• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

 

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Ikhtisar

Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar dan ekportir batubara thermal terbesar di dunia. Menurut catatan Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Indonesia merupakan negara yang mengalami pertumbuhan produksi dan konsumsi yang cukup pesat. Mayoritas disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk pembangkit listrik di dalam dan luar negeri. Pada tahun 2012, Indonesia merupakan produsen batubara terbesar keempat di belakang Cina, Amerika Serikat dan Australia dengan total produksi 237,4 juta ton (Sumber: British Petroleum’s Statistical Review of World Energy, June 2013). Sebagian besar batubara Indonesia digunakan untuk pembangkit listrik. Beberapa pemain utama dalam pertambangan batubara di Indonesia adalah PT Adaro Energy Tbk, PT Berau Coal Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Indo Tambangraya Megah Tbk, dan PT Kideco Jaya Agung.

Namun, adanya tumpang tindih dari regulasi di Indonesia antara Undang-undang (UU) Minerba, UU Tata Ruang serta UU Kehutanan dapat menjadi faktor penghambat terhadap laju peningkatan produksi dari batubara dan kelangsungan bisnis industri pertambangan batubara dan di Indonesia. Demikian pula tumpah tindih dan ketidaksesuaian antara peraturan pemerintah pusat dengan daerah. Lamanya proses perizinan untuk ekspansi atau membuka lahan baru juga dapat memberikan dampak bagi perusahaan-perusahaan batubara hingga berhenti beroperasi, yang juga berdampak pada iklim industri batubara di Indonesia. Perusahaan-perusahaan batubara sangat perlu mendapat suatu kepastian hukum sehingga kegiatan usahanya dapat berjalan lancar yang pada akhirnya berdampak positif terhadap perekonomian negara.

Selain permasalahan di atas, secara umum industri pertambangan batubara di Indonesia masih terpapar risiko fluktuasi harga jual yang merupakan fungsi dari besarnya pasokan dan permintaan secara global. Risiko lain yang patut dikemukakan adalah terbatasnya prasarana terutama pengangkutan hasil tambang dari lokasi penambangan hingga ke pelabuhan ekspor atau ke pelanggan domestik akhir. Masalah pencemaran lingkungan juga terus menjadi pembicaraan para pemangku kepentingan di sektor ini.

Kerangka Analisis

Seperti dalam kasus perusahaan manufaktur, metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan batubara juga melibatkan penilaian tentang risiko usaha, risiko keuangan dan kualitas manajemen. Metodologi ini menyoroti faktor yang secara khusus dievaluasi dalam penilaian kualitas kredit perusahaan batubara. Untuk kemudahan analisis, faktor-faktor ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

‐ Risiko Industri ‐ Posisi Kompetitif Emiten

o Efisiensi Operasional o Fleksibilitas Harga

o Bauran Pelanggan dan Kredibilitasnya

o Penggantian/Pembaruan Cadangan Batubara o Kepatuhan Lingkungan

‐ Struktur dari Induk dan Anak Perusahaan ‐ Posisi Keuangan

‐ Kualitas Manajemen.

ICRA Indonesia Rating Feature

Oktober 2013

(2)

Risiko Industri

Kerangka peraturan merupakan salah satu faktor utama dalam perkembangan industri batubara. ICRA Indonesia memandang bahwa sebagian kerangka peraturan yang ada belum konsisten, saling tumpang-tindih dan lemah dalam penegakan hukumnya.

Disisi lain, menurut ulasan BP Review di atas, Indonesia memiliki cadangan terbukti batubara lebih dari 5,5 miliar ton, atau 0,6% dari cadangan batubara dunia. ICRA Indonesia melihat peluang bisnis untuk mengekspor “mutiara hitam” ini harus didukung dengan aturan yang jelas dan konsisten dari pemerintah Indonesia dan daerah setempat.

