• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN DIAGRAM MEWMA BARU PADA PROSES BLENDING BAGIAN PRIMARY DI SEBUAH PERUSAHAAN ROKOK DI SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN DIAGRAM MEWMA BARU PADA PROSES BLENDING BAGIAN PRIMARY DI SEBUAH PERUSAHAAN ROKOK DI SURABAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN DIAGRAM MEWMA BARU PADA PROSES BLENDING BAGIAN

PRIMARY DI SEBUAH PERUSAHAAN ROKOK DI SURABAYA

Sri Sulistyawati.1, Muhammad Mashuri2

1)

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA ITS 2)

Dosen Jurusan Statistika FMIPA ITS Surabaya 1

liz3712@yahoo.co.id, 2m_mashuri@statistika.its.ac.id Abstrak

Saat ini, industri rokok di Indonesia berkembang cukup pesat. Perkembangan tersebut mangakibatkan munculnya persaingan yang cukup ketat. Untuk tetap dapat bersaing, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah masalah kualitas rokok. Dalam usaha menjaga kualitas rokok yang dihasilkan maka diperlukan suatu sistem pengendalian kualitas yang baik sehingga rokok yang dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang tepat untuk dapat melakukan pengendalian kualitas secara maksimum, salah satunya adalah dengan menggunakan metode pengontrolan secara statistik. Pada penelitian ini pengontrolan kualitas dilakukan pada proses blending tahapan primary di PT X. Penilaian kualitas dilakukan pada beberapa karakteristik kualitas (multivariate). Salah satu peta kendali multivariat yang cukup efektif untuk mengontrol kualitas dengan pengamatan yang bersifat individual adalah peta kendali Multivariate Exponentially Weighted Moving Average (MEWMA). Dengan menggunakan pembobot yang telah ditentukan, proses produksi rokok tahap blending menunjukkan hasil yang belum terkendali secara statistik. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa pengamatan yang berada di luar batas kendali yaitu pengamatan ke 63, 81 dan 83.

Kata kunci: Multivariat, Diagram Kontrol MEWMA, Pengontrolan Kualitas

1. Pendahuluan

Industri rokok berperan penting dalam kemajuan perekonomian nasional. Kontribusi ekonomi dari sektor ini dapat dilihat dari peranannya menyumbang kas negara melalui cukai, pajak, maupun devisa yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, industri rokok di Indonesia terdiri dari 106 perusahaan industri Sigaret Kretek Tangan (SKT), 210 perusahaan industri Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan 10 perusahaan industri Sigaret Putih Mesin (SPM). Untuk tetap dapat bersaing, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah masalah kualitas rokok. Dalam menjaga kualitas rokok yang dihasilkan diperlukan suatu sistem pengendalian kualitas yang baik sehingga rokok yang dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang tepat untuk dapat melakukan pengendalian kualitas secara maksimum.

Salah satu perusahaan rokok di Surabaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri sigaret kelas premium dan telah menghasilkan brand-brand rokok yang cukup terkenal. Perusahaan tersebut juga telah menyadari pentingnya menjaga kualitas produk. Hal ini bertujuan agar tidak mengecewakan konsumen dan menjaga kepercayaan konsumen terhadap perusahaan tersebut serta dapat menghasilkan keuntungan yang sesuai dengan target yang diinginkan perusahaan.

Pengawasan secara bersama-sama diperlukan untuk mengendalikan beberapa karakteristik kualitas yang berhubungan, karena perbaikan 1 karakteristik kualitas belum tentu akan memperbaiki karakteristik kualitas yang lainnya. Salah satu peta kendali multivariat yang cukup efektif untuk mengontrol kualitas untuk mean proses dengan pengamatan yang bersifat individual adalah peta kendali Multivariate Exponentially Weighted Moving Average (MEWMA)

(2)

2 Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas proses pada proses blending tahap primary serta mengidentifikasi variabel-variabel yang menyebabkan

out-of-control. Penerapan diagram kontrol MEWMA dalam penelitian ini menggunakan pembobot yang

telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan tingkat kepentingan. Data yang digunakan adalah data quality control untuk bulan Januari sampai Maret 2010.

