• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI PESAN DISIPLIN DALAM TAYANGAN PROGRAM REALITY SHOW 86 NET TV PADA TANGGAL 1-30 AGUSTUS 2015 : STUDI ANALISIS FRAMING DENGAN MODEL ZHONGDANG PAN DAN GERALD M KOSICKI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSTRUKSI PESAN DISIPLIN DALAM TAYANGAN PROGRAM REALITY SHOW 86 NET TV PADA TANGGAL 1-30 AGUSTUS 2015 : STUDI ANALISIS FRAMING DENGAN MODEL ZHONGDANG PAN DAN GERALD M KOSICKI."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Kosicki )

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Elin Suryani

NIM. B06212047

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Elin Suryani , B062120471, 2016. Konstruksi Pesan Disiplin dalam Tayangan

Reality show 86 Net TV (Analisis Framing Model Zhongdang dan

Gerald M. Kosicki). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Pesan Disiplin Tayangan 86 Net Tv, Framing.

Tayangan reality show adalah acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan mereka yang memiliki pekerjaan di bidang seni peran. Acara reality show umumnya menampilkan kenyataan yang di modifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pasca produksi lainnya.

Adapun fokus penelitian yang hendak dikaji pada penelitian ini adalah: Bagaimana struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan disiplin dalam program reality show 86 Net Tv ?

Hasil penelitian yang ditemukan antara lain: ( 1 ) Hilangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya berdisiplin dalam menaati setiap peraturan yang telah di tetapkan pemerintah di indonesia. ( 2 ) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang arti berdisiplin dan banyak di antara pelanggar aturan tata tertib menghindar dan merasa ketakutan ketika melihat polisi serta banyak yang melarikan diri dari upaya pendisiplinan yang dilakukan oleh petugas kepolisian. ( 3 ) Banyaknya pencitraan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam tayangan ini dan tidak sesuai dengan realita sosok polisi yang ada dalam dunia nyata.

Bertitik tolak dari penelitian ini, saran dari peneliti untuk tim Produksi tayangan reality show 86 Net TV selajutnya peneliti harapkan untuk memperhatikan kode etik jurnalistik mengenai hak perlindungan pelaku dan korban untuk selalu di samarkan yang berkaitan dengan tayangan ini. Karena peneliti masih melihat ada sebagian tayangan yang masih memperlihatkan wajah dari pelaku dan korban hal ini yang di khawatirkan adalah baik korban ataupun pelaku akan dikucilkan dari masyarakat sebagai tindakan pelanggaran norma hukum yang ada di masyarakat, mengingat di indonesia

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBIING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 5

F. Definisi Konsep ... 7

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 10

H. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Unit Analisis ... 13

3. Jenis dan Sumber Data ... 13

4. Tahapan Penelitian... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 17

I. Sistematika Pembahasan... 21

BAB II KAJIAN TEORITIS

b. Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 32

c. Proses Framing ... 37

d. Efek Framing ... 38

e. Faktor – faktor Konstruksi Realitas ... 40

(8)

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 49 1. Deskripsi Tayangan 86 ... 49 B. Deskripsi Data Penelitian ... 53

1. Struktur Sintaksis Pesan Disiplin dalam Tayangan 86

Net TV... 54

2. Struktur Skrip Pesan Disiplin dalam Tayangan 86

Net TV... 61

3. Struktur Tematik Pesan Disiplin dalam Tayangan 86

Net TV... 68

4. Struktur Retoris Pesan Displin dalam Tayangan 86

Net TV... 72

BAB IV ANALISA DATA

A. Temuan Penelitian ... 75

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 92

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 96 B. Rekomendasi ... 97

DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 10

Tabel 2.1 Tabel Framing ... 36

Tabel 3.1 Struktur Sintaksis Tayangan Program Reality Show 86 Net TV ... 54

Tabel 3.2 Struktur Skrip Tayangan Program Reality Show 86

Net TV ... 61

Tabel 3.3 Struktur Tematik Tayangan Program Reality Show 86 Net TV ... 68

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tayangan Program 86 Net TV ... 52

Gambar 3.2 Awal Scene Tayangan Program 86 Net TV ... 54

Gambar 3.3 Kasus Lalu Lintas Surabaya ... 55

Gambar 3.4 Kasus Operasi Lalu Lintas di Madiun ... 56

Gambar 3.5 Kasus Operasi Lalu Lintas di Bali ... 57

Gambar 3.6 Kasus Operasi Lalu Lintas di Makassar ... 58

Gambar 3.7 Kasus Operasi Lalu Lintas di Bandung ... 59

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Media massa merupakan salah satu sarana yang sangat efektif

dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Dengan adanya media

massa, manusia memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan

memperoleh berbagai informasi dengan begitu cepat.

Salah satu alat penyaluran media massa yang memiliki

konstribusi besar dalam kehidupan masyarakat adalah televisi. Saat

ini industri pertelevisian telah mengalami perkembangan sangat

pesat. Dibuktikan dengan beraneka ragamnya program acara dalam

satu stasiun televisi mulai dari sinetron, film televisi (ftv) , game

show atau bahkan reality show.

Reality show adalah acara televisi yang menggambarkan

adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario,

dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan

mereka yang memiliki pekerjaan di bidang seni peran. Acara reality

show umumnya menampilkan kenyataan yang di modifikasi,

seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau

situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan,

dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pasca produksi

(12)

Satu dari banyak stasiun televisi yang menayangkan program

acara reality show adalah Net Tv. Terdapat berbagai macam judul

reality show dalam stasiun Net Tv dan salah satu program reality

show yang terdapat di Net Tv bernama 86. Acara 86 ini

ditayangkan setiap hari di Net Tv dengan durasi tayang selama 30

menit. Dalam tayangan 86 ini berkisah tentang penegakan hukum

pada masyarakat.

Pada era globalisasi saat ini banyak sekali masyarakat yang

melakukan pelanggaran pada setiap tata aturan yang telah di

tentukan oleh pemerintah tidak terkecuali tata aturan kedisiplinan

dalam berkendara di jalan raya. Banyaknya aturan yang dilanggar

masyarakat, penyebab utamanya adalah populasi kendaraan

bermotor yang sangat massif, tidak disertai dengan kesadaran

masyarakat untuk berkendara dengan baik dan benar.

Contoh sederhananya banyak diantara pengendara baik

kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat yang sering

mengabaikan aturan rambu rambu lalu lintas, surat dan alat

kelengkapan dalam berkendara serta melanggar marka. Fenomena

ini terjadi di beberapa kota lain, mendarah daging dan

bertransformasi menjadi suatu “kearifan lokal”.

Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Mabes Polri hingga

September 2015 jumlah kasus kecelakaan lalu lintas mencapai

(13)

error, sifat tak disiplin pengendara di jalanan, dan mindset

masyarakat terkait kendaraan . 1

Berangkat dari realitas masyarakat pada saat ini yang selalu

ingin segala sesuatu lebih mobile dengan tanpa memikirkan aturan

– aturan kedisiplinan yang sudah ditentukan oleh pemerintah untuk

kepentingan kehidupan mereka. NET TV dengan prinsipnya yang

ingin selalu menghadirkan program yang inspiratif dan edukatif,

menayangkan “86” dengan harapan agar masyarakat dapat lebih

bijak dalam menentukan sikap terhadap

peraturan-peraturan negara.

Kami (NET.) berharap melalui program “86” masyarakat

Indonesia dapat lebih menyadari pentingnya berdisiplin dalam mematuhi aturan-aturan yang berlaku serta menghargai dan

membantu pihak kepolisian dengan cara mulai mendisiplinkan diri kita sendiri. jelas Roan Y. Anprira, Kepala Divisi Programming

dan Produksi NET TV.2 Program ini merupakan produk dari

kerjasama antara NET. TV dan Kepolisian Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Konstruksi Pesan Disiplin

dalam Program Reality Show 86 Net Tv (Studi Analisis Framing

Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki)”

1

https://www.polri.go.id

2

(14)

A. Fokus Penelitian

Dilihat dari latar belakang di atas dapat menjadi acuan untuk

fokus penelitian maka perumusan masalah yang akan peneliti

ajukan adalah: Bagaimana net tv membingkai pesan disiplin dalam

tayangan program reality show 86?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian konteks penelitian dan fokus penelitian

diatas, maka tujuan penelitian dari penelitian ini adalah: untuk

mengetahui pesan yang ada dalam tayangan program reality show

86 net tv.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi referensi keilmuan dan

memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu komunikasi,

khususnya dibidang broadcasting yang berhubungan dengan

program penyiaran di stasiun televisi. Yang dalam hal ini tercakup

dalam jurusan ilmu komunikasi.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat menambah daya nalar kritis, serta

memberi kontribusi nyata pada pihak praktisi media dan insan

media untuk meningkatkan kualitas tayangan.

Bagi masyarakat sendiri, penelitian ini bisa menjadi suguhan

hiburan sekaligus refrensi dan acuan untuk memahami satu pesan

(15)

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Sebelumnya sudah ada beberapa peneliti yang melakukan

penelitian menggunakan analisis teks media. Namun terdapat

beberapa persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut antara lain:

1. Konstruksi Ideologi Muhammadiyah dalam Film Sang

Pencerah:Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan

Gerald M.Kosicki, oleh Nur Aini.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Aini menemukan

bahwa pada teks struktur sintaksis dalam film Sang Pencerah,

penulis menyusun skenario khususnya berawal pada judul,

settingan latar serta pengemasan film dan diakhir cerita film ini,

serta berdirinya Muhammadiyah sebagai solusi. Pada struktur

skrip, menjelaskan tentang alur atau inti cerita yang terjadi dalam

film Sang Pencerah, yakni berawal dari kelahiran Ahmad Dahlan,

hingga beliau dewasa dan hadir dengan membawa pembaharuan.

Pada struktur tematik, film dikonstruk dengan menganalisa fakta

sekaligus memberi gambaran karakter tokoh dan pemakaian bahasa

yang berani dan lugas. Dan terkahir, pada struktur retoris, terdapat

tekanan dalam memperkuat film dengan gambar dan kata-kata

sebagai penyemangat.

Persamaannya terletak pada jenis model framing yang

digunakan, yakni sama-sama menganalisis film menggunakan

(16)

Adapun perbedaannya terletak pada unit analisis dan objek

kajiannya. Di mana pada penelitian terdahulu meneliti tentang

ideologi suatu organisasi yang terdapat dalam sebuah film,

sedangkan dalam penelitian ini meneliti pesan disiplin suatu

lembaga yang tedapat dalam suatu progam acara bertajuk reality

show di media televisi.

2. Iklan Sebagai Representasi Budaya Masyarakat Indonesia: Studi

Analisis Semiotik Iklan Rokok A Mild Versi Taat Cuma Kalo Ada

yang Liat, oleh Lina Masruuroh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina Masruuroh

menemukan bahwa alur cerita yang dibentuk dari petanda dan

penanda dalam iklan A Mild Versi Taat Cuma Kalo Ada yang Liat

ini benar-benar menunjukkan potret atau representasi budaya sosial

masyarakat Indonesia yang diketahui dari makna denotatif dari

iklan tersebut, makna tersebut antara lain: pelanggaran lalu lintas

oleh seorang gadis remaja yang mengendarai mobil: kendaraan

pada iklan yang menggambarkan status sosial pengendaranya: dan

tindakan pelanggaran yang tertangkap basah oleh petugas lalu

lintas (polisi). Selain makna denotatif, ditemukan pula makna

kontatif, antara lain: pemakaian gadis remaja dalam iklan

mengkonotasikan jumlah penduduk Indonesia yang didominasi

oleh perempuan: di dalam iklan berisi sindiran yang mencoba

menyuguhkan realitas kondisi bangsa Indonesia pada masa

(17)

bagaimana dengan yang lebih besar: slogan “Taat Cuma Kalo Ada

yang Liat” mengkonotasikan pada kondisi.

Persamaannya terletak pada jenis penelitian yang digunakan,

yakni sama-sama menggunakan analisis teks media. Serta lingkup

pembahasannya yang juga berkaitan dengan budaya setempat.

Adapun perbedaannya terletak pada teknik analisis data yang

digunakan. Di mana pada penelitian terdahulu menggunakan

analisis semiotik Roland Barthes, sedangkan pada penelitian ini

menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki

F. Definisi Konsep

Konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.

Penentuan dan perincian konsep sangat penting dalam menjelaskan

jangkauan operasionalnya. Penegasan dari konsep yang dipilih

perlu untuk menghindari salah pengertian tentang arti konsep yang

digunakan. Karena konsep bersifat abstrak, maka perlu upaya

penerjemahan dalam bentuk katakata sedemikian rupa hingga dapat

diukur secara empiris.

