BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Layout
Tata letak atau digunakan sebagai pengaturan tempat kerja dan dipakai sebagai patokan untuk mengatur atau menata penempatan fasilitas-fasilitas produksi. Menurut Renden dan Heizer (2001:272) tata letak atau merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang. Tata letak atau layout mempunyai berbagai implikasi strategi karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya serta mutu kehidupan kerja.
merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin, peralatan-peralan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas servis bersama-sama dengan penentuan bentuk gudang pabriknya (Gitosudarmo, 2002:185).
B. Tujuan Layout
Secara garis besar tujuan adalah untuk mengoptimalakan susunan atau tata letak fasilitas produksi dalam proses produksinya agar berjalan dengan efektif dan efisien. Menurut Gitosudarmo (2002:185) tujuan layout adalah sebagai berikut:
1. Memaksimalakan pemanfaatan peralatan pabrik. 2. Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja.
3. Mengusahakan agar aliran bahan dan produk menjadi lancar. 4. Meminimumkan hambatan pada kesehatan.
5. Meminimmkan usaha pembawa bahan.
6. Memaksimumkan pemanfaatan ruang yang ada.
7. memaksimumkan keluwesan menghindari hambatan dalam operasi dan tempat yang terlalu padat.
8. Memeberikan kesempatan berkomunikas kepada karyawan dengan menempatkan mesin dan proses secara benar.
9. Memaksimumkan hasil produksi.
10. Meminimumkan kebutuhan akan pengawasan dan penendalian dengan menempatkan mesin-mesin.
C. Pentingnya Perencanaan Layout
Tata letak merupakan suatu keputusan penting yang menentukan efisensi sebuah operasi secara jangaka panjang. Menurut Rander dan Haizer (2009:532) tata letak memiliki dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja, kontak dengan pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai strategi yang menunjang deferensisi, biaya rendah, atau respon yang cepat.
Dalam desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana dapat mencapai hal-hal berikut:
1. Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi. 2. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
3. Moral karyawan yang lebih baik, serta kondisi lingkungan kerja yag lebih aman.
5. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut perlu diubah).
Sedangakan menurut Gitosudarmo (2002:185) perencanaan
pabrik merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin, peralatan-peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan, dan fasilitas servis, bersama-sama dengan penentuan bentuk gudang pabriknya.
D. Tipe Layout
Ada beberapa macam tipe menurut Renden dan Haizer (2009: 533), yaitu:
1. Tata letak kantor ( ).
Tata letak kantor adalah cara mengelompokkan kerja, perlengkapan mereka, dan ruang dengan mempertimbangkan kenyamanan, keamanan, dan pergerakan informasi. Perbedaan utama pada tata letak kantor adalah ada aliran informas. Tata letak kantor terus mengalami perubahan teknologi yang berlangsung di masyarakat juga ikut megubah fungsi kantor.
2. Tata letak toko eceran ( ).
Tata letak toko eceran ini didasarkan pada ide bahwa penjualan dan keuntungan bervariasi bergantng pada produk yang dapat menarik perhatian pelanggan.
3. Tata letak gudang ( ).
Tujuan tata letak gudang adalah menemukan titik optimal di antara biaya penanganan bahan dan biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam gudang. Sebagai akibatnya, tugas manajemen adalah memaksimalkan setiap”kotak” dalam gudang yaitu memanfaatkan volume penuhnya dengan
menjaga agar biaya penanganan bahannya tetap rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan denan transportasi barang yang masuk, penyimpanan, dan transportasi bahan yang keluar untuk dimasukkan ke gudang. Biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, biaya pengawasan, asuransi, dan penyusutan. Tata letak yang efektif juga meminimalkan kerusakan bahan dalam gudang.
4. Tata letak dengan posisi tetap ( ).
Dalam tatak letak ini, proyek tetap berada dalam satu tempat, sementara para pekerja dan peralatan datang ke tempat tersebut. Contoh jenis proyek seperti ini adalah proyek pembuatan kapal, jalan layang, jembatan, rumaha, dan meja operasi di ruang operasi rumah sakit.
5. Tata letak yang berorientasi proses ( ).
Tata letak jenis ini dalah tata letak yang berhubungan dengan produksi dengan volume rendah dan bervariasi tinggi (juga disebut” job shop” atau produksi sesaat).
Tata letak berorientasi proses dapat menangani beragam barang atau jasa secara bersamaan. Tata letak ini paling efisien di saat membuat produk yang memiliki persyaratan berbeda atau di saat menangani pelangan, pasien, atau klien dengan kebutuhan berbeda.
