• Tidak ada hasil yang ditemukan

C E R P E N. Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin. Oleh Adam Yudhistira

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "C E R P E N. Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin. Oleh Adam Yudhistira"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin_Cerpen Adam Yudhistira 1

Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin

Oleh Adam Yudhistira Entah angin apa yang menuntun Samin mendatangi kediaman Bakar siang itu. Saat dia tiba, di sana sedang berkumpul puluhan orang. Mereka berbincang sangat serius. Pokok utama perbincangan mereka menyoal rencana menjual Hutan Kemuning kepada perusahaan tambang batubara. Namun ketika Samin tiba, orang-orang itu serentak berhenti berbicara. Semua mata tertuju kepadanya dengan sorot mata curiga.

“Aku datang membawa pesan,” jawab Samin ketika Bakar bertanya maksud kedatangannya.

“Pesan?” mata Bakar menyipit. “Pesan dari siapa?” “Dari Puyang Teduang Berampo.”

Mendengar jawaban itu, Bakar tertawa tergelak-gelak. Dia berjalan menghampiri Samin yang tegak di langkan beranda. “Kau tahu mengapa orang-orang di kampung ini memangilmu Samin?” tanyanya sambil meletakkan sebelah tangan di bahu pemuda itu.

“Tidak. Aku tidak tahu,” jawab Samin lugu.

“Samin artinya dungu,” jawab Bakar disusul gelegar tawa. “Kau cocok menyandang nama itu.”

Perkataan Bakar memancing tawa panjang di mulut orang-orang yang sejak tadi menyimak percakapan mereka. Samin menunduk malu. Di dalam hati dia mengeluh, lancung betul lidah Bakar menghina dirinya. Namun, pemuda itu tak ingin lagi bicara. Dia memilih diam saja. Tak ada hasrat lagi untuk menyampaikan pesan yang dia bawa.

Sebenarnya tadi malam, sebelum Samin terjaga dengan sekujur tubuh bersimbah peluh, dia mendapati sebuah mimpi yang aneh. Di dalam mimpinya dia melihat ribuan ular keluar dari sebuah lubang, salah satu dari ular itu berkata,

(2)

Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin_Cerpen Adam Yudhistira 2 “Sampaikanlah pesanku pada Bakar bin Matsen. Jangan mengusik rumah kami. Jika dia tetap memaksa, maka dia akan tertimpa bala.”

Begitulah pesan yang hendak disampaikan Samin kepada Bakar, tetapi tak kesampaian tersebab lelaki congkak itu sudah kadung mengusirnya. Orang-orang yang berkumpul di beranda rumah Bakar memandangi Samin dengan sorot mata kurang nyaman. Seolah-olah pemuda itu membawa seonggok bangkai yang menguarkan aroma yang membuat perut mereka mendidih mual.

Sedangkan bagi Samin, apabila gayung dilempar tiada bersambut, niat baik ditanggapi buruk, maka berlepas dirilah dia dari padanya. Dia meninggalkan kediaman Bakar tanpa beban, diiringi gumam panjang orang-orang yang kembali melanjutkan percakapan perihal menjual hutan Kemuning yang berada di atas Tanah Ulayat kampung Kelingi kepada perusahaan tambang batubara.

***

Di ataran kampung Kelingi, dari hulu hingga ke hilirnya, tiada yang meragukan keluguan Samin. Kerjanya sehari-hari hanya menganyam keranjang rotan dan berburu madu di puncak-puncak pohon sialang. Sesekali, dia memang dipanggil apabila ada yang keseleo, sendi bergeser, ataupun patah tulang, namun hanya sebatas itulah hubungannya dengan orang-orang kampung itu.

Selama ini memang hampir tak ada yang betah bicara dan berada di dekat Samin. Pemuda itu hidup sebatang kara. Ibu dan bapaknya mati ketika dia masih belum cakap mengelap ingus sendiri. Hanya Mak Rabiah yang mengasuhnya.

Duapuluh lima tahun yang lalu, perempuan bungkuk yang nyaris buta itu telah memungut Samin dari sebuah gubuk di tepi hutan. Namun meskipun begitu, tak ada yang benar-benar tahu riwayat Samin, sebab tali-riwayat itu telah terputus sejak kematian Mak Rabiah sepuluh tahun yang lalu.

Lain riwayat Samin, lain pula riwayat Bakar. Sejak terpilih menjadi Kepala Kampung Kelingi, dia langsung menyusun rencana menyulap Hutan Kemuning menjadi tambang batubara. Di kampung tetangga, warga

(3)

berbondong-Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin_Cerpen Adam Yudhistira 3 bondong menjual ladang dan huma milik mereka. Dengan kemahiran menarikan lidah, Bakar berhasil menghasut orang-orang melakukan hal yang sama.

Iming-iming yang digaungkan Bakar, membuat orang-orang tergoda. Hasil dari tambang itu akan dibagi rata untuk setiap kepala keluarga. Iming-iming itu pula yang membuat orang-orang bersetuju dengan rencananya, tak peduli meskipun pada hutan itu, melekat sebuah legenda yang berasal dari tuturan para tetua.

Dalam kepercayaan lama yang diriwayatkan turun-temurun, bahwasanya di kerimbunan Hutan Kemuning, bersemayam Puyang Teduang Berampo. Banyak orang bersaksi bahwa perwujudan asli Puyang Teduang Berampo adalah ular sebesar pohon kelapa, bermata hijau dan bermahkota.

Dahulu, jauh sebelum listrik, tower selular, dan segala alat centang-perenang peranti simbol kemajuan itu masuk ke Kampung Kelingi, tiada satu orang pun yang berani menebang pohon-pohon di hutan Kemuning. Cerita penuh petatah-petitih dari lisan para tetua diaminkan dan diletakkan di atas nampan agar tiada terkena bala apabila melanggarnya. Tetapi kini, cerita-cerita itu hanya menjadi dongeng belaka, pengantar tidur si buyung dalam buaian, tak bisa dinalar dengan ilmu pengetahuan.

“Hikayat itu hanya muslihat kaum pencoleng zaman dahulu agar hutan Kemuning tetap merimbun dan berguna sebagai tempat persembunyian dari kejaran opas-opas Belanda,” ucap Bakar penuh percaya diri. “Tapi sekarang, seperti yang kalian ketahui, di dalam hutan itu, di bawah tanahnya, ada kekayaan yang bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran kita semua. Apa salahnya?”

“Tetapi, bagaimana dengan pesan yang dibawa Samin?” tanya Rojali menyela ceramah Bakar. Beberapa orang mengangguk, bersetuju dengan ketakutan yang meriap di mata Rojali. Bagaimanapun, legenda tua itu sudah ada sejak mereka belum lahir ke dunia. Mereka jelas tak mau mendapat celaka apabila menafikannya begitu saja.

Hening merambati beranda rumah Bakar. Orang-orang menunggu lelaki itu mengeluarkan semacam fatwa yang bisa mengusir khawatir di dada mereka.

(4)

Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin_Cerpen Adam Yudhistira 4 Apa pun yang keluar dari mulut Bakar akan mereka percaya. Di kampung yang terkucil dan diapit Bukit Barisan itu, hanya Bakar yang mengenyam pendidikan tinggi. Dia sarjana satu-satunya.

“Saudara-saudara tak perlu termakan siasat murahan itu,” ujar Bakar tersenyum simpul. “Kalian 'kan tahu, hutan itu sumber hidupnya. Rencana kita, terang saja ditakutinya, dia tak ingin periuk nasinya diusik. Itu kenapa dia membawa-bawa nama Puyang Teduang Berampo untuk menipu kita. Tapi coba kalian pikir, apa cuma dia yang berhak mengambil manfaat dari hutan itu? Tidak. Kita dan dia sama. Sama-sama berhak menikmatinya.”

Pandai benar Bakar bermain kata-kata. Apa yang disampaikannya membuat orang-orang mengangguk-angguk setuju. Tersirat senyum lega di wajah mereka saat mendengar Bakar mengatakan bahwa rencana besar itu akan dilaksanakan tiga hari di muka.