2.

Diagram Kontrol Multivariate Exponential Weighted Moving Average

(MEWMA)

Peta kendali Multivariate Exponentially Weighted Moving Average (MEWMA) adalah peta kendali yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya perubahan mean kecil dalam proses (Khoo, 2003). Pada kasus multivariat ( ≥ 2), suatu perluasan alami yang dibangun untuk menggambarkan bentuk peta kendali Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) adalah dinyatakan sebagai

= ⋮ (1)

Z = RX + (I − R)Z (2)

dimana Xi adalah nilai vektor, i = 1,2, ...,t , Z = 0 , dan R = diag , , … , , 0 < rj ≤ 1, j =

1,2, ..., p. Dengan nilai t merupakan banyaknya sampel pengamatan yang dilakukan dan p merupakan banyaknya variabel karakteristik kualitas yang terlibat.

Pada peta kendali MEWMA dapat digunakan nilai pembobot sama atau tidak sama pada masing-masing karakteristik kualitas. Pemberian nilai pembobot digunakan untuk memboboti variabel-variabel yang dianggap penting sesuai dengan kebutuhan. Untuk peta kendali dengan pembobot yang tidak sama digunakan persamaan (2.4).

Apabila tidak ada alasan yang mendasari pemilihan pembobot untuk p karakteristik kualitas yang dikontrol atau pembobot pada tiap variabel karakteristik kualitas dianggap memiliki tingkat kepentingan yang sama, maka pembobot , , … , = . Peta kendali MEWMA dengan nilai pembobot yang sama ( , , … , = ), maka vektor MEWMA dapat dituliskan sebagai

Z = X + (1 − )Z (3) Peta kendali Multivariate Exponentially Weighted Moving Average (MEWMA) mendeteksi sinyal out of control dengan

= Z ′ Σ Z > ℎ (4) dimana ℎ merupakan nilai batas kontrol pada peta kendali MEWMA. Nilai ℎ > 0 dipilih untuk mendapatkan ketetapan Average Run Length (ARL) yang in control sesuai dengan tabel pada Lampiran F dan Σ adalah matriks kovarian dari Z

Σ = 1 − (1 − ) /(2 − ) Σ (5) dengan Σ merupakan matriks varian kovarian dari data.

3. Pemeriksaan Asumsi Normal Multivariat

Penggunaan diagram kontrol MEWMA pada data multivariat memiliki asumsi yang harus dipenuhi, yaitu asumsi normal multivariat. Pemeriksaan distribusi normal multivariat dilakukan untuk menguji dugaan bahwa distribusi data yang akan dianalisis telah berdistribusi normal multivariat.

(3)

3 Variabel random ̅ , ̅ , … , ̅ dikatakan berdistribusi normal multivariat dengan parameter µ dan Σ jika mempunyai fungsi probability density function (Evans et al, 2000)

( ) =

( ) ⁄ |Σ| ⁄

( )Σ ( )

(6) Pemeriksaan asumsi distribusi normal multivariat dilakukan pada variabel random dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Variabel random berdistribusi normal multivariat H1 : Variabel random tidak berdistribusi normal multivariat

Pada nilai µ dan Σ-1 yang diestimasi dengan nilai ̅ dan sehingga didapatkan statistik ujinya adalah

= ( − ̅) ( − ̅)

(7) dimana :

= invers matriks varian kovarian dari data

Data akan berdistribusi normal multivariat apabila statistik d2i terdapat lebih dari 50 % jarak d2i ≤ χ2(p;α) .

