Kosicki )
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
Elin Suryani
NIM. B06212047PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Elin Suryani , B062120471, 2016. Konstruksi Pesan Disiplin dalam Tayangan
Reality show 86 Net TV (Analisis Framing Model Zhongdang dan
Gerald M. Kosicki). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Pesan Disiplin Tayangan 86 Net Tv, Framing.
Tayangan reality show adalah acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan mereka yang memiliki pekerjaan di bidang seni peran. Acara reality show umumnya menampilkan kenyataan yang di modifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pasca produksi lainnya.
Adapun fokus penelitian yang hendak dikaji pada penelitian ini adalah: Bagaimana struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan disiplin dalam program reality show 86 Net Tv ?
Hasil penelitian yang ditemukan antara lain: ( 1 ) Hilangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya berdisiplin dalam menaati setiap peraturan yang telah di tetapkan pemerintah di indonesia. ( 2 ) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang arti berdisiplin dan banyak di antara pelanggar aturan tata tertib menghindar dan merasa ketakutan ketika melihat polisi serta banyak yang melarikan diri dari upaya pendisiplinan yang dilakukan oleh petugas kepolisian. ( 3 ) Banyaknya pencitraan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam tayangan ini dan tidak sesuai dengan realita sosok polisi yang ada dalam dunia nyata.
Bertitik tolak dari penelitian ini, saran dari peneliti untuk tim Produksi tayangan reality show 86 Net TV selajutnya peneliti harapkan untuk memperhatikan kode etik jurnalistik mengenai hak perlindungan pelaku dan korban untuk selalu di samarkan yang berkaitan dengan tayangan ini. Karena peneliti masih melihat ada sebagian tayangan yang masih memperlihatkan wajah dari pelaku dan korban hal ini yang di khawatirkan adalah baik korban ataupun pelaku akan dikucilkan dari masyarakat sebagai tindakan pelanggaran norma hukum yang ada di masyarakat, mengingat di indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBIING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 5
F. Definisi Konsep ... 7
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 10
H. Metode Penelitian ... 11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Unit Analisis ... 13
3. Jenis dan Sumber Data ... 13
4. Tahapan Penelitian... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 16
6. Teknik Analisis Data ... 17
I. Sistematika Pembahasan... 21
BAB II KAJIAN TEORITIS
b. Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 32
c. Proses Framing ... 37
d. Efek Framing ... 38
e. Faktor – faktor Konstruksi Realitas ... 40
BAB III PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 49 1. Deskripsi Tayangan 86 ... 49 B. Deskripsi Data Penelitian ... 53
1. Struktur Sintaksis Pesan Disiplin dalam Tayangan 86
Net TV... 54
2. Struktur Skrip Pesan Disiplin dalam Tayangan 86
Net TV... 61
3. Struktur Tematik Pesan Disiplin dalam Tayangan 86
Net TV... 68
4. Struktur Retoris Pesan Displin dalam Tayangan 86
Net TV... 72
BAB IV ANALISA DATA
A. Temuan Penelitian ... 75
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 92
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 96 B. Rekomendasi ... 97
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 10
Tabel 2.1 Tabel Framing ... 36
Tabel 3.1 Struktur Sintaksis Tayangan Program Reality Show 86 Net TV ... 54
Tabel 3.2 Struktur Skrip Tayangan Program Reality Show 86
Net TV ... 61
Tabel 3.3 Struktur Tematik Tayangan Program Reality Show 86 Net TV ... 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tayangan Program 86 Net TV ... 52
Gambar 3.2 Awal Scene Tayangan Program 86 Net TV ... 54
Gambar 3.3 Kasus Lalu Lintas Surabaya ... 55
Gambar 3.4 Kasus Operasi Lalu Lintas di Madiun ... 56
Gambar 3.5 Kasus Operasi Lalu Lintas di Bali ... 57
Gambar 3.6 Kasus Operasi Lalu Lintas di Makassar ... 58
Gambar 3.7 Kasus Operasi Lalu Lintas di Bandung ... 59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Media massa merupakan salah satu sarana yang sangat efektif
dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Dengan adanya media
massa, manusia memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan
memperoleh berbagai informasi dengan begitu cepat.
Salah satu alat penyaluran media massa yang memiliki
konstribusi besar dalam kehidupan masyarakat adalah televisi. Saat
ini industri pertelevisian telah mengalami perkembangan sangat
pesat. Dibuktikan dengan beraneka ragamnya program acara dalam
satu stasiun televisi mulai dari sinetron, film televisi (ftv) , game
show atau bahkan reality show.
Reality show adalah acara televisi yang menggambarkan
adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario,
dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan
mereka yang memiliki pekerjaan di bidang seni peran. Acara reality
show umumnya menampilkan kenyataan yang di modifikasi,
seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau
situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan,
dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pasca produksi
Satu dari banyak stasiun televisi yang menayangkan program
acara reality show adalah Net Tv. Terdapat berbagai macam judul
reality show dalam stasiun Net Tv dan salah satu program reality
show yang terdapat di Net Tv bernama 86. Acara 86 ini
ditayangkan setiap hari di Net Tv dengan durasi tayang selama 30
menit. Dalam tayangan 86 ini berkisah tentang penegakan hukum
pada masyarakat.
Pada era globalisasi saat ini banyak sekali masyarakat yang
melakukan pelanggaran pada setiap tata aturan yang telah di
tentukan oleh pemerintah tidak terkecuali tata aturan kedisiplinan
dalam berkendara di jalan raya. Banyaknya aturan yang dilanggar
masyarakat, penyebab utamanya adalah populasi kendaraan
bermotor yang sangat massif, tidak disertai dengan kesadaran
masyarakat untuk berkendara dengan baik dan benar.
Contoh sederhananya banyak diantara pengendara baik
kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat yang sering
mengabaikan aturan rambu rambu lalu lintas, surat dan alat
kelengkapan dalam berkendara serta melanggar marka. Fenomena
ini terjadi di beberapa kota lain, mendarah daging dan
bertransformasi menjadi suatu “kearifan lokal”.
Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Mabes Polri hingga
September 2015 jumlah kasus kecelakaan lalu lintas mencapai
error, sifat tak disiplin pengendara di jalanan, dan mindset
masyarakat terkait kendaraan . 1
Berangkat dari realitas masyarakat pada saat ini yang selalu
ingin segala sesuatu lebih mobile dengan tanpa memikirkan aturan
– aturan kedisiplinan yang sudah ditentukan oleh pemerintah untuk
kepentingan kehidupan mereka. NET TV dengan prinsipnya yang
ingin selalu menghadirkan program yang inspiratif dan edukatif,
menayangkan “86” dengan harapan agar masyarakat dapat lebih
bijak dalam menentukan sikap terhadap
peraturan-peraturan negara.
Kami (NET.) berharap melalui program “86” masyarakat
Indonesia dapat lebih menyadari pentingnya berdisiplin dalam mematuhi aturan-aturan yang berlaku serta menghargai dan
membantu pihak kepolisian dengan cara mulai mendisiplinkan diri kita sendiri. jelas Roan Y. Anprira, Kepala Divisi Programming
dan Produksi NET TV.2 Program ini merupakan produk dari
kerjasama antara NET. TV dan Kepolisian Republik Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Konstruksi Pesan Disiplin
dalam Program Reality Show 86 Net Tv (Studi Analisis Framing
Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki)”
1
https://www.polri.go.id
2
A. Fokus Penelitian
Dilihat dari latar belakang di atas dapat menjadi acuan untuk
fokus penelitian maka perumusan masalah yang akan peneliti
ajukan adalah: Bagaimana net tv membingkai pesan disiplin dalam
tayangan program reality show 86?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian konteks penelitian dan fokus penelitian
diatas, maka tujuan penelitian dari penelitian ini adalah: untuk
mengetahui pesan yang ada dalam tayangan program reality show
86 net tv.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi referensi keilmuan dan
memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu komunikasi,
khususnya dibidang broadcasting yang berhubungan dengan
program penyiaran di stasiun televisi. Yang dalam hal ini tercakup
dalam jurusan ilmu komunikasi.
2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat menambah daya nalar kritis, serta
memberi kontribusi nyata pada pihak praktisi media dan insan
media untuk meningkatkan kualitas tayangan.
Bagi masyarakat sendiri, penelitian ini bisa menjadi suguhan
hiburan sekaligus refrensi dan acuan untuk memahami satu pesan
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Sebelumnya sudah ada beberapa peneliti yang melakukan
penelitian menggunakan analisis teks media. Namun terdapat
beberapa persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut antara lain:
1. Konstruksi Ideologi Muhammadiyah dalam Film Sang
Pencerah:Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan
Gerald M.Kosicki, oleh Nur Aini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Aini menemukan
bahwa pada teks struktur sintaksis dalam film Sang Pencerah,
penulis menyusun skenario khususnya berawal pada judul,
settingan latar serta pengemasan film dan diakhir cerita film ini,
serta berdirinya Muhammadiyah sebagai solusi. Pada struktur
skrip, menjelaskan tentang alur atau inti cerita yang terjadi dalam
film Sang Pencerah, yakni berawal dari kelahiran Ahmad Dahlan,
hingga beliau dewasa dan hadir dengan membawa pembaharuan.
Pada struktur tematik, film dikonstruk dengan menganalisa fakta
sekaligus memberi gambaran karakter tokoh dan pemakaian bahasa
yang berani dan lugas. Dan terkahir, pada struktur retoris, terdapat
tekanan dalam memperkuat film dengan gambar dan kata-kata
sebagai penyemangat.
Persamaannya terletak pada jenis model framing yang
digunakan, yakni sama-sama menganalisis film menggunakan
Adapun perbedaannya terletak pada unit analisis dan objek
kajiannya. Di mana pada penelitian terdahulu meneliti tentang
ideologi suatu organisasi yang terdapat dalam sebuah film,
sedangkan dalam penelitian ini meneliti pesan disiplin suatu
lembaga yang tedapat dalam suatu progam acara bertajuk reality
show di media televisi.
2. Iklan Sebagai Representasi Budaya Masyarakat Indonesia: Studi
Analisis Semiotik Iklan Rokok A Mild Versi Taat Cuma Kalo Ada
yang Liat, oleh Lina Masruuroh.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina Masruuroh
menemukan bahwa alur cerita yang dibentuk dari petanda dan
penanda dalam iklan A Mild Versi Taat Cuma Kalo Ada yang Liat
ini benar-benar menunjukkan potret atau representasi budaya sosial
masyarakat Indonesia yang diketahui dari makna denotatif dari
iklan tersebut, makna tersebut antara lain: pelanggaran lalu lintas
oleh seorang gadis remaja yang mengendarai mobil: kendaraan
pada iklan yang menggambarkan status sosial pengendaranya: dan
tindakan pelanggaran yang tertangkap basah oleh petugas lalu
lintas (polisi). Selain makna denotatif, ditemukan pula makna
kontatif, antara lain: pemakaian gadis remaja dalam iklan
mengkonotasikan jumlah penduduk Indonesia yang didominasi
oleh perempuan: di dalam iklan berisi sindiran yang mencoba
menyuguhkan realitas kondisi bangsa Indonesia pada masa
bagaimana dengan yang lebih besar: slogan “Taat Cuma Kalo Ada
yang Liat” mengkonotasikan pada kondisi.
Persamaannya terletak pada jenis penelitian yang digunakan,
yakni sama-sama menggunakan analisis teks media. Serta lingkup
pembahasannya yang juga berkaitan dengan budaya setempat.
Adapun perbedaannya terletak pada teknik analisis data yang
digunakan. Di mana pada penelitian terdahulu menggunakan
analisis semiotik Roland Barthes, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki
F. Definisi Konsep
Konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.
Penentuan dan perincian konsep sangat penting dalam menjelaskan
jangkauan operasionalnya. Penegasan dari konsep yang dipilih
perlu untuk menghindari salah pengertian tentang arti konsep yang
digunakan. Karena konsep bersifat abstrak, maka perlu upaya
penerjemahan dalam bentuk katakata sedemikian rupa hingga dapat
diukur secara empiris.
