• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Atas prosdur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh Account Representative Pada KPP Pratama Bandung Tegallega

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Atas prosdur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh Account Representative Pada KPP Pratama Bandung Tegallega"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

1.1

Latar Belakang Kerja Praktek

Pajak yang merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki peranan yang penting dalam

menunjang penyelenggaraan negara. Mencermati perkembangan jumlah Anggaran

Pendapatan Negara(APBN) tahun 2001-2007 terlihat jelas penerimaan negara dari

sektor pajak memberi kontribusi yang signifikan terhadap APBN (Anggaran

Penerimaan Belanja Negara).

Sesuai Reformasi perpajakan pada tahun 1983 bahwa sistem pemungutan

pajak berubah dari sistem

official assesment

menjadi sistem

self assesment.

Dalam

system

self assesment

Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Konsekuensi dari adanya

self

assessment

system

ini adalah adanya tuntunan bagi aparatur pajak untuk mampu

memberikan bimbingan, pembinaan, dan pengawasan terhadap Wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor

Pelayanan Pajak konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.

Pada Tahun 2002 tersebut, dibentuk 2 KPP WP Besar atau LTO (Large Tax

Office). KPP ini menangani 300 WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan

hanya mengadministrasikan jenis pajak PPH dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk

10 KPP Khusus yang meliputi KPP BUMN, Perusahaan PMA, WP Badan dan

(2)

Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Kemudian pada tahun 2004 dibentuk

pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office). Sedangkan KPP Modern yang

menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax Office). KPP

Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008.Perbedaan utama antara KPP

STO dengan KPP LTO Maupun MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi

Ekstensifikasi pada KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO

merupakan ujung tombak bagi DJP untuk menambah rasio perpajakan di

Indonesia.

Dalam modernisasi administrasi perpajakan yang sedang terjadi sekarang,

Pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tidak lagi berdasarkan jenis

pajaknya, namun berdasarkan fungsinya. Salah satu seksi yang mempunyai peran

penting adalah seksi Pengawasan dan Konsultasi yang di dalamnya terdapat

Account Representative

yang salah satu tugas utamanya adalah melakukan

pengawasan atas kepatuhan Wajib pajak.

(3)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mempunyai peranan yang besar dalam

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan memberikan dampak

yang besar bagi perekonomian rakyat Indonesia, dan diharapkan penghasilan dari

sektor PPN lebih besar daripada Pajak Penghasilan (PPh) karena setiap warga

masyarakat akan membeli barang kebutuhan hidupnya yang hampir kesemuanya

merupakan hasil produksi yang terkena PPN .

Penelusuran kekayaan dan penghasilan dilakukan dengan dua cara.

Pertama, memeriksa ulang surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak pegawai

yang bekerja di unit pemeriksaan, keberatan, banding, dan

account representative

,

Selain pengawasan pada aparat pajak, pengawasan juga dilakukan terhadap wajib

pajak.

Penunjukan

Account Representative

yang bertugas secara khusus

menangani dan mengawasi administrasi perpajakan beberapa wajib pajak dengan

mengembangkan konsep pelayanan satu pintu sehingga mengurangi

persinggungan antara wajib pajak yang kemungkinan dapat menimbulkan ekses

negative. Namun demikian, kemudahan dan penyediaan

Account Representative

yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak dalam mengurus pajak sering

menemui kendala dan hambatan.

(4)

mendapati keadaan dimana

Account Representative

tidak bisa menjawab dan atau

salah menjawab apabila ditanyakan oleh Wajib pajak. Jika hal ini berlanjut terjadi

maka Wajib pajak akan kehilangan kepercayaannya terhadap

Account

Representative

nya dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap citra DJP di mata

masyarakat . Penurunan kinerja

Account Representative

akan berpengaruh secara

langsung terhadap kinerja Fungsional Pemeriksa dalam melakukan kegiatan

pemeriksaan yang menjadi sarana utama dalam pengujian kepatuhan Wajib pajak.

(Majalah Berita Pajak: 2008)

(5)

Account Representative

ini bertugas untuk mengawasi pelaksanaan

kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib pajak, melayani hak Wajib

pajak dan sebagai tempat konsultasi Wajib pajak. Jadi

Account Representative

ini

menjembatani atau sebagai mediator antara Wajib pajak dan KPP. Tugas

selengkapanya antara lain Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib

pajak, melalui pemanfaatan data dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu

(SAPT) atau Sistem Informasi DJP (SIDJP), bimbingan atau himbauan kepada

wajib pajak, Konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak, analisis kerja wajib

pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi,Memonitor

penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan,Melakukan evaluasi hasil

banding berdasarkan ketentuan yang berlaku, membantu wajib pajak dalam

memperoleh penegasan dan konfirmasi masalah perpajakan, melakukan

pemutakhiran data wajib pajak dan membuat company profile, menginformasikan

ketentuan perpajakan terbaru kepada wajib pajak, melakukan pemutakhiran data

wajib pajak dalam membuat

copany profile

; dan menyelesaikan permohonan surat

keterangan yang diperlukan wajib pajak.

(6)

Satu hal yang baru dan berlaku sejak 1 April 2010 adalah batas waktu

penyetoran dan penyampaian SPT Masa PPN dimana sebelumnya penyetoran

paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan pelaporan paling lambat tanggal 20

bulan berikutnya menjadi penyetoran dan pelaporan paling lambat akhir bulan

berikutnya.

Disamping itu sejak 1 Januari 2011 diberlakukan bentuk formulir baru

untuk SPT masa PPN dari sebelumnya formulir 1107 menjadi formulir 1111. Hal

ini sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 2/PJ/2011

Dalam pelaksanaannya masih banyak hal yang menjadi kendala atau

kesulitan wajib pajak sehingga

account representative

harus bekerja keras untuk

dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan kewajiban SPT Masa PPN oleh

wajib pajak berdasarkan ketentuan baru tersebut.

Oleh karena betapa pentingnya tugas pengawasan yang menjadi tulang

punggung pengamanan penerimaan negara dari sektor pajak tersebut, maka

penulis mengambil judul Laporan Kerja Praktek:

“Tinjauan Prosedur

Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh

Account Representative Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

(7)

1.2

Tujuan Kerja Praktek

1.2.1

Tujuan

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui prosedur pengawasan pembayaran masa pajak

pertambahan nilai (PPN) oleh

Account Representative

pada KPP Pratama

Bandung Tegallega.

2.

Untuk mengetahui hambatan atau permasalahan yang dihadapi

Account

Representative

dalam mengawasi Pembayaran masa PPN pada KPP

Pratama Bandung Tegallega;

1.3

Kegunaan Kerja Praktek

1

Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap Pajak khususnya

Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai Oleh

Account

Representative

2

Bagi KPP Pratama Bandung Tegallega

Sebagai bahan masukan tentang Pengawasan Pembayaran Masa Pajak

Pertambahan Nilai Oleh

Account Representative

.