6. Tata letak sel kerja ( ).
Tata letak sel kerja adalah pengaturan mesin dan pekerja pada fasilias yang ada awalnya berorientasi pada proses secara sementara.
7. Tata letak yang berorientasi pada produk.
Tata letak berorientasi pada produk ialah mencari utilitas karyawan dan mesin yang paling baik dalam produsi yang kontinu atau berulang.
Berikut keuntungan dari tata letak yang berorientasi pada produk. a. Rendahnya biaya variabel per unit yang biasanya dikaitkan dengan
produk yang sama.
b. Rendahnya biaya penanganan bahan.
c. Mengurangi persediaan barang setengah jadi. d. Proses pelatihan dan pengawasannya lebih mudah. e. Hasil keluaran produksinya lebih cepat.
Berikut kelemahan dari tata letak yang berorientasi pada produk. a. Dibutuhkan volume yang tinggi karena modal yang diperlukan untuk
menjalankan proses cukup besar.
b. Adanya pekerjaan yang harus berhenti pada setiap titik yang mengakibatkan seluruh operasi pada lini yang sama juga terganggu. c. Fleksibilitas yang ada kurang saat menangani beragam produk atau
Menurut Subagyo (2000:80), tipe dibagi menjadi empat macam yaitu:
1. Garis
garis sering disebut sebagai produk, artinya pengaturan letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas urutan-urutan proses produksi dalam membuat suatu barang.
2. Fungsional
fungsional ini sering juga disebut dengan proses. Artinya adalah pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik yang didasarkan pada fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada. jenis ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang bermacam-macam.
3. Kelompok
kelompok adalah suatu pengaturan letak fasilitas suatu pabrik berdasarkan atas kelompok barang yang dikejakan.
4. dengan Posisi Tetap
dengan posisi tetap adalah pengaturan fasiltas produksi dalam membuat barang dengan leak barang yang tetap atau tidak dipindah pindah. Mesin, karyawan, serta fasilitas produksi yang lain berpindah-pindah mengelilingi barang yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan.
E. Keseimbangan Lini ( )
Menurut Subagyo (2000:96) Keseimbangan lini atau
adalah proses pembagian pekerjaan kepada atau sekumpulan beberapa elemen kerja sedemikian rupa sehinga diperoleh keseimbangan setiap . atau pusat kerja adalah kumpulan beberapa elemen kerja yang merupakan satu kesatuan. Sedangkan elemen kerja adalah satuan kerja terkecil suatu proses produksi.
Lini penyeimbangan biasanya dilaksanakan untuk memenimalkan ketidakseimbangan antara mesin atau pekerja dan memenuhi kewajiban dari lini perakiatan. Untuk dapat memproduksi tertentu, pihak manajemen harus mengetahui perangkat, peralatan, dan metode kerja yang digunakan (Render dan Heizer, 2009:558).
merupakan keseimbangan antara kapasitas dari suatu departemen atau mesin dengan departemen atau mesin berikutnya didalam proses produksi. Fungsi dari adalah membuat suatu lintasan yang seimbang. Tujuan pokok dari penyeimbang lini adalah memaksimalkan kecepatan di tiap stasiun kerja, sehingga dicapai efisiensi kerja di setiap stasiun kerja.
Menurut Handoko (1984:118) perencanaan dan penyusunan
harus memperhatikan keseimbangan lini. Masalah keseimbangan aliran proses produksi in berarti adanya keseimbangan atau persamaan kapasitas atau keluaran dari setiap tahap operasi dalam suatu runtunan lini. Bila terjadi keseimbangan antara kapasitas suatu tahap operas dengan tahap operasi berikutnya, maka proses produksi dapat diharapkan akan berjalan lancar. Bila
keseimbangan tidak dijaga, keluaran maksimum yang mungkin dicapai untuk lini tersebut akan ditentukan oleh operasi yang paling lambat. Ketidak seimbangan lini akan mengakibatkan penumpukan barang-barang dalam proses pada suatu bagian operasi dan di lain pihak pengangguran bagian-bagian operasi lainnnya.
Keseimbangan lini atau adalah keseimbangan antara kapasitas dari suatu departemen atau mesin dengan departemen mesin berikutnya didalam proses produksi. Apabila keseibangan lini tidak dijaga maka akan berakibat munumpuknya barang-barang setengah jadi pada suatu bagian atau mesin tertentu, atau dapat pula berakibat terlalu basarnya pengangguran kapasitas pada suatu mesin tertentu (Sukanto, 1976:112).