• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kawasan tujuan wisata nomor dua setelah Bali. Disamping itu, Kota Yogyakarta sebagai ibukota Propinsi DIY terkenal dengan Kota Budaya, yang dikenal memiliki akar budaya keraton, Kota Pendidikan, dan masih banyak lagi. Dengan predikat sebagai kawasan tujuan Pariwisata, tentunya terdapat banyak fasilitas-fasilitas penginapan yang disediakan.

Kecamatan Mergangsan merupakan salah satu obyek atau tujuan akomodasi wisatawan asing maupun domestik yang datang di DIY, khususnya di wilayah sekitar Jalan Parangtritis. Tempat tersebut, menurut sejarah merupakan sentra produksi batik di Kota Yogyakarta, sehingga banyak wisatawan asing maupun domestik yang datang dan kemudian masyarakat sekitar mulai mengembangkan usaha penginapan hingga kini. Sampai saat ini jumlah hotel atau penginapan yang ada di kecamatan ini berjumlah 46 buah (Badan Pusat Statistik DIY), dari jumlah hotel atau penginapan tersebut jelas tampak bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang sering dikunjungi wisatawan.

Sektor pariwisata diketahui melalui indikator yang dihasilkan oleh statistik perhotelan, seperti tingkat tingkat penghunian kamar dan perkembangan akomodasi. Hotel, disamping harus memiliki kelengkapan fasilitas juga dipengaruhi dengan ketersediaan faktor pendukung lainnya seperti akses dan sarana prasarana pendukung. Hal ini dapat dijadikan bahan perencanaan dan evaluasi baik oleh Pemda setempat, swasta dan pengusaha hotel/akomodasi untuk menentukan kebijakan dan sebagai pendapatan. Salah satu pendapatan tersebut dengan menyediakan fasilitas maupun utilitas yang mendukung keberadaan hotel, misalkan informasi petunjuk lokasi wisata yang didukung dengan akses jalan yang mudah dan tempat-tempat umum yang sering kali dibutuhkan.

Wilayah yang tercakup dalam kecamatan Mergangsan tidak semuanya merupakan tempat atau area yang ideal bagi sebuah hotel, sepertihalnya jaringan

(2)

2

jalan yang belum semuanya telah terakses dengan baik oleh angkutan umum, dan keberadaan sarana prasarana yang belum terbangun secara merata.

Dari hal tersebut, penting sekali untuk memperindah fasilitas-fasilitas publik, menggencarkan promosi dan memberikan akses-akses (seperti mempermudah untuk menuju kawasan wisata), salah satunya dengan menyediakan sistem informasi kebumian yang mudah digunakan untuk menunjukan lokasi penginapan, yang dalam hal ini lokasi penginapan diasosiasikan dengan akses tujuan tempat-tempat wisata dan harga. Dengan adanya sistem informasi tersebut, tentunya wisatawan yang akan berkunjung ke DIY dapat memilih sendiri lokasi penginapannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memilih judul : ” Aplikasi SIG

untuk Analisis Kelayakan Hotel Berdasar Fasilitas dan Sarana Prasarana Pendukung di Kecamatan Mergangsan.”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam

penelitian ini adalah :

- Bagaimanakah jangkauan sarana dan prasarana pendukung yang terdapat di Kecamatan Mergangsan

- Bagaimanakah klasifikasi kelayakan hotel yang terdapat terdapat di Kecamatan Mergangsan

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk :

- Membuat Peta Klasifikasi Jangkauan Sarana dan Prasarana Pendukung Pariwisata di Kecamatan Mergangsan.

(3)

3

- Mengetahui sebaran dan klasifikasi kelayakan hotel di Kecamatan Mergangsan dan memberikan opsi kepada wisatawan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut :  Untuk mengembangkan pemahaman penulis terhadap aplikasi

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, terutama aplikasi kartografi tematik pemetaan lokasi penginapan/hotel di Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta.

 Sebagai masukan untuk kajian evaluasi akomodasi.

 Sebagai masukan bagi developer yang ingin mengembangkan pariwisata.

 Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah dalam pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata.