Dalam pandangan ICRA Indonesia, perubahan dalam peraturan sektor batubara memberi sinyal pergerakan bertahap ke arah persaingan pasar. Kemampuan perusahaan batubara untuk memanfaatkan peluang pasar yang muncul akan tergantung pada daya tawar dengan para pelanggan utama, terutama di sektor listrik, karena sering kenaikan harga tidak lagi mencerminkan kenaikan biaya input dan biaya lainnya. 

Sejak 2009, pemerintah telah memperkenalkan berbagai perubahan dalam peraturan pertambangan termasuk larangan terhadap ekspor bahan tambang mentah mulai tahun 2014. Batubara tidak termasuk di dalamnya, namun ada rencana untuk meningkatkan royalti bagi kelompok penambang pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) agar setara dengan yang lain. Selanjutnya ada pula arahan pada kuantitas produksi, yang mesti dialokasikan untuk konsumsi domestik.

Masalah lain yang menjadi tantangan industri ini ke depan adalah masalah lingkungan. Tambang batubara terutama tambang terbuka memerlukan lahan luas. Hal tersebut tentu menimbulkan permasalahan lingkungan hidup seperti erosi tanah, polusi debu, suara, air serta dampak terhadap keanekaragaman hayati setempat atau lebih luas bisa mengakibatkan perubahan iklim (cuaca) dan pemanasan global.

Di lapangan juga terdapat kendala transportasi hasil tambang. Persoalan tersebut tidak lepas dari kondisi infrastruktur transportasi angkutan hasil tambang yang masih sangat kurang. Selain itu, banyak daerah di Kalimantan, terutama Kalimantan Tengah, yang tidak memiliki pelabuhan batu bara yang memadai. Selama ini, pengangkutan hanya mengandalkan transportasi air sungai. Ketika musim kemarau tiba dan sungai pun menyusut, pengangkutan hasil tambang yang berkapasitas besar sering mengalami penundaan.

Posisi Kompetitif Emiten

Efisiensi Operasional

Di sektor batubara, yang --seperti kebanyakan sektor komoditas lainnya-- dihadapkan pada volatilitas harga, faktor terpenting yang menentukan posisi kompetitif suatu emiten adalah struktur biaya. Struktur biaya pada gilirannya tergantung pada beberapa faktor, di antaranya akan dibahas di bawah ini:

Posisi cadangan dan kualitas batubara: Posisi/kedalaman cadangan dan kualitas batubara berdampak signifikan pada struktur biaya perusahaan batubara. Misalnya, daerah-daerah tertentu dapat memiliki lapisan batubara lebih dekat ke permukaan dan gradien rendah/landai, sedangkan dalam kasus lain, mungkin batubara berada pada kedalaman lebih besar, dengan gradien curam dan juga ditambah dengan ketidaksempurnaan geologis. Biaya ekstraksi akan lebih rendah dalam kasus yang pertama. Namun, kerugian biaya yang terkait dengan penggalian batubara dari lapisan yang terletak pada kedalaman lebih besar dapat diimbangi dengan keunggulan kualitas batubara terealisasi yang lebih baik. Oleh karena itu, ICRA Indonesia menganalisis biaya dan manfaat relatif yang terkait dengan ekstraksi. 

Parameter Produktivitas: Dengan kedalaman cadangan batubara dan rasio tambang terbuka (open cast) terhadap tambang dalam (underground) tak dapat diubah oleh perusahaan, produktivitas operasional tergantung pada beberapa faktor, termasuk 1) tingkat mekanisasi, 2) teknologi pertambangan yang digunakan, 3) tingkat penggunaan buruh kontrak (meminimalkan biaya

(3)

 

 

overhead) dan 4) pola pemanfaatan mesin (menggunakan mesin optimal, terutama peralatan berat). Oleh karena itu, ICRA Indonesia mengevaluasi kecenderungan dalam parameter produktivitas utama seperti output per manshift (OMS), nilai output per unit tenaga kerja dan optimalitas penggunaan sistemnya. Karena suku cadang adalah item biaya yang besar, kemampuan perusahaan batubara untuk mengoptimalkan persediaan suku cadang dan biaya pengadaan juga penting. Praktek-praktek pertambangan tersebut dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas operasional sebuah perusahaan batubara, terlepas dari kualitas cadangan.

