung
yang pertama, periode 1957-1950, berkantor di km “0” (Groofpostweg),saat ini di
Jalan Asia Afrika Nomor 114, Bandung.
Sejak tahun 1968, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung berganti nama
menjadi Kantor Inspeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor
Inspeksi Pajak Bandung dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang meliputi : Kota Praja Bandung
bandung, dan Kota Administatif Cimahi dan berkantor di Jl.soekarno
Hatta.
2. Inspeksi Pajak Timur, meliputi : Bandung sebelah Timur yang terbelah
oleh Jl.Moch.Toha, Jl.Otto Iskandardinata, Jl. Cicendo, Jl. Cihampelas
bagian Selatan, Jl. Pasteur bagian Timur, Jl. Cipaganti, dan Jl. Setiabudi
yang berkantor di Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung (termasuk Kabupaten
Sumedang).
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
Kep-148/KMK.01/1988 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah kantor baru yang
diberi nama Kantor Inspeksi Bandung Tengah beralamatkan Jalan Purnawarman
No. 21 Bandung dengan Drs. Untung Rivai sebagai kepala kantornya. Sejak
berlakunya Keputusan Menteri Keuangan tersebut maka di Bandung dibagi atas
tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :
Kantor Inspeksi Bandung Timur, Kantor Inspeksi Bandung Tengah, dan Kantor
Inspeksi Bandung Barat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
443/KMK.0112001 tanggal 23 Juli 2001, terhitung mulai tanggal 1 Februari 2002
KPP Bandung dibagi menjadi:
1. KPP Cimahi yang beralamatkan di Jl. Raya Barat Cimahi No. 574
Bandung.
2. KPP Bandung Tegallega yang beralamatkan di Jl. Soekamo Hatta No.2 16
3. KPP Bandung Cibeunying yang beralamatkan di Jl. Purnawarman No.3 72
Bandung.
4. KPP Bandung Karees yang beralamatkan di Jl. Kiaracondong No.372
Bandung.
5. KPP Bandung Cicadas yang beralamatkan di Jl. Soekarno Hatta No.718
Bandung.
6. KPP Bandung Bojonegara yang beralamatkan di J1. Asia Afrika No.114
Bandung.
Keberadaan KPP Pratama Bandung Tegallega dimulai pada tanggal 1 Januari
1980, saat Inspeksi Pajak Bandung dipecah menjadi dua bagian yaitu bagian yaitu :
1. Inspeksi Pajak Bandung Timur yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika
Nomor 114 Bandung.
2. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang pada waktu itu berkedudukan di Jalan
Purnawarman No 21 dan mulai Januari 1981 pindah menempati gedung baru
yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung.
Pada tanggal 1 April 1989, seluruh Kantor Inspeksi Pajak di Indonesia diubah
menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 276/KMK/89 tanggal 25 Maret 1989, istilah Inspeksi Pajak
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Di kantor pelayanan pajak ini akan menangani masalah pemberian Nomor
Wajib Pajak (NPWP), masalah Surat Pemberitahuan (SPT), Penagihan Pajak
dan Keberatan serta Pengukuhan Kena Pajak (PKP).
2. Unit Pemeriksaan dan Penyidikan (UPP)
Berdasarkan keputusan bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria untuk diperiksa sebagaimana diatur
dalam PP No.31 tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang
Perpajakan.
3. Kantor Penyuluhan Perpajakan.
Bertugas memberikan penyuluhan kepada Wajib Pajak atau pada masyarakat
agar seluruhnya mengetahui hak dan kewajiban sebagai Warga Negara
Republik Indonesia untuk membayar pajak.
Terhitung mulai 1 April 1994 terjadi reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak semula untuk wilayah Bandung Raya ada tiga Kantor Pelayanan Pajak di
daerah Kodya Bandung dan satu Kantor Pelayanan Pajak di Kabupaten Bandung
(Cimahi ) terdiri dari:
a. KPP Bandung Barat beralamat di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung.
b. KPP Bandung Timur beralamat di Jalan Kiara Condong No.372 Bandung.
c. KPP Bandung Tengah beralamat di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.
d. KPP Cimahi beralamat di Jalan Raya Barat No.574 Cimahi.
Kemudian pada Tanggal 1 April 1994 KPP tersebut dipecah menjadi lima
Kodya Bandung dan satu Kantor Pelayanan Pajak di Kabupaten Bandung
masing-masing sebagai berikut:
1. KPP Bandung Tegallega yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta no.216
Bandung
2. KPP Bandung Karees yang beralamat di Jalan Kiara Condong no.372
Bandung
3. KPP Bandung Cibeunying yang beralamat di Jalan Purnawarman No.21
Bandung
4. KPP Bandung Bojonagara yang berlamat di Jalan Cipaganti no.155-157
Bandung
5. Kantor Pelayanan Pajak Cimahi yang beralamat di Jalan Raya Barat No.574
Cimahi Kabupaten Bandung.
Terhitung tanggal 28 Agustus 2007, KPP Bandung Tegallega resmi
menerapkan system administrasi modern (SAP) dan berubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor NOMOR KEP - 112/PJ/2007
Tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai beroperasinya Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Pajak
Banten, Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I dan Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II.