Judul penelitian ini adalah “ KONSTRUKSI PESAN
DISIPLIN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW 86 NET TV
PADA TANGGAL 1-30 AGUSTUS (Studi Analisis Framing
Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki)”. Judul ini memberi
pemahaman tentang pesan disiplin dalam tayangan reality show
demikian, untuk menghindari masalah kesalahpahaman terhadap
pengertian yang dimaksud, serta nantinya dapat dijadikan acuan
untuk menelusuri atau meneliti, maka perlu dijelaskan terlebih
dahulu konsep dari judul penelitian ini secara rinci, antara lain:
1. Konstruksi Pesan menurut kamus komunikasi, definisi
konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai
generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan
diukur.3 Dan yang dimaksud konstruksi sendiri merupakan
pembuatan, rancangan bangunan, penyusunan, pembangunan
(bangunan), susunan bangunan. Aktifitas untuk membangun
suatu sistem.
Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang
ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada
komunikan. Pesan dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud
antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi pesan
merupakan salah satu unsur sangat penting. Proses komunikasi
terjadi dikarenakan adanya pesan yang ingin disampaikan
kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun lisan,
yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna yang
telah disepakati antara pelaku komunikasi. Message merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.4
3
Onong uchjana effendi, Kamus Komunikasi (bandung: mandar maju, 1989), hlm. 264
4
2. Disiplin merupakan sikap yang selalu tepat janji dan taat pada
peraturan yang ada sehingga dapat dipercaya oleh orang lain.
Disiplin berasal dari bahasa latin yang berarti belajar yang
akhirnya dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti
pengajaran atau pelatihan. Namun yang dimaksud dengan
disiplin dalam penelitian ini adalah kepatuhan masyarakat
dengan tata tertib aturan hukum di jalan raya dalam tayangan 86
. baik berbentuk dialog maupun gambar.
3. Tayangan Program Reality Show 86 Net Tv 1-30 Agustus 2015
adalah Program reality show berdurasi 30 menit yang di
tayangkan pada stasiun Net Mediatama televisi pada 2 agustus
2014. 86 berkisah tentang penegakan hukum oleh anggota
kepolisian republik indonesia
4. Analisis framing dalam perspektif komunikasi merupakan
sebuah analisis yang dipakai untuk membedah cara-cara atau
ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini
mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke
dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti
atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai
perspektifnya. Dalam penelitian ini, model framing yang
digunakan adalah model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki, yang membagi perangkat framing menjadi empat
tematik, dan struktur retoris untuk mengetahui bagaimana
konstruksi pesan disiplin yang ditampilkan dalam tayangan 86.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti hendak menganalisis bagaimana
konstruksi ideologi yang ditampilkan dalam program reality show
86 net tv , serta pesan apa yang ingin disampaikan melalui program
reality show 86 ini . Kemudian jenis analisis yang peneliti gunakan
adalah analisis teks media dengan pendekatan framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Berikut adalah gambar
kerangka pikir peneliti:
Gambar. 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Reality show 86 Net TV
Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M
Retoris Tematik
Skrip Sintaksis
Dalam gambar tersebut, dijelaskan bahwa pendekatan yang
digunakan untuk meneliti tayangan 86 net tv adalah pendekatan
framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang mana
dalam model tersebut perangkat framing dibagi menjadi empat
struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur
tematik, dan struktur retoris.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Nyoman Kutha Ratna mengungkapkan pengertian mengenai
pendekatan penelitian, yakni suatu cara mendekati atau
menjinakkan sehingga hakikat objek dapat diungkap sejelas
mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok dalam penelitian
kualitatif dengan pertimbangan bahwa objek adalah abstraksi
kenyataan yang sesungguhnya.
Pendekatan perlu ditampilkan dalam metode penelitian
karena setiap penelitian dilakukan dengan menampilkan sudut
pandang, perspektif tertentu yang pada gilirannya menunjukkan
ciri-ciri dominasi tertentu. Ratna menegaskan pula bahwa
pendekatan 444 memiliki hubungan erat dengan model analisis
yang akan kita gunakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma kritis.
Penggunaan pendekatan ini didasari pemikiran: (1) paradigma ini
akhirnya iklan harus dipahami keseluruhan proses produksi dan
struktur sosialnya: (2) salah satu sifat dasar teori kritis adalah selalu
curiga dan mempertanyakan kondisi masyarakat dewasa ini.
Dalam pandangan kritis, media juga dipandang sebagai
wujud dari pertarungan ideologi antar kelompok-kelompok yang
ada dalam masyarakat. Titik penting dalam memahami media
menurut paradigma kritis adalah bagaimana media melakukan
politik pemaknaan. Sebagaimana pendapat Stuart Hall, yakni
makna tidak tergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi pada
praktik pemaknaan. Oleh karena itu, makna merupakan suatu
produksi sosial dan suatu praktik.5
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis teks media dengan pendekatan framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Jenis penelitian ini
digunakan dengan alasan:
Framing membuat suatu pesan lebih menonjol
Framing menempatkan informasi lebih daripada yang lain
sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut;
Framing lebih menekankan bagaimana seseorang
memproses informasi pada dirinya.
Pendekatan framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki ini sendiri terbagi dalam empat struktur besar, yaitu:
5
struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur
retoris
2. Unit Analisis
Yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah
satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian.
Dalam penelitian ini sendiri, yang termasuk dalam unit analisisnya
adalah program reality show 86 net tv yang ditayangkan pada
bulan agustus 2015 . Dan dibatasi hanya pada frame yang
menggambarkan konstruksi pesan disiplin. Baik di dalamnya
tercakup audio, visual gambar, property, teks dialog, serta body
language dari pemainnya
3. Jenis dan Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitan adalah
subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan
kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi,
maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses
sesuatu.6 Misal, peneliti yang mengamati tumbuhnya jagung,
sumber datanya adalah jagung. Yang terakhir, apabila peneliti
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang
6Suharsini Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
menjadi sumber data, sedang isi catatan adalah subjek penelitian
atau variabel penelitian.
Oleh karena itu, dalam hal ini ada dua jenis data yang
nantinya akan mendukung penelitian, diantaranya:
1. Data primer, Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
data utama di lapangan. Dalam penelitian ini, data primer berupa
dokumentasi yang terdapat dalam sebuah tayangan program acara
televisi net 86 yang diakses peneliti melalui media sosial seperti
youtube. Kemudian dipilih visual atau gambar, dan teks (skrip) dari
adegan-adegan tayangan per episode diperlukan untuk penelitian
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari perantara atau
sumber kedua. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari
literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti kamus,
buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, internet, catatan kuliah,
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis, dan
sebagainya.
4. Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian analisis
framing ini, antara lain:
a. Mencari topik yang menarik
Mencari topik merupakan langkah awal yang dilakukan
dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba
mengeksplorasi topik yang peneliti anggap menarik. Sehingga
dalam media massa yang terdapat di program reality show net
86 dengan mengunakan analisis framing untuk menyoroti
konstruksi ideologi lembaga kepolisian baik yang terdapat di
sana dan menurut peneliti, sepintas tayangan ini memiliki yang
berbeda dari realita yang terjadi selama ini di masyarakat.
b. Merumuskan masalah.
Masalah dirumuskan berdasarkan sisi menarik topik yang
akan dikaji oleh peneliti beserta dengan tujuan yang hendak
dicapai
c. Merumuskan manfaat
Manfaat dirumuskan berdasarkan dua pandangan, yakni
pandangan teoritis dan praktis.
d. Menentukan metode penelitian
Pada tahap ini peneliti memutuskan untuk menggunakan
penelitian analisis framing Dikarenakan tujuan dari peneliti
adalah untuk membingkai program reality show 86 net
Menentukan metode pengolahan data. Untuk mengolah data
penelitian tersebut, peneliti akan mengolahnya dengan empat
struktur kategori dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,
yaitu dengan struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik,
dan struktur retoris.
e. Mengklasifikasi data, yang meliputi:
2) Memberikan alasan mengapa teks tersebut dipilih dan perlu
diidentifikasi
3) Menentukan model analisis framing yang digunakan dalam
penelitian tersebut
f. Menganalisis data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis
framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang merupakan hasil pengembangan dari teori Van Dijk sebagai
analisa data.
g. Menarik kesimpulan7
Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian
yang sudah dianalisa dan tersusun secara sistematis.
5. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung dan
bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara
menonton dan mengamati teliti dialog-dialog serta
adegan-adegan dalam tayangan reality show net 86 kemudian mencatat,
memilih dan menganalisisnya sesuai dengan model penelitian
yang digunakan.
b) Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal yang berkaitan
dengan tayangan reality show 86 melalui internet dan
buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
7
Sugiyono menyatakan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.8
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis
framing. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana
realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan
konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu
dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.9
Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji
pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dll) yang
dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses
konstruksi yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi
dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk
menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai
kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 244
9
lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih
mengena dalam pikiran khalayak.10
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis
framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang
merupakan hasil pengembangan dari teori Van Dijk sebagai analisa
data. Perangkat framing yang mereka sajikan dalam meneliti suatu
media melalui struktur bahasa yang digunakan dalam
mengkonstruksi suatu realitas. Framing dapat diartikan sebagai
cara untuk mengetahui bagaimana media membingkai atau
mengemas isu atau peristiwa melalui teks yang terdapat dalam isi
media.
Berikut adalah skema framing Zhongdang Pan dan Gerald
M.Kosicki:
10
Gambar. 1.1 Skema Framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki
Pan dan Kosicki membagi perangkat framing ke dalam
empat struktur golongan besar yaitu, Sintaksis, Skrip, Tematik, dan
Retoris. K eempat struktur tersebut merupakan rangkaian yang
menunjukan framing dari suatu media.
1. Struktur Sintaksis. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa — pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan dan peristiwa — ke dalam bentuk susunan kisah berita.
Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan
berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi
yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, pernyataan, serta
peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam
bentuk umum berita. Namun, karena pada penelitian ini peneliti
hendak menganalisis tayangan reality show, maka yang akan
diamati adalah judul, latar, keadaan, dan akhir cerita yang terdapat
dalam tayangan.
2. Struktur Skrip. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam
bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita
atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas
peristiwa ke dalam bentuk berita. Sehingga, dalam penelitian ini
akan diamati bagaimana unsur cerita yang terdapat dalam sebuah
tayangan di televisi.
3. Struktur Tematik. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu
diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Dalam hal ini, unsur
tersebut terletak pada pengaturan gambar dan dialog yang
digunakan.
4. Struktur Retoris. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan
enekankan arti tertentu ke dalam berita. Dengan kata lain, struktur
retoris akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata,
idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung
Maka dalam penelitian ini hal tersebut terletak pada scene
-scene yang menggambarkan pesan disiplin. Pada akhirnya, setelah dilakukan analisis framing melalui perangkat sintaksis, skrip,
tematik, dan retoris, selanjutnya peneliti akan mampu
mengidentifikasi serta mengklasifikasikan dalam program reality
show 86 net tv.
I. Sistematika pembahasan
Dalam penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, yang
dapat dipakai untuk memudahkan bagi peneliti untuk mengurutkan
pembahasan yang hendak dikajinya, serta meberikan gambaran
yang lebih jelas pada skripsi ini, adapun sistematika pembahasan
ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari Konteks Penelitian, Fokus
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian
Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep, Metode
Penelitian dan Sistematika Pembahasan
BAB II KAJIAN TEORETIS
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian
Pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk
menelaah objek kajian), dan Kajian Teori (teori yang
BAB III PENYAJIAN DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi
Subyek Penelitian, dan Deskripsi Data Penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan
Penelitian, bagaimana data yang ada itu digali dan
ditemukan beberapa hal yang mendukug penelitian, dan
Konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan
penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi,
yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang
dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat
Dalam Kamus Ilmiah Populer konstruk merupakan konsepsi,
bentuk susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun, melukis,
dan memasang. Pengertian Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan
atau susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata.1
Sedangkan menurut Kamus Komunikasi, definisi konstruksi adalah
suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang
khusus, yang dapat diamati dan diukur.2 Dan yang dimaksud konstruksi
sendiri merupakan pembuatan, rancangan bangunan, penyusunan,
Aktifitas untuk membangun suatu sistem.
b. Pesan
Menurut Onong Uchjana Effendy, menyatakan bahwa pesan
adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari
pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang,
bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.
Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah “produk
fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber encoder” (Siahaan,
1
Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: balai
pustaka, 2005), hlm. 590.
2
1991). Kalau berbicara maka “pembicara” itulah pesan, ketika menulis
surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Sedangkan
pesan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berupa lambang atau
tanda seperti kata-kata (tertulis ataupun lisan), gesture dll.
Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang
ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan
dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud antara komunikator dan
komunikan. Dalam komunikasi pesan merupakan salah satu unsur
sangat penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan
yang ingin disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis
maupun lisan, yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna
yang telah disepakati antara pelaku komunikasi. Message merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.3
Jadi pesan adalah kata-kata baik tulisan maupun lisan yang akan
disampaikan pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan
(komunikan) untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan konstruksi pesan adalah
aktifitas untuk membangun suatu makna kepada orang lain.
c. Disiplin
Disiplin adalah suatu sistem ajaran mengenai kenyataan atau
gejala- gejala yang ada dan hidup di tengah pergaulan yang berusaha
menentukan apa yang seharusnya dan patut di lakukan dalam
3
menghadapi kenyataan.4 Artinya disiplin lahir dari sebuah kata sifat
yang di dasarkan pada kebiasan hidup orang banyak dan berusaha
menjadi satu pengawasan ketika akan melakukan sesuatu.
Kata disiplin sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti
belajar yang akhirnya dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti
pengajaran atau pelatihan. Dapat diartikan kata disiplin adalah suatu
sikap yang selalu tepat janji dan taat pada peraturan yang ada sehingga
dapat dipercaya oleh orang lain. Pada saat ini kata disiplin mengalami
beberapa perkembangan arti yang berarti kepatuhan pada peraturan atau
tunduk pada pengawasan dan pengendalian.
Ada beberapa jenis disiplin yakni, disiplin analytis dan disiplin
perspektif. Disiplin analitis merupakan sistem ajaran yang
menganalisa,memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang di hadapi
sedangkan disiplin prespektif merupakan sistem ajaran ang menentukan
apakah yang seharusnya di lakukan untuk menghadapi kenyataan
tertentu. 5
Dalam hal ini ketika disiplin di kaitkan dengan pembahasan dari
objek penelitan yang di kaji oleh penulis maka kata disiplin yang di
maksudkan adalah disiplin dalam kaidah ilmu hukum yang bermaksud
untuk menentukan apa yang seharusnya di lakukan untuk menghadapi
kenyataan. Kaitan disiplin dalam pembahasan ini bertujuan untuk
menetapkan apa yang seharusnya dan sepantasnya di lakukan dengan
sanksi yang mengikat serta melindungi hak dan kepentingan yang
4
Dr. Agus Sudaryanto, SH., MH, Pengantar Ilmu Hukum, (Malang: Cita Intrans Selaras, 2015) hlm, 21
5
berhubungan dengan dalam kehidupan bernegara pada umunya dan
kehidupan bermasyarakat pada khususnya.
d. Tayangan Reality show
Tayangan acara televisi memang menarik untuk di kaji lebih
dalam karena medium komunikasi massa layar gelas ini mampu
memberikan arahan dan masukan kepada pemirsa untu bersikap dan
berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Namun, keberhasilan
sebuah tayangan acara televisi harus pula diimbangi oleh membaiknya
daya nalar permirsa dengan tingginya tingkat pendidikan mereka.
Sebagai sarana komunikasi massa media massa telah banyak
memberikan arus perubahan sosial. Baik secara perlahan maupun cepat.
Dengan televisi pemirsa memiliki pengetahuan sosial secara general
tentang berbagai sisi kehidupan lain yang berada di luar lingkungan
kehidupan mereka.
Kekuatan media televisi yang bisa menembus jarak, ruang dan
waktu dan juga memberikan sebuah fenomena yang menarik dalam
membentuk perilaku sosial di masyarakat dan sebagai bentuk dari self
control public yang mampu mengontrol lingkungan sosial secara
personal dalam kehidupan bermasyarakat. Tayangan reality show
adalah program acara televisi yang menyajikan adegan-adengan
tentang keseharian realitas yang terjadi di masyarakat secara nyata (rill).
Adegan- adegan yang terjadi dalam suatu reality show seolah-olah
biasa dan bukan artis dengan tema umumnya menampilkan kenyataan
yang di modifikasi. 6
Program reality sebagai perekaman dari kegiatan- kegiatan
kehidupan seseorang atau grup usaha untuk menstimulasi kegiatan
kehidupan nyata melalui berbagai bentuk rekonstruksi dramatis dan
penggabungan ke semuanya itu ke dalam suatu program televisi yang di
kemas secara menarik. Tema yang dijadikan jaln cerita dari sebuah
reality show berdasrkan kisah nyata yang mana dalam kehidupan sosial
masyarakat memiliki pebedaan dari status siosialnya dan di ambil dari
masyarakat biasa dan bukan artis.
Adapun bentuk- bentuk dari tayangan reality show adalah :
a. Hidden camera : merupakan kamera video yang diletakkan tersembunyi dan digunakan untuk merekam orang dan aktivitasnya
tanpa mereka ketahui / sadari sebelumnya .
b. Competition show : program ini melibatkan beberapa rang yang saling bersaing dalam berkompetisi yang berlangsung selama
beberapa hari atau beberapa minggu untuk memenangkan
perlombaan, permainan atau pertanyaan. Setiap peserta akan
tersingkir satu persatu memulai pemungutan suara (voting) baik oleh
peserta sendiri ataupun audien. Pemenangnya adalah mereka yang
paling lama bertahan.
c. Relationship show : seorang kontestan harus memilih satu sejumlah orang yang berminat untuk menjadi pasangannya.para peminat harus
6
Imelda Bancin, Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan
bersaing untuk merebut perhatian dari kontestan agar tidak tersingkir
dari permainan. Pada setiap episode ada seorang peminat yang
tersingkir dari acara.
d. Fly on the wall : program acara yang memperlihatkan kehidupan keseharian dari seseorang ( biasanya orang terkenal ) mulai dari
kegiatan pribadi hingga aktivitas profesionalnya. Dalam hal ini,
kamera membuntuti kemana saja orang bersangkutan pergi.
e. Mistik : program yang berkaitan hal-hal supranatural menyajikan
tayangan terkait dengan dunia ghaib, para normal, praktik spirilitual
magis. Acara ini melakukan kontak langsung dengan roh atau arwah
orang yang sudah meninggal. Program acara mistik menggunakan
realitas dari para pesertanya apakah melihat penampakan dari roh
atau tidak.
