ABSORPSI GAS CO
2PADA MEMBRAN BERPORI NANO SPIRAL
WOUND BERBAHAN POLYAMIDA DENGAN PELARUT CAMPURAN
AMINA (DIETHANOLAMINE DAN TRIETHANOLAMINE)
Ariz Kiansyahnur H.*, Sutrasno KartohardjonoTeknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, 16424, Indonesia
*E-mail: arizkiansh@gmail.com
Abstrak
Gas CO2 dalam gas alam yang bersifat asam merugikan karena korosif sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem perpipaan dan utilitas di industri serta mengurangi kalor pembakaran proses jika bercampur dengan air. Penelitian ini dilakukan untuk pemurnian dan pengolahan gas alam dengan absorpsi menggunakan kontaktor membran. Kontaktor membran berpori nano bersifat lebih ekonomis dan dapat menutupi kekurangan pada kolom absorpsi konvesional dalam proses absorpsi CO2. Pelarut amina lazim digunakan dalam proses absorpsi
CO2 karena ekonomis juga memiliki kecepatan reaksi yang tinggi untuk mengabsorp CO2.
Dalam penelitian ini, pelarut campuran amina TEA/DEA digunakan untuk mengabsorpsi CO2
melalui kontaktor membran berpori nano spiral wound berbahan dasar poliamida dengan luas
0,5 m2. Pelarut campuran amina TEA 5% wt + DEA 3% wt menunjukkan hasil terbaik dalam
penelitian ini dengan koefisien perpindahan massa 0,0012 cm/s dan dapat menyerap 0,021 mol/L. Secara hidrodinamika, penurunan tekanan cairan pada membran mencapai 0,69 psi pada laju alir 500 mL/menit
Kata kunci: Absorspi CO2, Membran Berpori Nano, Transfer Massa, Uji Hidrodinamika,
Pelarut Campuran Amina.
Abstract
Gas CO2 is one of acid gas in natural gas and considered to be harmful since it is corrosive and
can cause damage in piping system and utilities in the industry as well as reduce the value of heating calor when mixed with water. In this research, there will be acid gas removal and purification processes by absorption using membranes. Nano porous membrane contactor is economical and can cover the disadvantages of conventional coloumn to absorp CO2. Amine
solvent is widely used in CO2 absorption because it is economical and reactive with CO2. In this
research, mixture of amine solvent of TEA/DEA is used to absorp CO2 with nano-porous spiral wound membrane made from poly-amide having area of 0.5 m2. The mixture of amine solvent
by TEA 5% wt + DEA 3% wt shows the best result in this research with mass transfer coefficient 0.0012 cm/s and can absorp 0.021 mol/L. Based on hydrodynamic test, the pressure drop of liquid has approached 0.69 psi by the flow rate 500 mL/minutes.
Key words: Absorption of CO2, Nano-porous membrane, Mass Transfer, Hydrodinamic Test,
1. Pendahuluan
Konsumsi gas alam di dunia saat ini mencapai 100 triliun kaki kubik dan diperkirakan menjadi 160 triliun kaki kubik pada tahun 2035 (Shao et al., 2013). Sementara itu, di Indonesia konsumsi gas alam sebagai energi adalah ketiga terbesar setelah BBM dan batu bara. Peningkatan jumlah kebutuhan gas alam berbanding lurus dengan semakin luasnya penggunaan gas alam untuk kebutuhan dan bahan baku industri, maupun untuk keperluan rumah tangga. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan dalam mengolah gas alam yang ada (Askari et al., 2012).
Selama ini operasi absorpsi gas CO2 terlarut banyak dilakukan di industri kimia dan
proses pemurnian minyak secara konvensional. Metode konvensional tersebut menggunakan beberapa alat absorpsi, seperti packed columns, plate columns, dan venturi scrubbers. Akan tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang cukup besar, mengakibatkan terjadinya flooding pada aliran tinggi, tidak terdistribusinya cairan pada aliran yang rendah, serta rendahnya rasio luas area per satuan volume. Penghilangan gas CO2 dari gas alam bertujuan untuk mencegah
terjadinya korosi pada sistem transportasi gas dan mendapatkan bahan bakar dengan energi yang besar serta gas CO2 dan gas asam lainnya dapat mengurangi nilai kalor pada gas alam
(Zhang, 2012).
Saat ini, kontaktor membran untuk absorpsi gas menggunakan membran berpori nano telah menarik perhatian peneliti dan menjadi teknologi alternatif yang dikembangkan untuk menggantikan kontaktor konvensional. Kelemahan yang ada pada metode konvensional, seperti operasi yang membutuhkan biaya dan energi yang besar, rasio luas area per satuan volume yang rendah, serta membutuhkan ruang yang luas tidak ditemukan pada kontaktor membran (Merkel et al., 2001; Ohlrogge et al., 2002). Pada kontaktor membran, biaya yang dibutuhkan lebih rendah, begitu pula dengan energi yang dibutuhkan lebih rendah. Selain itu, kontaktor membran berpori nano lebih mudah dioperasikan dan tidak memerlukan ruang yang terlalu luas.
