• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Tanggung Jawab

a. Pengertian Tanggung Jawab

Siswa memiliki kewajiban untuk mengikuti perintah guru, sehingga harus memiliki tanggung jawab atas perintah tersebut untuk melaksanakannya. Menurut Fitri (2012:112) tanggung jawab merupakan nilai moral yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai moral tersebut merupakan nilai yang melibatkan sikap dan perilaku seseorang. Menurut Daryanto (2013:71) tanggung jawab yaitu merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah sikap perilaku yang dimiliki oleh seseorang. Tanggung jawab tersebut merupakan pertanggung jawaban terhadap tindakan yang dilakukannya baik kepada guru, orang tua, dirinya sendiri maupun masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa, yang

dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berani menanggung

konsekuensi dari sikap, perkataan, dan tingkah laku dari tanggung jawab yang sudah dipilihnya.

(2)

b. Indikator Tanggung Jawab

Fitri (2012:43) menyebutkan indikator tanggung jawab yaitu: 1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik. 2) Bertanggung jawab kepada setiap perbuatan.

3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah diterapkan. 4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Hamalik secara rinci merumuskan pengertian belajar sebagai berikut:

Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or

strengthening of behavior through experiencing). Menurut

pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Pengertian lain mengenai belajar menurut Hilgard (Susanto, 2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses untuk mendapatkan sebuah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang secara

(3)

keseluruhan yang didapat melalui interaksi diri baik dengan pengalaman sendiri maupun dengan lingkungannya, untuk mendapat pengalaman dari belajar, siswa harus mengalami langsung artinya belajar tidakan dapat diwakilkan oleh siapapun.

b. Prinsip-prinsip belajar

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas dapat secara efektif apabila guru mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar sebagaimana mestinya. Prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Ada delapan prinsip yang dikemukakan oleh Aunurrahman (2013: 114-127) yaitu:

1) Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang untuk memiliki energi atau kekuatan bagi seseorang agar memiliki energi dan kekuatan untuk melakukan sesuatu dengan baik.

2) Retensi

Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu:

a) Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguatkan retensi b) Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik c) Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik

dimana proses belajar itu terjadi.

d) Latihan-latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.

e) Penelaahan bahan-bahan faktual keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.

f) Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil memuaskan.

(4)

g) Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.

h) Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik.

i) Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas.

j) Tahap akhir belajar seyogyanya memasukan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada giliranya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

3) Keaktifan

Keaktifan merupakan bagian dari aktivitas siswa dalam belajar. Dalam belajar keaktifan siswa nampak dalam kegiatan fisik yang mudah diamati dan bentuk psikis yang susah diamati. Bentuk kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih, keterampilan-keterampilan dan sebagainya, sedangkan dalam bentuk psikis dapat berupa memecahkan permasalahan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis lainnya. 4) Keterlibatan Langsung

Kegiatan langsung siswa dalam proses pembelajaran memiliki keaktifan yang tingg, dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar mendengar, mengamati, dan mengikuti akan tetapi akan terlibat langsung dalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan, atau mendemostrasikan sesuatu.

5) Pengulangan

Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikolog daya. Berdasarkan teori ini belajar adalah melatih daya bepikir, mengingat, mengamati, menghapal, menanggapi dan sebagainya

6) Tantangan

Belajar memerlukan tantangan agar dapat

membangkitkan gairah siswa dalam belajar. Bahan belajar atau pelajaran yang didalamnya mengundang materi yang banyak

permasalahan membuat siswa untuk tertantang

menyelesaikannya. 7) Balikan dan Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan ditekankan pada teori belajar Operant Conditioning oleh Skinner. Teori ini menyatakan ada dua penguatan yaitu penguatan positif dan negatif. Contohnya siswa yang memperoleh nilai baik mendorong ia akan belajar lebih giat lagi, sedangkan penguatan negatif, ketika siswa memperoleh

(5)

nilai jelek dan jika tidak naik kelas maka ia akan terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Jika guru tepat dalam menerapkan metode belajar, mengajar dengan baik, memungkinkan siswa akan mendapat penguatan dan balikan dengan segera.