1.5 Dasar Teori

1.5.1 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979).

Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai arti penting obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan menterjemahkannya kedalam disiplin ilmu tertentu.

Ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan Didalam mengenali obyek yang tergambar pada citra, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu obyek. Identifikasi ialah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup.

(4)

4

Sehubungan dengan contoh tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran dan letaknya. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut.

Penginderaan jauh semakin banyak digunakan karena citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala dipermukaan bumi dengan ujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letaknya dipermukaan bumi, citra relatif lengkap, meliputi daerah yang luas serta permanen. Selain itu dari citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop, karakteristik obyek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya, citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajah secara terestrial. Citra dibuat dengan periode ulang yang pendek.

Colwell dan Lo (1976 dalam Sutanto 1998) menyatakan ada empat keunggulan foto pankromatik hitam putih diantaranya kesan rona obyek sama dengan kesan mata yang memandang obyek aslinya karena kepekaan film sama dengan kepekaan mata manusia, resolusi spasialnya halus yang memungkinkan pengenalan obyek yang berukuran kecil. Kehalusan resolusi spasialnya ini memungkinkan pengenalan obyek yang berukuran kecil. Kehalusan resolusi spasialnya ini disebabkan oleh tenaga foton atau tenaga kuantum yang besar pada panjang gelombang ini. Stabilitas dimensional tinggi sehingga banyak digunakan dalam bidang fotogrametri selain itu film pankromatik hitam putih telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa menggunakannya.

Data satelit penginderaan jauh memiliki keunggulan yang memungkinkan pemanfaatan diberbagai sektor pembangunan dan untuk bermacam-macam tujuan, yaitu antara lain :

1. Data satelit penginderaan jauh dapat mencakup daerah pengamatan yang sangat luas dan secara periodik dengan kisaran waktu tertentu. 2. Data satelit penginderaan jauh dapat digunakan untuk tujuan analisis

kewilayahan secara dimensi keruangan, sehingga dapat diperoleh informasi yang representatif dan akurat.

(5)

5

3. Data satelit penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk beragam tujuan diberbagai sektor pembangunan, yang dapat diproses dengan menerapkan berbagai macam metode yang masing-masing dapat diarahkan agar dapat diperoleh informasi untuk suatu tujuan tertentu. 4. Data satelit penginderaan jauh mempunyai tingkat kompatibilitas yang

fleksibel, sehingga mudah untuk dilakukan integrasi dengan jenis data lainnya.

1.5.2 Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sistem manual dan digital (dengan menggunakan komputer sebagai alat pengolahan dan analisis) yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, memanipulasi, memperbaharui, dan menghasilkan informasi yang mempunyai rujukan spasial dan geografis.

SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem diantaranya yaitu: data input, data output, data managemen dan data manipulasi dan data analisis. Disamping subsistem-subsistem dari SIG tersebut, SIG juga terdiri dari berbagai komponen diantaranya perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi geografi dan manajemen.

SIG memiliki kelebihan yang membedakan dengan sistem informasi lainnya, yaitu SIG bukan saja mampu menangani data atribut (kualitatif dan kuantitatif), sekaligus mampu menangani data spasial (keruangan) yang berwujud titik garis dan poligon. Kelebihan ini menjadikan SIG memiliki prospek pengembangan dan pemakaian yang lebih potensial sebagai sistem pengambilan keputusan untuk berbagai aplikasi.

Secara umum SIG berfungsi sebagai berikut yaitu melakukan perhitungan sejumlah operasi/perhitungan, display (layer peta – warna, ukuran, bentuk dan lain-lain), kompilasi data base non-spasial, overlay, buffering, memperbaiki dan memperbaharui data atau tayangan tabel (SQL), membuat hubungan-hubungan keruangan dan mebuat peta tematik dan peta arahan yang berguna untuk perencanaan pembangunan wilayah.

(6)

6

1.5.3 Hotel

Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum". Jadi, pada mulanya hotel

memang diciptakan untuk meladeni masyarakat.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel). Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau bagian dari bangunan daripadanya yang khusus disediakan, dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran (mempunyai restoran yang berada di bawah manajemen hotel tersebut). Apabila tidak memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas dikategorikan sebagai "penginapan".