Dengan berubah menjadi KPP Pratama, maka pelayanan di lingkungan
Pemeriksaan Fungsional KARIKPA melebur dan menjadi satu atap dalam Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.
a) Wilayah Kerja
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega meliputi 5
(lima) kecamatan dan 31 (tiga puluh satu) kelurahan dengan luas area sekitar
2.283 ha. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
Utara : Jalan Jenderal Sudirman/Kecamatan Cimahi Selatan
Barat : Kelurahan Gempol Sari (Jalan Tol)
Selatan : Jalan Tol Padalarang-Cileunyi/Kecamatan margahayu
Timur : Jalan Mohamad Toha/Jalan Otto Iskandardinata.
Wilayah ini dibagi menjadi 4 (empat) wilayah kerja Seksi Pengawasan dan
Konsultasi, sebagai berikut :
1) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Satu meliputi wilayah Kecamatan
Bandung Kulon
2) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Dua meliputi wilayah Kecamatan
Babakan Ciparay
3) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tiga meliputi wilayah Kecamatan
Bojongloa Kaler dan Bojongloa Kidul
4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Empat meliputi wilayah Kecamatan
Astana Anyar.
b) Gambaran Umum Kondisi dan Potensi Perekonomian KPP Pratama Bandung
Tegallega.
Gambaran umum tentang kondisi dan potensi perekonomian di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega terdiri dari berbagai sektor usaha
sebagai berikut :
Usaha kerajinan kulit, seperti tas dan sepatu kulit di daerah Cibaduyut
Home industry, seperti industri penghasil tahu dan tempe di daerah
Cibuntu
Industri dan pusat penjualan garmen dan hasil tekstil di daerah
Cigondewah
Pusat-pusat perdagangan dan pertokoan, seperti Yogya Kopo Mas (Jl.
Kopo), Molis/Carrefour (Jl. Peta), Alfa Retailindo (Jl. Soekarno Hatta),
Giant Plaza (Jl. Pasir Koja), Griya Sumbersari (Jl. Soekarno Hatta), dan
IITC Kopo (Jl. Kopo) serta Pasar Induk Caringin (Jl. Peta)
Real Estate/Perumahan, seperti Kopo Mas Regency, Singgasana Pradana,
Taman Sakura, Istana Mekarwangi, Pratista Sakura, Sauyunan Mas, Dian
Elok, Kopo Kencana, Kopo Elok, Taman Cibaduyut Indah, Taman Holis
Indah, Holis Regency, Sumber Sari Indah dan Muara Indah.
Wilayah Kerja KPP Pratama Bandung Tegallega
Adapun yang menjadi daerah wewenang kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Tegallega meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Astana Anyar,
3. Kecamatan Babakan Ciparay,
4. Kecamatan Bojongloa Kidul, dan
5. Kecamatan Bandung Kulon.
Tujuan KPP Pratama Tegallega
Tujuan dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega,
memberikan pelayanan publik dengan baik kepada wajib pajak dengan memenuhi
semua kebutuhan wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan prosedur dan tata kerja
organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, juga aspek
kegiatan yang tidak dapat dilupakan yaitu antara lain terdiri dari :
Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis.
Melaksanakan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data
dan informasi, tata usaha perpajakan, pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai dan pajak tidak langsung lainnya serta penagihan pajak.
Kegiatan pengawasan dan pemeriksaan atas PPh dan PPN serta penerapan
sanksi administrasi perpajakan dengan mencari, mengumpulkan, mengolah
data maupun keterangan lain dalam rangka pengawasan pemenuhan
kewajiban perpajakan. Juga melakukan kegiatan penata usahaan surat
pemberitahuannya dan lampirannya termasuk penelitian kebenaran
penulisan dan perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan
Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
pemenuhan kewajiban perpajakan serta melakukan kegiatan yang bersifat
meningkatkan jumlah Wajib Pajak.
Secara berkala, Kepala.Kantor Pelayanan Pajak melaporkan hasil kegiatan
operasional kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
setempat.
Tata Ruang KPP Pratama Bandung Tegallega
Saat ini KPP Pratama Bandung Tegallega beralamatkan di JI. Soekarno
Hatta No.2 16 Bandung. KPP Pratama Bandung Tegallega terdiri dan 3 lantai,
yaitu :
1. Lantai satu terdiri dari :
Ruang Pelayanan dan Pengarsipan
Ruang PDI (Pengolahan Data dan Informasi)
Ruang Ekstensifikasi
Mushola
2. Lantai dua terdiri dari :
Ruang Kepala Kantor
Ruang Kesekretaniatan
Ruang Sub bag.Umum
Ruang Sie Waskon (Pengawasan dan Konsultasi) I, II, III, IV
Ruang Pemeniksaan
2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Tegallega
Kantor Pelayanan Pajak adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jendral Pajak
yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Dirjen Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega
mempunyai tugas yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan pajak
dibidang Administrasi Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,
dan Pajak tidak Langsung lainnya yang berada di Wilayah Pelayanan Pajak
Pratama Tegallega berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh
Direktur Jendral Pajak, dalam menyelenggarakan tugasnya, KPP Pratama
Tegallega mempunyai fungsi:
Melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
perpajakan.