Biaya dan produktivitas tenaga kerja: Biaya tenaga kerja merupakan komponen biaya yang penting bagi perusahaan pertambangan batubara. Hal ini disebabkan oleh, biasanya, perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja yg besar, rata-rata usia pekerja yang tinggi, upah harus dinaikkan secara periodik, keengganan pekerja untuk pelatihan ulang dan relokasi ke tambang baru dan biaya sosial yang tinggi. Oleh karena itu ICRA Indonesia mengevaluasi kecenderungan dalam biaya tenaga kerja, periodesasi kenaikan upah, dan kemampuan perusahaan batubara untuk membebankan kenaikan upah kepada konsumen melalui kenaikan harga produk dalam kontrak harga jualnya. Hal lain, ICRA Indonesia mengevaluasi rekam jejak perusahaan sehubungan dengan tenaga kerja dan kehilangan waktu kerja karena pergolakan, pemogokan dan gangguan tenaga kerja yang lain.

Kualitas: Kualitas yang konsisten dalam hal kelas (grade), spesifikasi dan berat batubara memungkinkan perusahaan mencapai realisasi rata-rata lebih tinggi, sehingga meningkatkan profitabilitas operasional. ICRA Indonesia menganalisis inisiatif yang diambil oleh perusahaan batubara untuk menjamin kualitas pasokan yang konsisten dan meminimalkan sengketa melalui uji sampling bersama atau oleh pihak ketiga di lokasi pemuatan dan lokasi pelanggan, penimbangan elektronik, dan lain-lain.

Fleksibilitas Harga

Perusahaan batubara, secara teoritis, memiliki fleksibilitas untuk menaikkan harga dalam mengimbangi dampak dari setiap kenaikan biaya utama. Namun dalam kenyataannya, fleksibilitas tersebut mungkin terbatas mengingat berlakunya harga secara global, pentingnya sektor pemakai seperti listrik, sifat sensitif secara politis dari industri batubara, dan kebutuhan untuk mempertahankan daya saing harga vis-à-vis bahan bakar alternatif. Oleh karena itu ICRA Indonesia menganalisis tingkat fleksibilitas harga yang dimiliki suatu perusahaan batubara dan sejauh mana dapat menyerap kenaikan biaya tanpa mengurangi secara signifikan kemampuan pembayaran hutangnya.

Bauran dan Kredibilitas Pelanggan

ICRA Indonesia mengevaluasi keragaman profil pelanggan perusahaan batubara, pola penjualan batubara (off-take) dan kualitas kredit pelanggan-pelanggan utamanya. Mengingat tingginya biaya operasional tetap, perusahaan batubara sangat sensitif terhadap volume penjualan. Jadi, kontrak jangka panjang, yang mengurangi risiko dan menjamin stabilitas penjualan dipandang menguntungkan. ICRA Indonesia juga mengevaluasi kualitas kredit konsumen secara lintas sektoral.

Penggantian/Pembaruan Cadangan

Strategi penggantian cadangan perusahaan batubara merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan jangka panjang dan, karena itu, mempengaruhi kualitas kredit. Untuk meningkatkan produksi, perusahaan perlu mengeksplorasi cadangan baru yang akan menggantikan yang diproduksi saat ini. Jadi, ICRA Indonesia mengevaluasi tingkat kesuksesan eksplorasi perusahaan dan kesuksesan membuka tambang baru tanpa waktu dan biaya yang berlebihan. Hal yang terakhir adalah kritis mengingat lamanya waktu dan besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses pembersihan (clearance), terutama yang berkaitan dengan lingkungan dan rehabilitasi/penghutanan kembali.