2. Analisis Framing
a. P engertian Framing
Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu
komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan
aspek-aspek khusus sebuah realita olehmedia. Dalam ranah studi
komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan
pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis
fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk
membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta.
Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan
atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai
perpektifnya. Ada beberapa definisi framing dalam Eriyanto. Definisi
tersebut dapat diringkas dan yang disampaikan oleh beberapa ahli.
Meskipun berbeda dalam penekanannya dan pengertian. Masih ada titik
singgung utama dari definisi tersebut, yaitu antara lain:
1) Menurut Robert Etman
Proses seleksi di berbagai aspek realitas sehingga aspek tertentu
dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lainnya. Ia juga
menyatakan informasi-informasi7 dalam konteks yang khas sehingga
tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lainnya.
2) Menurut Todd Gitlin
Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak
menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan
dengan seleksi, pengulangan, penekanan dan presentasi aspek tertentu
dari realitas.
3) Menurut David Snow dan Robert Benford
Pemberian makna untuk ditafsirkan peristiwa dari kondisi yang
relevan. Frame mengorganisasikan system kepercayaan dan diwujudkan
dalam kata kunci tertentu, seperti anak kalimat, citra tertentu, sumber
informasi dan kalimat tertentu.
7
4) Menurut Zhongdan Pan dan Gerald M. Konsicki
Sebagai konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi
yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa
dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.8
Proses pembentukan dan konstruksi realita tersebut hasil akhirnya ada
bagian-bagian tertentu yang ditonjolkan dan ada bagian-bagian yang
lain disamarkan atau bahkan dihilangkan. Aspek yang tidak ditonjolkan
kemudian akan terlupakan oleh khalayak karena khalayak digiring pada
satu realitas yang ditonjolkan oleh media tersebut.
Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh
media. Di tambah pula dengan berbagai kepentingan, maka konstruksi
realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan
dengan berita tersebut.9 Disini media memberikan ruang kepada salah
satu realita untuk terus ditonjolkan. Dan ini merupakan sesuatu realita
yang direncanakan oleh suatu media untuk ditampilkan. Dalam
menampilkan suatu realita ada pertimbangan terkait dengan pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan. Secara selektif media menyaring berita,
artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Seperti menyunting bahkan
wartawan sendiri memilih mana berita yang disajikan dan mana yang
disembunyikan.
Dengan demikian media mempunyai kemampuan untuk
menstruktur dunia dengan memilah berita tertentu dan mengabaikan
yang lain. Media membentuk citra seperti apa yang disajikan oleh
8
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,Hal 67-68
9
media dengan cara menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah realitas
dengan ruang dan waktu secara tertentu. Ada dua aspek dalam framing,
yaitu:
1) Memiliki fakta atau realitas
Proses pemilihan fakta adalah berdasarkan asumsi dari
wartwan akan memilih bagian mana dari realitas yang
akan diberitakan dan bagian mana yang akan dibuang.
Setelah itu wartawan akan memilih angle dan fakta
tertentu untuk menentukan aspek tertentu akan
menghasilkan berita yang berbeda dengan media yang
menekankan aspek yang lain.
2) Menuliskan fakta
Proses ini berhubungan dengan penyajian fakta yang
akan dipilih kepada khalayak. Cara penyajian itu
meliputi pemilihan kata, kalimat, preposisi, gambar dan
foto pendukung yang akan ditampilkan. Tahap
menuliskan fakta itu berhubungan dengan penonjolan
realitas. Aspek tertentu yang ingin ditonjolkan akan
mendapatkan alokasi dan perhatian yang lebih besar
untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam
b. Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan
Gerald M. Kosicki
Disiplin ilmu ini bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa
konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu
perilaku. Secara sederhana, analisis framing mencoba untuk
membangun sebuah komunikasi bahasa, visual, dan pelaku dan
menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan
mengklasifikasikan informasi baru.
Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan
diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam
hubungannya dengan ide penulis. Framing didefinisikan sebagai proses
membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih
daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut,
menurut Pan dan Konsicki ada dua konsep dari framing yang saling
berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis yaitu:
Dalam konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan
informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen
tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam
kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih
penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat
keputusan tentang realitas. sedangkan konsep sosiologis framing
dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan,
mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk
Dalam Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki, kedua konsep
tersebut diintegrasikan. Secara umum konsepsi psikologis melihat
frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi
sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi
seseorang. Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan
empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa
dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal
interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang
dianggap penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu
menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang
memprediksikan penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi
moral penilaian atas penyebab masalah.10 Dalam model Zhongdan Pan
Konsicki, yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar, yaitu:
struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.
1. Struktur Sintaksis
Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun
peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan dan peristiwa ke
dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian, struktur
sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita (headline yang dipilih,
lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber
yang dikutip, pernyataan serta penutup). Intinya, ia mengamati
bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari
cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.11 Namun,
karena pada penelitian ini peneliti hendak menganalisis film, maka
yang akan diamati adalah judul, latar, keadaan, dan akhir cerita
yang terdapat dalam film.
2. Struktur Skrip
Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita.
Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur
yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam
bentuk berita.12 Sehingga dalam penelitian ini yang akan diamati
adalah bagaimana unsur dari inti cerita yang terdapat dalam film.
3. Struktur Tematik
St ruktur ini berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau
hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke
dalam bentuk yang lebih kecil.13 Dalam hal ini, unsur tersebut
terletak pada karakter tokoh, dialog, dan parenthetical.
4. Struktur Retoris
Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti
tertentu ke dalam berita. Dengan kata lain, struktur retoris akan
11
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 255
12 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 255-256
12
melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik,
dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,
melainkan juga memberi penekanan pada arti tertentu.14 Maka
dalam penelitian ini hal tersebut terletak pada scene atau gambar
visualisasi yang menunjukkan pesan pendidikan.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau
kecondongan sutradara dalam memahami suatu peristiwa dapat
diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat
diamati dari bagaimana sutradara menyusun peristiwa ke dalam
cerita, cara sutradara mengisahkan cerita, kalimat yang dipakai, dan
pilihan kata atau idiom yang dipilih. Ketika menulis cerita dan
menekankan cerita, sutradara akan memakai semua strategi untuk
meyakinkan khalayak penonton. Pendekatan itu dapat di gambar ke
dalam bentuk skema sebagai berikut:
14
c. Proses Framing
Dengan analisis framing juga untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi dan menulis berita. Proses pemberitaan dalam organisasi
media, akan sangat mempengaruhi suatu berita yang akan
diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas
dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideology institusi
media tersebut. Tiga proses framing dalam organisasik berita antara lin
sebagai berikut:
1) Proses framing sebagai metode penyajian realitas. Dimana
kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total,
melainkan dibalik secara halus. Dengan memberikan sorotan
aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang
mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur
dan alat-alat ilustrasi lainnya.