1.5.4 Citra Satelit Quickbird

Citra satelit Quickbird merupakan salah satu citra satelit yang memiliki resolusi tinggi yang dimiliki dan dioperasikan oleh DigitalGlobe, ukuran pixel mencapai 0.61cm. Satelit ini menggunakan sensor BGIS 2000 dan memiliki saluran pankromatik dan multispektral.

Tabel 1.1 Fitur dari satelit Quickbird

Fitur Keunggulan

Resolusi Sensor komersial paling tinggi yang tersedia

60-cm (2-ft) pankromatik 2.4-m (8-ft) multispectral

Memperoleh citra kualitas tinggi untuk pemetaan, pendeteksi perubahan lahan

Industri memntingkan kualitas unggul dalam ketelitian dan akurasi citra

Platform stabil dalan akurasi atau ketelitian permukaan. 3-axis stabilized, star tracker/IRU/reaction wheels, GPS

Pemetaan area tanpa harus menggunkan cek lapangan dan tanpa penggunaan GCP (Ground Control Point)

(7)

7

Koleksi area yang besar dan paling cepat

16.5-km width imaging swath

128 Gbits on-board image storage capacity

membaharui produk perumpamaan global dengan cepat dibanding sistem kompetitif mutu gambaran Tinggi

Citra dengan kualitas tinggi

Off-axis unobscured design of QuickBird's telescope Large field-of-view

High contrast (MTF) High signal to noise ratio 11 bit dynamic range

Luas cakupan target koleksi imaging pantas dan tingkatkan gambaran interpretabilas yang tinggi sebab gambaran dapat diperoleh pada tingkat pencahayaan yang paling rendah tanpa menghilangkan kualitas maupun kuantitas grafik/gambar

Kuantisasi 11 bits

Tabel 1.2 Profil dan spesifikasi Satelit Quickbird

Informasi peluncuran

Tanggal: 18 Oktober 2001

Peluncuran wahana: 1851-1906 GMT (1451-1506 EDT) Kendaraan peluncur: Delta II

Lokasi peluncuran: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base, California

Orbit

Ketinggian: 450 km - 98 derajat, sun-synchronous inclination Resolusi temporal: 1 sampai 3.5 hari berdasar pada latitude Pada resolusi pixel 60-centimeter

Viewing angle: Agile spacecraft - in-track and cross-track pointing Periode: 93.4 minutes

Koleksi Per Orbit ~128 gigabits (approximately 57 single area images)

Lebar cakupan dan ukuran wilayah

Nominal swath width: 16.5-kilometers at nadir

Accessible ground swath: 544-km centered on the satellite ground track (to ~30° off nadir)

Areas of interest:

Single Area - 16.5 km x 16.5 km Strip - 16.5 km x 165 km

(8)

8

Resolusi Sensor & Rentang Spectral

Panchromatic

60-centimeter GSD (Ground Sample Distance) at nadir

Black & White: 445 to 900 nanometers

Multispectral 2.4-meter GSD at nadir Blue: 450 to 520 nanometers Green: 520 to 600 nanometers Red: 630 to 690 nanometers Near-IR: 760 to 900 nanometers

Julat dinamis 11-bits per pixel

Komunikasi

Payload Data

320 Mbps X-band

Housekeeping

X-band from 4, 16 and 256 Kbps 2 Kbps S-band uplink

ADCS Approach 3-axis stabilized, star tracker/IRU/reaction wheels, GPS

Pointing and Agility

Accuracy: less than 0.5 milliradians absolute per axis Knowledge: less than 15 microradians per axis Stability: less than 10 microradians per second Onboard Storage 128 Gbits capacity

Masa orbit Bahan bakar untuk 7 tahun

berat 2100 pound, panjang 3.04-meter (10-ft)