8) Perbedaan Individual

Siswa merupakan individu yang unik. Satu sama lain memiliki kekhasan tersendiri dalam belajar, maka dari itu hendaknya guru memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut sehingga dalam mengajar mampu memberikan porsi yang sesuai dengan masing-masing kemampuan siswa.

Prinsip belajar yang lain dikemukakan oleh Davies (Aunurrahman, 2010:113) menjelaskan prinsip belajar sebagai berikut:

1) Semua hal apapun yang dipelajari oleh seorang siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa belajar merupakan keterlibatan siswa secara langsung untuk mengalaminya. 2) Setiap siswa memiliki tempo (kecepatan) sendiri dalam belajar.

Setiap kelompok umur, terdapat perbedaan dalam kecepatan belajar.

3) Seorang siswa lebih banyak apabila setiap langkah dalam belajar segera diberi penguatan. (reinforcement).

4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan siswa belajar secara lebih berarti atau biasa dikatakan belajar yang bermakna.

5) Apabila seorang siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan termotivasi untuk belajar dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

Berdasarkan kedua pengertian mengenai prinsip-prinsip belajar dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai prinsip yang jelas yaitu (1) belajar adalah mengalami langsung, (2) adanya perbedaan individual dalam kecepatan belajar, (3) belajar diperlukan adanya sebuah penguatan, (4) adanya perhatian dan motivasi, (5) adanya keaktifan dan tantangan dalam belajar.

(6)

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan sebuah keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah mereka belajar. Menurut Arifin (2011:12) kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi”yang berarti “hasil usaha”. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learningoutcome). Menurut Mulyasa (2014:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh sesorang setelah menempuh kegiatan belajar.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari usaha yang telah ditempuh oleh siswa melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dari proses belajar tersebut ditunjukkan melalui nilai atau melalui raport. Nilai dan raport tersebut hanya dijadikan sebagai simbol dari keberhasilan belajar siswa.

3. Matematika Sekolah Dasar a. Pengertian Matematika

Pengertian matematika menurut James and James (Suwangsih dan Tiurlina, 2006:4) bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Suwangsih dan Tiurlina (2006:3) menyebutkan bahwa matematika terbentuk dari pengalaman

(7)

manusia dalam dunianya, kemudian pengalaman diproses dalam bentuk rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika, kemudian agar konsep-konsep matematika dapat dipahami orang lain maka dimanipulasi menggunakan bahasa atau notasi matematika secara universal.

Berdasarkan pengertian matematika diatas maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep lainnya. Pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar) dan logika di dapat dari pengalaman manusia dalam dunianya yang menekankan pada kegiatan dalam bentuk rasio serta memiliki objek tujuan yang abstrak.

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Susanto, 2013:184) siswa berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Menurut Suwangsih & Triurlina (2006:16) matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam

(8)

kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir logis, sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, matematika di sekolah dasar dilaksanakan sekitar usia 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Pembelajaran matematika yang diperoleh di sekolah dasar dapat digunakan untuk kepentingan sehari-hari dalam lingkungan.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Depdiknas (2009:1) secara umum terdapat empat tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi matematika di dalam pembelajaran, yaitu:

1. Penanaman Konsep

Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga.

2. Tahap Pemahaman Konsep

Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

3. Tahap Pembinaan Keterampilan

Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.

4. Tahap Penerapan Konsep

Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari kedalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang bekaitan dengan kehidupan sehari-hari

(9)

d. Materi Pecahan

Heruman (2007:43) berpendapat pecahan dapat diartikan sebagai bagian sesuatu yang utuh.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Kelas IV

Standar Kopetensi Kopetensi Dasar

6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah 6.3 Menjumlahkan Pecahan 6.4 Mengurangkan Pecahan 1) Menjumlahkan Pecahan

a) Penjumlahan dengan Penyebut yang sama

+

=

=

=

Penjumlahan Pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.

b) Penjumlahan Berpenyebut berbeda

+

=

+

=

=

2) Mengurangkan Pecahan

a) Melakukan pengurangan pecahan berpenyebut sama

Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama, dilakukan dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya, sedangkan

(10)

penyebutnya tetap, kemudian tuliskan asilnya dalam bentuk yang paling sederhana.

