• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Quality Function Deployment untuk Peningkatan Kualitas Produk Coklat Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Metode Quality Function Deployment untuk Peningkatan Kualitas Produk Coklat Lokal"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Metode Quality Function Deployment untuk Peningkatan

Kualitas Produk Coklat Lokal

Syamsul Anwar1, Jasril2, Yunizurwan3, Ira Restica Palba4

1Program Studi Sistem Produksi Industri

Akademi Teknologi Industri Padang ([email protected])

2Program Studi Sistem Produksi Industri

Akademi Teknologi Industri Padang

3Program Studi Sistem Produksi Industri

Akademi Teknologi Industri Padang ([email protected])

4Alumni Program Studi Manajemen Industri,

Jalan Bungo Pasang, Tabing, Padang, Sumatera Barat, 25171 ([email protected])

ABSTRAK

Coklat chokato merupakan produk coklat lokal dari Sumatera Barat. Faktor kualitas produk tetap diyakini menjadi faktor penentu dalam memenangkan persaingan di pasar. Diperlukan kajian terhadap strategi peningkatan kualitas produk dengan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi peningkatan kualitas coklat lokal dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Objek penelitian adalah coklat batangan dengan jenis milk-chocolate dan dark-chocolate. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, pengamatan langsung, dan wawancara. Dari penyebaran kuesioner didapatkan atribut-atribut kualitas yakni ; rasa, variasi rasa, aspek kemasan (informasi tentang merk, jenis rasa, berat, komposisi, gizi, halal, waktu kadaluarsa, tampilan yang menarik), harga, dan kemudahan dalam mendapatkan. Hasil benchmarking terhadap produk pesaing didapatkan kedua jenis coklat lokal masih berada di bawah level produk kompetitor untuk semua atribut tersebut. Penelitian ini mengusulkan peningkatan cita rasa cokelat mulai dari tahapan sortasi biji kakao, pengolahan hingga tahap pengemasan. Peningkatanan variasi rasa, memperbaiki tampilan kemasan dan menambahkan informasi pada kemasan serta meningkatkan usaha promosi produk.

Kata kunci: peningkatan kualitas, coklat lokal, QFD 1. PENDAHULUAN

Sumatera Barat merupakan salah satu sentra perkebunan kakao di Kawasan Barat Indonesia [1]. Pemerintah Pusat telah menetapkan agroindustri kakao sebagai industri unggulan di provinsi Sumatera Barat. (Kemenperin, 2008). Walaupun Sumatera Barat belum memiliki industri pengolahan kakao skala besar tetapi telah memiliki industri kecil pengolahan kakao. Lokasi pabrik pengolahan tersebut berada di Kanagarian Kapalo Koto, Kec. Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh. Pabrik ini dikelola oleh kelompok tani Tanjung Subur dan bernama Chokato (cokelat kapalo koto). Pabrik ini

memproduksi coklat berfermentasi. Untuk

pengadaan bahan baku dengan mengandalkan sepenuhnya dari hasil kebun anggota kelompok tani . Karena kuantitas produksinya yang masih relatif kecil sehingga wilayah pemasarannya juga masih terbatas. Pihak perusahaan berencana akan meningkatkan kuantitas produksi maupun wilayah pemasarannya.

Dalam persaingan bisnis dewasa ini yang semakin ketat maka pelaku usaha dituntut untuk terus

meningkatkan daya saing produknya. Aspek kualitas produk merupakan salah satu aspek yang menentukan daya saing suatu produk di pasar selain harga [10].

Untuk mengembangkan wilayah pemasaran,

persoalan kualitas merupakan hal yang krusial. Dari pengamatan di lapangan, produk olahan kakao yang paling populer adalah coklat batangan. Produk ini sangat mudah ditemukan antara lain di supermarket, swalayan, kantin sekolah, dan lain sebagainya. Coklat yang beredar paling banyak berasal dari produsen coklat di Pulau Jawa dan dari negara Singapura dan Malaysia. Tentunya kualitas produk dari coklat yang beredar tersebut baik dari segi rasa dan kemasan sudah tidak diragukan lagi. Perusahaan cokelat lokal telah menyadari bahwa untuk mampu bersaing, kualitas produk perlu ditingkatkan. Untuk itulah diperlukan kajian mengenai strategi peningkatan kualitas produk cokelat lokal Sumatera Barat.

Beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji industri pengolahan kakao dapat dilihat antara lain ; [2] yang melakukan kajian terhadap aspek kelayakan dari sisi teknologi dan finansial industri pengolahan kakao Sumatera Barat. Hasibuan (2012) yang

(2)

merancang skenario kebijakan pengembangan industri kakao nasional. Mochtar dan Darma [4] yang mengkaji faktor daya saing dan analisis finansial industri pengolahan kakao di Makassar. Hamdani [5] yang mengkaji kelayakan industri pengolahan kakao di Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi peningkatan kualitas coklat lokal dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD merupakan salah satu metode peningkatan kualitas yang populer. Beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan metode QFD antara lain; Noviana [6] dengan objek produk batik Kaltim, Rahmayanti [7] untuk objek produk suku cadang, Suryaningrat [8] dengan objek produk mie jagung, Waisyarayutt [9] dengan objek produk mie beras instan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskritif dengan analisis kuantitatif. Studi kasus dilakukan pada perusahaan cokelat Chokato di Payakumbuh, Sumatera Barat. Pengumpulan data atribut kualitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner I kepada 97 orang responden yang dianggap sebagai konsumen potensial. Untuk produk pembanding diambil beberapa sampel merk cokelat yang banyak beredar di swalayan di kota Padang. Di lakukan juga pengamatan langsung terhadap proses pengolahan cokelat di perusahaan. Untuk menggali lebih dalam tentang proses pengolahan maka dilakukan wawancara terhadap pimpinan maupun karyawan perusahaan. Objek penelitian adalah cokelat batangan jenis milk-chocolate dan dark-chocolate. Untuk kebutuhan benchmarking setiap jenis cokelat tersebut diambil dua merk produk kompetitor. Untuk milk-chocolate, produk perusahaan Chokato diinisialkan dengan A, sedangkan merk produk lainnya diinisialkan dengan B dan C. Untuk dark-chocolate, produk perusahaan Chokato diinisialkan dengan D, sedangkan merk produk lainnya diinisialkan dengan E dan F.

Penerapan QFD dalam pengembangan produk coklat batangan dibagi dalam tiga tahap, yaitu [6]: 1. Tahap pengumpulan Voice of Customer.

Pada tahap ini dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan. Proses QFD membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk.

2. Tahap penyusunan House of Quality (HoQ).

Langkah-langkah dalam menyusun rumah

kualitas (HoQ) adalah dengan menyusun matriks yang merupakan dari HoQ adalah sebagai berikut :

- Matriks kebutuhan konsumen, - Matriks perencanaan,

- Benchmarking dan penetapan target - Matriks Respon teknis

- Matriks hubungan respon teknis dengan kebutuhan konsumen

- Matriks Korelasi teknis,

3. Tahap analisis dan interpretasi

Di sini dilakukan analisis dan interpretasi terhadap HoQ yang dibangun pada tahap sebelumnya. Tujuannya adalah untuk merancang produk yang memiliki karakteristik yang kuat dalam memenuhi keinginan konsumen.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Matriks Kebutuhan Konsumen

Hasil dari penyebaran kuesioner I didapatkan beberapa atribut kualitas produk coklat batangan sebagai berikut :

1. Cita Rasa yang enak 2. Variasi rasa lebih banyak 3. Citra merk

4. Kemasan:

- informasi jenis rasa - informasi berat - informasi komposisi - informasi gizi - label halal

- informasi waktu kadaluarsa - Tampilan yang menarik 5. Harga yang murah

6. Mudah didapatkan

Berikutnya, kuesioner II disebarkan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan untuk setiap atribut tersebut. Untuk benchmarking, setiap jenis cokelat dibandingkan dengan dua merk cokelat kompetitor.

Uji Reliabilitas dan Validitas

Pengujian reliabilitas dan validitas dilakukan terhadap hasil kuesioner untuk memastikan instrumen kuesioner dan data memenuhi persyaratan secara statistik. Pengujian reliablitas ini menggunakan SPSS versi 17. Variabel dinilai valid jika nilai cronbach’s alpha > 0,700. Tabel 1 berikut menampilkan ringkasan hasil uji reliabilitas kuesioner.

Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Hasil

Tingkat kepentingan Reliabel Tingkat kepuasan-A Reliabel Tingkat kepuasan-B Reliabel Tingkat kepuasan-C Reliabel Tingkat kepuasan-D Reliabel Tingkat kepuasan-E Reliabel Tingkat kepuasan-F Reliabel

Item setiap atribut kualitas dinilai valid jika nilai r output SPSS > nilai r tabel (0,05; N-2). Adapun tabel 2 berikut menampilkan ringkasan hasil uji validitas kuesioner.

(3)

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Validitas

Atribut Hasil

Cita rasa Valid

Variasi rasa Valid

Citra Merk Valid

Kemasan : Informasi jenis rasa Valid

Kemasan : Informasi berat Valid

Kemasan : Informasi komposisi Valid

Kemasan : Informasi gizi Valid

Kemasan : Label halal Valid

Kemasan : Informasi waktu kadaluarsa Valid

Kemasan : Kemasan menarik Valid

Harga murah Valid

Mudah didapatkan Valid

3.2 Matriks Perencanaan

Matriks perencanaan bertujuan untuk

menentukan atribut mana yang akan dikembangkan terlebih dahulu. Tabel 3 berikut menampilkan atribut

kualitas cokelat batangan dan tingkat

kepentingannya.

Tabel 3 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Customer importance

1. Cita rasa yang enak 4,7

2. Variasi rasa lebih banyak 4,2

3. Citra Merk 4,2

4. Kemasan : Informasi jenis rasa 4,2

5. Kemasan : Informasi berat 3,8

6. Kemasan : Informasi komposisi 4,4

7. Kemasan : Informasi gizi 4,5

8. Kemasan : Label halal 4,8

9. Kemasan : Informasi waktu kadaluarsa 4,8

10.Kemasan : Kemasan menarik 4,2

11. Harga murah 4,3

12. Mudah didapatkan 4,5

Atribut kualitas

3.3 Benchmarking dan Penetapan Target

Selanjutnya Tabel 4 dan Tabel 5 berikut masing-masing menampilkan benchmarking dan penetapan target atribut kualitas milk-chocolate dan dark-chocolate.

Tabel 4 Benchmarking dan Penetapan Target Produk Milk-Chocolate

Cita rasa 2,6 4,2 4,0 4,2 1,6 6,8 0,11 1

Variasi rasa 2,7 3,9 3,8 3,9 1,5 5,7 0,09 3

Citra Merk 3,3 4,2 4,0 4,2 1,3 5,3 0,09 3

Kemasan : Informasi jenis rasa 3,1 3,8 3,9 3,9 1,2 4,8 0,08 4

Kemasan : Informasi berat 3,3 3,8 3,8 3,8 1,1 4,3 0,07 5

Kemasan : Informasi komposisi 3,5 4,0 4,0 4,0 1,1 4,6 0,07 5

Kemasan : Informasi gizi 3,2 4,0 4,0 4,0 1,3 5,2 0,08 4

Kemasan : Label halal 3,2 4,3 3,9 4,3 1,4 5,9 0,10 2

Kemasan : Informasi kadaluarsa 3,7 4,2 4,2 4,2 1,1 4,8 0,08 4

Kemasan : Kemasan menarik 3,5 4,2 3,9 4,2 1,2 5,1 0,08 4

Harga murah 2,9 3,2 3,3 3,3 1,1 3,7 0,06 6 Mudah didapatkan 2,8 3,9 3,8 3,9 1,4 5,4 0,09 3 Atribut kualitas A B C Targ et Valu e I Im p ro v em ent R atio I We ig h t W eig h t (% ) I Ran kin g I

Tabel 4 di atas menunjukkan tingkat kepuasan (performance) produk perusahaan (A) berada di bawah kedua produk kompetitor (B dan C) untuk semua atribut kualitas. Nilai target ditetapkan adalah nilai performance terbaik yang dicapai oleh

produk kompetitor. Kemudian dihitung

improvement rasio, pembobotan dan penetapan rangking prioritas. Adapun urutan peringkat atribut kualitas yang menempati rangking 3 besar untuk ditingkatkan adalah cita rasa, kemasan dengan label halal, variasi rasa, dan citra merek.