Citra Quickbird diluncurkan oleh DigitalGlobe pada tanggal 18 Oktober 2001 dengan mesin pendorong Boeing Delta II. Peluncuran dilakukan di Pangkalan Angkatan Udara, Vandenberg California. Ketinggian orbit 450 km, waktu orbit 93, 5 menit melewati khatulistiwa 10:30 am dan kemiringan 97,2o sun synchronus. Lebar liputan 16, 5 x 16,5 km (single scene). DigitalGlobe berhasil memodifikasi Quickbird untuk meningkatkan resolusi melalui pengaturan orbit terbang satelit , yakni dari 1 meter ke 61 cm (pankromatik) dan dari 4 meter ke 2, 44 meter (multispektral). Sejak diluncurkan dan pengambilan gambar pertama kali, Quickbird ini merupakan satelit komersial yang mempunyai resolusi tertinggi di dunia hingga saat ini. Citra ini mempunyai kemampuan menyimpan 11 bit per piksel (2048 gray scale) ini berarti memberikan kualitas citra yang lebih baik karena gradasi keabuan

(9)

9

mengalami peningkatan 8 kali dibandingkan tipe 8 bit yang dimiliki sebagian besar citra yang ada saat ini.

Produk citra Quickbird ini dibagi ke dalam tiga level, yaitu : 1. Basic Imagery

Produk ini merupakan produk citra yang paling sedikit dilakukan pemerosesan. Didesain untuk pengguna yang mempunyai kemampuan image processing yang handal. Produk ini sudah terkoreksi radiometri, terkoreksi sensor tetapi belum terkoreksi geometrinya. Karena belum terkoreksi geometri, maka proyeksi dan ellipsoid kartografinya belum diketahui.

2. Standard Imagery

Produk ini didesain untuk pengguna yang menghendaki akurasi sedang dan atau cakupan area yang sempit. Pengguna yang menggunakan produk ini mempunyai kemampuan image processing yang cukup dan mampu memanipulasi dan memanfaatkan citra untuk berbagai aplikasi. Sudah terkoreksi geometrik maupun radiometrik. Resolusi bervariasi antara 60–70 cm untuk pankromatik dan 2,4–2,8 meter untuk multispektral.

3. Orthorectified Imagery

Produk ini sudah menghapus kesalahan topografi dan ketelitian posisinyapun lebih baik, merupakan “GIS ready”, sebagai basemap untuk pembuatan atau revisi pemetaan database GIS atau untuk menunjuk keberadaan suatu kenampakan. Produk ini juga dapat digunakan untuk deteksi perubahan dan aplikasi analisis yang lain serta mempunyai kemampuan untuk pembuatan DEM dan GCPs.

Gambar

Tabel 1.1 Fitur dari satelit Quickbird
Tabel 1.2 Profil dan spesifikasi Satelit Quickbird

Referensi

Dokumen terkait

Ini disebabkan karena pada umumnya para perajin hanya memproduksi dalam jumlah terbatas untuk keperluan sendiri, atau berdasarkan permintaan dari konsumen.Untuk menghidupkan

Adapun nilai skin factor sebesar +13,35 dan flow efficiency sebesar 0,47 menunjukkan bahwa daerah di sekitar lubang sumur diindikasikan telah mengalami kerusakan.Untuk

Fakta menunjukkan masih rendahnya efek kepercayaan merk terhadap keputusan pembelian susu Anlene, hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa keluhan dari konsumen

Terdapat perbedaan mencolok pada gambar diagram batang pada Gambar 5 , yaitu kontribusi pada tahun 2011 didominasi oleh repeatability pengambilan data faktor- Ksebesar

Tujuan dari pemantauan ini untuk mengetahui kualitas udara laboratorium IEBE dan radioaktivitasnya, sehingga dapat mendukung sistem keselamatan bagi pekerja radiasi

Untuk dapat dilakukan analisis faktor, persyaratan pokok yang harus dipenuhi adalah angka Measure of Sampling Adequacy (MSA) harus di atas 0,5 dan probabilitas (sig) <

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas V SD Negeri Pulorejo 01 Pati dalam pembelajaran

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah merancang prototype sistem penilaian investasi usaha dan pendanaan untuk penyertaan saham