3

Bagi Akademik dan Pihak Lain

(8)

1.4

Metode Kerja Praktek

Dalam melaksanakan Kerja Praktek pada KPP Pratama Bandung Tegallega

penulis menggunakan metode

Block Release,

yaitu penulis melakukan kerja

praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega selama 1

bulan atau 25 hari kerja.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah :

1.

Penelitian Lapangan (

Field

Research

)

Yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung pada

objek penelitian. Penelitian lapangan dilakukan melalui metode

pengambilan data yang tersedia di lapangan. Baik secara wawancara

maupun secara observasi.

a.

Pengamatan (

Observation

)

Pengumpulan data dengan pengamatan sebagaimana

Moh.Nazir

menyebutkan bahwa :

“Cara Pengambilan data dengan mata tanpa ada pertolongan alat

standar lain untuk keperluan tersebut.”

(2003:175)

Observas

i dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Tegallega.

b.

Wawancara (

Interview

)

Menurut

Irawan Soehartono

, pengumpulan data dengan cara

wawancara adalah :

(9)

data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat

atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).”

(2004:67)

Wawancara dilakukan dengan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak.

2.

Studi Kepustakaan (

Library Research

)

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara membaca literature dan buku-buku yang berkaitan dengan materi

yang dibahas.

Menurut Moh. Nazir, studi kepustakaan adalah :

“Mengadakan studi literature yang telah ada, mencari sumber data

sekunder yang akan mendukung penelitian untuk mengetahui sampai

kemana ilmu yang berhubungan dengan penelitian yang berkembang”.

(2003:93)

1.5

Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

(10)

Tabel 1.1

Jadwal Kegiatan Dalam Penulisan Lap. KKP

NO .

KEGIATAN

BULAN

JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVOMBER DESEMBER 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Mengajukan Permohonan KKP

2. Mencari Tempat KKP 3. Pelaksanaan KKP 4. Mengajukan Judul 5. Mencari Data Lap.KKP 6. Pengolahan Data 7. Membuat Lap. KKP 8. Bimbingan Lap. KKP

(11)

2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega

Sejarah pajak mula-mula berasal dari Negara Perancis pada zaman

pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada zamannya beliau terkenal dengan

nama “Cope Napoleon”. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara

Perancis. System pajak yang diterapkan Perancis kepada Belanda diterapkan pula

oleh Belanda kepada Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia, yang ada

saat itu dikenal dengan “Oor Logs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).

Konsep pajak itu kemudian dibuat pada tahun 1942 di Australia saat Indonesia

masih diduduki tentara Jepang.

Maksud dari peralihan mengenai pajak ini merupakan suatu peraturan

yang dibuat untuk mempersiapkan bilamana dikemudian hari penjajah Jepang

ditarik kembali dari Indonesia.

Pemungutan pajak ini oleh pemerintah Belanda dilaksanakan oleh sutu

badan yaitu “ Deinspetie van Vinancian”,yang kemudian diganti nama menjadi

“Zeinenbu” oleh pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan

kemudian, 15 Agustus 1942, nama tersbut diganti menjadi “Kantor Inspeksi

Keuangan” dan berkantor di Gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di

Jalan Asia Afrika.

Pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Berlanda

1, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung di pindahkan ke Bandung Selatang di

(12)

Kabupaten Soreang, bersama-sama dengan Tentara Keamanan Rakyat

berevakuasi. Setelah Agresi Militer Belanda II menyerang lagi pada tanggal 19

Desember 1948, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke

Tasikmalaya. Bersamaan dengan kejadian tersebut, kekuasaan Republik Indonesia

terpecah menjadi dua, yaitu :

1. Kelompok yang bekerja dengan Belanda dan menolak pindah ke

Tasikmalaya. Kelompok ini disebut menganut system “cooperative”

(inspeksi Keuangan Bandung).

2. Kelompok yang menganut non-cooperative, yang mana kelompok ini

pindah ke Tasikmalaya dan tidak bekerjasama dengan Belanda.

Setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda II, Kantor Inspeksi Keuangan

Bandung yang berada di Tasikmalaya dibubarkan dan kedudukannya

dikembalikan di Bandung pada tanggal 17 Desember 1947. Kantor Inspeksi

Keungan Bandung pada saat itu diserah terimakan oleh Menteri yang pertama,

Mr. Safrudin Prawiwanegara, dan kemudian menteri Negara ini menunjuk Bapak

Sahid Koesoemosarminto sebagai Kepala Kantor Inspeksi Keuangan Bandung

yang pertama, periode 1957-1950, berkantor di km “0” (Groofpostweg),saat ini di

Jalan Asia Afrika Nomor 114, Bandung.

Sejak tahun 1968, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung berganti nama

menjadi Kantor Inspeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor

Inspeksi Pajak Bandung dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang meliputi : Kota Praja Bandung

(13)

bandung, dan Kota Administatif Cimahi dan berkantor di Jl.soekarno

Hatta.

2. Inspeksi Pajak Timur, meliputi : Bandung sebelah Timur yang terbelah

oleh Jl.Moch.Toha, Jl.Otto Iskandardinata, Jl. Cicendo, Jl. Cihampelas

bagian Selatan, Jl. Pasteur bagian Timur, Jl. Cipaganti, dan Jl. Setiabudi

yang berkantor di Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung (termasuk Kabupaten

Sumedang).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

Kep-148/KMK.01/1988 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah kantor baru yang

diberi nama Kantor Inspeksi Bandung Tengah beralamatkan Jalan Purnawarman

No. 21 Bandung dengan Drs. Untung Rivai sebagai kepala kantornya. Sejak

berlakunya Keputusan Menteri Keuangan tersebut maka di Bandung dibagi atas

tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :

Kantor Inspeksi Bandung Timur, Kantor Inspeksi Bandung Tengah, dan Kantor

Inspeksi Bandung Barat.

Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

443/KMK.0112001 tanggal 23 Juli 2001, terhitung mulai tanggal 1 Februari 2002

KPP Bandung dibagi menjadi:

1. KPP Cimahi yang beralamatkan di Jl. Raya Barat Cimahi No. 574

Bandung.

2. KPP Bandung Tegallega yang beralamatkan di Jl. Soekamo Hatta No.2 16

(14)

3. KPP Bandung Cibeunying yang beralamatkan di Jl. Purnawarman No.3 72

Bandung.

4. KPP Bandung Karees yang beralamatkan di Jl. Kiaracondong No.372

Bandung.

5. KPP Bandung Cicadas yang beralamatkan di Jl. Soekarno Hatta No.718

Bandung.