4 Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)

Penentuan nilai pembobot pada tiap variabel dapat ditentukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang digunakan untuk menentukan skala rasio dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual ataupun dari skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif. Selain itu, metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini juga dapat digunakan untuk menentukan pembobot pada tiap variabel berdasarkan tingkat kepentingan. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki (Saaty, 1980).

AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu: 1. Dekomposisi dari masalah

Setelah persoalan didefinisikan, maka dilakukan tahap decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur dibawahnya

2.Penilaian untuk membandingkan elemen-elemen hasil dekomposisi (comparative judgements). Prinsip ini dilakukan dengan membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini sangat penting karena akan berpengaruh terhadap prioritas dari elemen-elemen yang ada. Hasil dari penilaian ini dituliskan dalam matriks yang disebut dengan matriks pairwise comparison. Matriks perbandingan berpasangan bersifat resiprokal

(berkebalikan) sehingga dapat ditulis sebagai berikut.

= ⎣ ⎢ ⎢ ⎢ ⎡

⎥ ⎥ ⎥ ⎤ (8)

3. Sintesa dari prioritas

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama

(4)

4 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh

setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya

4. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka mengulangi langkah 3 dan 4 untuk seluruh tingkat hirarki

5. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan 6. Memeriksa konsistensi hirarki.

AHP mengukur nilai inkonsistensi matrik penilaian dapat menggunakan Consistency Ratio

(CR), yang dirumuskan.

= (9) =( ) (10) dimana: CI : Consistency Index

RI : Random Consistency Index

Zmaks : nilai eigen maksimum dari matriks pairwise comparisons

5 Identifikasi Variabel Penyebab Terjadinya Sinyal Out-of-control

Jika dalam diagram kendali terdapat satu atau beberapa data yang tidak terkontrol atau berada di luar batas kendali, maka perlu dilakukan identifikasi variabel penyebab terjadinya sinyal

out-of-control tersebut. Identifikasi tersebut dilakukan agar perbaikan proses akan mencapai sasaran yang

tepat. Dalam Montgomery (2005), dijelaskan bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam mendiagnosis sinyal out-of-control adalah menguraikan statistik ke dalam komponen-komponen yang menunjukkan kontribusi dari masing-masing variabel. Jika adalah sebuah nilai statistik, dan (j) adalah sebuah nilai statistik untuk semua variabel proses tanpa variabel ke-j, maka

dalam Montgomery (2005) dijelaskan bahwa

= − (j) (11)

Dengan perhitungannya nilai sesuai dengan persamaan (2). merupakan indikator kontribusi relatif dari variabel ke-j untuk keseluruhan statistik. Perbaikan proses difokuskan pada pada variabel yang memiliki nilai lebih besar dari nilai ( , 1).

6. Proses Produksi Rokok

Secara umum proses produksi rokok meliputi dua tahapan proses utama yaitu proses primer dan proses sekunder

Proses Primer (Primary Process)

Proses produksi primer merupakan suatu tahap produksi yang mengolah bahan mentah (raw

material) tembakau dan cengkeh menjadi bahan setengah jadi berupa campuran rajangan dengan

ukuran tertentu yang disebut bancuran. Tahap proses dalam primary meliputi: 1. Tobacco Processing (Pengolahan Tembakau).

2. Cutting Line Processing (proses pengolahan cengkeh) 3. Proses Blending Line

Proses blending merupakan proses produksi pada Primary Production Department yang merupakan serangkaian proses secara batch dari pencampuran berbagai grade tembakau dan cengkeh serta flavor sesuai komposisi brand, menjadi blend yang siap untuk diproses pada tahap selanjutnya. Material yang diproses pada tahapan ini adalah row material yang berupa komposisi tembakau, cengkeh dan flavor sesuai dengan standar komposisi per batch untuk tiap brand produk. Row material tersebut merupakan hasil perajangan dan separating pada proses sebelumnya sesuai dengan standar proses masing-masing.