Melakukan urusan tata usaha Wajib Pajak.
Melakukan Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa
serta memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh, PPN, dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya.
Melakukan urusan penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Tidak Langsung Lainnya.
Melakukan urusan pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi perpajakan.
2.3 Deskripsi Jabatan KPP Pratama Bandung Tegallega 1. Kepala Kantor, mempunyai tugas :
Selain memimpin dan mengkoordinir seluruh pekerja kantor, juga
melaksanakan kegiatan :
1. Penyuluhan
2. Pelayanan, dan
3. Pengawasan di bidang Pemeriksaan dan Penagihan
4. Bertanggung jawab terhadap tugas dan memiliki kewenangan
untuk memajukan Kantor Pelayanan Pajak
2. Subbagian Umum, mempunyai tugas :
1. Penerimaan Dokumen KPP.
2. Pemprosesan dan pentatausahaan Dokumen Masuk dan Keluar di
Subbagian Umum.
3. Penyampaian Dokumen KPP.
4. Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai.
5. Pelaksanaan Pelantikan, Sumpah dan Serah Terima Jabatan serta Pengambilan
Sumpah Pegawai Negeri sipil.
6. Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.
7. Penerbitan Izin Melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan (S1).
8. Pengajuan Usul Peserta Pendidikan di Luar Negeri.
9. Pelaporan Perkawinan Pertama Pegawai.
10. Pengajuan Usul Permohonan Pensiun Janda/ Duda.
Sendiri.
12. Pengajuan Usul Pengankatan Bendahara.
13. Penyusunan RKAKL pada KPP.
14. Penyusunan Gaji, TKPKN dan SPJ.
15. Pengajuan Uang Makan PNS.
16. Permohonan Uang Duka Wafat/ Tewas.
17. Permohonan Kartu Tanda Peserta Asuransi dan Taspen.
18. Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja (Pembayaran Melalui Uang
Persediaan).
19. Pelaksanaan Pembayaran Tagihan Melalui MekanismeLangsung (LS) Kepada
Rekanan.
20. Permintaan Pembayaran Lembur Pegawai.
21. Pemberhentian Gaji dan TKPKN.
22. Penyusunan Laporan/ Daftar Realisasi Anggaran Belanja.
23. Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran).
Tingkat Satuan Kerja/ Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).
24. Pelaksanaan Penutupan Buku Kas Umum.
25. Penerimaan Inventaris Daya Rekanan/ Pihak Klien.
26. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara dengan Lelang pada Unit
KPP.
27. Pemusnahan Dokumen.
28. Penyusunan Laporan Berkala KPP.
30. Penyusunan Tanggapan/ Tindak Lanjut Terhadap Surat Hasil Pemeriksaan
(SHP)/ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen Depkeu/ BPK/ BPKP/
Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya.
31. Pembuatan Laporan Bulanan Konversasi Energi.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengolahan Data
dan Informasi.
2. Pentatausahaan Alat Keterangan.
3. Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak,
Perkembangan Ekonomi Keuangan.
4. Pembentukan Bank Data.
5. Pemanfaatan Bank Data.
6. Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPh) Kirim ke Kantor
Pelayanan Pajak.
7. Peminjaman Berkas Data/ Alat Keterangan oleh Seksi Pengolahan Data dan
Informasi kepada Seksi Terkait.
8. Pentatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik.
9. Pembuatan Laporan Penerimaan PBB/ BPHTB.
10. Penyelesaian Pembagian Hasil PBB.
4. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :
1. Pentatausahaan Surat, Dokumen dan Laporan Wajib Pajak pada Tempat
Pelayanan Terpadu.
3. Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
4. Perubahan Identitas Wajib Pajak.
5. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama.
6. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Lama.
7. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru.
8. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Baru.
9. Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh.
10. Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa.
11. Penyelesaian Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT
Tahunan PPh.
12. Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Masa.
13. Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan PPh.
14. Penelitian Hasil Keluaran Berupa SPPT/ STTS/ DHKP/ STP.
15. Penyelesaian Permohonan Pembetulan SPPT/ SKP/ STP.
16. Penyelesaian Permohonan Pencetakan Salinan SPPT/ SKP/ STP.
17. Peminjaman/ Pengiriman Berkas.
18. Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Pembukuan Dalam Bahasa Inggris dan
Mata Uang Dollar Amerika Serikat.
19. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk Perwakilan
Negara Asing dan Badan-Badan Internasional serta Pejabat/ Tenaga Ahlinya.
Wilayah.
21. Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi.
22. Penyelesaian Pemberitahuan Penggunaan Norma Perhitungan.
23. Layanan Permintaan Pelayanan Sebagai Daerah Terpencil.
24. Penerbitan Surat Penetapan Pajak.
25. Penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
26. Penyelesaian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
27. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pelayanan.
28. Pentatausahaan Dokumen Wajib Pajak.
29. Penyisihan Anak Berkas Wajib Pajak yang Tahun/ Masa Pajaknya telah
melampaui 10 tahun.
5. Seksi Penagihan, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Pentatusahaan Dokumen Masuk Seksi Penagihan.
2. Pentatusahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Beserta Bukti
Pembayarannya.
3. Pentatusahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan/ Banding/
Pengurangan atau Pembatatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.
4. Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak.
5. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak.
6. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka Penagihan Pajak.
7. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus.
9. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Penagihan.
10. Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan.
11. Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa.
12. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).
13. Penerbitan Surat Keputusan Pencabutan Sita.
14. Pemindahan Berkas dari Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak
Lainnya.
15. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan Terhadap Wajib Pajak
Tertentu.
16. Pelaksanaan Lelang.
17. Penyelesaian permohonan Pembatalan Lelang.
18. Pembuatan Laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.
19. Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.
6. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pemeriksaan.
2. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih
Bayar.
3. Penyelesaian Permohonan Pembayaran Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak Penjualan Barang Mewah.
4. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai untuk Selain Wajib Pajak Patuh.
5. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan.
7. Pengamatan oleh Kantor Pelayanan Pajak.
8. Pemeriksaan Kantor.
9. Pemeriksaan Lapangan.
10. Pentatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota Penghitungan
(Nothit).
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ekstensifikasi
Perpajakan.
2. Pendaftaran Objek Baru dengan Penelitian Kantor.
3. Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Lapangan.
4. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP.
5. Pencarian Data dari Pihak Ketiga dalam rangka Pembetulan/ Pemuktahiran
Bank Data Perpajakan.
6. Pencarian Data Potensi Perpajakan dalam rangka Pembuatan Monografi Fiskal.
7. Pelaksanaan Penilaian Individual Objek PBB.
8. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).
9. Pembentukan/ Penyempurnaan ZNT/ NIR.
10. Pemeliharaan Data Objek dan Subjek PBB.
11. Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek PBB.
12. Penyelesaian Mutasi Sebagian Objek dan Subjek PBB.
13. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP.
14. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan
Konsultasi.
2. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
3. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga.
4.Penyelesaian Permohonan Penggunaan Nilai Buku Dalam Rangka
Penggabungan Usaha, Pengambilan Usaha ataupun Pemekaran Usaha.
5. Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.
6. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor
Pelayanan Pajak.
7. Penyelesaian Permohonan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.
8. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang
Tidak Benar atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.
9. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak.
10. Penyelesaian permohonan Perubahan Metode Pembukuan.
11. Layanan Permintaan Perubahan Tahun Buku Pertama.
13. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22
Bendaharawan.
14. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 untuk Pedagang Pengumpul dan untuk Industri Tertentu.
15. Penyelesaian Izin Prinsip Pembebasan PPh Pasal 22 Impor.
16. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor.
17. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor untuk Wajib Pajak yang Penghasilannya semata-mata
Dikenakan PPh yang Bersifat Final.
18. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 atas Impor Emas Batangan untuk Ekspor Perhiasan Emas.
19. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 23.
20. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau
diproleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri
Keuangan.
21. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemotongan PPh
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan.
22. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemotongan PPh
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan bagi
23. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan
Nilai (PPN).
24. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) atas Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu Wajib Pajak
Perwakilan Negara Asing/ Badan Internasional serta Pejabat/ Tenaga Ahlinya.
25. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan
Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) atas Pembelian Kendaraan Angkutan.
26. Pemberian Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN) di Kantor
Pelayanan Pajak.
27. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM atas
Penyerahan Kendaraan Bermotor.
28. Layanan Permintaan Pemusatan PPN.
29. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan
Mesin Teraan Materai.
30. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan
Sistem Komputerisasi.
31. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan
Teknologi Percetakan.
32. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Mesin Teraan Materai.
33. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Teknologi Percetakan.
34. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Sistem Komputerisasi.
35. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan
36. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan
ke Teknologi Percetakan.
37. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi
Percetakan ke Mesin Teraan.
38. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi
Percetakan ke Sistem Komputerisasi.
39. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem
Komputerisasi ke Mesin Teraan.
40. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem
Komputerisasi ke Teknologi Percetakan.
41. Penyelesaian Permohonan Pengurangan Anggaran PPh Pasal 25.
42. Penetapan Angsuran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Bank,
Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
43. Pembuatan Surat Pemberitahuan Perubahan Besarnya Angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi).
44. Pembuatan SPMKP/ SPMIB yang hilang.
45. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan
(PPh) untuk Wajib Pajak Patuh.
46. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Pertambahan
Nilai untuk Wajib Pajak criteria Tertentu khusus Wajib Pajak Patuh.
47. Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
48. Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran BPHTB.
49. Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
yang Terutang.
50. Penyelesaian Permohonan Pengurangan BPHTB yang Terutang.
51. Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan (Pbk).
52. Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan (Pbk) ke Kantor Pelayanan Pajak
Lain.
53. Layanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Fiskal Wajib Pajak Non
Bursa.
54. Penyelesaian Permohonan Kompensasi (Pemindahanbukuan) PBB/ BPHTB.
55. Penyelesain Permohonan Keberatan atas Penujukan Sebagai Wajib Pajak.
56. Penyelesaian Permohonan Pembetulan STB/ SKBKB/ SKBKBT atas
Permohonan Wajib Pajak.