2) Proses Framing merupakan bagian yang tidak terpisahkan diproses
penyutingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian
media cetak redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur
pelaksana, dalam menetukan laporan reporter akan dimuat atau
tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.15
3) Proses framing juga tidak hanya melibatkan para pekerja pers,
tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus
15
Muhammad Qodari, Papua Merdeka dan Pemaksaan Skenario Media. Maret-April,
tertentu, yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi
yang ingin ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain.16
Dalam analisis yang akan dilakukan pertama kali adalah melihat
bagaimana media mengkonstruksi suatu realita. Peristiwa dipahami
bukan sesuatu yang taken for Grated, sebaliknya wartawan dan
medialah yang secara aktif membentuk realitas. Realitas tercipta
dalam konsepsi wartawan. Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang
diabstrakan menjadi peristiwa yang kemudian hadir dihadapan
khalayak. Jadi, bagaimana media membingkai peristiwa dalam
konstruksi tertentu, sehinggan yang menjadi titik perhatian bukan
apakah media memberikan negative atau positif, melainkan
bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.
d. Efek Framing
Framing berkaitan dengan bagaimana realitas di bingkai dan
disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa saja dibingkai dan
dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa saja
akan sangat berbeda. Realitas begitu komplek dan penuh dimensi,
ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas satu dimensi.
Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. Bagaimana
peristiwa dipahami sumber siapa yang diwawancarai. Peristiwa yang
sama dapat menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang
berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda.17
16
Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas
social yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan
dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi
logika tertentu. Teori framing menunjukan bagaimana jurnalis membuat
simplikasi, prioritas dan struktur tertentu dalam peristiwa. Karenanya
framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahamin oleh media
dan ditafsirkan dalam bentuk berita. Karena media melihat peristiwa
dari kacamata tertentu. Maka realitas setelah dilihat oleh khalayak
adalah realitas yang sudah terbentuk oleh bingkai media.
Framing pada umunya ditandai dengan menonjolkan aspek
tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai focus
berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya
adalah aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai.
Disini, menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek lain yang
penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang
memadai dalam berita. Berita juga sering kali memfokuskan
pemberitaan aktor tertentu. Tetapi efek yang akan segera terlihat adalah
memfokuskan apda satu pihak actor tertentu yang menyebabkan actor
lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi
tersembunyi.18
17
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 140
18
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas
Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang
mendukung dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah factor
Ekonomi, Politik, Idiologi, yaitu sebagai berikut:
a. Ekonomi
Isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi.
Factor pemilik media, modal dan pendapatan media sangat menentukan
bagaimana wujud isi media. Factorfaktor inilah, yang menentukan
peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam
pemberitaannya, serta kearah mana kecenderungan pemberitaan sebuah
media hendak diarahkan..
Isi media juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal
diluar diri pengelola media. Pengelola media dipandang sebagai entitas
yang aktif, dan ruang lingkup pekerjaan mereka dibatasi berbagai
strukur yang mamaksanya untuk memberitakan fakta dengan cara
tertentu. Bahkan ketika factor capital telah menjadi unsure yang
esensial dalam system suatu Negara hingga menciptakan fenomena
konglomerasi media, maka media hanya merupakan alat produksi yang
disesuaikan dengan tipe umum industry kapitalis beserta factor produksi
dan hubungan produksinya. Media cenderung dimonopoli oleh kelas
kapitalis yang penanganannya dilaksanakan untuk memenuhi
kepentingan kelas social tertentu. Para kapitalis melakukan hal tersebut
dengan mengeksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material
kapitalis juga bekerja secara ideologis dengan menyebarkan ide dan
cara pandang kelas penguasa, yang menolak ide lain yang dianggap
berkemungkinan untuk menciptakan perubahan atau mengarah kepada
terciptanya kesadaran kelas pekerja akan kepentingannya.14Maka
proses konstruksi realitas diselaraskan dengan
pertimbangan-pertimbangan modal.
Menurut Murdock dan golding, efek kekuatan ekonomi tidak
berlangsung secara acak tetapi terus menerus: “Mengabaikan suara
kelompok yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan sumber daya.
Perimbangan untung rugi diwujudkan secara sistematis dengan
memantapkan kedudukan kelompok-kelompok yang tidak memiliki
modal dasar yang diperlukan untuk mampu bergerak. Oleh karena itu
pendapat yang dapat diterima kebanyankan berasal dari kelompok yang
cenderung tidak melancarkan kritik terhadap distribusi kekayaan dan
kekuasaan yang berlangsung. Sebaliknya mereka cenderung menantang
kondisi semacam itu tidak dapat mempublikasikan ketidakpuasan atau
ketidaksetujuan mereka karena mereka tidak mampu menguasai sumber
daya yang diperlukan untuk menciptakan komunikasi efektif terhadap
khalayak luas”.
Dalam konteks seperti ini, aktifitas jurnalis dengan sikap
partisan yang sangat tinggi bersifat negative. Para penerbit lebih
memilih pencapaian sirkulasi yang tinggi untuk menarik minat
pemasang iklan, dibandingkan tulisan jurnalis yang sangat bagus.
pembaca potensialnya. Terlebih lagi ketika control kepemilikan
berpusat diantara satu atau tiga pemilik, sikap partisan jurnalis harus
mengabdi pada kepentingan pemilik media dan pemasang iklan
daripada mewakili kepentingan masyarakat.
b. Politik
Sistem politik yang diterapkan oleh sebuah Negara ikut
menentukan mekanisme kerja, serta mempengaruhi cara media massa
dalam mengkonstruksi realitas. Dalam sistem nagara yang otoritan,
selera penguasa menjadi acuan dalam mengkonstruksi realita.