(5)

5 Proses Sekunder (Secondary Process)

Proses ini merupakan tahapan proses lanjutan dari blending atau bahan setengah jadi hingga menjadi produk rokok. Proses secondary ini terbagi dalam beberapa tahapan proses yang meliputi : 1. Proses Making atau Pembuatan

2. Proses Packing 3. Proses Wrapping

4. Proses Sloft dan Wrapping Sloft 5. Proses Ball dan Penempelan Logo 7. Metodologi Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data variabel karakteristik dari proses pemeriksaan kualitas di tahap primary bagian blending pada bulan Januari sampai Maret 2010. Pengambilan sampel dilakukan 1 kali setiap batch dan dilakukan pada saat material ditampung di konveyor.

Pengamatan yang digunakan sebanyak 118 pengamatan dengan jumlah sampel=1 atau pengamatan individual dan variabel atau karakteristik kualitas yang digunakan ada sebanyak 6 variabel. Organisasi data dalam satu periode proses produksi rokok pada diagram kontrol MEWMA terdapat pada tabel 1 berikut

Tabel 1 Organisasi Data untuk Diagram Kontrol MEWMA

Data ke K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 n11 n12 n13 n14 n15 n16 2 n21 n22 n23 n24 n25 n26 3 n31 n32 n33 n34 n35 n36

t nt1 nt2 nt3 nt4 nt5 nt6

118 n118 1 n118 2 n118 3 n1184 n118 5 n1186 dengan

nti = hasil pengamatan

Ki = karakteristik kualitas (variabel) ke-i t = 1, 2, 3, ... , 118

i = 1, 2, 3, ... , 6

Jenis-jenis variabel penelitian pada proses blending dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Variabel penelitian pada tahap blending

Variabel Keterangan X1 PSD Kasar X2 PSD Sedang X3 PSD Halus X4 Bancuran Bersih X5 Gagang X6 Tikar

Langkah-langkah yang dikerjakan dalam pengontrolan mean proses dengan peta kendali MEWMA baru adalah sebagai berikut

1. Melakukan studi literatur tentang diagram MEWMA baru dan penerapannya dalam proses multivariat dan dilanjutkan dengan pengumpulan data produksi pada bulan Januari sampai Maret 2010.

(6)

6 2. Melakukan pemeriksaan multivariat kenormalan data sebagai uji asumsi yang diperlukan

sebelum pembuatan peta kendali MEWMA.

3. Menentukan nilai pembobot yang akan digunakan dalam pembuatan peta kendali MEWMA dengan menggunakan metode AHP.

a.Mendefinisikan masalah dan membuat struktur hierarki

b.Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen berdasarkan atas penilaian dari perusahaan

c. Menghitung nilai eigen maksimum dari matriks pairwise comparisons d.Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan e.Memeriksa konsistensi hirarki.

4. Pengontrolan mean proses dengan peta kendali Multivariate Exponential Weighted Moving

Average (MEWMA)

Pembuatan diagram kontrol MEWMA melalui tahapan sebagai berikut :

a.Menetapkan nilai pembobot yang sebelumnya telah dianalisis menggunakan metode AHP b.Menghitung vektor MEWMA, Zi sesuai dengan persamaan (2)

c.Menghitung matriks varian kovarian berdasarkan nilai Zi d. Menghitung statistik MEWMA yaitu

= Z ′ Σ Z

e. Pembuatan diagram kontrol Multivariate Exponential Weighted Moving Average 5. Mengidentifikasi penyebab variabel yang tidak terkontrol pada peta kendali MEWMA

a. Menghitung (i) untuk tiap-tiap variabel, yaitu nilai statistik untuk semua variabel proses

tanpa variabel ke-i

b. Menghitung indikator kontribusi relatif dari variabel ke-i untuk keseluruhan statistik ( i)

c.Menentukan variabel-variabel penyebab tidak terkontrol dengan membandingkan dengan nilai

( , 1)

6. Membuat kesimpulan dan saran berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan 8. Deskripsi Karakteristik Kualitas

Karakteristik kualitas produk yang diamati adalah Particel Size Distribution (PSD) dan

Impurities yang terkandung di dalam tembakau. Untuk mengetahui karakteristik kualitas maka

diberikan deskripsi karakteristik PSD dan impurities pada tembakau setelah melewati proses primary. Proses pengontrolan menggunakan data bulan Januari sampai Maret 2010.