57. Penyelesaian Pembetulan STB/ SKBKB/ SKBKBT Secara Jabatan.
58. Penyelesaian Permohonan Pembatalan SPPT/ SKP/ STP.
59. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi dan Pengurangan atau Penghapusan atau Pembatalan SKBKB/
SKBKBT/ STB di Kantor Pelayanan Pajak.
60. Pelaksanaan Putusan Gugatan atau Banding.
61. Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (LB).
62. Penentuan Kembali Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
64. Penerbitan SKBKB/ SKBKBT/ STB.
65. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atas Pajak Bumi dan Bangunan.
66. Penerbitan Teguran Pengembalian SPOP.
67. Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT).
68. Pemberian Bimbingan kepada Wajib Pajak.
69. Menjawab Surat yang Berkaitan dengan Konsultasi Teknis Perpajakan bagi
Wajib Pajak.
70. Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Penilaian Persediaan.
71. Penetapan Wajib Pajak Patuh.
72. Pemutakhiran Profil Wajib Pajak.
73. Pelaksanaan Ekualisasi.
74. Pengusulan Pengusaha Kena Pajak Fiktif.
75. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
76. Pentatausahaan Surat Keputusan pembetulan di Seksi Pengawasan dan
Konsultasi.
77. Pentatausahaan Surat Keputusan Keberatan/ Banding/ Pengurangan/
Pembetulan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
78. Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak per- Wajib Pajak.
79. Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Kepatuhan Material Wajib Pajak.
80. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB Pengganti karena Lewat Waktu/
81. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB yang rusak/ salah (yang telah
didistribusikan).
82. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB yang rusak/ salah (yang belum
didistribusikan).
9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa & Penilai , mempunyai tugas :
Melakukan pemeriksaan atas kewajiban perpajakan, baik pemeriksaan rutin
maupun pemeriksaan khusus sesuai penugasan dari Kepala Kantor. Fungsional
Penilai PBB bertugas melakukan penilaian atas objek PBB yang ada di wilayah
KPP Pratama Tegallega, baik missal maupun individual
2.4 Aspek Kegiatan KPP PRATAMA Bandung Tegallega
Kegiatan yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Tegallega meliputi :
1. Melaksanakan kegiatan oprasional pelayanan di bidang perpajakan berupa
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dan pajak-pajak tidak langsung lainnya (PTLL).
2. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
perpajakan, pengamatan potensi pajak dan ekstensifikasi wajib pajak.
3. Kegiatan penatausahaan dan penyerahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
dan Masa serta berkas wajib pajak.
4. Kegiatan pentatausahaan dan penyerahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
serta memantau dan menyusun laporan pembayaran masa Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
5. Kegiatan penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan
restitusi atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), dan pajak-pajak tidak langsung lainnya (PTLL).
6. Kegiatan pemeriksaaan dan penerapan sanksi perpajakan.
7. Kegiatan penyusunan pemberian Surat Ketetapan Pajak (SKP).
8. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
9. Pengurangan sanksi pajak
10. Penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak serta kewajiban perpajakannya.
11. Pelayanan kepada wajib pajak dan pelaksanaan kewajiban perpajakan melalui
prosedur yang mudah, sederhana dan cepat.
12. Melaksanakan urusan rumah tangga sendiri kepada KKP.
Adapun visi dan misi dari KPP PRATAMA Bandung Tegallega adalah
sebagai berikut :
a. Visi KPP PRATAMA Bandung Tegallega
Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan di banggakan masyarakat.
Menjadi Model Pelayanan Masyarakat
Merupakan refleksi cita-cita untuk menjadi contoh pelayanan masyarakat bagi
unit-unit instansi pemerintah lainnya.
Berkelas Dunia
Adalah keinginan untuk mencapai tingkatan standar dunia/ standar
Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat
Merefleksikan cita-cita untuk mendapatkan pengakuan dari
masyarakat bahwa esktensifikasi dan kinerjanya memang benar-benar
berkualitas tinggi dan akurat, mampu memenuhi harapan masyarakat serta
memiliki citra yang baik dan bersih.