6. KPP Bandung Bojonegara yang beralamatkan di J1. Asia Afrika No.114

Bandung.

Keberadaan KPP Pratama Bandung Tegallega dimulai pada tanggal 1 Januari

1980, saat Inspeksi Pajak Bandung dipecah menjadi dua bagian yaitu bagian yaitu :

1. Inspeksi Pajak Bandung Timur yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika

Nomor 114 Bandung.

2. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang pada waktu itu berkedudukan di Jalan

Purnawarman No 21 dan mulai Januari 1981 pindah menempati gedung baru

yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung.

Pada tanggal 1 April 1989, seluruh Kantor Inspeksi Pajak di Indonesia diubah

menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Keuangan No. 276/KMK/89 tanggal 25 Maret 1989, istilah Inspeksi Pajak

(15)

1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Di kantor pelayanan pajak ini akan menangani masalah pemberian Nomor

Wajib Pajak (NPWP), masalah Surat Pemberitahuan (SPT), Penagihan Pajak

dan Keberatan serta Pengukuhan Kena Pajak (PKP).

2. Unit Pemeriksaan dan Penyidikan (UPP)

Berdasarkan keputusan bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap

Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria untuk diperiksa sebagaimana diatur

dalam PP No.31 tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang

Perpajakan.

3. Kantor Penyuluhan Perpajakan.

Bertugas memberikan penyuluhan kepada Wajib Pajak atau pada masyarakat

agar seluruhnya mengetahui hak dan kewajiban sebagai Warga Negara

Republik Indonesia untuk membayar pajak.

Terhitung mulai 1 April 1994 terjadi reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak semula untuk wilayah Bandung Raya ada tiga Kantor Pelayanan Pajak di

daerah Kodya Bandung dan satu Kantor Pelayanan Pajak di Kabupaten Bandung

(Cimahi ) terdiri dari:

a. KPP Bandung Barat beralamat di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung.

b. KPP Bandung Timur beralamat di Jalan Kiara Condong No.372 Bandung.

c. KPP Bandung Tengah beralamat di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.

d. KPP Cimahi beralamat di Jalan Raya Barat No.574 Cimahi.

Kemudian pada Tanggal 1 April 1994 KPP tersebut dipecah menjadi lima

(16)

Kodya Bandung dan satu Kantor Pelayanan Pajak di Kabupaten Bandung

masing-masing sebagai berikut:

1. KPP Bandung Tegallega yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta no.216

Bandung

2. KPP Bandung Karees yang beralamat di Jalan Kiara Condong no.372

Bandung

3. KPP Bandung Cibeunying yang beralamat di Jalan Purnawarman No.21

Bandung

4. KPP Bandung Bojonagara yang berlamat di Jalan Cipaganti no.155-157

Bandung

5. Kantor Pelayanan Pajak Cimahi yang beralamat di Jalan Raya Barat No.574

Cimahi Kabupaten Bandung.

Terhitung tanggal 28 Agustus 2007, KPP Bandung Tegallega resmi

menerapkan system administrasi modern (SAP) dan berubah menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor NOMOR KEP - 112/PJ/2007

Tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai beroperasinya Kantor

Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi

Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Pajak

Banten, Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I dan Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II.

Dengan berubah menjadi KPP Pratama, maka pelayanan di lingkungan

(17)

Pemeriksaan Fungsional KARIKPA melebur dan menjadi satu atap dalam Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

a) Wilayah Kerja

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega meliputi 5

(lima) kecamatan dan 31 (tiga puluh satu) kelurahan dengan luas area sekitar

2.283 ha. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

Utara : Jalan Jenderal Sudirman/Kecamatan Cimahi Selatan

Barat : Kelurahan Gempol Sari (Jalan Tol)

Selatan : Jalan Tol Padalarang-Cileunyi/Kecamatan margahayu

Timur : Jalan Mohamad Toha/Jalan Otto Iskandardinata.

(18)

Wilayah ini dibagi menjadi 4 (empat) wilayah kerja Seksi Pengawasan dan

Konsultasi, sebagai berikut :

1) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Satu meliputi wilayah Kecamatan

Bandung Kulon

2) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Dua meliputi wilayah Kecamatan

Babakan Ciparay

3) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tiga meliputi wilayah Kecamatan

Bojongloa Kaler dan Bojongloa Kidul

4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi Empat meliputi wilayah Kecamatan

Astana Anyar.

(19)

b) Gambaran Umum Kondisi dan Potensi Perekonomian KPP Pratama Bandung

Tegallega.

Gambaran umum tentang kondisi dan potensi perekonomian di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega terdiri dari berbagai sektor usaha

sebagai berikut :

 Usaha kerajinan kulit, seperti tas dan sepatu kulit di daerah Cibaduyut

Home industry, seperti industri penghasil tahu dan tempe di daerah

Cibuntu

 Industri dan pusat penjualan garmen dan hasil tekstil di daerah

Cigondewah

 Pusat-pusat perdagangan dan pertokoan, seperti Yogya Kopo Mas (Jl.

Kopo), Molis/Carrefour (Jl. Peta), Alfa Retailindo (Jl. Soekarno Hatta),

Giant Plaza (Jl. Pasir Koja), Griya Sumbersari (Jl. Soekarno Hatta), dan

IITC Kopo (Jl. Kopo) serta Pasar Induk Caringin (Jl. Peta)

 Real Estate/Perumahan, seperti Kopo Mas Regency, Singgasana Pradana,

Taman Sakura, Istana Mekarwangi, Pratista Sakura, Sauyunan Mas, Dian

Elok, Kopo Kencana, Kopo Elok, Taman Cibaduyut Indah, Taman Holis

Indah, Holis Regency, Sumber Sari Indah dan Muara Indah.

Wilayah Kerja KPP Pratama Bandung Tegallega

Adapun yang menjadi daerah wewenang kerja Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Tegallega meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Astana Anyar,

(20)

3. Kecamatan Babakan Ciparay,

4. Kecamatan Bojongloa Kidul, dan

5. Kecamatan Bandung Kulon.

Tujuan KPP Pratama Tegallega

Tujuan dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega,

memberikan pelayanan publik dengan baik kepada wajib pajak dengan memenuhi

semua kebutuhan wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban

perpajakannya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan prosedur dan tata kerja

organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, juga aspek

kegiatan yang tidak dapat dilupakan yaitu antara lain terdiri dari :

 Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis.

 Melaksanakan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data

dan informasi, tata usaha perpajakan, pajak penghasilan, pajak

pertambahan nilai dan pajak tidak langsung lainnya serta penagihan pajak.