Judul penelitian ini adalah “ KONSTRUKSI PESAN

DISIPLIN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW 86 NET TV

PADA TANGGAL 1-30 AGUSTUS (Studi Analisis Framing

Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki)”. Judul ini memberi

pemahaman tentang pesan disiplin dalam tayangan reality show

(18)

demikian, untuk menghindari masalah kesalahpahaman terhadap

pengertian yang dimaksud, serta nantinya dapat dijadikan acuan

untuk menelusuri atau meneliti, maka perlu dijelaskan terlebih

dahulu konsep dari judul penelitian ini secara rinci, antara lain:

1. Konstruksi Pesan menurut kamus komunikasi, definisi

konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai

generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan

diukur.3 Dan yang dimaksud konstruksi sendiri merupakan

pembuatan, rancangan bangunan, penyusunan, pembangunan

(bangunan), susunan bangunan. Aktifitas untuk membangun

suatu sistem.

Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang

ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada

komunikan. Pesan dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud

antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi pesan

merupakan salah satu unsur sangat penting. Proses komunikasi

terjadi dikarenakan adanya pesan yang ingin disampaikan

kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun lisan,

yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna yang

telah disepakati antara pelaku komunikasi. Message merupakan

seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh

komunikator.4

3

Onong uchjana effendi, Kamus Komunikasi (bandung: mandar maju, 1989), hlm. 264

4

(19)

2. Disiplin merupakan sikap yang selalu tepat janji dan taat pada

peraturan yang ada sehingga dapat dipercaya oleh orang lain.

Disiplin berasal dari bahasa latin yang berarti belajar yang

akhirnya dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti

pengajaran atau pelatihan. Namun yang dimaksud dengan

disiplin dalam penelitian ini adalah kepatuhan masyarakat

dengan tata tertib aturan hukum di jalan raya dalam tayangan 86

. baik berbentuk dialog maupun gambar.

3. Tayangan Program Reality Show 86 Net Tv 1-30 Agustus 2015

adalah Program reality show berdurasi 30 menit yang di

tayangkan pada stasiun Net Mediatama televisi pada 2 agustus

2014. 86 berkisah tentang penegakan hukum oleh anggota

kepolisian republik indonesia

4. Analisis framing dalam perspektif komunikasi merupakan

sebuah analisis yang dipakai untuk membedah cara-cara atau

ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini

mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke

dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti

atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai

perspektifnya. Dalam penelitian ini, model framing yang

digunakan adalah model Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki, yang membagi perangkat framing menjadi empat

(20)

tematik, dan struktur retoris untuk mengetahui bagaimana

konstruksi pesan disiplin yang ditampilkan dalam tayangan 86.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti hendak menganalisis bagaimana

konstruksi ideologi yang ditampilkan dalam program reality show

86 net tv , serta pesan apa yang ingin disampaikan melalui program

reality show 86 ini . Kemudian jenis analisis yang peneliti gunakan

adalah analisis teks media dengan pendekatan framing model

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Berikut adalah gambar

kerangka pikir peneliti:

Gambar. 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Reality show 86 Net TV

Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M

Retoris Tematik

Skrip Sintaksis

(21)

Dalam gambar tersebut, dijelaskan bahwa pendekatan yang

digunakan untuk meneliti tayangan 86 net tv adalah pendekatan

framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang mana

dalam model tersebut perangkat framing dibagi menjadi empat

struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur

tematik, dan struktur retoris.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Nyoman Kutha Ratna mengungkapkan pengertian mengenai

pendekatan penelitian, yakni suatu cara mendekati atau

menjinakkan sehingga hakikat objek dapat diungkap sejelas

mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok dalam penelitian

kualitatif dengan pertimbangan bahwa objek adalah abstraksi

kenyataan yang sesungguhnya.

Pendekatan perlu ditampilkan dalam metode penelitian

karena setiap penelitian dilakukan dengan menampilkan sudut

pandang, perspektif tertentu yang pada gilirannya menunjukkan

ciri-ciri dominasi tertentu. Ratna menegaskan pula bahwa

pendekatan 444 memiliki hubungan erat dengan model analisis

yang akan kita gunakan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma kritis.

Penggunaan pendekatan ini didasari pemikiran: (1) paradigma ini

(22)

akhirnya iklan harus dipahami keseluruhan proses produksi dan

struktur sosialnya: (2) salah satu sifat dasar teori kritis adalah selalu

curiga dan mempertanyakan kondisi masyarakat dewasa ini.

Dalam pandangan kritis, media juga dipandang sebagai

wujud dari pertarungan ideologi antar kelompok-kelompok yang

ada dalam masyarakat. Titik penting dalam memahami media

menurut paradigma kritis adalah bagaimana media melakukan

politik pemaknaan. Sebagaimana pendapat Stuart Hall, yakni

makna tidak tergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi pada

praktik pemaknaan. Oleh karena itu, makna merupakan suatu

produksi sosial dan suatu praktik.5

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis teks media dengan pendekatan framing model

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Jenis penelitian ini

digunakan dengan alasan:

 Framing membuat suatu pesan lebih menonjol

 Framing menempatkan informasi lebih daripada yang lain

sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut;

 Framing lebih menekankan bagaimana seseorang

memproses informasi pada dirinya.

Pendekatan framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki ini sendiri terbagi dalam empat struktur besar, yaitu:

5

(23)

struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur

retoris

2. Unit Analisis

Yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah

satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian.

Dalam penelitian ini sendiri, yang termasuk dalam unit analisisnya

adalah program reality show 86 net tv yang ditayangkan pada

bulan agustus 2015 . Dan dibatasi hanya pada frame yang

menggambarkan konstruksi pesan disiplin. Baik di dalamnya

tercakup audio, visual gambar, property, teks dialog, serta body

language dari pemainnya

3. Jenis dan Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitan adalah

subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan

kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka

sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis

maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi,

maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses

sesuatu.6 Misal, peneliti yang mengamati tumbuhnya jagung,

sumber datanya adalah jagung. Yang terakhir, apabila peneliti

menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang

6Suharsini Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

(24)

menjadi sumber data, sedang isi catatan adalah subjek penelitian

atau variabel penelitian.

Oleh karena itu, dalam hal ini ada dua jenis data yang

nantinya akan mendukung penelitian, diantaranya:

1. Data primer, Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

data utama di lapangan. Dalam penelitian ini, data primer berupa

dokumentasi yang terdapat dalam sebuah tayangan program acara

televisi net 86 yang diakses peneliti melalui media sosial seperti

youtube. Kemudian dipilih visual atau gambar, dan teks (skrip) dari

adegan-adegan tayangan per episode diperlukan untuk penelitian

2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari perantara atau

sumber kedua. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari

literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti kamus,

buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, internet, catatan kuliah,

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis, dan

sebagainya.

4. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian analisis

framing ini, antara lain:

a. Mencari topik yang menarik

Mencari topik merupakan langkah awal yang dilakukan

dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba

mengeksplorasi topik yang peneliti anggap menarik. Sehingga

(25)

dalam media massa yang terdapat di program reality show net

86 dengan mengunakan analisis framing untuk menyoroti

konstruksi ideologi lembaga kepolisian baik yang terdapat di

sana dan menurut peneliti, sepintas tayangan ini memiliki yang

berbeda dari realita yang terjadi selama ini di masyarakat.

b. Merumuskan masalah.

Masalah dirumuskan berdasarkan sisi menarik topik yang

akan dikaji oleh peneliti beserta dengan tujuan yang hendak

dicapai

c. Merumuskan manfaat

Manfaat dirumuskan berdasarkan dua pandangan, yakni

pandangan teoritis dan praktis.

d. Menentukan metode penelitian

Pada tahap ini peneliti memutuskan untuk menggunakan

penelitian analisis framing Dikarenakan tujuan dari peneliti

adalah untuk membingkai program reality show 86 net

Menentukan metode pengolahan data. Untuk mengolah data

penelitian tersebut, peneliti akan mengolahnya dengan empat

struktur kategori dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

yaitu dengan struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik,

dan struktur retoris.

e. Mengklasifikasi data, yang meliputi:

(26)

2) Memberikan alasan mengapa teks tersebut dipilih dan perlu

diidentifikasi

3) Menentukan model analisis framing yang digunakan dalam

penelitian tersebut

f. Menganalisis data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis

framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang merupakan hasil pengembangan dari teori Van Dijk sebagai

analisa data.

g. Menarik kesimpulan7

Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian

yang sudah dianalisa dan tersusun secara sistematis.

5. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung dan

bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara

menonton dan mengamati teliti dialog-dialog serta

adegan-adegan dalam tayangan reality show net 86 kemudian mencatat,

memilih dan menganalisisnya sesuai dengan model penelitian

yang digunakan.

b) Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal yang berkaitan

dengan tayangan reality show 86 melalui internet dan

buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

7

(27)

Sugiyono menyatakan bahwa analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.8

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

framing. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana

realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan

konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu

dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.9

Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji

pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dll) yang

dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses

konstruksi yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi

dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk

menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai

kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang

8

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 244

9

(28)

lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih

mengena dalam pikiran khalayak.10

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis

framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang

merupakan hasil pengembangan dari teori Van Dijk sebagai analisa

data. Perangkat framing yang mereka sajikan dalam meneliti suatu

media melalui struktur bahasa yang digunakan dalam

mengkonstruksi suatu realitas. Framing dapat diartikan sebagai

cara untuk mengetahui bagaimana media membingkai atau

mengemas isu atau peristiwa melalui teks yang terdapat dalam isi

media.

Berikut adalah skema framing Zhongdang Pan dan Gerald

M.Kosicki:

10

(29)

Gambar. 1.1 Skema Framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki

Pan dan Kosicki membagi perangkat framing ke dalam

empat struktur golongan besar yaitu, Sintaksis, Skrip, Tematik, dan

Retoris. K eempat struktur tersebut merupakan rangkaian yang

menunjukan framing dari suatu media.

1. Struktur Sintaksis. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana

wartawan menyusun peristiwa — pernyataan, opini, kutipan,

pengamatan dan peristiwa — ke dalam bentuk susunan kisah berita.

Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan

berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi

yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, pernyataan, serta

(30)

peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam

bentuk umum berita. Namun, karena pada penelitian ini peneliti

hendak menganalisis tayangan reality show, maka yang akan

diamati adalah judul, latar, keadaan, dan akhir cerita yang terdapat

dalam tayangan.

2. Struktur Skrip. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana

wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam

bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita

atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas

peristiwa ke dalam bentuk berita. Sehingga, dalam penelitian ini

akan diamati bagaimana unsur cerita yang terdapat dalam sebuah

tayangan di televisi.

3. Struktur Tematik. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,

kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara

keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu

diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Dalam hal ini, unsur

tersebut terletak pada pengaturan gambar dan dialog yang

digunakan.

4. Struktur Retoris. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan

enekankan arti tertentu ke dalam berita. Dengan kata lain, struktur

retoris akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata,

idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung

(31)

Maka dalam penelitian ini hal tersebut terletak pada scene

-scene yang menggambarkan pesan disiplin. Pada akhirnya, setelah dilakukan analisis framing melalui perangkat sintaksis, skrip,

tematik, dan retoris, selanjutnya peneliti akan mampu

mengidentifikasi serta mengklasifikasikan dalam program reality

show 86 net tv.

I. Sistematika pembahasan

Dalam penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, yang

dapat dipakai untuk memudahkan bagi peneliti untuk mengurutkan

pembahasan yang hendak dikajinya, serta meberikan gambaran

yang lebih jelas pada skripsi ini, adapun sistematika pembahasan

ini terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari Konteks Penelitian, Fokus

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian

Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep, Metode

Penelitian dan Sistematika Pembahasan

BAB II KAJIAN TEORETIS

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian

Pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk

menelaah objek kajian), dan Kajian Teori (teori yang

(32)

BAB III PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi

Subyek Penelitian, dan Deskripsi Data Penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan

Penelitian, bagaimana data yang ada itu digali dan

ditemukan beberapa hal yang mendukug penelitian, dan

Konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan

penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi,

yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang

dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat

(33)

Dalam Kamus Ilmiah Populer konstruk merupakan konsepsi,

bentuk susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun, melukis,

dan memasang. Pengertian Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan

atau susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata.1

Sedangkan menurut Kamus Komunikasi, definisi konstruksi adalah

suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang

khusus, yang dapat diamati dan diukur.2 Dan yang dimaksud konstruksi

sendiri merupakan pembuatan, rancangan bangunan, penyusunan,

Aktifitas untuk membangun suatu sistem.

b. Pesan

Menurut Onong Uchjana Effendy, menyatakan bahwa pesan

adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari

pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang,

bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.

Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah “produk

fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber encoder” (Siahaan,

1

Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: balai

pustaka, 2005), hlm. 590.

2

(34)

1991). Kalau berbicara maka “pembicara” itulah pesan, ketika menulis

surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Sedangkan

pesan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berupa lambang atau

tanda seperti kata-kata (tertulis ataupun lisan), gesture dll.

Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang

ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan

dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud antara komunikator dan

komunikan. Dalam komunikasi pesan merupakan salah satu unsur

sangat penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan

yang ingin disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis

maupun lisan, yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna

yang telah disepakati antara pelaku komunikasi. Message merupakan

seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.3

Jadi pesan adalah kata-kata baik tulisan maupun lisan yang akan

disampaikan pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan

(komunikan) untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

Sedangkan yang dimaksud dengan konstruksi pesan adalah

aktifitas untuk membangun suatu makna kepada orang lain.

c. Disiplin

Disiplin adalah suatu sistem ajaran mengenai kenyataan atau

gejala- gejala yang ada dan hidup di tengah pergaulan yang berusaha

menentukan apa yang seharusnya dan patut di lakukan dalam

3

(35)

menghadapi kenyataan.4 Artinya disiplin lahir dari sebuah kata sifat

yang di dasarkan pada kebiasan hidup orang banyak dan berusaha

menjadi satu pengawasan ketika akan melakukan sesuatu.

Kata disiplin sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti

belajar yang akhirnya dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti

pengajaran atau pelatihan. Dapat diartikan kata disiplin adalah suatu

sikap yang selalu tepat janji dan taat pada peraturan yang ada sehingga

dapat dipercaya oleh orang lain. Pada saat ini kata disiplin mengalami

beberapa perkembangan arti yang berarti kepatuhan pada peraturan atau

tunduk pada pengawasan dan pengendalian.

Ada beberapa jenis disiplin yakni, disiplin analytis dan disiplin

perspektif. Disiplin analitis merupakan sistem ajaran yang

menganalisa,memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang di hadapi

sedangkan disiplin prespektif merupakan sistem ajaran ang menentukan

apakah yang seharusnya di lakukan untuk menghadapi kenyataan

tertentu. 5

Dalam hal ini ketika disiplin di kaitkan dengan pembahasan dari

objek penelitan yang di kaji oleh penulis maka kata disiplin yang di

maksudkan adalah disiplin dalam kaidah ilmu hukum yang bermaksud

untuk menentukan apa yang seharusnya di lakukan untuk menghadapi

kenyataan. Kaitan disiplin dalam pembahasan ini bertujuan untuk

menetapkan apa yang seharusnya dan sepantasnya di lakukan dengan

sanksi yang mengikat serta melindungi hak dan kepentingan yang

4

Dr. Agus Sudaryanto, SH., MH, Pengantar Ilmu Hukum, (Malang: Cita Intrans Selaras, 2015) hlm, 21

5

(36)

berhubungan dengan dalam kehidupan bernegara pada umunya dan

kehidupan bermasyarakat pada khususnya.

d. Tayangan Reality show

Tayangan acara televisi memang menarik untuk di kaji lebih

dalam karena medium komunikasi massa layar gelas ini mampu

memberikan arahan dan masukan kepada pemirsa untu bersikap dan

berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Namun, keberhasilan

sebuah tayangan acara televisi harus pula diimbangi oleh membaiknya

daya nalar permirsa dengan tingginya tingkat pendidikan mereka.

Sebagai sarana komunikasi massa media massa telah banyak

memberikan arus perubahan sosial. Baik secara perlahan maupun cepat.

Dengan televisi pemirsa memiliki pengetahuan sosial secara general

tentang berbagai sisi kehidupan lain yang berada di luar lingkungan

kehidupan mereka.

Kekuatan media televisi yang bisa menembus jarak, ruang dan

waktu dan juga memberikan sebuah fenomena yang menarik dalam

membentuk perilaku sosial di masyarakat dan sebagai bentuk dari self

control public yang mampu mengontrol lingkungan sosial secara

personal dalam kehidupan bermasyarakat. Tayangan reality show

adalah program acara televisi yang menyajikan adegan-adengan

tentang keseharian realitas yang terjadi di masyarakat secara nyata (rill).

Adegan- adegan yang terjadi dalam suatu reality show seolah-olah

(37)

biasa dan bukan artis dengan tema umumnya menampilkan kenyataan

yang di modifikasi. 6

Program reality sebagai perekaman dari kegiatan- kegiatan

kehidupan seseorang atau grup usaha untuk menstimulasi kegiatan

kehidupan nyata melalui berbagai bentuk rekonstruksi dramatis dan

penggabungan ke semuanya itu ke dalam suatu program televisi yang di

kemas secara menarik. Tema yang dijadikan jaln cerita dari sebuah

reality show berdasrkan kisah nyata yang mana dalam kehidupan sosial

masyarakat memiliki pebedaan dari status siosialnya dan di ambil dari

masyarakat biasa dan bukan artis.

Adapun bentuk- bentuk dari tayangan reality show adalah :

a. Hidden camera : merupakan kamera video yang diletakkan tersembunyi dan digunakan untuk merekam orang dan aktivitasnya

tanpa mereka ketahui / sadari sebelumnya .

b. Competition show : program ini melibatkan beberapa rang yang saling bersaing dalam berkompetisi yang berlangsung selama

beberapa hari atau beberapa minggu untuk memenangkan

perlombaan, permainan atau pertanyaan. Setiap peserta akan

tersingkir satu persatu memulai pemungutan suara (voting) baik oleh

peserta sendiri ataupun audien. Pemenangnya adalah mereka yang

paling lama bertahan.

c. Relationship show : seorang kontestan harus memilih satu sejumlah orang yang berminat untuk menjadi pasangannya.para peminat harus

6

Imelda Bancin, Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan

(38)

bersaing untuk merebut perhatian dari kontestan agar tidak tersingkir

dari permainan. Pada setiap episode ada seorang peminat yang

tersingkir dari acara.

d. Fly on the wall : program acara yang memperlihatkan kehidupan keseharian dari seseorang ( biasanya orang terkenal ) mulai dari

kegiatan pribadi hingga aktivitas profesionalnya. Dalam hal ini,

kamera membuntuti kemana saja orang bersangkutan pergi.

e. Mistik : program yang berkaitan hal-hal supranatural menyajikan

tayangan terkait dengan dunia ghaib, para normal, praktik spirilitual

magis. Acara ini melakukan kontak langsung dengan roh atau arwah

orang yang sudah meninggal. Program acara mistik menggunakan

realitas dari para pesertanya apakah melihat penampakan dari roh

atau tidak.

2. Analisis Framing

a. P engertian Framing

Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu

komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

aspek-aspek khusus sebuah realita olehmedia. Dalam ranah studi

komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan

pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis

fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk

membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta.

Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan

(39)

atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai

perpektifnya. Ada beberapa definisi framing dalam Eriyanto. Definisi

tersebut dapat diringkas dan yang disampaikan oleh beberapa ahli.