b. Misi KPP PRATAMA Bandung Tegallega
Menghimpun dana dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemrintah berdasarkan undangundang perpajakan
dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi
Motto : mewujudkan masyarakat sadar dan peduli pajak
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek yang dilaksanakan selama satu bulan
yaitu penulis ditempatkan di bagian Pengawasan dan Konsultasi, dan bagian
Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Dalam
pelaksanaan tersebut bidang kajian yang diambil penulis adalah Pengawasaan
Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai oleh Account Representative, karena
Pengawasaan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai oleh Account
Representative dirasakan sangan penting dan berperan dalam melaksanakan
kegiatan operasional perusahaan sehari-hari yang dapat membantu perusahaan
dalam hal pengawasan terhadap kegiatan perusahaannya yang berkaitan dengan
alur keluar masuknya pajak masukan dan dapat mempermudah pengawasaan
dalam pembayaran masa pajak pertambahan nilai, sehingga perusahaan dapat
berjalan dengan baik dan efisien. Pelaksanaan kuliah kerja praktek pada bagian
Pengawasan dan Konsultasi dan Penagihan penulis dibimbing oleh Bapak Muh
Khozin serta staf Pengawasan dan Konsultasi KPP Pratama Bandung Tegallega
dan pada bagian Penagihan dibimbing oleh Bapak Dede Kartiwan serta staf
Penagihan KPP Pratama Bandung Tegallega.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Teknik pelaksanaan kuliah kerja praktek pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi memiliki fungsi memberikan bimbingan terhadap wajib pajak di
wilayah kerjanya dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yaitu
memperkenalkan pajak dan manfaatnya serta memotivasi wajib pajak agar ikut
berperan serta dalam memikul beban negara untuk mempertahankan
kelangsungan pembangunan nasional. Pelaksanaan Pengawasan meliputi
pengawasan pembayaran Masa atas PPh,PPN sampai dengan Penerbitan STP dan
pelaporan SPT Masa dan Tahunan. Konsultasi meliputi melayani konsultasi
kepada wajib pajak dan melaksanakan penyuluhan. Selama penulis melakukan
kuliah kerja praktek, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mendengarkan pengarahan dari Bapak Muh Khozin, SE mengenai tata cara
pelaksanaan kuliah kerja praktek, gambaran umum KPP Pratama Bandung
Tegallega dan prosedur pembayaran masa PPN.
2. Wawancara dengan pembimbing dan Staf KPP Pratama Bandung Tegallega
mengenai prosedur pembayaran masa PPN.
3. Mengambil data pada KPP Pratama Bandung Tegallega Seperti jumlah
PKP,data penyetor PPN dan data Pelaporan PPN. Data tersebut diambil
untuk bahan laporan kuliah kerja praktek.
4. Menerima setiap dokumen masuk.
5. Membuat surat Pengantar untuk setiap dokumen yang akan diteruskan ke
seksi lain.
Singkatnya, pelaksana bertugas menerima, menginput/mencatat data
dokumen keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari dokumen masuk
maupun arsip dari dokumen keluar, meneruksan tembusan ke seksi terkait, serta
meneruskan dokumen keluar yang siap dikirim ke Subbagian Umum dengan
menggunakan buku eskpedisi.
Teknik pelaksanaan kuliah kerja praktek pada Seksi Penagihan memiliki
fungsi Pemrosesan dan Pentatusahaan Dokumen Masuk Seksi Penagihan,
Pentatusahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Beserta Bukti,
Pentatusahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan/ Banding/
Pengurangan atau Pembatatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan,
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan
Pembayarannya, Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan,
Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa,Penerbitan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Pelaksanaan Lelang, Penyelesaian permohonan
Pembatalan Lelang, Pembuatan Laporan Seksi Penagihan ke Kantor
Wilayah,Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.
Selama penulis melakukan kuliah kerja praktek, kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Mendengarkan pengarahan dari Bapak Dede kartiwan mengenai tata cara
pelaksanaan kuliah kerja praktek di seksi Penagihan.
2. Menerima setiap dokumen masuk.
3. Membuat surat Pengantar untuk setiap dokumen yang akan diteruskan ke
4. Mengarsip dokumen.
5. Membuat surat tagihan pajak.
6. Membuat surat teguran penagihan.
7. Merekam SSP rangakap 3 pembayaran pajak cicilan.
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
Salah satu tujuan kuliah kerja praktek adalah membahas hasil-hasil kuliah
kerja praktek berdasarkan data-data yang didapat selama pelaksanaan kuliah kerja
praktek dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, maka penulis
memberikan penjelasan tentang Tinjauan Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh Account Representative Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega..
3.1.1 Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Oleh Account Representative Pada KPP Pratama Bandung
Tegallega
Pengertian Prosedur menurut Dr. Azhar Susanto, dalam bukunya
yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi mengemukakan bahwa :
“Prosedur adalah rangkaian aktifitas atau kegiatan yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama.”
(2008 : 264)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah rangkaian langkah
yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktifitas. Sehingga
dapat dengan mudah menyelesaikan suatu masalah serta terperinci menurut
jangka waktu yang telah ditentukan.
Pengertian Pengawasan dalam keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No.19 Tahun1996 yaitu :
“Pengawasan adalah seluruh proses objek atau kegiatan
tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketetapan yang
berlaku.”
Adapun Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa PPN yang dilakukan oleh
Account Representative(AR) di KPP Pratama Bnadung Tegallega sebagai berikut:
1. Menerima SPT dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi beserta daftar
pengantarnya.
2.Melakukan penelitian kebenaran formal pengisian SPT atas SPT lengkap
3. Menyiapkan Surat Himbauan sebagaimana dalam hal antara lain terdapat:
a. kesalahan matematis (SPT Unbalance);
b. SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau
dikembalikan (restitusi), atau
c. PKP mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) setiap Masa
Pajak tetapi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (4b) UU PPN, kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau
Pasal 17 D UU KUP atau Pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses
4. Menyiapkan:
a. Surat Teguran dalam hal terdapat PKP atau Pemungut PPN yang tidak
memasukkan SPT; atau
b. nota hitung dan STP dalam hal terdapat keterlambatan penyampaian
SPT dan/atau keterlambatan pembayaran.