Tabel 3 Deskripsi Karakteristik Kualitas

Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa pada bulan Januari sampai Maret PSD halus mempunyai mean atau rata-rata 7,301 dengan standar deviasi yaitu menyatakan jarak antara data terhadap rata-ratanya adalah 3,376 dan nilai median atau nilai tengah pengamatan yang telah diurutkan sebesar 6,695. Untuk nilai minimum PSD halus yang terjadi selama bulan Januari sampai Maret adalah 4,17 dan untuk nilai maksimum adalah 14,35.

Pada Tabel 3 juga dapat diketahui karakteristik untuk variabel lainnya, seperti PSD sedang, PSD kasar, bancuran bersih, gagang, dan tikar pada bulan Januari sampai Maret. Nilai varian tertinggi

Variabel Mean Varian Min Median Max

PSD Halus 7,301 3,376 4,17 6,695 14,35 PSD Sedang 82,311 4,133 72,38 82,385 86,28 PSD Kasar 10,388 6,406 5,91 10,14 21,92 Bancuran Bersih 99,253 0,0237 98,84 99,255 99,65 Gagang 0,671 0,0197 0,31 0,675 1 Tikar 0,07492 0,00377 0,01 0,06 0,48

(7)

7 terdapat pada variabel PSD kasar, yang menunjukkan bahwa jarak antara data terhadap rata-ratanya merupakan jarak terjauh jika di bandingkan dengan jarak antara data terhadap rata-rata pada variabel lain.

9. Pemeriksaan Asumsi Normal Multivariat

Pemeriksaan asumsi normal multivariat pada variabel-variabel yang telah ditentukan dengan taraf signifikansi 5% menggunakan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Variabel random berdistribusi normal multivariat H1 : Variabel random tidak berdistribusi normal multivariat

Hasil = ( − ̅) ( − ̅), i = 1,2,...t diperoleh jarak d2

i yang kurang dari χ

2

(6;0.05) yaitu sebesar 73,73 %. Jarak d2i yang kurang dari χ

2

(6;0.05) adalah di atas 50% maka keputusan yang diambil adalah gagal tolak H0 sehingga kesimpulan dari pemeriksaan normal multivariat adalah karakteristik keenam variabel kualitas telah berdistribusi normal multivariat.

10. Penentuan Nilai Pembobot

Pada penerapan diagram kontrol MEWMA diperlukan nilai pembobot (r). Besar kecilnya nilai pembobot tersebut bergantung pada tingkat kepentingan dari tiap-tiap variabel, yang biasanya sudah ditentukan oleh perusahaan. Untuk mendapatkan nilai pembobot yang konsisten digunakan metode

Analitycal Hierarchy Process (AHP).

Setelah melakukan survei di perusahaan, didapatkan matrik tingkat kepentingan variabel dengan menggunakan patokan skala tertentu. Sedangkan nilai pembobot yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.

AHP mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR). Nilai CR (Consistency Ratio) semestinya tidak boleh lebih dari 10%. Jika tidak, maka penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan perlu direvisi.

=6,3059 − 6

6 − 1 = 0,06118 = =0,06118

1,24 = 0,04934

Sesuai dengan perhitungan sebelumnya, dengan menggunakan nilai RI 1,24didapatkan nilai CR sebesar 0,04934 atau 4,93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai pembobot pada Tabel 4.2 telah konsisten dan tidak bersifat random.