Kepatuhan Lingkungan

ICRA Indonesia meninjau rekam jejak perusahaan batubara tentang kepatuhannya terhadap norma-norma yang berlaku. Disamping lingkungan, juga diperiksa rekam jejak perusahaan dalam hal standar keselamatan kerja. 

(4)

Struktur dari Induk dan Anak Perusahaan

ICRA Indonesia, berdasarkan tingkat kepemilikan suatu induk perusahaan, mengkonsolidasikan profil keuangan perusahaan pengelola pertambangan dengan perusahaan induk. ICRA Indonesia berpendapat bahwa kelayakan kredit suatu entitas tidak hanya ditentukan oleh profil risiko usaha dan keuangan perusahaan sendiri, tetapi juga oleh kelompok perusahaan, mengingat tingkat kepemilikan sangat menentukan aliran dana (kas/modal) dalam kelompok. Selain kepemilikan, ICRA Indonesia juga berusaha untuk mengidentifikasi apakah ada anggota kelompok yang dapat terisolasi dari anggota lain karena alasan hukum, peraturan atau faktor-faktor geografis; tingkat kepentingan strategis dan karena itu ketergantungan antar anggota dan batasan-batasannya, jika ada.

Posisi Keuangan

Saat mengevaluasi posisi keuangan perusahaan batubara, ICRA Indonesia khususnya menekankan faktor-faktor berikut:

- Proporsi biaya tenaga kerja dalam struktur biaya keseluruhan

- Periodesasi dan besaran dari kenaikan upah di masa lalu dan perkiraan ke depan - Sensitivitas dari profitabilitas operasional terhadap volume penjualan

- Volume break-even point (BEP)

- Kecenderungan dalam piutang dan arus kas operasional - Besaran dan sifat belanja modal dan pendanaannya.

Mengingat bahwa harga batubara cenderung fluktuatif, ICRA Indonesia membuat proyeksi arus kas untuk rentang harga produk tertentu dalam menilai kapasitas pembayaran hutang perusahaan termasuk dalam masa-masa sulit. Selain itu, ICRA Indonesia mengevaluasi sumber-sumber fleksibilitas keuangan perusahaan seperti akses ke lembaga pendanaan, fleksibilitas dalam skema pembayaran (termasuk kepada pemerintah), atau ketersediaan investasi yang likuid. Dalam kasus suatu perusahaan memiliki rencana belanja modal yang besar, sumber-sumber pendanaannya dan manfaat yang dihasilkan juga diperhitungkan.

Kualitas Manajemen

ICRA Indonesia menilai manajemen perusahaan batubara dalam hal kedalaman, tingkat pengalaman dan catatan kesuksesan yang telah terbukti, filosofi pertumbuhan, rekam jejak dalam mengelola aset bermasalah, kebijakan keuangan dan sejauh mana kebijakan-kebijakannya konsisten dengan strategi bisnis. ICRA Indonesia menilai positif kemampuan perusahaan batubara untuk mengendalikan kenaikan upah, menutup tambang yang tidak ekonomis dan mengurangi tenaga kerja atau mempekerjakan kembali tenaga kerja yang ada. Aspek spesifik dari strategi manajemen yang juga dievaluasi adalah rencana perusahaan untuk mengadopsi teknologi batubara yang bersih dan memastikan ramah lingkungan serta keberlanjutan sosial dari kegiatan penambangan. 

Ringkasan Prospek Peringkat

Dalam pandangan ICRA Indonesia, perubahan dalam peraturan yang mengatur sektor batubara memberi sinyal pergerakan bertahap ke arah persaingan pasar. Kemampuan perusahaan batubara untuk memanfaatkan peluang pasar yang muncul akan tergantung pada daya tawar dengan para pelanggan utama, terutama di sektor listrik, karena sering kenaikan harga tidak lagi mencerminkan kenaikan biaya input dan biaya lainnya.