5. Mengelompokkan SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian
(restitusi) berdasarkan prosedur pengembalian yaitu melalui:
a. prosedur penelitian (pengembalian pendahuluan; atau
b. prosedur biasa (pemeriksaan)
6. Mengirim SPT Lebih bayar yang diajukan permohonan pengembalian
(restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pemeriksaan ke Seksi
Pemeriksaan.
7. Meneliti SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi)
yang diproses berdasarkan prosedur pengembalian pendahuluan.
8. Mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian
(restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT unbalance, SPT yang terlambat
lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk
dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah
SPT tersebut selesai ditindaklanjuti.
Catatan:
1) Atas SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi),
dalam hal terjadi kesalahan matematis, tidak perlu dibuat Surat Himbauan
2) Atas SPT yang terdapat kesalahan matematis namun tidak dilakukan
pembetulan oleh PKP atau Pemungut PPN, akan menjadi pertimbangan dalam
analisis resiko untuk pemeriksaan.
3) Atas SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi),
namun tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat
(4b) UU PPN, maka pengajuan restitusi tersebut tidak dapat diproses kecuali
bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau Pasal 17 D UU KUP atau pasal 9 ayat (4c)
UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Langkah-Langkah Yang Dilakukan Account Representative Dalam
Melaksanakan Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yaitu sebagai berikut dengan cara :
1. Mengetahui berapa WP yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP).
2. Menginventarisir Wajib Pajak PKP yang telah menyampaikan SPT Masa
PPN pada data system informasi DJP (SI DJP).
3. Melakukan penelitian atas SPT Masa PPN yang diterima dari Seksi
Pelayanan.
4. Membuat daftar wajib pajak yang terlambat lapor SPT Masa PPN sesuai
SI DJP.
5. Membuat daftar wajib pajak yang terlambat menyetorkan SSP PPN sesuai
6. Membuat daftar wajib pajak PKP yang tidak menyampaikan SPT Masa
PPN
7. Membuat usulan Surat Tagihan Pajak (STP) Masa PPN atas wajib pajak
yang terlambat setor dan terlambat lapor, adapun besarnya denda dalam
STP adalah Rp 500.000 untuk setiap masa pajak yang tidak atau terlambat
lapor dan 2% perbulan dari jumlah PPN yang terlambat disetorkan sampai
dengan tanggal setor.
8. Membuat surat himbauan untuk melaporkan SPT Masa PPN atas wajib
pajak yang tidak menyampaikan SPT Masa PPN.
9. Membuat usulan Surat Tagihan Pajak (STP) Masa PPN atas wajib pajak
yang tidak menyampaikan SPT Masa PPN dan telah dihimbau.
3.1.2 Hambatan Atau Permasalahan Yang Dihadapi Account Representative
Dalam Mengawasi Pembayaran Masa PPN Pada KPP Pratama
Bandung Tegallega
Adapun Hambatan Atau Permasalahan Yang Dihadapi Account
Representative Dalam Mengawasi Pembayaran Masa PPN yaitu sebagai
berikut :
1. Jam kerja bank yang relatif singkat
Jam kerja yang relatif singkat dibandingkan dengan jam kerja kantor lain
pada umumnya dapat menyebabkan Wajib Pajak telat menyetorkan PPN
-nya. Hal ini dapat terjadi saat batas akhir pe nyetoran tanggal 15 dimana
pukul 16.00 maka mau tidak mau Wajib Pajak tersebut baru bisa
menyetorkan PPN -nya hari esoknya.
2. Keterbatasan MPN dan SIDJP dalam memunculkan daftar Wajib Pajak
yang belum atau terlambat membayar atau menyetor pajak.
Berkaitan dengan sistem, bahwasanya belum ada sebuah sistem peringatan
yang menyatakan siapa saja Wajib Pajak telat melapor atau membayar.
Jadi dalam SIDJP, seluruh data yang masuk adalah data atas seluruh
pembayaran yang masuk, tidak dipisah antara yang telat setor dan yang
tidak. Begitu juga MPN, jadi AR belum bisa mengetahui siapa saja yang
terlambat setor secara keseluruhan.
3. Jumlah Account Representative yang tidak sebanding dengan jumlah
Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya.
Seorang Account Representative bisa menangani Wajib Pajak yang
jumlahnya lebih dari 800 Wajib Pajak. Hal ini tentu saja membuat
pengawasan yang dilakukan tidak bisa maksimal karena konsentrasi
Account Representative terpecah belah. Selain itu, tugas AR yang bukan
hanya melakukan pengawasan kepatuhan juga membuat seorang Account
Representative harus mampu membuat skala prioritas tentang hal-hal
mana saja yang perlu ditekankan dan wajib mana saja yang potensial untuk
digali.