Tabel 5 Benchmarking dan Penetapan Target Produk Dark-Chocolate

Cita rasa 2,0 4,4 4,4 4,4 2,3 10,1 0,13 1

Variasi rasa 2,0 4,2 4,3 4,3 2,1 9,1 0,12 2

Citra Merk 2,9 4,3 4,4 4,4 1,5 6,4 0,08 3

Kemasan : Informasi jenis rasa 2,8 4,1 4,1 4,1 1,5 6,1 0,08 3

Kemasan : Informasi berat 3,1 4,0 4,1 4,1 1,3 5,4 0,07 4

Kemasan : Informasi komposisi 3,2 4,1 4,1 4,1 1,3 5,3 0,07 4

Kemasan : Informasi gizi 2,8 4,2 4,3 4,3 1,5 6,5 0,08 3

Kemasan : Label halal 3,6 4,2 4,3 4,3 1,2 5,2 0,07 4

Kemasan : Informasi kadaluarsa 3,3 4,2 4,3 4,3 1,3 5,5 0,07 4

Kemasan : Kemasan menarik 3,0 4,2 4,2 4,2 1,4 5,9 0,08 3

Harga murah 2,8 3,5 3,7 3,7 1,3 5,0 0,06 5 Mudah didapatkan 2,7 4,4 4,3 4,4 1,6 7,1 0,09 2 Targ et Valu e I Im p ro v em ent R atio I We ig h t W eig h t (% ) I Ran kin g I Atribut kualitas D E F

Tabel 5 di atas menunjukkan performance produk perusahaan (D) berada di bawah kedua produk kompetitor (E dan F) untuk semua atribut kualitas. Penetapan target sama seperti sebelumnya. Adapun urutan peringkat atribut kualitas yang menempati rangking 3 besar untuk ditingkatkan adalah cita rasa, variasi rasa, kemudahan mendapatkan, citra merk, kemasan dengan informasi jenis rasa, gizi, dan tampilan kemasan yang menarik.

3.4 Matriks Respon Teknis

Respon teknis disusun untuk menggambarkan kemampuan teknis perusahaan dalam merespon keinginan konsumen. Daftar respon teknis disusun dengan merujuk kepada [11] dan interview dengan pelaku usaha. Berikut adalah penjelasan respon teknis yang dapat dilakukan oleh perusahaan. a. Sortasi buah dan biji kakao

Mendapatkan biji kakao dari buah kakao yang benar-benar matang, bebas dari penyakit, dan higienis dari bahan-bahan lain karena ini akan mempengaruhi rasa.

(4)

Gambar 1 Buah kakao (kiri) dan Biji Kakao (kanan) b. Fermentasi

Proses ini akan mengakibatkan biji kakao mengalami perubahan fisik, kimia, dan biologis. Proses ini dapat memperbaiki kenampakan dan akan diperoleh biji kakao kering yang memiliki calon aroma yang kuat dan dapat mengurangi rasa sepat dan pahit. Lama fermentasi ideal antara 5-6 hari. Kesalahan dalam praktik fermentasi akan menyebabkan biji kakao kurang beraroma dan memiliki keasaman yang tinggi. Perusahaan melakukan proses fermentasi ini dengan menggunakan kotak seperti pada Gambar 2. c. Pengeringan

Pengeringan adalah kelanjutan dari tahap oksidatif dari fermentasi yang berperan penting dalam mengurangi rasa kelat dan pahit. Tujuan utamanya adalah mengurangi kadar air biji menjadi di bawah 7 %. Perusahaan menggunakan pengeringan manual dengan cahaya matahari dengan alasan efisiensi.

d. Penyangraian

Proses penyanggraian biji kakao akan mengakibatkan interaksi senyawa-senyawa calon pembentuk cita rasa khas. Suhu penyangraian untuk cokelat batangan sekitar 99 – 1040 C.