 Kegiatan pengawasan dan pemeriksaan atas PPh dan PPN serta penerapan

sanksi administrasi perpajakan dengan mencari, mengumpulkan, mengolah

data maupun keterangan lain dalam rangka pengawasan pemenuhan

kewajiban perpajakan. Juga melakukan kegiatan penata usahaan surat

pemberitahuannya dan lampirannya termasuk penelitian kebenaran

penulisan dan perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan

(21)

 Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan

pemenuhan kewajiban perpajakan serta melakukan kegiatan yang bersifat

meningkatkan jumlah Wajib Pajak.

 Secara berkala, Kepala.Kantor Pelayanan Pajak melaporkan hasil kegiatan

operasional kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

setempat.

Tata Ruang KPP Pratama Bandung Tegallega

Saat ini KPP Pratama Bandung Tegallega beralamatkan di JI. Soekarno

Hatta No.2 16 Bandung. KPP Pratama Bandung Tegallega terdiri dan 3 lantai,

yaitu :

1. Lantai satu terdiri dari :

 Ruang Pelayanan dan Pengarsipan

 Ruang PDI (Pengolahan Data dan Informasi)

 Ruang Ekstensifikasi

 Mushola

2. Lantai dua terdiri dari :

 Ruang Kepala Kantor

 Ruang Kesekretaniatan

 Ruang Sub bag.Umum

 Ruang Sie Waskon (Pengawasan dan Konsultasi) I, II, III, IV

 Ruang Pemeniksaan

(22)

2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Tegallega

Kantor Pelayanan Pajak adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jendral Pajak

yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor

Wilayah Dirjen Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega

mempunyai tugas yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan pajak

dibidang Administrasi Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,

dan Pajak tidak Langsung lainnya yang berada di Wilayah Pelayanan Pajak

Pratama Tegallega berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh

Direktur Jendral Pajak, dalam menyelenggarakan tugasnya, KPP Pratama

Tegallega mempunyai fungsi:

 Melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi

perpajakan.

 Melakukan urusan tata usaha Wajib Pajak.

 Melakukan Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa

serta memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh, PPN, dan

Pajak Tidak Langsung Lainnya.

 Melakukan urusan penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Tidak Langsung Lainnya.

 Melakukan urusan pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi perpajakan.

(23)

2.3 Deskripsi Jabatan KPP Pratama Bandung Tegallega 1. Kepala Kantor, mempunyai tugas :

Selain memimpin dan mengkoordinir seluruh pekerja kantor, juga

melaksanakan kegiatan :

1. Penyuluhan

2. Pelayanan, dan

3. Pengawasan di bidang Pemeriksaan dan Penagihan

4. Bertanggung jawab terhadap tugas dan memiliki kewenangan

untuk memajukan Kantor Pelayanan Pajak

2. Subbagian Umum, mempunyai tugas :

1. Penerimaan Dokumen KPP.

2. Pemprosesan dan pentatausahaan Dokumen Masuk dan Keluar di

Subbagian Umum.

3. Penyampaian Dokumen KPP.

4. Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai.

5. Pelaksanaan Pelantikan, Sumpah dan Serah Terima Jabatan serta Pengambilan

Sumpah Pegawai Negeri sipil.

6. Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.

7. Penerbitan Izin Melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan (S1).

8. Pengajuan Usul Peserta Pendidikan di Luar Negeri.

9. Pelaporan Perkawinan Pertama Pegawai.

10. Pengajuan Usul Permohonan Pensiun Janda/ Duda.

(24)

Sendiri.

12. Pengajuan Usul Pengankatan Bendahara.

13. Penyusunan RKAKL pada KPP.

14. Penyusunan Gaji, TKPKN dan SPJ.

15. Pengajuan Uang Makan PNS.

16. Permohonan Uang Duka Wafat/ Tewas.

17. Permohonan Kartu Tanda Peserta Asuransi dan Taspen.

18. Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja (Pembayaran Melalui Uang

Persediaan).

19. Pelaksanaan Pembayaran Tagihan Melalui MekanismeLangsung (LS) Kepada

Rekanan.

20. Permintaan Pembayaran Lembur Pegawai.

21. Pemberhentian Gaji dan TKPKN.

22. Penyusunan Laporan/ Daftar Realisasi Anggaran Belanja.

23. Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran).

Tingkat Satuan Kerja/ Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).

24. Pelaksanaan Penutupan Buku Kas Umum.

25. Penerimaan Inventaris Daya Rekanan/ Pihak Klien.

26. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara dengan Lelang pada Unit

KPP.

27. Pemusnahan Dokumen.

28. Penyusunan Laporan Berkala KPP.

(25)

30. Penyusunan Tanggapan/ Tindak Lanjut Terhadap Surat Hasil Pemeriksaan

(SHP)/ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen Depkeu/ BPK/ BPKP/

Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya.

31. Pembuatan Laporan Bulanan Konversasi Energi.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengolahan Data

dan Informasi.

2. Pentatausahaan Alat Keterangan.

3. Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak,

Perkembangan Ekonomi Keuangan.

4. Pembentukan Bank Data.

5. Pemanfaatan Bank Data.

6. Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPh) Kirim ke Kantor

Pelayanan Pajak.

7. Peminjaman Berkas Data/ Alat Keterangan oleh Seksi Pengolahan Data dan

Informasi kepada Seksi Terkait.

8. Pentatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik.

9. Pembuatan Laporan Penerimaan PBB/ BPHTB.

10. Penyelesaian Pembagian Hasil PBB.

4. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :

1. Pentatausahaan Surat, Dokumen dan Laporan Wajib Pajak pada Tempat

Pelayanan Terpadu.

(26)

3. Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

4. Perubahan Identitas Wajib Pajak.

5. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama.

6. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Lama.

7. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru.

8. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Baru.

9. Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh.

10. Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa.

11. Penyelesaian Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT

Tahunan PPh.

12. Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Masa.

13. Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan PPh.

14. Penelitian Hasil Keluaran Berupa SPPT/ STTS/ DHKP/ STP.

15. Penyelesaian Permohonan Pembetulan SPPT/ SKP/ STP.

16. Penyelesaian Permohonan Pencetakan Salinan SPPT/ SKP/ STP.

17. Peminjaman/ Pengiriman Berkas.

18. Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Pembukuan Dalam Bahasa Inggris dan

Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

19. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk Perwakilan

Negara Asing dan Badan-Badan Internasional serta Pejabat/ Tenaga Ahlinya.

(27)

Wilayah.

21. Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi.

22. Penyelesaian Pemberitahuan Penggunaan Norma Perhitungan.

23. Layanan Permintaan Pelayanan Sebagai Daerah Terpencil.

24. Penerbitan Surat Penetapan Pajak.

25. Penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

26. Penyelesaian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

27. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pelayanan.

28. Pentatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

29. Penyisihan Anak Berkas Wajib Pajak yang Tahun/ Masa Pajaknya telah

melampaui 10 tahun.