Konsumsi batubara global sebagai bagian dari energi utama kemungkinan mengalami penurunan dalam jangka panjang, khususnya di negara maju. Namun, di negara-negara berkembang, penggunaan batubara diperkirakan akan meningkat, dengan India dan Cina mewakili hampir seluruh permintaan tambahan. Walaupun batubara bukan merupakan sumber energi primer yang dominan di Indonesia dengan pangsa lebih dari 20%, pertumbuhan akan kebutuhan batubara sebagai konsumsi sumber energi terus meningkat hingga 21% sejak 2007 dan ini tidak mungkin diubah secara signifikan dalam jangka menengah. Digabung dengan keadaan penawaran-permintaan yang

(5)

 

 

diproyeksikan menguntungkan, mungkin dapat dikatakan risiko bisnis untuk sebuah perusahaan batubara relatif rendah. Sementara prospek peringkat ICRA Indonesia telah memperhitungkan stabilitas penjualan (off-take) terutama dari sektor listrik, masalah yang berhubungan dengan kualitas kredit tetap menjadi perhatian utama.

 

Inisiatif-inisiatif dari perusahaan batubara domestik untuk masuk ke dalam perjanjian bilateral jangka panjang dengan klien dipandang positif oleh ICRA Indonesia karena dapat bertindak sebagai penghalang masuk yang kuat dan melindungi kepentingan komersial dari perusahaan batubara. Keadaan penawaran-permintaan yang menguntungkan dalam industri batubara seperti dibahas sejauh ini, tentu saja, bergantung pada ketepatan waktu dari berbagai proyek pembangkit listrik, ketepatan waktu pembangunan tambang batu bara yang sudah ada pembelinya, tambahan jaringan transportasi (terutama kereta api) untuk mengangkut volume tambahan serta ketersediaan fasilitas pencucian, khususnya untuk batubara berkandungan abu tinggi. Selain itu, kemampuan industri batubara untuk mengatasi masalah lingkungan (yang telah mempengaruhi perkembangan proyek di masa lalu) akan tetap menjadi perhatian dalam pemeringkatan.

ICRA Indonesia memperkirakan pergeseran dalam produksi dari tambang bawah tanah yang lebih tinggi biayanya ke tambang-terbuka yang lebih mekanistis, tenaga kerja kontrak, rasionalisasi tambang tidak ekonomis, pengurangan tenaga kerja, dan peningkatan fokus perusahaan akan kualitas akan menjadi dasar untuk meningkatkan profitabilitas. Kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya tenaga kerja juga dapat berpengaruh secara signifikan.

© Copyright, 2013, ICRA Indonesia. All Rights Reserved.

Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendukung dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan pengembangan sistem pengambilan data pumping test dengan telemetri dan penggunaan inverter

Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirment atau bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user dalam pembuatan sistem1. Dokumen ini lah yang

Respon Callogenesis Penelitian dilakukan selama 30 hari dengan penambahan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP pada kultur in vitro eksplan daun tembakau Madura (Nicotiana tabacum L.

Sehingga kesannya tidak terpaksa dalam memakai, karena pada hakikatnya, kerudung itu adalah alat untuk melindungi kehormatan mereka dari laki-laki yang tidak benar, bukan

Jika mengacu pada harga saham sekarang (30-Juni-2014) adalah Rp 3.685, maka untuk menjadi pemegang saham mayoritas pemerintah harus memiliki minimal 51% saham indosat

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket tindakan (siswa kelas X Jasa Boga), tindakan penerapan terhadap kesehatan yang dilakukan dengan persentase 100,0%

Asumsi lain analisis cluster yaitu multikolinearitas. Multikolinearitas adalah adanya korelasi atau hubungan yang sangat tinggi antar variabel. Untuk mengetahui ada

Tugas sarjana ini merupakan penelitian yang berisi perancangan sistem pendukung keputusan berupa aplikasi dengan menggunakan software visual basic untuk memudahkan