Penyangraian pada suhu rendah atau terlalu cepat akan menyebabkan aroma cokelat kurang tajam, tetapi jika suhu terlalu tinggi biji kakao akan beraroma gosong. Mesin sangrai dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kotak fermentasi (kiri) dan Mesin Sangrai (kanan)

e. Pencampuran dan refining

Untuk menghasilkan campuran cokelat dengan bahan-bahan lainnya menjadi lebih homogen. Partikel-partikel kasar dapat berasal dari gula, pasta kakao atau susu. Proses refining atau

penghalusan diperlukan untuk menghasilkan tekstur produk cokelat yang halus (smoothness). Cokelat batangan pada umumnya memiliki ukuran partikel 75 µm. Proses ini pada perusahaan menggunakan mesin seperti pada Gambar 5.

f. Conching

Proses ini untuk pematangan dan homogenisasi adonan yang dilakukan pada suhu > 60o C dimana

dapat mengurangi tingkat keasaman, rasa menyengat (harshness), dan rasa pahit. Pasta cokelat diaduk secara terus-menerus selama selang waktu lebih dari 24 jam. Cokelat yang melewati proses ini akan memiliki cita rasa khas yang lembut dan matang. Mesin Conching ini seperti dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Mesin Refiner (kiri), mesin Conching (kanan)

g. Pengemasan

Untuk melindungi hasil olahan akhir cokelat dari pengaruh lingkungan, sehingga mutu hasil olahan tetap baik dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Bahan pengemasan yang direkomendasikan adalah aluminium foil. Untuk menjaga mutu dan tekstur cokelat dibutuhkan tempat penyimpanan yang kering dan dingin.

Gambar 6 Produk h. Penambahan isian cokelat

Menambahkan isian di dalam cokelat seperti kacang mete, kacang almond, susu, dan rasa buah bertujuan agar konsumen memiliki lebih banyak pilihan dalam memilih cokelat sesuai selera. i. Meningkatkan promosi

Dapat dilakukan misalnya melalui iklan di koran atau radio, brosur, dan lain sebagainya sesuai kondisi perusahaan.

j. Membuat sistem pemasaran

Pihak perusahaan seharusnya mendistribusikan produk cokelatnya ke berbagai swalayan, toko dengan terlebih dahulu meningkatkan kapasitas produksinya.

(5)

k. Pencantuman label halal

Terlebih dahulu perusahaan mengajukan permohonan sertifikasi halal ke BPOM MUI untuk produk milk-chocolate.

l. Pencantuman informasi gizi

Terlebih dahulu perusahaan mengirimkan produknya ke balai /laboratorium pengujian untuk mengetahui kandungan gizi (nutrition fact) produk

m. Membuat kemasan yang menarik

Perusahaan meningkatkan anggarannya untuk mengajukan permintaan pembuatan kemasan kepada supplier yang lebih eye-catching.

3.5 Matriks Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen

Selanjutnya ditentukan korelasi antara kebutuhan konsumen dengan respon teknis. Untuk menjelaskan derajat hubungan ini digunakan simbol untuk hubungan kuat (bobot angka 9), untuk hubungan sedang (bobot angka 3), untuk hubungan lemah (bobot angka 1), dan jika tidak memiliki hubungan maka tidak diberikan simbol (bobot angka 0). Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Korelasi Kebutuhan Konsumen Dengan Respon Teknis

3.6 Korelasi Teknis dan Pembobotan

Selanjutnya ditentukan hubungan di antara masing-masing respon teknis dengan menggunakan simbol sebelumnya untuk hubungan yang positif dan diberi tanda – di atas simbol jika terdapat hubungan negatif. Lihat Gambar 7 berikut :

Gambar 7 Korelasi Respon Teknis dan Pembobotan Hubungan antar respon teknis secara umum ditemukan pada proses-proses yang saling berdekatan dan tidak memiliki hubungan yang negatif. Setelah dilakukan pembobotan maka didapatkan urutan respon teknis yang diprioritaskan untuk ditingkatkan. Berikut urutan prioritas untuk peringkat tiga teratas ; proses pencampuran-refining, metode promosi, proses pengemasan, bahan tambahan, proses sortasi biji kakao, fermentasi, pengeringan, penyangraian, conching, dan pencantuman sertifikat halal.

3.7 Penyusunan House of Quality (HoQ)

Setelah komponen-komponen rumah kualitas (HoQ) dibuat maka dapat disusun HoQ secara utuh. HoQ ini dapat digunakan dalam perencanaan pengembangan produk cokelat batangan. Gambar lihat di Lampiran 1.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Atribut-atribut kualitas cokelat batangan yang dipentingkan berturut-turut adalah ; cita rasa, variasi rasa, tampilan dan informasi pada kemasan, dan kemudahan mendapatkan. Respon teknis dari perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di mulai dari sortasi buah dan biji kakao, proses pengolahan hingga proses pengemasan produk, juga upaya peningkatan promosi dan pemasaran produk.