5. Seksi Penagihan, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatusahaan Dokumen Masuk Seksi Penagihan.

2. Pentatusahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Beserta Bukti

Pembayarannya.

3. Pentatusahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan/ Banding/

Pengurangan atau Pembatatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.

4. Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak.

5. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak.

6. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka Penagihan Pajak.

7. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus.

(28)

9. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Penagihan.

10. Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan.

11. Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa.

12. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

13. Penerbitan Surat Keputusan Pencabutan Sita.

14. Pemindahan Berkas dari Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak

Lainnya.

15. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan Terhadap Wajib Pajak

Tertentu.

16. Pelaksanaan Lelang.

17. Penyelesaian permohonan Pembatalan Lelang.

18. Pembuatan Laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.

19. Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.

6. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pemeriksaan.

2. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih

Bayar.

3. Penyelesaian Permohonan Pembayaran Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Pajak Penjualan Barang Mewah.

4. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Pertambahan Nilai untuk Selain Wajib Pajak Patuh.

5. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan.

(29)

7. Pengamatan oleh Kantor Pelayanan Pajak.

8. Pemeriksaan Kantor.

9. Pemeriksaan Lapangan.

10. Pentatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota Penghitungan

(Nothit).

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan.

2. Pendaftaran Objek Baru dengan Penelitian Kantor.

3. Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Lapangan.

4. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP.

5. Pencarian Data dari Pihak Ketiga dalam rangka Pembetulan/ Pemuktahiran

Bank Data Perpajakan.

6. Pencarian Data Potensi Perpajakan dalam rangka Pembuatan Monografi Fiskal.

7. Pelaksanaan Penilaian Individual Objek PBB.

8. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).

9. Pembentukan/ Penyempurnaan ZNT/ NIR.

10. Pemeliharaan Data Objek dan Subjek PBB.

11. Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek PBB.

12. Penyelesaian Mutasi Sebagian Objek dan Subjek PBB.

13. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP.

14. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

(30)

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan

Konsultasi.

2. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

3. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga.

4.Penyelesaian Permohonan Penggunaan Nilai Buku Dalam Rangka

Penggabungan Usaha, Pengambilan Usaha ataupun Pemekaran Usaha.

5. Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

6. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor

Pelayanan Pajak.

7. Penyelesaian Permohonan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

8. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang

Tidak Benar atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

9. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak.

10. Penyelesaian permohonan Perubahan Metode Pembukuan.

11. Layanan Permintaan Perubahan Tahun Buku Pertama.

(31)

13. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22

Bendaharawan.

14. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

Pasal 22 untuk Pedagang Pengumpul dan untuk Industri Tertentu.

15. Penyelesaian Izin Prinsip Pembebasan PPh Pasal 22 Impor.

16. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

Pasal 22 Impor.

17. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

Pasal 22 Impor untuk Wajib Pajak yang Penghasilannya semata-mata

Dikenakan PPh yang Bersifat Final.

18. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

Pasal 22 atas Impor Emas Batangan untuk Ekspor Perhiasan Emas.

19. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

Pasal 23.

20. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau

diproleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri

Keuangan.

21. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemotongan PPh

atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan.

22. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemotongan PPh

atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan bagi

(32)

23. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan

Nilai (PPN).

24. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) atas Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu Wajib Pajak

Perwakilan Negara Asing/ Badan Internasional serta Pejabat/ Tenaga Ahlinya.

25. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan

Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) atas Pembelian Kendaraan Angkutan.

26. Pemberian Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN) di Kantor

Pelayanan Pajak.

27. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM atas

Penyerahan Kendaraan Bermotor.

28. Layanan Permintaan Pemusatan PPN.

29. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan

Mesin Teraan Materai.

30. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan

Sistem Komputerisasi.

31. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan

Teknologi Percetakan.

32. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Mesin Teraan Materai.

33. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Teknologi Percetakan.

34. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Sistem Komputerisasi.

35. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan

(33)

36. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan

ke Teknologi Percetakan.

37. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi

Percetakan ke Mesin Teraan.

38. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi

Percetakan ke Sistem Komputerisasi.

39. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem

Komputerisasi ke Mesin Teraan.

40. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem

Komputerisasi ke Teknologi Percetakan.

41. Penyelesaian Permohonan Pengurangan Anggaran PPh Pasal 25.

42. Penetapan Angsuran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Bank,

Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

43. Pembuatan Surat Pemberitahuan Perubahan Besarnya Angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi).

44. Pembuatan SPMKP/ SPMIB yang hilang.

45. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan

(PPh) untuk Wajib Pajak Patuh.

46. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Pertambahan

Nilai untuk Wajib Pajak criteria Tertentu khusus Wajib Pajak Patuh.

47. Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

(34)

48. Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran BPHTB.

49. Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

yang Terutang.

50. Penyelesaian Permohonan Pengurangan BPHTB yang Terutang.

51. Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan (Pbk).

52. Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan (Pbk) ke Kantor Pelayanan Pajak

Lain.

53. Layanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Fiskal Wajib Pajak Non

Bursa.

54. Penyelesaian Permohonan Kompensasi (Pemindahanbukuan) PBB/ BPHTB.

55. Penyelesain Permohonan Keberatan atas Penujukan Sebagai Wajib Pajak.

56. Penyelesaian Permohonan Pembetulan STB/ SKBKB/ SKBKBT atas

Permohonan Wajib Pajak.

57. Penyelesaian Pembetulan STB/ SKBKB/ SKBKBT Secara Jabatan.

58. Penyelesaian Permohonan Pembatalan SPPT/ SKP/ STP.

59. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi dan Pengurangan atau Penghapusan atau Pembatalan SKBKB/

SKBKBT/ STB di Kantor Pelayanan Pajak.

60. Pelaksanaan Putusan Gugatan atau Banding.

61. Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (LB).

62. Penentuan Kembali Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

(35)

64. Penerbitan SKBKB/ SKBKBT/ STB.

65. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atas Pajak Bumi dan Bangunan.

66. Penerbitan Teguran Pengembalian SPOP.

67. Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT).

68. Pemberian Bimbingan kepada Wajib Pajak.

69. Menjawab Surat yang Berkaitan dengan Konsultasi Teknis Perpajakan bagi

Wajib Pajak.

70. Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Penilaian Persediaan.

71. Penetapan Wajib Pajak Patuh.

72. Pemutakhiran Profil Wajib Pajak.

73. Pelaksanaan Ekualisasi.

74. Pengusulan Pengusaha Kena Pajak Fiktif.

75. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang

Seharusnya Tidak Terutang.

76. Pentatausahaan Surat Keputusan pembetulan di Seksi Pengawasan dan

Konsultasi.

77. Pentatausahaan Surat Keputusan Keberatan/ Banding/ Pengurangan/

Pembetulan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau

Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

78. Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak per- Wajib Pajak.

79. Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Kepatuhan Material Wajib Pajak.

80. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB Pengganti karena Lewat Waktu/

(36)

81. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB yang rusak/ salah (yang telah

didistribusikan).

82. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB yang rusak/ salah (yang belum

didistribusikan).

9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa & Penilai , mempunyai tugas :

Melakukan pemeriksaan atas kewajiban perpajakan, baik pemeriksaan rutin

maupun pemeriksaan khusus sesuai penugasan dari Kepala Kantor. Fungsional

Penilai PBB bertugas melakukan penilaian atas objek PBB yang ada di wilayah

KPP Pratama Tegallega, baik missal maupun individual

2.4 Aspek Kegiatan KPP PRATAMA Bandung Tegallega

Kegiatan yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Tegallega meliputi :

1. Melaksanakan kegiatan oprasional pelayanan di bidang perpajakan berupa

Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), dan pajak-pajak tidak langsung lainnya (PTLL).

2. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi

perpajakan, pengamatan potensi pajak dan ekstensifikasi wajib pajak.

3. Kegiatan penatausahaan dan penyerahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

dan Masa serta berkas wajib pajak.

4. Kegiatan pentatausahaan dan penyerahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

serta memantau dan menyusun laporan pembayaran masa Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan

(37)

5. Kegiatan penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan

restitusi atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB), dan pajak-pajak tidak langsung lainnya (PTLL).

6. Kegiatan pemeriksaaan dan penerapan sanksi perpajakan.

7. Kegiatan penyusunan pemberian Surat Ketetapan Pajak (SKP).

8. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

9. Pengurangan sanksi pajak

10. Penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan

kepatuhan wajib pajak serta kewajiban perpajakannya.

11. Pelayanan kepada wajib pajak dan pelaksanaan kewajiban perpajakan melalui

prosedur yang mudah, sederhana dan cepat.

12. Melaksanakan urusan rumah tangga sendiri kepada KKP.

Adapun visi dan misi dari KPP PRATAMA Bandung Tegallega adalah

sebagai berikut :

a. Visi KPP PRATAMA Bandung Tegallega

Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system dan

manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan di banggakan masyarakat.

฀Menjadi Model Pelayanan Masyarakat

Merupakan refleksi cita-cita untuk menjadi contoh pelayanan masyarakat bagi

unit-unit instansi pemerintah lainnya.

฀Berkelas Dunia

Adalah keinginan untuk mencapai tingkatan standar dunia/ standar

(38)

฀Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat

Merefleksikan cita-cita untuk mendapatkan pengakuan dari

masyarakat bahwa esktensifikasi dan kinerjanya memang benar-benar

berkualitas tinggi dan akurat, mampu memenuhi harapan masyarakat serta

memiliki citra yang baik dan bersih.

b. Misi KPP PRATAMA Bandung Tegallega

Menghimpun dana dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang

kemandirian pembiayaan pemrintah berdasarkan undangundang perpajakan

dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi

฀Motto : mewujudkan masyarakat sadar dan peduli pajak

(39)

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek yang dilaksanakan selama satu bulan

yaitu penulis ditempatkan di bagian Pengawasan dan Konsultasi, dan bagian

Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Dalam

pelaksanaan tersebut bidang kajian yang diambil penulis adalah Pengawasaan

Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai oleh Account Representative, karena

Pengawasaan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai oleh Account

Representative dirasakan sangan penting dan berperan dalam melaksanakan

kegiatan operasional perusahaan sehari-hari yang dapat membantu perusahaan

dalam hal pengawasan terhadap kegiatan perusahaannya yang berkaitan dengan

alur keluar masuknya pajak masukan dan dapat mempermudah pengawasaan

dalam pembayaran masa pajak pertambahan nilai, sehingga perusahaan dapat

berjalan dengan baik dan efisien. Pelaksanaan kuliah kerja praktek pada bagian

Pengawasan dan Konsultasi dan Penagihan penulis dibimbing oleh Bapak Muh

Khozin serta staf Pengawasan dan Konsultasi KPP Pratama Bandung Tegallega

dan pada bagian Penagihan dibimbing oleh Bapak Dede Kartiwan serta staf

Penagihan KPP Pratama Bandung Tegallega.

(40)

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Teknik pelaksanaan kuliah kerja praktek pada Seksi Pengawasan dan

Konsultasi memiliki fungsi memberikan bimbingan terhadap wajib pajak di

wilayah kerjanya dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yaitu

memperkenalkan pajak dan manfaatnya serta memotivasi wajib pajak agar ikut

berperan serta dalam memikul beban negara untuk mempertahankan

kelangsungan pembangunan nasional. Pelaksanaan Pengawasan meliputi

pengawasan pembayaran Masa atas PPh,PPN sampai dengan Penerbitan STP dan

pelaporan SPT Masa dan Tahunan. Konsultasi meliputi melayani konsultasi

kepada wajib pajak dan melaksanakan penyuluhan. Selama penulis melakukan

kuliah kerja praktek, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mendengarkan pengarahan dari Bapak Muh Khozin, SE mengenai tata cara

pelaksanaan kuliah kerja praktek, gambaran umum KPP Pratama Bandung

Tegallega dan prosedur pembayaran masa PPN.

2. Wawancara dengan pembimbing dan Staf KPP Pratama Bandung Tegallega

mengenai prosedur pembayaran masa PPN.

3. Mengambil data pada KPP Pratama Bandung Tegallega Seperti jumlah

PKP,data penyetor PPN dan data Pelaporan PPN. Data tersebut diambil

untuk bahan laporan kuliah kerja praktek.

4. Menerima setiap dokumen masuk.

5. Membuat surat Pengantar untuk setiap dokumen yang akan diteruskan ke

seksi lain.

(41)

Singkatnya, pelaksana bertugas menerima, menginput/mencatat data

dokumen keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari dokumen masuk

maupun arsip dari dokumen keluar, meneruksan tembusan ke seksi terkait, serta

meneruskan dokumen keluar yang siap dikirim ke Subbagian Umum dengan

menggunakan buku eskpedisi.

Teknik pelaksanaan kuliah kerja praktek pada Seksi Penagihan memiliki

fungsi Pemrosesan dan Pentatusahaan Dokumen Masuk Seksi Penagihan,

Pentatusahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Beserta Bukti,

Pentatusahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan/ Banding/

Pengurangan atau Pembatatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan,

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan

Pembayarannya, Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan,

Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa,Penerbitan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Pelaksanaan Lelang, Penyelesaian permohonan

Pembatalan Lelang, Pembuatan Laporan Seksi Penagihan ke Kantor

Wilayah,Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.

Selama penulis melakukan kuliah kerja praktek, kegiatan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Mendengarkan pengarahan dari Bapak Dede kartiwan mengenai tata cara

pelaksanaan kuliah kerja praktek di seksi Penagihan.