4. Banyak wajib pajak yang semestinya wajib menyampaikan SPT Masa
Tidak sedikit Wajib Pajak yang mengalami kendala teknis dalam hal
pengisian dan menyampaikan SPT masa PPN dengan e-SPT, Wajib Pajak
sering mengeluh bahkan butuh bimbingan langsung dari Account
Representative-nya. Hal ini selain dapat membuat Wajib Pajak tersebut
telat untuk melaporkan e -SPT-nya, juga dapat membuat waktu Account
Representative untuk mengawasi kepatuhan Wajib Pajak lainnya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada KPP
Pratama Bandung Tegallega mengenai Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh Account Representative, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
oleh Account Representative di KPP Prtama Bandung Tegallega mengacu
pada standart operate procedure (SOP) yang telah diterapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
2. Hambatan Atau Permasalahan Yang Dihadapi Account Representative
Dalam Mengawasi Pembayaran Masa PPN yaitu Jam kerja bank yang
relatif singkat, keterbatasan MPN dan SIDJP dalam memunculkan daftar
wajib pajak yang belum atau terlambat membayar atau menyetor pajak,
jumlah account representativeyang tidak sebanding dengan jumlah Wajib
Pajak yang menjadi tanggung jawabnya dan banyaknya wajib pajak yang
semestinya wajib menyampaikan SPT Masa PPN dengan e-SPT, namun
ingin menyampaikan dengan cara manual.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, Penulis ingin memberikan saran yang
dapat dijadikan pertimbangan guna meningkatkann kinerja instansi. Adapun saran
yang ingin Penulis sampaikan diantaranya:
1.Untuk mengatasi keterlambatan setor yang diakibatkan jam tutup bank
persepsi lebih awal daripada jam kerja kantor pada umumnya, pihak
Direktorat Jendral Pajak dapat berusaha meningkatkan kerjasama dengan
pihak bank persepsi untuk lebih memperpanjang jam kerja bank persepsi
khusus untuk tanggal -tanggal batas penyetoran pajak.
2.Dua aplikasi utama pendukung kegiatan pengawasan kepatuhan
penyetoran pajak, yakni MPN dan monitoring SPT pada SIDJP, dapat
lebih ditingkatkan fiturnya. Kelemahan saat ini ialah masih belum bisa
memunculkan nama-nama wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang
terlambat atau belum membayar PPN-nya. Diharapkan kedepannya
secara sistem dapat dimunculkan nama-nama wajib pajak yang wajib
pajak atau pengusaha kena pajak yang terlambat atau belum membayar
dan/atau melaporkan PPN –nya atau pajak lainnya.
3.Sering terjadinya banyaknya wajib pajak yang semestinya wajib
menyampaikan SPT Masa PPN dengan e-SPT, namun ingin
menyampaikan dengan cara manual pengetahuan WP menyampaikan
SPT masa dengan e-SPT, untuk itu diperlukan penyuluhan dan
bimbingan yang dilakukan oleh account representative terhadap tata
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek
Program Strata I Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia
Disusun :
RADEN RIKA ZULHAINAR
21108178
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
51
Keputusan Menteri No.19 Tahun1996 tentang Pendayagunaan Aparatur Negara
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 tentang Account Representative pada kantor pelayanan pajak yang telah mengimplementasikan organisasi modern, adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan Organisasi Modern sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 68/PMK .01/2008.
Tim Reformasi Birokrasi Unit Direktorat Jenderal Pajak. (2008). Pedoman Penyusunan SOP.
Tim Penyusun SOP DJP. (2009). Standard Operating Procedures Direktorat Jenderal Pajak.
Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja
Praktek (KKP) ini dengan baik.
Penulisan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) yang berjudul Tinjauan
Atas Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Oleh Account Representative Pada KPP Pratama Bandung Tegallega, ini disusun
sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.
Dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan,
kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun penulis mengharapkan semoga
Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dapat memberi manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.
Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto,Msc, Selaku Rektor Universitas Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE. ,M.Si, Selaku Dekan Fakultas
keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan
penulis sehingga laporan ini dapat selesai.
5. Ibu Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si, Selaku Dosen Wali kelas Ak 4.
6. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia
Bandung.
7. Bapak Sahat Mangaratua S, Selaku Kepala Seksi Waskon I di KPP Pratama
Bandung Tegallega.
8. Bapak Sahat Tambunan, Selaku Kepala Seksi Penagihan di KPP Pratama
Bandung Tegallega.
9. Bapak Muh. Khozin, SE, dan Bapak Dede Kartiwan, selaku Pembimbing di
KPP Pratama Bandung Tegallega.
10. Ibu Enok, Pak Angga , Pak Unggul,Pak Rifa’i, Pak Juanda, Pak Joko, Pak
Tikno dan Pak Nendi yang telah meluangkan waktunya untuk membantu
penulisan dalam memberikan data, informasi, serta pengarahan dalam
penyusunan laporan ini serta seluruh Staf dan KPP Pratama Bandung
Tegallega.
11. Seluruh Staf dan Pegawai yang bekerja di KPP Pratama Bandung Tegallega.
12. Kedua orang tua Mamah dan Papah penulis ucapkan banyak terima kasih
14. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril
maupun materil serta cinta kasih yang tiada henti yang diberikan kepada
penulis untuk keberhasilan penulis.
15. Sahabat-sahabatku terimakasih atas bantuan, dukungan, serta memberikan
semangat dalam penulisan laporan ini, serta teman-teman Akuntansi
Angkatan 2008 khususnya kelas AK-4, terima kasih atas kebersamaannya.
16. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan
KKP ini.
Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang
berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang
membaca.
Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.
Bandung, Desember 2011 Penulis