Penelitian ini dapat dikembangkan dengan melakukan benchmarking proses pada industri cokelat skala besar. Penelitian khusus terhadap strategi peningkatan kualitas untuk produk permen cokelat dan cokelat bubuk.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Damanik, S., Herman, “Prospek dan Strategi Pengembangan Perkebunan Kakao Berkelanjutan di Sumatera Barat”, Perspektif, Vol.9, No. 2, pp 94-105, 2010

[2] Aisman, Lukman, Irvan, R., “Kajian Tekno Ekonomi Industri Kecil Pengolahan Kakao (Studi Kasus Pengolahan Rakyat di Nagari Sikucur Kab. Padang Pariaman)”, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian, Padang 22 Agustus 2008, pp 127-148, 2008

[3] Hasibuan, A.M., Herman, “Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Hilir Kakao (Suatu Pendekatan Sistem Dinamis)”, Informatika Pertanian, Vol.21, No. 2, pp 59-70, 2012

[4] Mochtar, A. H., Darma, R., “ Prospek Pengolahan Industri Kakao Di Makassar: Analisis Potensi Kelayakan”, Jurnal Agrisistem, Vol.7, No. 1, pp 46-62, 2011

[5] Hamdani,N. S.,“ Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Kakao (Theobroma cacao L) Skala Industri Kecil-Menengah (IKM) di Kabupaten Tanggamus, Lampung”, Skripsi, Institut Pertanian Bogor

[6] Noviana, M., Hastanto, S., “Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Pengembangan Desain Motif Batik Khas Kalimantan Timur”, J@TI Undip, Vol. IX, No. 2, pp 87-92, 2014

[7] Rahmayanti, D., Marcelena, W,“ Strategi Inovasi Industri Kecil Suku Cadang Di Kota Padang”, Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol.11, No. 2, pp 265-278, 2012

[8] Suryaningrat, I.R., Djumarti, Ruriani, Eka, Kurniawati, I., “Aplikasi Metode Quality

Function Deployment (QFD) untuk

Peningkatan Kualitas Produk Mie Jagung”, AGROTEK, Vol.4, No. 1, pp 08-17, 2010 [9] Waisyarayutt, C., Tutiyapak, O., “Application

of Quality Function Deployment in Instant Rice Noodle Product Development”, Kasetsart Journal of Natural Science, Vol.40, Supplement, pp 162-171, 2006

[10] Cohen, L., “Quality Function Deplyment, How to Make QFD Work for You”, Addition Wesley Publishing Company, Reading, Massachusetts, 1995.

[11] Wahyudi, T., Panggabean T.R., Pujiyanto, “Kakao, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir, Panduan Lengkap”, Penebar Swadaya, Jakarta, 2002.

Lampiran 1.

Gambar

Tabel 4 di atas menunjukkan tingkat kepuasan  (performance)  produk  perusahaan  (A)  berada  di  bawah kedua produk kompetitor (B dan C) untuk  semua  atribut  kualitas
Gambar 1 Buah kakao (kiri) dan Biji Kakao (kanan)  b.  Fermentasi
Tabel 6 Korelasi Kebutuhan Konsumen Dengan  Respon Teknis

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas teknis yang perlu dilakukan pening- katan antara lain: peningkatan kualitas bahan baku, efisiensi proses pengolahan, peningkatan kerja sama dengan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan di atas, maka dapat ditentukan urutan prioritas customer needs (WHAT’s) dengan menggunakan QFD dan FQFD serta

terhadap kebutuhan konsumen, sehingga bagian manufaktur dapat mengetahui prioritas kebutuhan konsumen dengan menggunakan karakteristik teknis yang

digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen

Dari 16 respon teknis tersebut, tentunya tidak bisa dilakukan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh

Karakteristik teknis adalah respon teknis yang harus dilakukan oleh peneliti untuk memenuhi kebutuhan dan harapan responden terhadap usulan perencanaan desain alat

Di masa yang akan datang, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan studi komprehensif terhadap setiap atribut respon teknis yang

Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen Responden Laki-laki No Atribut Sales Point 1 Warna plastik mika untuk produk face shield adalah berwarna bening 1,2 2 Jenis pengikat