Meskipun berbeda dalam penekanannya dan pengertian. Masih ada titik

singgung utama dari definisi tersebut, yaitu antara lain:

1) Menurut Robert Etman

Proses seleksi di berbagai aspek realitas sehingga aspek tertentu

dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lainnya. Ia juga

menyatakan informasi-informasi7 dalam konteks yang khas sehingga

tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lainnya.

2) Menurut Todd Gitlin

Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan

disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak.

Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak

menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan

dengan seleksi, pengulangan, penekanan dan presentasi aspek tertentu

dari realitas.

3) Menurut David Snow dan Robert Benford

Pemberian makna untuk ditafsirkan peristiwa dari kondisi yang

relevan. Frame mengorganisasikan system kepercayaan dan diwujudkan

dalam kata kunci tertentu, seperti anak kalimat, citra tertentu, sumber

informasi dan kalimat tertentu.

7

(40)

4) Menurut Zhongdan Pan dan Gerald M. Konsicki

Sebagai konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi

yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa

dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.8

Proses pembentukan dan konstruksi realita tersebut hasil akhirnya ada

bagian-bagian tertentu yang ditonjolkan dan ada bagian-bagian yang

lain disamarkan atau bahkan dihilangkan. Aspek yang tidak ditonjolkan

kemudian akan terlupakan oleh khalayak karena khalayak digiring pada

satu realitas yang ditonjolkan oleh media tersebut.

Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh

media. Di tambah pula dengan berbagai kepentingan, maka konstruksi

realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan

dengan berita tersebut.9 Disini media memberikan ruang kepada salah

satu realita untuk terus ditonjolkan. Dan ini merupakan sesuatu realita

yang direncanakan oleh suatu media untuk ditampilkan. Dalam

menampilkan suatu realita ada pertimbangan terkait dengan pihak-pihak

yang mempunyai kepentingan. Secara selektif media menyaring berita,

artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Seperti menyunting bahkan

wartawan sendiri memilih mana berita yang disajikan dan mana yang

disembunyikan.

Dengan demikian media mempunyai kemampuan untuk

menstruktur dunia dengan memilah berita tertentu dan mengabaikan

yang lain. Media membentuk citra seperti apa yang disajikan oleh

8

Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,Hal 67-68

9

(41)

media dengan cara menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah realitas

dengan ruang dan waktu secara tertentu. Ada dua aspek dalam framing,

yaitu:

1) Memiliki fakta atau realitas

Proses pemilihan fakta adalah berdasarkan asumsi dari

wartwan akan memilih bagian mana dari realitas yang

akan diberitakan dan bagian mana yang akan dibuang.

Setelah itu wartawan akan memilih angle dan fakta

tertentu untuk menentukan aspek tertentu akan

menghasilkan berita yang berbeda dengan media yang

menekankan aspek yang lain.

2) Menuliskan fakta

Proses ini berhubungan dengan penyajian fakta yang

akan dipilih kepada khalayak. Cara penyajian itu

meliputi pemilihan kata, kalimat, preposisi, gambar dan

foto pendukung yang akan ditampilkan. Tahap

menuliskan fakta itu berhubungan dengan penonjolan

realitas. Aspek tertentu yang ingin ditonjolkan akan

mendapatkan alokasi dan perhatian yang lebih besar

untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam

(42)

b. Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan

Gerald M. Kosicki

Disiplin ilmu ini bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa

konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu

perilaku. Secara sederhana, analisis framing mencoba untuk

membangun sebuah komunikasi bahasa, visual, dan pelaku dan

menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan

mengklasifikasikan informasi baru.

Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan

diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam

hubungannya dengan ide penulis. Framing didefinisikan sebagai proses

membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih

daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut,

menurut Pan dan Konsicki ada dua konsep dari framing yang saling

berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis yaitu:

Dalam konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan

informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen

tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam

kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih

penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat

keputusan tentang realitas. sedangkan konsep sosiologis framing

dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan,

mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk

(43)

Dalam Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki, kedua konsep

tersebut diintegrasikan. Secara umum konsepsi psikologis melihat

frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi

sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi

seseorang. Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan

empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa

dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal

interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang

dianggap penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu

menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang

memprediksikan penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi

moral penilaian atas penyebab masalah.10 Dalam model Zhongdan Pan

Konsicki, yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar, yaitu:

struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.

1. Struktur Sintaksis

Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun

peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan dan peristiwa ke

dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian, struktur

sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita (headline yang dipilih,

lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber

yang dikutip, pernyataan serta penutup). Intinya, ia mengamati

bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari

(44)

cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.11 Namun,

karena pada penelitian ini peneliti hendak menganalisis film, maka

yang akan diamati adalah judul, latar, keadaan, dan akhir cerita

yang terdapat dalam film.

2. Struktur Skrip

Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita.

Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur

yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam

bentuk berita.12 Sehingga dalam penelitian ini yang akan diamati

adalah bagaimana unsur dari inti cerita yang terdapat dalam film.

3. Struktur Tematik

St ruktur ini berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau

hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke

dalam bentuk yang lebih kecil.13 Dalam hal ini, unsur tersebut

terletak pada karakter tokoh, dialog, dan parenthetical.

4. Struktur Retoris

Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti

tertentu ke dalam berita. Dengan kata lain, struktur retoris akan

11

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 255

12 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 255-256

12

(45)

melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik,

dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,

melainkan juga memberi penekanan pada arti tertentu.14 Maka

dalam penelitian ini hal tersebut terletak pada scene atau gambar

visualisasi yang menunjukkan pesan pendidikan.

Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat

menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau

kecondongan sutradara dalam memahami suatu peristiwa dapat

diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat

diamati dari bagaimana sutradara menyusun peristiwa ke dalam

cerita, cara sutradara mengisahkan cerita, kalimat yang dipakai, dan

pilihan kata atau idiom yang dipilih. Ketika menulis cerita dan

menekankan cerita, sutradara akan memakai semua strategi untuk

meyakinkan khalayak penonton. Pendekatan itu dapat di gambar ke

dalam bentuk skema sebagai berikut:

14

(46)
(47)

c. Proses Framing

Dengan analisis framing juga untuk mengetahui bagaimana

perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika

menyeleksi dan menulis berita. Proses pemberitaan dalam organisasi

media, akan sangat mempengaruhi suatu berita yang akan

diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas

dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideology institusi

media tersebut. Tiga proses framing dalam organisasik berita antara lin

sebagai berikut:

1) Proses framing sebagai metode penyajian realitas. Dimana

kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total,

melainkan dibalik secara halus. Dengan memberikan sorotan

aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang

mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur

dan alat-alat ilustrasi lainnya.

