• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2 METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2013 di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Singapura (Port of Singapore Authority). Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.1 sampai dengan 2.2.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)

(2)

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

Gambar 2.2 Peta Pelabuhan Singapura

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah studi kasus terhadap Pelabuhan Tanjung Priok dan studi banding dengan Pelabuhan Singapura. Aspek-aspek yang diteliti antara lain mengenai bagaimana kondisi infrastruktur, suprastruktur Pelabuhan Tanjung Priok sebagai international hub port karena pelabuhan untuk dapat menjadi suatu international hub port salah satu kriterianya harus dapat menjadi tempat aktifitas transhipment dari operator kapal-kapal yang berukuran besar (mother vessel). Pelabuhan Tanjung Priok dalam hal ini kurang diminati oleh main line operator (operator utama) dari operator kapal-kapal yang berukuran besar untuk aktifitas bongkar muat dan transhipment. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas dan pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok yang mendukung terhadap kapal-kapal peti kemas yang besar untuk bersandar. Aspek kinerja sumber daya manusia (SDM) juga merupakan salah satu faktor sentral dalam menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai international hub port karena SDM merupakan unsur pelaksana, pengawas dan sekaligus sebagai pemakai hasil pembangunan. Di dunia usaha yang sangat kompetitif seperti pelabuhan perlu memiliki keunggulan dan daya saing yang berkelanjutan, karena

(3)

keunggulan dalam pelayanan merupakan aset besar bagi perusahaan yang sangat dibutuhkan oleh para pelanggan (pengguna jasa pelabuhan), maka diperlukan inovasi layanan secara terus menerus sebagai upaya untuk memenuhi keinginan pelanggan dalam hal ini pengguna jasa pelabuhan dan perusahaan dituntut untuk selalu efektif dan efisien. Peralatan bongkar muat yang canggih sekalipun tanpa didukung peran aktif sumber daya manusia, tidak akan berarti apa-apa. Aspek selanjutnya yang diteliti adalah mengetahui nilai kinerja pelayanan kapal yang merupakan bagian dari port performance indicators Pelabuhan Tanjung Priok untuk selanjutnya dibandingkan dengan port performance indicators Pelabuhan Singapura yang sudah menjadi international hub port, setelah itu lalu dilakukan penentuan strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port berdasarkan analisis SWOT yang juga memperhatikan aspek-aspek tersebut di atas.

Identifikasi permasalahan tersebut di atas dilakukan melalui pengamatan di lapangan (observasi dan survey). Perbandingan kinerja ke dua pelabuhan (Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapur) dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Menurut Saputra 2007 dalam Eco 2012 analisis deskriptif adalah analisis yang menggunakan metode statistik untuk mengetahui pola sejumlah data penelitian, merangkum informasi yang terdapat dalam data penelitian dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh. Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang menjelaskan atau memaparkan data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel ataupun populasi yang teramati dan dapat digambarkan lewat tabel dan gambar.

Dalam menetapkan perumusan suatu kriteria atau karakteristik dari suatu international hub port dilakukan dengan melihat ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki dari suatu pelabuhan yang sudah berskala international hub port dengan cara studi literatur dari beberapa pelabuhan yang berskala international hub port seperti Pelabuhan Hong Kong, Pelabuhan Shanghai, Pelabuhan Rotterdam, Pelabuhan Hamburg dan studi banding ke Pelabuhan Singapura sebagai salah satu pelabuhan yang berskala international hub port yang wilayahnya berdekatan dengan Indonesia. Selanjutnya dapat dirumuskan kriteria international hub port untuk kemudian dilakukan perbandingan dengan Pelabuhan Tanjung Priok dengan melihat ciri-ciri karakteristik yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok. Selanjutnya untuk merumuskan strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai international hub port digunakan analisis SWOT dengan mengetahui kondisi Pelabuhan Tanjung Priok baik itu infrastruktur, suprastruktur, SDM, kinerja pelayanan kapal, dan juga kondisi Pelabuhan melalui kekuatan dan kelemahan secara internal serta peluang dan ancaman secara eksternal.

Metode Pengambilan Data

Data sekunder diperoleh dari dua tempat yang pertama dari Indonesia bersumber dari data sistem informasi dan teknologi manajemen Pelabuhan

(4)

Tanjung Priok dan Jakarta Internasional Container Terminal (JICT) serta dari Port of Singapore Authority (PSA) di Singapura.

Data primer diperoleh berdasarkan pengamatan secara langsung dari obyek penelitian di lapangan yaitu Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura serta wawancara kepada stakeholders terkait yaitu karyawan Pelabuhan Tanjung Priok bagian hubungan masyarakat, bagian sistem informasi dan teknologi manajemen dan divisi terminal peti kemas. Data primer yang diambil adalah tentang permasalahan yang menentukan kinerja operasional Pelabuhan Tanjung Priok yaitu infrastruktur, suprastruktur dan kualitas sumber daya manusia pengelola pelabuhan. Data primer antara lain seperti kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan, masih terbatasnya fasilitas gudang dan lapangan penumpukan peti kemas, dan permasalahan SDM seperti training yang kurang memadai sehingga berpengaruh kepada mutu pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan dan lemahnya koordinasi dan sinkronisasi program diantara pihak-pihak instansi pelaksana kegiatan pelabuhan.

Data sekunder didapatkan dari literatur yang diambil untuk memperoleh data terkait dengan port performance indicator yaitu Turn Around Time, Waiting Time, Approach Time, Postpone Time, Berthing Time, Non Operating Time, Berth Working Time, Effective Time, dan Idle Time. Selain itu data sekunder yang diperoleh antara lain berupa jumlah arus barang melalui terminal konvensional, arus barang berdasarkan kemasan melalui terminal konvensional, arus barang melalui peti kemas, jumlah peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok dan jumlah total peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura. Teknik pengumpulan data untuk menentukan strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port dilakukan dengan proses wawancara dengan narasumber yang dianggap berkompeten dan mendukung masukan data dalam penelitian. Selanjutnya dilakukan observasi dengan cara mengamati objek penelitian dan lingkungannya untuk memperoleh data kenyataan yang berkaitan dengan penelitian dimana peneliti mengamati tanpa berpartisipasi, dan teknik pengumpulan data juga dilakukan dengan studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang berasal dari literatur dan dokumentasi yang dibutuhkan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT yaitu dengan melihat Kekuatan (Strenght), Kelemahan (Weakness), Peluang atau Kesempatan (Opportunities) dan Ancaman (Threats) pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Dasar pijak analisis pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang yang simultan dengan meminimalisir kelemahan dan ancaman (Rangkuty 2006). Data yang diperlukan untuk SWOT dapat berupa sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength) yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok dapat dikembangkan menjadi international hub port antara lain seperti jumlah kunjungan kapal, jumlah peti kemas yang terus meningkat, dan lokasi Pelabuhan Tanjung Priok yang strategis.

2. Kelemahan (Weakness) yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port seperti kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan yang dangkal dan panjang dermaga yang relatif pendek.

(5)

3. Peluang (Opportunities) yaitu semua kesempatan yang ada yang dapat menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port antara lain seperti memiliki pangsa pasar yang potensial dan pembangunan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok mendapat dukungan dari pemerintah.

4. Ancaman (Threats) yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port antara lain seperti kelambatan pelayanan dan kongesti yang tinggi dan ketertinggalan teknologi, fasilitas dan peralatan.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif komparatif antara Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dengan Pelabuhan Singapura di masing-masing terminal peti kemasnya. Adapun metode yang dilakukan adalah menentukan :

1. Permasalahan utama Pelabuhan Tanjung Priok

Permasalahan utama di Pelabuhan Tanjung Priok diidentifikasi antara lain terhadap permasalahan infrastruktur seperti kedalaman alur dan kolam dan kapasitas dermaga. Minimnya peralatan bongkar muat seperti mesin-mesin quay crane. Identifikasi permasalahan dalam hal suprastruktur seperti lapangan penumpukan container dan transportasi jalan yang menghubungkan antara pelabuhan dengan daerah hinterland. Selain itu diidentifikasi permasalahan kualitas sumber daya manusia terhadap kinerja Pelabuhan Tanjung Priok. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif.

2. Mendapatkan hasil perbandingan kinerja operasional yang merupakan bagian dari Port Performance Indicators (PPI) antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura agar dapat mengetahui kemungkinan kesiapan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai international hub port

Penentuan port performance indicators dalam hal ini adalah operational indicator Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura dilakukan dengan menghitung waktu pelayanan kapal atau waktu kunjungan kapal ke pelabuhan. Performansi ini diambil berdasarkan United Nation Conference of Trade and Development (UNCTAD) 1976. Kunjungan kapal ke suatu pelabuhan bertujuan melakukan aktivitas bongkar-muat secepat dan seaman mungkin. Bila tidak perlu kapal tidak akan berlama-lama di pelabuhan, termasuk waktu-waktu menunggu ketersediaan fasilitas, muatan, penyelesaian dokumen, dan jadwal kerja pelabuhan setempat. Menurut Mukminin (2010) analisis data untuk menghitung kinerja pelayanan kapal tersebut terdiri dari

a. Turn Round Time (TRT) adalah waktu (jumlah jam) selama kapal berada di pelabuhan. Dihitung sejak kapal tiba di lokasi lego jangkar dan atau Batas Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKP) sampai dengan kapal berangkat meninggalkan lokasi lego jangkar DLKP.

(6)

b. Waiting Time (WT) adalah waktu tunggu, merupakan waktu yang digunakan kapal untuk menunggu pelayanan masuk atau keluar dari pelabuhan. Waktu tunggu digunakan untuk mengetahui tingkat kesiapan dan kecepatan pelayanan kapal di pelabuhan. Waktu tunggu dikarenakan menunggu pelayanan tambatan dan pelayanan pandu atau tunda. Waiting time terdiri Waiting Time Net (WTN) dan Postpone Time (PT). Waiting time Net adalah selisih waktu yang merupakan waktu tunggu bagi kapal, yaitu selisih waktu saat kapal meminta pelayanan pandu atau pemanduan dengan saat kapal mulai bergerak memasuki pelabuhan atau selisih antara saat atau waktu yang telah ditetapkan untuk kapal memasuki pelabuhan sampai dengan kapal bergerak masuk di pelabuhan. Waiting Time dapat dirumuskan : WT (gross) = WT Net + Postpone Time c. Approach Time (AT) adalah waktu yang digunakan kapal sejak kapal mulai

bergerak memasuki pelabuhan sampai dengan kapal mulai bertambat di dermaga yang ditandai dengan saat terikatnya tali tambat pertama di dermaga (untuk kapal masuk) dan waktu yang digunakan oleh kapal sejak lepasnya tali tambat sampai dengan saat kapal meninggalkan perairan pelabuhan. Apabila selama di pelabuhan ada kegiatan kapal pindah (shifiting), maka jumlah jam yang terpakai untuk kapal bergerak menuju lokasi tambatan lainnya diperhitungkan pula sebagai waktu antara yang dinyatakan dalam satuan jam. d. Postpone time (PT) adalah selisih waktu antara saat kapal tiba di perairan

pelabuhan (daerah berlabuh jangkar) dengan saat kapal mulai meminta pandu atau pemanduan untuk memasuki atau meninggalkan pelabuhan.

e. Berthing Time (BT) adalah waktu pelayanan kapal di tambatan waktu yang dipakai untuk melakukan kegiatan bongkar muat dihitung sejak tali pertama terikat di dermaga sampai dengan lepasnya tali tambatan terakhir dari dermaga. Berthing Time dapat diumuskan sebagai berikut :

BT = ET + NOT + IT BT = BWT + IT Dimana :

BT = Berthing time atau waktu tambat kapal di dermaga

ET = Effective time atau waktu efektif tambat kapal melakukan bongkar muat

NOT = Not Operation Time atau jumlah waktu kapal tidak bekerja yang direncanakan

IT = Idle Time atau waktu terbuang kapal selama di tambatan tidak termasuk yang direncanakan

BWT = Berth Working Time atau waktu kerja kapal yang tersedia ketika bongkar muat termasuk waktu tidak bekerja yang direncanakan f. Not Operating Time (NOT) atau waktu tidak kerja adalah jumlah jam yang

direncanakan kapal tidak bekerja selama berada di tambatan, termasuk waktu istirahat dan waktu menunggu buruh, serta waktu menunggu akan lepas tambat kapal dinyatakan dalam satuan jam.

g. Berth Working Time (BWT) adalah waktu kerja bongkar muat yang tersedia selama kapal berada di tambatan. Jumlah jam kerja tiap hari untuk tiap kapal berpedoman pada jumlah jam yang tertinggi kerja gang buruh tiap gilir kerja (shift) tersebut tidak termasuk waktu istirahat atau jumlah jam kerja bongkar muat di tambatan yang terdiri atas Effective Time dan Idle Time. Rata-rata terdapat ± 12 orang dalam satu gang dengan jam kerja per shift 8 jam.

(7)

h. Effective Time (ET) atau Operation Time (OT) adalah waktu sesungguhnya yang dipakai oleh kapal bertambat di dermaga selama berlangsungnya kegiatan bongkar muat.

i. Idle Time (ET) atau waktu terbuang adalah jumlah jam kerja yang tidak terpakai (terbuang selama waktu kerja bongkar muat di tambatan tidak termasuk jam istirahat, dinyatakan dalam satuan jam).

Selanjutnya data port performance indicators Pelabuhan Tanjung Priok dilakukan perbandingan dengan data port performance indicators Pelabuhan Singapura untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif sehingga dapat mengetahui kemungkinan kesiapan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai international hub port.

3. Menentukan strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port

Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port adalah dengan menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat) (Marimin 2004). Metode ini digunakan untuk menentukan kelayakan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai international hub port sebanding dengan Pelabuhan Singapura. Analisis SWOT diperoleh dari identifikasi kondisi, potensi dan permasalahan masing-masing pelabuhan dengan aspek-aspek terkait. Tujuan dari analisis ini adalah menentukan faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal yang akan menentukan masa depan meliputi :

a. Internal : Jumlah kunjungan kapal, lokasi, fasilitas, jumlah kontainer, kedalaman alur dan kolam, port performance indivator dan SDM

b. Eksternal : Pangsa pasar, jumlah penduduk, dukungan pemerintah, persaingan antar pelabuhan, dan perkembangan teknologi.

Konsep dasar SWOT dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 7. Skema konsep SWOT

Gambar 2.3 Skema konsep SWOT Lingkungan Internal Strengths Kekuatan Weaknesses Kelemahan Lingkungan Eksternal Opportunities Peluang Treats Ancaman

(8)

Dari konsep tersebut kemudian diterjemahkan kelebihan dan kelemahan baik dari faktor internal dan eksternal dalam sebuah matriks yang menggambarkan kondisi keterkaitan satu sama lain, contoh matriks SWOT dapat disajikan pada Gambar 2.4.

Faktor Eksternal Faktor Internal Peluang (Opportunity) Identifikasi Peluang Tantangan (Threats) Identifikasi ancaman Kekuatan/Potensi (Strenght) Identifikasi Kekuatan

Alternatif Strategi (SO)

Menggunakan kekuatan untuk menangkap kesempatan Alternatif Strategi (ST) Menggunakan kekuatan untuk menghindarkan ancaman Kelemahan (Weakness) Identifikasi Kelemahan

Alternatif Strategi (WO)

Mengatasi kelemahan dengan mengambil keputusan Alternatif Strategi (WT) Meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman (Sumber : Rangkuti 2006)

Gambar 2. 4 Skema matriks SWOT

Alternatif strategi-strategi dalam analisis SWOT (Rangkuti 2006), antara lain : 1. Strategi SO, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan/meraih peluang.

2. Strategi ST, yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO, yaitu strategi meminimalkan kelemahan untuk meraih

peluang.

4. Strategi WT, yaitu strategi meminimalkan kelemahan untuk lolos dari ancaman.

Untuk merumuskan langkah-langkah strategi dalam menjadikan pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port international digunakan analisis SWOT. Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor internal yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dirangkum ke dalam matriks faktor strategi internal IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary), sementara itu faktor-faktor lingkungan yang mencerminkan peluang dan ancaman dituangkan ke dalam matriks faktor eksternal EFAS (External Internal Strategic Factor Analysis Summary).

Perhitungan dan penilaian kontribusi masing-masing faktor tersebut terhadap Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional dilakukan menurut ketentuan sebagai berikut :

• Masing-masing butir faktor di dalam IFAS dan EFAS diboboti sesuai dengan tingkat kepentingannya dengan skala mulai dari 1 (tidak penting) sampai 9 (sangat penting). Nilai bobot masing-masing faktor tersebut dinormalkan sehingga jumlah nilai bobot keseluruhan adalah 1.

(9)

• Masing-masing faktor di dalam IFAS dan EFAS diberi nilai atau rating dengan skala mulai dari 1 sampai dengan 9 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap data yang diperoleh. Skala 5 berada pada posisi seimbang atau netral. Faktor yang berpengaruh positif (semua yang tergolong sebagai kekuatan dan peluang) diberi nilai 5 sedangkan faktor yang bersifat negatif semua yang tergolong sebagai kelemahan dan ancaman diberi nilai di bawah lima.

Gambar 2.5 Rating skala nilai

• Masing-masing besaran bobot dan rating merupakan rata-rata dari penilaian yang diberikan oleh responden.

• Kalikan bobot dan rating masing-masing faktor untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.

• Jumlahkan nilai faktor-faktor internal untuk mendapatkan total nilai faktor internal.

• Lakukan hal yang sama untuk faktor-faktor eksternalnya. Total nilai faktor internal dan total nilai faktor eksternalnya menjadi rujukan untuk menentukan strategi yang diambil menyangkut keberadaan dan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub port international.

• Berdasarkan pertimbangan atas crossing faktor-faktor yang termasuk ke dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dituangkan ke dalam matriks, kemudian dirumuskan langkah-langkah strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok yang terangkum ke dalam strategi S-O (strength-opportunity, kekuatan-peluang), strategi S-T, Strategi W-O, dan Strategi W-T.

Dapat juga dengan menggunakan cara sebagai berikut :

• Pada kolom 1 dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada IFAS serta peluang dan ancaman pada EFAS

• Pembobotan pada kolom 2 antara 0 sampai 1, nilai 1.0 untuk faktor yang dianggap sangat penting dan 0.0, untuk faktor yang dianggap tidak penting • Pemberian nilai rating pada kolom 3. Rating adalah pengaruh yang

diberikan faktor, nilai 1 untuk pengaruh yang sangat kecil dan nilai 4 untuk pengaruh yang sangat besar

• Kolom 4 adalah hasil perkalian bobot dan rating • Menjumlahkan total skor yang didapatkan dari kolom 4

Nilai total menunjukkan reaksi organisasi atau perusahaan terhadap faktor internal dan eksternal. Nilai 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi yang rendah, nilai 2,00 sampai 2,99 menunjukkan posisi rata-rata, sedangkan nilai 3,00 sampai 4,00 menunjukkan yang kuat (Rangkuti 2007).

Gambar

Gambar 2.1 Peta lokasi penelitian Pelabuhan Tanjung Priok
Gambar 2.2  Peta Pelabuhan Singapura
Gambar 2. 4  Skema matriks SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian berdasarkan tingkat pendidkan pegawai yang dimiliki, secara umum kondisi personalia Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu kurang dari segi kuantitas

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak  Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak  cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih- cenderung akan

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pembentukan Portofolio Optimal

Sebelum seseorang tersebut melakukan komunikasi maka terlebih dahulu ia harus dapat menformulasikan pesan yang bermakna sedemikian rupa sehingga pesan tersebut dapat diterima

• PGAS raih US$1,35 miliar dari obligasi valas • INTP anggarkan belanja modal Rp 4,5-5 triliun • INTP akan bagikan dividen Rp 900 per saham • ARTI akan rights issue Rp 730

Dalam menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi, 2002). Adanya penggunaan

yang sangat besar seperti: (1) pengembangan kompetensi guru (matematika) dalam pendidikan dan pengajaran serta pengabdian kepada masyarakat merefleksikan pada

Untuk memperoleh data mengenai kemahiran siswa kelas VIII dalam menulis naskah dram,maka dilakukan tes saat penelitian yakni memberikan siswa tugas menulis sebuah