2. Menerima setiap dokumen masuk.

3. Membuat surat Pengantar untuk setiap dokumen yang akan diteruskan ke

(42)

4. Mengarsip dokumen.

5. Membuat surat tagihan pajak.

6. Membuat surat teguran penagihan.

7. Merekam SSP rangakap 3 pembayaran pajak cicilan.

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

Salah satu tujuan kuliah kerja praktek adalah membahas hasil-hasil kuliah

kerja praktek berdasarkan data-data yang didapat selama pelaksanaan kuliah kerja

praktek dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, maka penulis

memberikan penjelasan tentang Tinjauan Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh Account Representative Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega..

3.1.1 Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) Oleh Account Representative Pada KPP Pratama Bandung

Tegallega

Pengertian Prosedur menurut Dr. Azhar Susanto, dalam bukunya

yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi mengemukakan bahwa :

“Prosedur adalah rangkaian aktifitas atau kegiatan yang

dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama.”

(2008 : 264)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah rangkaian langkah

yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktifitas. Sehingga

(43)

dapat dengan mudah menyelesaikan suatu masalah serta terperinci menurut

jangka waktu yang telah ditentukan.

Pengertian Pengawasan dalam keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No.19 Tahun1996 yaitu :

“Pengawasan adalah seluruh proses objek atau kegiatan

tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketetapan yang

berlaku.”

Adapun Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa PPN yang dilakukan oleh

Account Representative(AR) di KPP Pratama Bnadung Tegallega sebagai berikut:

1. Menerima SPT dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi beserta daftar

pengantarnya.

2.Melakukan penelitian kebenaran formal pengisian SPT atas SPT lengkap

3. Menyiapkan Surat Himbauan sebagaimana dalam hal antara lain terdapat:

a. kesalahan matematis (SPT Unbalance);

b. SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau

dikembalikan (restitusi), atau

c. PKP mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) setiap Masa

Pajak tetapi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (4b) UU PPN, kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau

Pasal 17 D UU KUP atau Pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses

(44)

4. Menyiapkan:

a. Surat Teguran dalam hal terdapat PKP atau Pemungut PPN yang tidak

memasukkan SPT; atau

b. nota hitung dan STP dalam hal terdapat keterlambatan penyampaian

SPT dan/atau keterlambatan pembayaran.

5. Mengelompokkan SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian

(restitusi) berdasarkan prosedur pengembalian yaitu melalui:

a. prosedur penelitian (pengembalian pendahuluan; atau

b. prosedur biasa (pemeriksaan)

6. Mengirim SPT Lebih bayar yang diajukan permohonan pengembalian

(restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pemeriksaan ke Seksi

Pemeriksaan.

7. Meneliti SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi)

yang diproses berdasarkan prosedur pengembalian pendahuluan.

8. Mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian

(restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT unbalance, SPT yang terlambat

lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk

dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah

SPT tersebut selesai ditindaklanjuti.

Catatan:

1) Atas SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi),

dalam hal terjadi kesalahan matematis, tidak perlu dibuat Surat Himbauan

(45)

2) Atas SPT yang terdapat kesalahan matematis namun tidak dilakukan

pembetulan oleh PKP atau Pemungut PPN, akan menjadi pertimbangan dalam

analisis resiko untuk pemeriksaan.

3) Atas SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi),

namun tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat

(4b) UU PPN, maka pengajuan restitusi tersebut tidak dapat diproses kecuali

bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau Pasal 17 D UU KUP atau pasal 9 ayat (4c)

UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Langkah-Langkah Yang Dilakukan Account Representative Dalam

Melaksanakan Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

yaitu sebagai berikut dengan cara :

1. Mengetahui berapa WP yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak

(PKP).

2. Menginventarisir Wajib Pajak PKP yang telah menyampaikan SPT Masa

PPN pada data system informasi DJP (SI DJP).

3. Melakukan penelitian atas SPT Masa PPN yang diterima dari Seksi

Pelayanan.

4. Membuat daftar wajib pajak yang terlambat lapor SPT Masa PPN sesuai

SI DJP.

5. Membuat daftar wajib pajak yang terlambat menyetorkan SSP PPN sesuai

(46)

6. Membuat daftar wajib pajak PKP yang tidak menyampaikan SPT Masa

PPN

7. Membuat usulan Surat Tagihan Pajak (STP) Masa PPN atas wajib pajak

yang terlambat setor dan terlambat lapor, adapun besarnya denda dalam

STP adalah Rp 500.000 untuk setiap masa pajak yang tidak atau terlambat

lapor dan 2% perbulan dari jumlah PPN yang terlambat disetorkan sampai

dengan tanggal setor.

8. Membuat surat himbauan untuk melaporkan SPT Masa PPN atas wajib

pajak yang tidak menyampaikan SPT Masa PPN.

9. Membuat usulan Surat Tagihan Pajak (STP) Masa PPN atas wajib pajak

yang tidak menyampaikan SPT Masa PPN dan telah dihimbau.

3.1.2 Hambatan Atau Permasalahan Yang Dihadapi Account Representative

Dalam Mengawasi Pembayaran Masa PPN Pada KPP Pratama

Bandung Tegallega

Adapun Hambatan Atau Permasalahan Yang Dihadapi Account

Representative Dalam Mengawasi Pembayaran Masa PPN yaitu sebagai

berikut :

1. Jam kerja bank yang relatif singkat

Jam kerja yang relatif singkat dibandingkan dengan jam kerja kantor lain

pada umumnya dapat menyebabkan Wajib Pajak telat menyetorkan PPN

-nya. Hal ini dapat terjadi saat batas akhir pe nyetoran tanggal 15 dimana

(47)

pukul 16.00 maka mau tidak mau Wajib Pajak tersebut baru bisa

menyetorkan PPN -nya hari esoknya.

2. Keterbatasan MPN dan SIDJP dalam memunculkan daftar Wajib Pajak

yang belum atau terlambat membayar atau menyetor pajak.

Berkaitan dengan sistem, bahwasanya belum ada sebuah sistem peringatan

yang menyatakan siapa saja Wajib Pajak telat melapor atau membayar.

Jadi dalam SIDJP, seluruh data yang masuk adalah data atas seluruh

pembayaran yang masuk, tidak dipisah antara yang telat setor dan yang

tidak. Begitu juga MPN, jadi AR belum bisa mengetahui siapa saja yang

terlambat setor secara keseluruhan.

3. Jumlah Account Representative yang tidak sebanding dengan jumlah

Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

Seorang Account Representative bisa menangani Wajib Pajak yang

jumlahnya lebih dari 800 Wajib Pajak. Hal ini tentu saja membuat

pengawasan yang dilakukan tidak bisa maksimal karena konsentrasi

Account Representative terpecah belah. Selain itu, tugas AR yang bukan

hanya melakukan pengawasan kepatuhan juga membuat seorang Account

Representative harus mampu membuat skala prioritas tentang hal-hal

mana saja yang perlu ditekankan dan wajib mana saja yang potensial untuk

digali.