2) Proses Framing merupakan bagian yang tidak terpisahkan diproses

penyutingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian

media cetak redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur

pelaksana, dalam menetukan laporan reporter akan dimuat atau

tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.15

3) Proses framing juga tidak hanya melibatkan para pekerja pers,

tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus

15

Muhammad Qodari, Papua Merdeka dan Pemaksaan Skenario Media. Maret-April,

(48)

tertentu, yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi

yang ingin ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain.16

Dalam analisis yang akan dilakukan pertama kali adalah melihat

bagaimana media mengkonstruksi suatu realita. Peristiwa dipahami

bukan sesuatu yang taken for Grated, sebaliknya wartawan dan

medialah yang secara aktif membentuk realitas. Realitas tercipta

dalam konsepsi wartawan. Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang

diabstrakan menjadi peristiwa yang kemudian hadir dihadapan

khalayak. Jadi, bagaimana media membingkai peristiwa dalam

konstruksi tertentu, sehinggan yang menjadi titik perhatian bukan

apakah media memberikan negative atau positif, melainkan

bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.

d. Efek Framing

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas di bingkai dan

disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa saja dibingkai dan

dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa saja

akan sangat berbeda. Realitas begitu komplek dan penuh dimensi,

ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas satu dimensi.

Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. Bagaimana

peristiwa dipahami sumber siapa yang diwawancarai. Peristiwa yang

sama dapat menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang

berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda.17

16

(49)

Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas

social yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan

dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi

logika tertentu. Teori framing menunjukan bagaimana jurnalis membuat

simplikasi, prioritas dan struktur tertentu dalam peristiwa. Karenanya

framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahamin oleh media

dan ditafsirkan dalam bentuk berita. Karena media melihat peristiwa

dari kacamata tertentu. Maka realitas setelah dilihat oleh khalayak

adalah realitas yang sudah terbentuk oleh bingkai media.

Framing pada umunya ditandai dengan menonjolkan aspek

tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai focus

berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya

adalah aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai.

Disini, menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek lain yang

penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang

memadai dalam berita. Berita juga sering kali memfokuskan

pemberitaan aktor tertentu. Tetapi efek yang akan segera terlihat adalah

memfokuskan apda satu pihak actor tertentu yang menyebabkan actor

lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi

tersembunyi.18

17

Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 140

18

(50)

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas

Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang

mendukung dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah factor

Ekonomi, Politik, Idiologi, yaitu sebagai berikut:

a. Ekonomi

Isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi.

Factor pemilik media, modal dan pendapatan media sangat menentukan

bagaimana wujud isi media. Factorfaktor inilah, yang menentukan

peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam

pemberitaannya, serta kearah mana kecenderungan pemberitaan sebuah

media hendak diarahkan..

Isi media juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal

diluar diri pengelola media. Pengelola media dipandang sebagai entitas

yang aktif, dan ruang lingkup pekerjaan mereka dibatasi berbagai

strukur yang mamaksanya untuk memberitakan fakta dengan cara

tertentu. Bahkan ketika factor capital telah menjadi unsure yang

esensial dalam system suatu Negara hingga menciptakan fenomena

konglomerasi media, maka media hanya merupakan alat produksi yang

disesuaikan dengan tipe umum industry kapitalis beserta factor produksi

dan hubungan produksinya. Media cenderung dimonopoli oleh kelas

kapitalis yang penanganannya dilaksanakan untuk memenuhi

kepentingan kelas social tertentu. Para kapitalis melakukan hal tersebut

dengan mengeksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material

(51)

kapitalis juga bekerja secara ideologis dengan menyebarkan ide dan

cara pandang kelas penguasa, yang menolak ide lain yang dianggap

berkemungkinan untuk menciptakan perubahan atau mengarah kepada

terciptanya kesadaran kelas pekerja akan kepentingannya.14Maka

proses konstruksi realitas diselaraskan dengan

pertimbangan-pertimbangan modal.

Menurut Murdock dan golding, efek kekuatan ekonomi tidak

berlangsung secara acak tetapi terus menerus: “Mengabaikan suara

kelompok yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan sumber daya.

Perimbangan untung rugi diwujudkan secara sistematis dengan

memantapkan kedudukan kelompok-kelompok yang tidak memiliki

modal dasar yang diperlukan untuk mampu bergerak. Oleh karena itu

pendapat yang dapat diterima kebanyankan berasal dari kelompok yang

cenderung tidak melancarkan kritik terhadap distribusi kekayaan dan

kekuasaan yang berlangsung. Sebaliknya mereka cenderung menantang

kondisi semacam itu tidak dapat mempublikasikan ketidakpuasan atau

ketidaksetujuan mereka karena mereka tidak mampu menguasai sumber

daya yang diperlukan untuk menciptakan komunikasi efektif terhadap

khalayak luas”.

Dalam konteks seperti ini, aktifitas jurnalis dengan sikap

partisan yang sangat tinggi bersifat negative. Para penerbit lebih

memilih pencapaian sirkulasi yang tinggi untuk menarik minat

pemasang iklan, dibandingkan tulisan jurnalis yang sangat bagus.

(52)

pembaca potensialnya. Terlebih lagi ketika control kepemilikan

berpusat diantara satu atau tiga pemilik, sikap partisan jurnalis harus

mengabdi pada kepentingan pemilik media dan pemasang iklan

daripada mewakili kepentingan masyarakat.

b. Politik

Sistem politik yang diterapkan oleh sebuah Negara ikut

menentukan mekanisme kerja, serta mempengaruhi cara media massa

dalam mengkonstruksi realitas. Dalam sistem nagara yang otoritan,

selera penguasa menjadi acuan dalam mengkonstruksi realita.

Sebaliknya dalam iklim politik yang liberal, media massa mempunyai

kebebasan yang sangat luas dalam mengkonstruksi realitas. namun,

satusatunya kebijakan yang dipakai adalah kebijaksanaan redaksi media

masing-masing yang boleh jadi dipengaruhi oleh kepentingan idealis,

ideology, politis dan ekonomis. Tetapi apapun yang menjadi

pertimbangan adalah adanya realitas yang ditonjolkan bahkan

dibesar-besarkan, disamakan atau bahkan tidak diangkat sama sekali dalam

setiap pengkonstruksian realitas.

c. Ideologi

Ketika media dikendalikan oleh berbagai kepentingan ideologis

yang ada dibaliknya, media sering dituduh sebagai perumus realitas,

sesuai dengan ideology yang melandasinya, bukan menjadi cermin

realitas. ideology tersebut menyusup dan menanamkan pengaruhnya

lewat Media secara tersembunyi dan mengubah pandangan seseorang

(53)

dua pengertian yang saling bertolak belakang. Secara positif, ideology

dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai-nilai

suatu kelompok social tertentu untuk membela dan memajukan

kepentingan-kepentinagan mereka.