Sebaliknya dalam iklim politik yang liberal, media massa mempunyai
kebebasan yang sangat luas dalam mengkonstruksi realitas. namun,
satusatunya kebijakan yang dipakai adalah kebijaksanaan redaksi media
masing-masing yang boleh jadi dipengaruhi oleh kepentingan idealis,
ideology, politis dan ekonomis. Tetapi apapun yang menjadi
pertimbangan adalah adanya realitas yang ditonjolkan bahkan
dibesar-besarkan, disamakan atau bahkan tidak diangkat sama sekali dalam
setiap pengkonstruksian realitas.
c. Ideologi
Ketika media dikendalikan oleh berbagai kepentingan ideologis
yang ada dibaliknya, media sering dituduh sebagai perumus realitas,
sesuai dengan ideology yang melandasinya, bukan menjadi cermin
realitas. ideology tersebut menyusup dan menanamkan pengaruhnya
lewat Media secara tersembunyi dan mengubah pandangan seseorang
dua pengertian yang saling bertolak belakang. Secara positif, ideology
dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai-nilai
suatu kelompok social tertentu untuk membela dan memajukan
kepentingan-kepentinagan mereka.
Sedangkan secara negative, ideology dilihat sebagai kesadaran
palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara
memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas social. Sebuah
media yang lebih ideologis umumnya muncul dengan konstruksi
realitas yang bersifat pembelaan terhadap kelompok yang sealiran dan
penyerahan kepada kelompok yang berbada haluan. Dalam system
libertarian, kecenderungan ini akan melahirkan fenomena media
partisan dan non partisan.
Disamping faktaor-faktor yang disebut, masi banyak factor lain
yang berpotensi yang mempengaruhi konstruksi realitas media yaitu,
kepentingan-kepentinagn yang bersifat tumpang tindih pada tingkat
perorangan atau kelompok dalam sebuah organisasi media yakni
kepentingan agama, kedaerahan, serta struktur organisasi media itu
sendiri. Sedangkan factor internalnya adalah berupa kebijakan
redaksional media, kepentingan para pengelolah media dan relasi media
dengan sebuah kekuatan tertentu. Disamping itu seorang jurnalis juga
mempunyai sikap, nilai, kepercayaan, dan orientasi tertentu dalam
politik, agama, ideology, dan semua komponen yang berpengaruh
etnisitas, turut pula mempengaruhi jurnalis dalam mengkonstruksi
realitas.
B. Kajian Teori
1. Teori Konstruktivisme
Paradigma ini hampir merupakan antithesis terhadap paham
yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham
ini menyatakan bahwa positivism dan post positivisme keliru dalam
mengungkap realitas dunia dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh
paham yang bersifat konstruktif. Secara ontologi, aliran ini menyatakan
bahwa realitas itu ada dalam bentuk konstruksi mental yang didasarkan
pada pengalaman sosial, bersifat local dan spesifik, serta tergantung
pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati
seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang
sebagaimana yang biasa dilakukan di golongan positivis atau post
positivis. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa
hubungan epistimologis antara pengamat dan obyek merupakan satu
kesatuan, subyektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara
keduanya.
Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode
hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode
pertama yang dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi
pendapat per orang, sedangkan metode kedua mencoba untuk
diperoleh melalui metode pertama, untuk memperoleh suatu kosensus
kebenaran yang disepakati bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari
suatu kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat relative,
subyektif dan spesifik mengenai hal-hal tertentu.19
Kemunculan paradigma konstruktivisme melalui proses yang
cukup lama, setelah sekian generasi ilmuan memegang teguh positivism
selama berabad-abad. Aliran ini muncul setelah sejumlah ilmuan
menolak prinsip dasar positivism, yaitu: (1) ilmu merupakan upaya
mengungkap realitas; (2) hubungan subyek dan obyek penelitian harus
dapat dijelaskan; (3) hasil temuan yang memungkinkan untuk
digunakan dalam proses generalisasi pada waktu dan tempat yang
berbeda. Implikasi pandangan ini adalah bahwa fenomena yang akan
diteliti (1) harus dapat diobservasi dan (2) harus dapat diukur, serta (3)
eksistensi fenomena tersebut, harus dapat dijelaskan melalui
karakteristik yang ada di dalamnya.
a. Komponen Keilmuan
Dilihat dari aksioma keilmuan yang dikembangkan (baik
ontologi, epistimologi, maupun metodologi, paradigm ini secara frontal
bertolak belakang dengan paradigma positivisme).
Pada sisi ontologi, paradigma ini menyatakan bahwa realitas
bersifat sosial dan karenanya akan menumbuhkan bangunan teori atas
realitas majemuk di dalam masyarakat. Oleh karenanya, dalam
memandang suatu fenomena alam atau sosial, paham ini menganut
19
prinsip realitivitas. Jika dalam positivism tujuan penemuan ilmu adalah
untuk membuat generalisasi terhadap fenomena alam lainnya, maka
dalam konstruktivisme tujuan itu lebih condong kepada penciptaan ilmu
yang diekspresikan dalam bentuk pola-pola teori, jaringan atau
hubungan timbal balik sebagai hipotesis kerja, bersifat sementara, local
dan spesifik.
Pada sisi epistimologi, hubungan periset dan obyek yang diteliti
bersifat interaktif, sehingga fenomena dan pola-pola keilmuan dapat
dirumuskan dengan memperhatikan gejala hubungan yang terjadi
diantara keduanya. Karena itu, hasil rumusan ilmu yang dikembangkan
juga sangat subyektif.
Pada sisi metodologi, paham ini secara jelas menyatakan bahwa
penelitian harus dilakukan di luar laboratorium, yaitu di alam bebas,
secara wajar guna menangkap fenomena apa adanya dari alam, dan
secara menyeluruh tanpa campur tangan dan manipulasi dari pengamat
atau pihak periset.
b. Implikasi Paradigma
Terdapat sejumlah implikasi dari kemunculan paradigma
konstruktivisme ini. Pertama, fenomena interpretif yang dikembangkan
bisa menjadi alternative untuk menjelaskan fenomena realitas yang ad.
Jika demikian halnya, sangat mungkin terjadi pergeseran model
rasionalitas, yakni dari model rasionalitas, praktis yang menekankan