Tabel 4 Nilai Pembobot Tiap Variabel

Variabel Nilai Pembobot

PSD Halus 0,141 PSD Sedang 0,214 PSD Kasar 0,037 Bancuran Bersih 0,457 Gagang 0,076 Tikar 0,076

11. Penerapan Diagram Kontrol MEWMA

Tujuan utama penerapan diagram kontrol MEWMA adalah melakukan pengontrolan terhadap mean proses dengan pengambilan sampel individual. Diagram kontrol MEWMA dapat langsung digunakan tanpa adanya pengontrolan tahap pertama yang mempunyai tujuan mengestimasi

(8)

8 108 96 84 72 60 48 36 24 12 1 25 20 15 10 5 0 pengamatan ke D a t a ti2 h4 Variable Diagram Kontrol MEWMA

parameter yang digunakan untuk mengontrol pada tahap kedua. Hal ini dikarenakan diagram kontrol MEWMA dapat mengontrol mean proses dengan segera tanpa dipengaruhi oleh proses-proses sebelumnya. Pada penelitian ini tidak dibedakan pengontrolan tahap pertama dan tahap kedua, tetapi langsung dilakukan pengontrolan mean proses berdasarkan data bulan Januari sampai Maret 2010.

Penerapan diagram kontrol MEWMA pada penelitian ini menggunakan nilai pembobot (r) yang berbeda tiap variabelnya, sesuai dengan Tabel 4.

Gambar 1 menunjukkan hasil pengontrolan mean proses dengan menggunakan nilai pembobot (r). Pada sumbu mendatar (axis) menunjukkan pengamatan dan sumbu vertikal (ordinat) adalah nilai dari statistik Ti2 yang diperoleh sesuai dengan persamaan (2). Nilai-nilai yang menjadi plot merupakan nilai statistik Ti2 pada pengamatan ke-i, dimana i= 1,2,...,118. Dengan nilai batas kontrol atas = 14,6.

Gambar 1 Diagram Kontrol MEWMA dengan menggunakan nilai pembobot r

Pengontrolan mean dengan menggunakan pembobot (r) mendeteksi bahwa terdapat 3 nilai yang keluar batas (out of control) yaitu pada pengamatan ke 63, 81 dan 83 dengan nilai Ti2 masing-masing pada Tabel 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada Bulan Januari-Maret tidak terkontrol dalam mean.

Tabel 5 Data Pengamatan Out-of-control

Pengamatan

ke- Nilai Ti2

63 15,25849

81 15,42176

83 22,93546

12. Identifikasi Variabel Penyebab Out-Of-Control

Dalam Montgomery (2005), dijelaskan bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam mendiagnosis sinyal out-of-control adalah menguraikan statistik T2 ke dalam komponen-komponen yang menunjukkan kontribusi dari masing-masing variabel atau dapat disebut juga merupakan indikator kontribusi relatif dari variabel ke-i untuk keseluruhan statistik ( i). Perbaikan

proses nantinya akan difokuskan pada variabel yang memiliki nilai i lebih besar dari ( , 1).

Dari pembahasan sebelumnya didapatkan bahwa pengamatan yang out-of-control adalah pengamatan ke 63, 81, dan 83. Dengan membandingkan terhadap nilai ( , 1) dengan nilai α=0,05 atau sebesar 3,841, maka didapatkan variabel yang penyebab out-of-control seperti pada Tabel 6.

(9)

9

Tabel 6 Nilai Kontribusi Relatif dari masing-masing variabel

Variabel Pengamatan ke-

63 81 83 X1 4,183616 2,954479 0,60595156 X2 4,3117625 4,91620623 3,29575852 X3 3,6999118 7,60279171 1,66605854 X4 9,4963814 9,43450999 2,32906784 X5 2,350647 2,87420925 2,85252575 X6 4,2763473 7,30858624 17,2335395

Sehingga didapatkan bahwa variabel yang menyebabkan proses out-of-control adalah variabel PSD Kasar (X1), PSD Sedang (X2), PSD Halus (X3), Bancuran Bersih (X4), dan Tikar (X6).