Contoh:

-

=

=

b) Melakukan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda

Pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda dilakukan dengan cara menyamakan penyebut dengan KPK kedua bilangan tesebut.

-

=

-

=

=

3) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan Contoh:

1) Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-potong menjadi menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema mengajak Menik main kerumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2 potong kue.

a) Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik? b) Berapa bagian kue yang masih tersisa?

Penyelesaian:

a) Kue dibagi menjadi 16 potong, kemudian dimakan Ema 2 potong dan dimakan Menik 2 potong.

Ema makan

(11)

Menik makan

bagian kue

+

=

=

=

Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik bagian.

b) Kue yang dimakan Ema dan Menik bagian.

Sisa kue = 1 -

=

-

=

Jadi, kue yang masih tersisa ada bagian.

4. Model Pembelajaran Quantum

a. Pengertian Model Pembelajaran Quantum

Deporter dan Hernacki (2003:14) menyatakan, prinsip dari

Quantum Learing adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil

situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negative. Quantum Learning berakar dari upaya seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yaitu Dr. Georgi Lozanov yang

bereksperimen dengan yang disebut “suggestology” atau

“suggestopedia”. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model Quantum Learning adalah metode pembelajaran yang berfokus pada pemberian sugesti yang positif agar tercipta pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.

(12)

b. Komponen Model Pembelajaran Quantum

Deporter, Readon and Singer-Nourie (2003:9-10) menyatakan, Model pembelajaran Quantum Learning dikenal dengan adanya konsep TANDUR yang merupakan singkatan dari Tumbuhkan (menarik siswa untuk lebih menumbuhkan minat dan kemanfaatan kehidupan siswa), Alami (menciptakan atau mendatangkan

pengalaman yang dapat dimengerti semua siswa), Namai

(menggunakan kata kunci, konsep, model, rumus, srategi, sebuah “masukan”), Demonstrasikan (memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu), Ulangi (menunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku tahu ini”), Rayakan (merayakan hasil keberhasilan siswa dalam penyelesain materi, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan). Konsep tandur tersebut akan diterapkan dalam pembelajaran matematika materi pecahan. Berdasarkan konsep TANDUR tesebut dapat disimpulkan tahap dan langkah-langkah pembelajaran Quantum Learning dengan menggunakan konsep TANDUR yaitu:

Tahap siklus pembelajaran model pembelajaran Quantum pada materi pecahan:

1) Tumbuhkan

Pada tahap ini menumbuhkan semangat belajar siswa, guru membawa media pembelajaran yang konkrit.

(13)

2) Alami

Tahap alami yaitu siswa diberikan pengalaman awal terhadap konsep pembelajaran melalui penjelasan umum dan tampilan media yang akan digunakan.

3) Namai

Tahap namai yaitu guru akan menyebut penanaman yang ada dalam media yang digunakan serta bagian-bagian dan pengertiannya, sehingga siswa akan mengetahui penanaman dalam konsep materi yang diajarkan.

4) Demonstrasi

Demonstrasi disini memberikan kebebasan siswa untuk mengeluarkan pendapat ataupun ide yang berhubungan dengan pembelajaran sehingga pendapat ataupun ide yang yang berhubungan dengan pembelajaran dengan pembelajaran sehingga dapat menimbulkan interaksi yang positif dan dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

5) Ulangi

Konsep pembelajaran yang sudah ditanamkan dipahamkan dibina kreatifitasnya harus diulangi dengan memberikan penguatan kepada siswa dan mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

6) Rayakan

Tahap rayakan adalah tahap pemberian sugesti positif yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa merasakan tidak ada