4. Banyak wajib pajak yang semestinya wajib menyampaikan SPT Masa

(48)

Tidak sedikit Wajib Pajak yang mengalami kendala teknis dalam hal

pengisian dan menyampaikan SPT masa PPN dengan e-SPT, Wajib Pajak

sering mengeluh bahkan butuh bimbingan langsung dari Account

Representative-nya. Hal ini selain dapat membuat Wajib Pajak tersebut

telat untuk melaporkan e -SPT-nya, juga dapat membuat waktu Account

Representative untuk mengawasi kepatuhan Wajib Pajak lainnya

(49)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada KPP

Pratama Bandung Tegallega mengenai Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh Account Representative, penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

oleh Account Representative di KPP Prtama Bandung Tegallega mengacu

pada standart operate procedure (SOP) yang telah diterapkan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

2. Hambatan Atau Permasalahan Yang Dihadapi Account Representative

Dalam Mengawasi Pembayaran Masa PPN yaitu Jam kerja bank yang

relatif singkat, keterbatasan MPN dan SIDJP dalam memunculkan daftar

wajib pajak yang belum atau terlambat membayar atau menyetor pajak,

jumlah account representativeyang tidak sebanding dengan jumlah Wajib

Pajak yang menjadi tanggung jawabnya dan banyaknya wajib pajak yang

semestinya wajib menyampaikan SPT Masa PPN dengan e-SPT, namun

ingin menyampaikan dengan cara manual.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, Penulis ingin memberikan saran yang

dapat dijadikan pertimbangan guna meningkatkann kinerja instansi. Adapun saran

yang ingin Penulis sampaikan diantaranya:

(50)

1.Untuk mengatasi keterlambatan setor yang diakibatkan jam tutup bank

persepsi lebih awal daripada jam kerja kantor pada umumnya, pihak

Direktorat Jendral Pajak dapat berusaha meningkatkan kerjasama dengan

pihak bank persepsi untuk lebih memperpanjang jam kerja bank persepsi

khusus untuk tanggal -tanggal batas penyetoran pajak.

2.Dua aplikasi utama pendukung kegiatan pengawasan kepatuhan

penyetoran pajak, yakni MPN dan monitoring SPT pada SIDJP, dapat

lebih ditingkatkan fiturnya. Kelemahan saat ini ialah masih belum bisa

memunculkan nama-nama wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang

terlambat atau belum membayar PPN-nya. Diharapkan kedepannya

secara sistem dapat dimunculkan nama-nama wajib pajak yang wajib

pajak atau pengusaha kena pajak yang terlambat atau belum membayar

dan/atau melaporkan PPN –nya atau pajak lainnya.

3.Sering terjadinya banyaknya wajib pajak yang semestinya wajib

menyampaikan SPT Masa PPN dengan e-SPT, namun ingin

menyampaikan dengan cara manual pengetahuan WP menyampaikan

SPT masa dengan e-SPT, untuk itu diperlukan penyuluhan dan

bimbingan yang dilakukan oleh account representative terhadap tata

(51)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek

Program Strata I Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia

Disusun :

RADEN RIKA ZULHAINAR

21108178

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(52)

51

Keputusan Menteri No.19 Tahun1996 tentang Pendayagunaan Aparatur Negara

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 tentang Account Representative pada kantor pelayanan pajak yang telah mengimplementasikan organisasi modern, adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan Organisasi Modern sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 68/PMK .01/2008.

Tim Reformasi Birokrasi Unit Direktorat Jenderal Pajak. (2008). Pedoman Penyusunan SOP.

Tim Penyusun SOP DJP. (2009). Standard Operating Procedures Direktorat Jenderal Pajak.

(53)

Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi

Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja

Praktek (KKP) ini dengan baik.

Penulisan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) yang berjudul Tinjauan

Atas Prosedur Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Oleh Account Representative Pada KPP Pratama Bandung Tegallega, ini disusun

sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.

Dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini, penulis

menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan,

kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun penulis mengharapkan semoga

Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dapat memberi manfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.

Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto,Msc, Selaku Rektor Universitas Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE. ,M.Si, Selaku Dekan Fakultas

(54)

keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan

penulis sehingga laporan ini dapat selesai.

5. Ibu Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si, Selaku Dosen Wali kelas Ak 4.

6. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia

Bandung.

7. Bapak Sahat Mangaratua S, Selaku Kepala Seksi Waskon I di KPP Pratama

Bandung Tegallega.

8. Bapak Sahat Tambunan, Selaku Kepala Seksi Penagihan di KPP Pratama

Bandung Tegallega.

9. Bapak Muh. Khozin, SE, dan Bapak Dede Kartiwan, selaku Pembimbing di

KPP Pratama Bandung Tegallega.

10. Ibu Enok, Pak Angga , Pak Unggul,Pak Rifa’i, Pak Juanda, Pak Joko, Pak

Tikno dan Pak Nendi yang telah meluangkan waktunya untuk membantu

penulisan dalam memberikan data, informasi, serta pengarahan dalam

penyusunan laporan ini serta seluruh Staf dan KPP Pratama Bandung

Tegallega.

11. Seluruh Staf dan Pegawai yang bekerja di KPP Pratama Bandung Tegallega.

12. Kedua orang tua Mamah dan Papah penulis ucapkan banyak terima kasih

(55)

14. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril

maupun materil serta cinta kasih yang tiada henti yang diberikan kepada

penulis untuk keberhasilan penulis.

15. Sahabat-sahabatku terimakasih atas bantuan, dukungan, serta memberikan

semangat dalam penulisan laporan ini, serta teman-teman Akuntansi

Angkatan 2008 khususnya kelas AK-4, terima kasih atas kebersamaannya.

16. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan

KKP ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang

berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang

membaca.

Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.

Bandung, Desember 2011 Penulis

(56)
(57)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program Diploma III Administrasi perpajakan pada Fakultas

SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) KOTA SURAKARTA ”. Perbedaan penelitian ini dengan

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali tentang pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap

Peneliti akan menguraikan hasil penelitian berkaitan dengan Self Assessment System d an Account Representative terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu dengan sumber

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern pada KPP Pratama Bandung Tegallega, kepatuhan Wajib

“Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kota Surakarta”.. Universitas

1) KPP Pratama Banda Aceh diharapkan untuk dapat secara intensif meningkatkan penyuluhan perpajakan terpadu yang dapat meningkatkan pemahaman Wajib Pajak terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pajak dan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak studi kasus pada wajib pajak