13. K

esimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang diperoleh pada subbab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan diagram kontrol MEWMA untuk pengontrolan mean proses produksi rokok tahap blending proses primary pada Bulan Januari-Maret 2010 tidak terkendali secara statistik karena terdapat 3 pengamatan yang keluar dari batas kendali, yaitu pengamatan ke 63, 81 dan 83. Kemudian dari ketiga pengamatan tersebut dihitung nilai kontribusi dari tiap-tiap variabelnya dan didapatkan bahwa variabel yang menyebabkan proses out-of-control pada ketiga variabel tersebut adalah variabel PSD Kasar (X1), PSD Sedang (X2), PSD Halus (X3), Bancuran Bersih (X4), dan Tikar (X6).

14. Saran

Pada penelitian ini, mean proses dari karakteristik kualitas PSD dan impurities belum

terkontrol. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas proses produksi pada perusahaan,

khususnya proses blending tahap primary. Beberapa variabel yang perlu diprioritaskan karena

dianggap menyebabkan terjadinya pengamatan yang out-of-control adalah variabel PSD

Sedang (X

2

), Bancuran Bersih (X

4

), dan Tikar (X

6

). Sehingga perlu adanya perbaikan,

khususnya pada variabel-variabel tersebut agar pada periode selanjutnya proses dapat

terkendali secara statistik.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D.W., 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif Dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta: Andi.

Evans, M.; Hastings, N,; dan Peacock, B. 2000. Statistical Distributions, Third Edition. Canada: John Wiley and Sons, Inc.

Feigenbaum, A.V. 1983. Total Quality Control, Third Edition. New York: Mc graw-Hill, Inc.

Khoo, M.B.C. 2003. Multivariate Control Chart for process Dispersion Based on Individual

Observation. Quality Engineering vol 16. pp. 75-85

Montgomery, D. C. 2005. Introduction to Statistical Quality Control 5th Edition. New York: John

Wiley and Sons, Inc.

Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saaty, T.L., 1980. The Analytic Hierarchy Process. New York: McGraw-Hill.

(10)

10 Risdiyanto, 2003. Analisis Pengendalian Kualitas Rokok di PT Menara Kartika Buana. Tesis

Manajemen Produksi dan Operasi IPB.

Gambar

Tabel 1 Organisasi Data untuk Diagram Kontrol MEWMA Data ke  K 1  K 2  K 3  K 4 K 5  K 6  1  n 11  n 12 n 13 n 14 n 15 n 16 2  n 21 n 22 n 23 n 24 n 25 n 26 3  n 31 n 32 n 33 n 34 n 35 n 36      t  n t1 n t2 n t3 n t4 n t5 n t6      118  n 118 1
Diagram Kontrol MEWMA

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Angkatan II bertujuan untuk membantu pegawai yang ditugaskan untuk memproses pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui lainnya yang diperah

Pemberian senyawa organik (pisang ambon lumut, ubi jalar dan air kelapa muda) ke dalam media KC menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan daun dan

Usia dipandang sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebijaksanaan dengan asumsi bahwa seorang individu akan memiliki lebih banyak pengalaman hidup

Dari beberapa definisi izin tersebut dapat dikatakan bahwa izin dalam konteks mendirikan bangunan dapat diartikan sebagai pernyataan mengabulkan atau perbuatan yang

Dalam manajemen strategis dan pemasaran, istilah portofolio digunakan untuk menunjukkan sekumpulan produk, proyek, layanan jasa atau merk yang ditawarkan untuk

Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan generator axial flux magnetic menggunakan magnet NdFeB yang dibentuk circular dan rectangular. Pembuatan generator telah diuji

Variabel bebas dari setiap mahasiswa perjurusan, dosen dan karyawan meliputi: Jenis kelamin, Jumlah orang di rumah, Jumlah kepemilikan mobil, Jumlah