Sedangkan secara negative, ideology dilihat sebagai kesadaran

palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara

memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas social. Sebuah

media yang lebih ideologis umumnya muncul dengan konstruksi

realitas yang bersifat pembelaan terhadap kelompok yang sealiran dan

penyerahan kepada kelompok yang berbada haluan. Dalam system

libertarian, kecenderungan ini akan melahirkan fenomena media

partisan dan non partisan.

Disamping faktaor-faktor yang disebut, masi banyak factor lain

yang berpotensi yang mempengaruhi konstruksi realitas media yaitu,

kepentingan-kepentinagn yang bersifat tumpang tindih pada tingkat

perorangan atau kelompok dalam sebuah organisasi media yakni

kepentingan agama, kedaerahan, serta struktur organisasi media itu

sendiri. Sedangkan factor internalnya adalah berupa kebijakan

redaksional media, kepentingan para pengelolah media dan relasi media

dengan sebuah kekuatan tertentu. Disamping itu seorang jurnalis juga

mempunyai sikap, nilai, kepercayaan, dan orientasi tertentu dalam

politik, agama, ideology, dan semua komponen yang berpengaruh

(54)

etnisitas, turut pula mempengaruhi jurnalis dalam mengkonstruksi

realitas.

B. Kajian Teori

1. Teori Konstruktivisme

Paradigma ini hampir merupakan antithesis terhadap paham

yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam

menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham

ini menyatakan bahwa positivism dan post positivisme keliru dalam

mengungkap realitas dunia dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh

paham yang bersifat konstruktif. Secara ontologi, aliran ini menyatakan

bahwa realitas itu ada dalam bentuk konstruksi mental yang didasarkan

pada pengalaman sosial, bersifat local dan spesifik, serta tergantung

pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati

seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang

sebagaimana yang biasa dilakukan di golongan positivis atau post

positivis. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa

hubungan epistimologis antara pengamat dan obyek merupakan satu

kesatuan, subyektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara

keduanya.

Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode

hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode

pertama yang dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi

pendapat per orang, sedangkan metode kedua mencoba untuk

(55)

diperoleh melalui metode pertama, untuk memperoleh suatu kosensus

kebenaran yang disepakati bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari

suatu kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat relative,

subyektif dan spesifik mengenai hal-hal tertentu.19

Kemunculan paradigma konstruktivisme melalui proses yang

cukup lama, setelah sekian generasi ilmuan memegang teguh positivism

selama berabad-abad. Aliran ini muncul setelah sejumlah ilmuan

menolak prinsip dasar positivism, yaitu: (1) ilmu merupakan upaya

mengungkap realitas; (2) hubungan subyek dan obyek penelitian harus

dapat dijelaskan; (3) hasil temuan yang memungkinkan untuk

digunakan dalam proses generalisasi pada waktu dan tempat yang

berbeda. Implikasi pandangan ini adalah bahwa fenomena yang akan

diteliti (1) harus dapat diobservasi dan (2) harus dapat diukur, serta (3)

eksistensi fenomena tersebut, harus dapat dijelaskan melalui

karakteristik yang ada di dalamnya.

a. Komponen Keilmuan

Dilihat dari aksioma keilmuan yang dikembangkan (baik

ontologi, epistimologi, maupun metodologi, paradigm ini secara frontal

bertolak belakang dengan paradigma positivisme).

Pada sisi ontologi, paradigma ini menyatakan bahwa realitas

bersifat sosial dan karenanya akan menumbuhkan bangunan teori atas

realitas majemuk di dalam masyarakat. Oleh karenanya, dalam

memandang suatu fenomena alam atau sosial, paham ini menganut

19

(56)

prinsip realitivitas. Jika dalam positivism tujuan penemuan ilmu adalah

untuk membuat generalisasi terhadap fenomena alam lainnya, maka

dalam konstruktivisme tujuan itu lebih condong kepada penciptaan ilmu

yang diekspresikan dalam bentuk pola-pola teori, jaringan atau

hubungan timbal balik sebagai hipotesis kerja, bersifat sementara, local

dan spesifik.

Pada sisi epistimologi, hubungan periset dan obyek yang diteliti

bersifat interaktif, sehingga fenomena dan pola-pola keilmuan dapat

dirumuskan dengan memperhatikan gejala hubungan yang terjadi

diantara keduanya. Karena itu, hasil rumusan ilmu yang dikembangkan

juga sangat subyektif.

Pada sisi metodologi, paham ini secara jelas menyatakan bahwa

penelitian harus dilakukan di luar laboratorium, yaitu di alam bebas,

secara wajar guna menangkap fenomena apa adanya dari alam, dan

secara menyeluruh tanpa campur tangan dan manipulasi dari pengamat

atau pihak periset.

b. Implikasi Paradigma

Terdapat sejumlah implikasi dari kemunculan paradigma

konstruktivisme ini. Pertama, fenomena interpretif yang dikembangkan

bisa menjadi alternative untuk menjelaskan fenomena realitas yang ad.

Jika demikian halnya, sangat mungkin terjadi pergeseran model

rasionalitas, yakni dari model rasionalitas, praktis yang menekankan

Gambar

Tabel 3.1           Struktur Sintaksis Tayangan Program Reality Show 86
Gambar 3.1            Tayangan Program 86 Net TV ........................................
Gambar. 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar. 1.1 Skema Framing  model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, peserta didik dapat menyelesaikan masalah tentang persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak dari bentuk linear satu variabel lainnya, dengan rasa

While these data sets are used to evaluate the potential of software systems to generate DSM from nadir imagery (Haala, 2014) this paper introduces an additional test scenario,

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Surat Izin Tempat Usaha

Figure 4: Disparities generated by (A) Blockmatching (B) Dy- namic Programming (C) proposed method for Marius D crater.. CONCLUSION AND FUTURE WORK In this paper we used a method

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Penulisan ini menjelaskan langkah-langkah secara visualisasi bagaimana setting up pada DNS Server, WEB Server, dan MAIL Server dilakukan dengan menggunakan Sistem

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Modul Pembelajaran Mengenai Mata Kuliah Basis Data, dibuat dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX dan SwiSH v2.0 ini dapat memberi kemudahan kepada para user yang ingin