Sudah lama orang-orang Kampung Kelingi memendam iri pada kampung-kampung tetangga yang warganya hidup sejahtera sejak berganti profesi dari petani menjadi penambang batu bara. Motor-motor mengkilap hilir-mudik melintasi jalan saban harinya. Begitupula truk-truk pengangkut batubara yang deru roda dan mesinnya, meninggalkan debu dan rasa cemburu di hati mereka. Ketika Bakar menawarkan gagasannya membuka Hutan Kemuning yang kaya batubara, terang saja tak ada yang menolaknya.

***

Pagi masih belia ketika Bakar dan puluhan orang lelaki beramai-ramai mendatangi Hutan Kemuning. Di bahu dan punggung mereka terpanggul pacul dan beliung. Orang-orang itu mulai melaksanakan apa yang mereka sepakati tiga malam sebelumnya di rumah Bakar. Membabat hutan itu dan mengupas tanahnya yang mengandung batubara.

Selanjutnya, di bawah arahan Bakar, masing-masing dari lelaki itu, mulai menyiangi tiap penjuru Hutan Kemuning. Pohon besar dan pohon kecil digasak dengan mesin penebang yang meraung-raung. Manakala dirasa tanah sudah

(5)

Hikayat Ular dalam Mimpi Pemuda Samin_Cerpen Adam Yudhistira 5 terbuka, mereka meneruskan dengan mengayunkan pacul dan beliung. Namun pelan tetapi pasti, dan sama sekali tidak mereka sadari, terciptalah nganga luka yang membawa malapetaka dari ketamakan yang telanjur berurat-akar di kepala mereka.

Dari keroak liang tanah yang terluka itu, tak disangka-sangka, keluarlah ribuan ular beragam jenis. Desisnya membuat Bakar dan orang-orang ketakutan. Ular-ular itu bergerak dengan beringas, melata, mematuk, membelit, dan menggigitkan bisa ke tubuh siapa saja yang berada dalam jangkauannya. Jerit kematian bergema. Tubuh-tubuh tumbang berkejat-kejat, mulut-mulut membusa, mata-mata membeliak saat melepas nyawa.

Syahdan, tidak ada satu pun dari rangkaian peristiwa itu yang luput dari pandangan Samin. Saat ular-ular keluar dari dalam lubang, dia sedang berada di puncak pohon sialang untuk menurunkan madu dari sarang terakhir yang dia temukan. Dari puncak pohon itulah dia melihat seekor ular sebesar pohon kelapa sedang menelan tubuh Bakar tanpa sisa. Ular itu bergelung di atas gundukan tanah bekas galian dengan mata hijau menyala. (*)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini telah dilakukan investigasi efek tekanan udara pada proses curing terhadap sifat fisis dan magnetik material magnet permanen bonded NdFeB..

Pasien menyatakan pada pukul 05.30 WIB BAB dan merasakan kenceng-kenceng, lalu pada pukul 08.00 datang ke puskesmas Mergangsan, saat dilakukan VT ( Vaginal Toucher  ) pada

Dari optimasi Program linier dengan menggunakan Lingo setelah didapat jumlah produk Phonska yang dikirim, dapat ditentukan berapa jumlah truk yang harus dialokasikan

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas yaitu kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier, pengakuan orang

Metode basah, menggunakan reaksi cairan (dari larutan menjadi padatan), merupakan metode yang umum digunakan karena sederhana dan menghasilkan serbuk hidroksiapatit

Penggunaan media pasir dengan ketebalan 15 cm dianjurkan sebagai media tanam rumput Bermuda (Cynodon dactylon L.) untuk mendapatkan kualitas visual (kepadatan pucuk dan lebar

Kondisi fisik merupakan suatu keadaan yang dimiliki lansia dan berkaitan dengan fisik tubuhnya seperti kesehatan lansia, sedangkan kondisi sosial adalah kondisi lansia