(14)
(15)
(16)

kesia-4) Penggunaan blok pecahan untuk pengurangan pecahan

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian oleh Sri Winarti Durandt, Irwan Said, dan Ratman yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres menunjukan peningkatan hasil analisis tes hasil belajar siswa yang di peroleh pada sklus I, yakni siswa tuntas 15 dari 20 siswa atau prsentase ketuntasan klasikal 75% dan daya serap klasikal 72,2%, serta aktvitas siswa dalam kategori afektif. Pada siklus II siswa yang tuntas 20 dari 2 siswa atauketuntasan klasikal 100% dan daya serap klasikal sebesar 87,7% serta aktivitas siswa dalam kategori efektif. Sejalan dengan penelitian tersebut penelitian yang dilakukan oleh Ni Md. Dewi Margadhyta, Md. Suarjana dan I

(17)

G A. Tri Agustiana yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum

Teaching Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV di SD Gugus VI

Kecamatan Buleleng” hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran quantum teaching dan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Pebedaan tersebut dilihat dari hasil skor prestasi belajar IPA siswa diperoleh lebih besar dari (t

hitung =

20,6 > t

tabel= 2,021; ά=0,05) pada taraf signifikan 5%. Berdasakan hasil

penelitian-penelitan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajan Quantum dapat meningkatan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Faktor yang terpenting untuk mendukung tercapainya tujuan belajar dan prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, model, dan metode pembelajaran. Banyak model yang diterapkan guru oleh guru akan tetapi masih banyak dijumpai beberapa guru yang masih bingung dalam memilih model yang sesuai dengan karakteristik siswa SD, khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Lesmana. Sikap tanggung jawab siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada siswa, maka cara yang dapat ditempuh misalnya dengan mengaktifkan mereka dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan model yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa, oleh karena itu dalam pembelajaran matematika guru harus bisa menciptakan suasana yang yang menyenangkan,

(18)

sehingga siswa lebih tertarik dan temotivasi dalam pembelajaran, hal ini menggunakan model Quantum diharapkan dapat menjadikan pembelajaran menarik, tanggung jawab siswa dalam belajar meningkat dan prestasi belajar matematika siswa juga dapat terus meningkat.

Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir Kondisi Awal

Guru belum mengajarkan dengan model pembelajaran Quantum

Siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, kurang bertanggung jawab dalam pembelajaran dan tugas.

Tindakan

Pembelajaran

menggunakan model

Quantum Siklus I Siklus II

Kondisi Akhir

Meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar matematika siswa

(19)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat penulis kemukakan hipotesis tindakan atas penelitian terdiri dari:

1. Melalui penggunaan model Pembelajaran Quantum dapat meningkatkan tanggung jawab siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana.

2. Melalui penggunaan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana.

Gambar

Tabel 2.1  Standar  Kompetensi  dan  Kompetensi  Dasar  Mata  Pelajaran Matematika Kelas IV
Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir Kondisi Awal

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan kapasitas dukungan pemerintah 1.. Meningkatkan kapasitas dukungan pemerintah

Gambar 4.14 Sayatan petrografi napal, hasil sayatan menunjukkan litologi sandy limestone dengan dominasi lumpur karbonat, kalsit,..

Solusi untuk mengatasi kendala yang ada yaitu mengadakan lomba-lomba termasuk Engklek agar anak-anak bisa bermain dengan teman-temannya, orang tua harus banyak

Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al (2013), didapatkan nilai p value = 0,001 yang berarti terdapat hubungan signifikan

Menurut penelitian Widowati (2013), hasil observasi data umur obligasi perusahaan penerbit obligasi cenderung ke arah nilai maksimalnya, mengindikasikan bahwa

Dengan teknologi internet, penyebaran informasi sangat mudah dilakukan.Aplikasi monitoring traffic lalulintas adalah aplikasi yang dapat mengelola data lalulintas dengan

Berdasarkan pengujian download data terhadap data ISO tanpa tunnel, maka didapatkan hasil yang dibuat dalam bentuk tabel, tabel ini akan memberikan informasi

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal