• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yunus bin Ubaid.doc 29KB Jun 13 2011 06:28:13 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Yunus bin Ubaid.doc 29KB Jun 13 2011 06:28:13 AM"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Yunus bin Ubaid

Pelaku Bisnis Berorientasi Akhirat Oleh: Fahrudin Ahmad Ali

la adalah seorang pedagang kain di sebuah pasar kota tempat tinggalnya. Kain yang dijualnya terutama dari bahan sutera. Dalam mencari rezeki dari berdagang itu, Yunus selalu berpedoman pada sabda Rasulullah yang pernah beliau nasehatkan kepada Sa'ad bin Abi Waqqash. Beliau berkata, "Wahai Sa'ad, bersihkanlah makananmu dari hasil yang haram, niscaya doamu mudah dikabulkan. Demi Allah yang jiwa Muhamaad berada di tangan-Nya, sesungguhnya seorang hamba yang memasukkan sesuap makanan dari hasil yang haram ke dalam perutnya, maka selama 40 hari amalnya tidak akan diterima. Siapa saja yang dagingnya tumbuh dari hasil yang haram, maka neraka lebih layak baginya. "

Berpijak dari wasiat Nabi saw. tersebut, Yunus sangat berhati-hati dalam melakukan jual-beli. la rela meninggalkan keuntungan yang jumlahnya beribu-ribu dirham jika ia merasa dalam keuntungannya itu terdapat satu dirham yang ia anggap haram. Bila ia mendengar bahwa harga sutera di daerahnya turun, maka Yunas segera menurunkan harganya. Bila ada orang hendak menjual kain padanya dengan harga yang lebih murah dari harga pasaran, dikarenakan penjual tersebut tidak paham masalah harga. Maka Yunus tidak mau membelinya, kecuali dengan harga yang sedang berlaku di pasaran. Semua itu dilakukannya untuk menjaga laba yang masih ia ragukan kehalalannya alias syubhat.

Pada suatu hari ada orang dari negeri Syam datang ke pasar sutera. Sampailah orang itu di toko tempat Yunus berjualan. la bertanya, "Kami hendak membeli baju sutera. seharga 400 dirham. Apakah saudara menjualnya?”

"Maaf tuan, kami hanya menjual baju sutera seharga 200 dirham. Dan itu adalah harga tertinggi di pasar ini," jawab Yunus.

Orang Syam itu lalu pergi ke tempat lain. Bersamaan dengan itu adzan shalat berkumandang. Maka Yunus segera bergegas ke masjid pasar untuk menjadi imam shalat bagi jamaah. Sebelum berangkat, ia menyuruh keponakannya agar menjagakan toko. Ketika Yunus masih di masjid, orang Syam itu datamg lagi ke tokonya. Lalu keponakan Yunus menjual baju sutera dengan harga 400 dirham. Begitu Yunus pulang ke tokonya, ia menemukan uang begitu banyak. Maka segera dipanggilnya keponakan itu untuk dimintai keterangannya.

"Dari mana kau dapatkan uang ini” tanya Yunus.

"Bari hasil penjualan baju yang dibeli orang Syam," jawab keponakannya.

Mendengar penjelasan itu, Yunus segera mencari orang Syam ke sana ke mari. Begitu bertemu, ia lalu menawarkan dua pilihan padanya, "Wahai saudaraku, baju yang aku jual itu harganya 200 dirham. Sekarang terserah engkau, apakah akan menerima pengembalian uang 200 dirham dariku atau mengembalikan bajuku lalu kukembalikan uangmu!"

“Bolehkan aku tahu siapa engkau?” tanya orang Syam itu.

"Aku adalah salah seorang dari umat Rasul Muhammad saw." jawab Yunus.

"Demi Allah, aku bermaksud menanyakan siapa namamu?” tanya orang Syam itu lagi. "Namaku Yunus bin Ubaid," jawab Yunus.

Orang Syam itu lalu menghadap ke arah Yunus dan menatapnya seraya berkata, "Jika kami sedang dalam kesulitan, maka kami akan berdoa, "Ya Allah, Tuhannya Yunus, tolonglah kami!" Mendengar perkataan orang Syam itu, Yunus lain bertasbih memuji asma Allah.

(2)

membawa baju tersebut ke tetangganya berdagang untuk meminta pendapatnya. Sebagaimana yang diperkirakannya, tetangga dagang itu juga menaksir harga baju itu sebesar 120 dirham. Maka Yunus segera mendekati wanita itu dan berkata, “Harga baju ini sebesar 125 dirham. Sebaiknya engkau pulang dulu dan bermusyawarah dengan keluargamu!”

"Tapi mereka menyuruhku menjual baju ini dengan harga 60 dirham," jawab wanita itu.

"Iya. Supaya kau tidak menyesal, lebih baik kau minta pendapat keluargamu. Bicarakan pada mereka bahwa harga baju itu lebih mahal dari yang mereka sangka," kata Yunus lagi.

Dalam berdagang, Yunus tidak saja jujur dalam melakukan transaksi jual-beli, namun ia juga menegakkan etika dalam berhubungan dengan pembeli. la bersikap lemah lembut dalam melayani pembeli dan menagih hutang. Tidak marah-marah terhadap orang, yang telat membayar hutangnya. Tidak jengkel dengan orang yang, menawar dagangannya di bawah harga, dan juga tidak kasar pada orang yang menjahatinya. Sebaliknya, ia membalas perlakuan kasar dengan sikap lemah-lembut. Menyikapi ucapan kasar dengan kata yang baik dan senyum ramah. Hal itu karena ia selalu bercermin pada teladan kehidupan Rasulullah. Nabi saw. pernah bersabda, "Allah merahmati seorang hamba yang bersikap ramah bila menjual, bersikap ramah bila membeli dan bersikap ramah bila menagih hutang."

Berbeda dengan umumnya pelaku bisnis, yang menempatkan keuntungan sebagai tujuan dan harta adalah segalanya. Yunus menganggap nikmat Allah SWT sebagai sesuatu yang tiada batas. Pernah ia didatangi seorang teman yang mengadukan kesusahan hidupnya karena tekanan ekonomi. Make ia jelaskan nikmat Allah dengan bertanya, "Maukah ka-kimu yang kau gunakan untuk berjalan ditukar dengan uang sejuta dirham?”

Temannyar menjawab, "Tidak mau." Lalu Yunus bertanya lagi, "Bolehkah matamu yang untuk melihat, tanganmu yang untuk berbuat sesuatu ditukar dengan uang berjuta-juta dirham?” Jawab temannya, "Ya, tentu saja tidak boleh." Maka Yunus segera menimpali, "Nah itulah Bukankah Allah telah memberimu berjuta-juta kenikmatan, tapi kau masih mengeluh saja. Padahal andaikan engkau habiskan umurmu untuk mensyukuri nikmat nikmat Allah, niscaya tidak akan cukup."

Dalam upaya meraih keberkahan hidup, Yunus tidak saja menjaga diri dari harta dan makanan yang haram. Ia juga menjauhkan diri dari sifat angkuh, sombong dan menuruti hawa nafsu. Untuk itu ia selalu menerapkan tiga kiat dalam hidupnya. Pertama, tidak mendatangi penguasa meskipun ada alasan hendank menasehatinya. Kedua, tidak menyendiri dengan wanita muda meskipun dengan dalih hendak mengajarinya membaca al-Qur'an. Dan ketiga, tidak mendengarkan omongan ahli maksiat. Yunus juga menjadikan bagusnya shalat dan lisan sebagai tolok ukur kesempurnaan perbuatan. Ia berkata, "Jika seseorang mau menjadi saksi palsu berarti shalatnya masih belum sempurna, dan tidak sempurna kewara’an seseorang jika ia masih mau berbelok dari yang benar."

Meskipun ia dalam mengarungi kehidupannya selalu bersandar pada sunnah Rasulullah saw. namun Yunus merasa dirinya kecil di hadapan Sang Khaliq. Ketika ia sakit menjelang ajalnya, matanya basah karena menangis. Keluarganya mengira dia menangis karena menahan derita. Tapi Yunus membantah, "Aku menangisi telapak kakiku yang belum pernah tersentuh debu perjuangan di jalan Allah." Dan akhirnya, jiwa yang tenang ini menghadap Sang Pencipta pada tahun 124 Hijriyah.

Penulis Alumni Ekonomi UMY.

Sumber:

(3)

Referensi

Dokumen terkait

lbn 'Umar berkata, "Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Apabila kamu melihat hilal (tanda awal bulan) maka berpuasalah, dan bila (kelak) kamu melihatnya

Mungkin pembaca ada yang terkejut dan bertanya-tanya, kenapa imsakiyah yang disajikan Suara Muhammadiyah hanya 29 hari padahal menurut kalender pada umumnya

Maka kita tidaklah perlu merasa heran kalau aku-lirik (yang tak lain tak bukan adalah Yunus Emre sendiri) sampai berkolaborasi secara manis dengan gunung-gunung,

Sifat ini membuat anak lebih mudah berteman sebaliknya pola pengasuhan yang selalu membatasi anak tidak boleh ini dan itu, selalu membantu anak dalam

Akan tetapi kritikan Abu Zur'ah ini telah dibantah oleh Bukhari dengan mengatakan, "Mayoritas sahabat kami menggunakan hadis riwayat 'Amr ibn Syu'aib dari ayahnya

Upaya terselubung yang dilakukan oleh isteri Al-Azis untuk menjebak Nabi Yusuf agar berbuat mesum dengannya, dan usahanya menutup-nutupi fakta bahwa dialah sebenarnya

Sehingga akan semakin banyak para muzaki yang terbantu ketika akan membayar zakat, dan akan semakin banyak pula mustahik yang menjadi berdaya dengan dana zakat

Larangan itu berlaku bagi orang yang tujuan memakai sarung atau celana yang menutupi atau di bawah matakaki itu untuk kemegahan, menyombongkan diri, dan rasa angkuh yang