Teknologi absorpsi berdasarkan membran telah digunakan sebagai peralatan kontaktor gas-cair untuk memberikan luas permukaan kontak yang besar. Pada penelitian ini akan digunakan kontaktor membran berpori nano sebagai kontaktor perpindahan massa. Membran berpori nano belum digunakan secara luas dalam absorpsi CO2. Serat membran berpori nano ini
bersifat hidrofobik di mana CO2 dapat lewat karena dapat mencegah pelarut amina membasahi
membran. Selain itu, membran berpori nano baik digunakan sebagai kontaktor gas-cair karena memiliki stabilitas kimia dan stabilitas mekanik yang baik, serta tahan terhadap fouling.
Dari penelitian ini diharapkan kontaktor membran berpori nano dapat mengurangi lebih banyak kandungan CO2 dengan pelarut amina, dibandingkan dengan kontaktor membran yang
lain. Selain itu, dengan mengetahui kondisi operasi pengurangan CO2 terlarut dari pelarut
membran dengan menggunakan kontaktor membran berpori nano serta korelasi eksperimental, dapat dibuat suatu sistem aplikasi full-scale yang dapat digunakan di industri.
2. Metode Penelitian
2.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari referensi, baik dari buku, jurnal, maupun artikel.
2.2 Persiapan Alat dana Bahan
Penelitian kemudian dilanjutkan dengan persiapan alat, dalam hal ini adalah modul kontaktor membran spiral wound yang akan digunakan dalam proses absorpsi CO2. Selanjutnya
pelarut amina (DEA/TEA) yang akan digunakan juga dilarutkan dalam air.
2.3 Penyusunan Alat
Langkah selanjutnya adalah menyusun peralatan penelitian yaitu dengan merangkai kontaktor membran spiral wound dengan peralatan lain yang digunakan untuk membuat suatu rangkaian siklus pelarut amina dan campuran gas CO2/CH4 yang melewati kontaktor membran.
Kontaktor membran spiral wound berpori nano ini terdiri dari dua aliran masuk dan dua aliran keluaran. Campuran gas CO2/CH4 yang berasal dari tabung diatur sedemikian rupa oleh valve
serta laju alir oleh mass flow meter dimana variasi laju alir dilakukan. Pelarut amina berasal dari reservoir solvent yang dibantu dengan pompa dan diatur laju alirnya dengan liquid flow meter dimana variasi laju alir pelarut dilakukan. Aliran keluaran pelarut dari membran yaitu pelarut amina yang telah mengabsorp CO2 akan ditampung dan dititrasi dengan asam kuat untuk
menentukan konsentrasi CO2 yang terlarut. Selain variasi laju alir pelarut, penelitian ini
menggunakan persentase berat campuran amina sebagai variabel bebas yaitu DEA 1% wt/TEA 5% wt, DEA 2% wt/TEA 5% wt, dan DEA 3% wt/TEA 5% wt.
2.4 Eksperimen
Setelah semua peralatan dirangkai dan siap digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan eksperimen. Eksperimen yang akan dilakukan adalah absorpsi CO2 menggunakan
pelarut campuran amina DEA/TEA melalui kontaktor membran spiral wound. Sebelum dilakukan eksperimen, campuran gas CO2/CH4 terlebih dahulu diukur komposisinya
reservoir akan dipompakan menuju kontaktor membran serat berongga melalui bagian selongsong dan setelah keluar dari kontaktor membran, pelarut campuran amina (DEA/TEA) akan dilakukan titrasi menggunakan larutan asam HCl 0,5 M untuk mendapatkan kelarutan CO2
dalam membran. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah panjang kontaktor, panjang serat, diameter serat, diameter kontaktor, dan temperatur operasi. Sedangkan variabel yang divariasikan dalam penelitian ini adalah laju alir pelarut campuran amina (DEA/TEA) dan komposisi persentase berat pelarut campuran amina (DEA/TEA).
2.5 Uji Perpindahan Massa
Prosedur penelitian untuk uji perpindahan massa adalah:
• Siapkan modul dan experimental set-up sehingga modul tersambung dengan reservoir, pompa, flowmeter, tabung gas, dan lain-lain.
• Siapkan campuran air dan amina dengan konsentrasi TEA 5%, DEA 1% wt/TEA 5% wt, DEA 2% wt/TEA 5% wt, dan DEA 3% wt/TEA 5% wt di mana sisanya air.
• Ukur komposisi campuran gas CO2/CH4 dengan kromatografi gas.
• Ukur suhu awal pelarut amina.
• Alirkan gas CO2/CH4 dan menunggu hingga alirannya stabil (laminer).
• Alirkan pelarut amina dengan variasi laju alir dan menuggu hingga keadaan stabil. • Ambil sampel pelarut amina setelah keluar dari kontaktor membran untuk setiap variasi
laju alir pelarut amina setiap 5 menit selama 15 menit.
• Ukur komposisi campuran gas CO2/CH4 setelah keluar dari kontaktor membran dengan
kromatografi gas.
• Lakukan titrasi larutan amina setelah keluar membran dengan larutan asam HCl 0,5 M. • Ukur suhu pelarut amina.
• Ulangi prosedur untuk setiap variasi laju alir amina dan gas umpan.
2.6 Uji Hidrodinamika
Prosedur penelitian untuk uji hidrodinamika adalah:
• Siapkan modul dan experimental set-up sehingga modul tersambung dengan reservoir, pompa, flowmeter, tabung gas, dan lain-lain.
• Siapkan pelarut yaitu berupa air.
• Alirkan gas CO2/CH4 dan menunggu hingga keadaan stabil
• Hitung dan mencatat perbedaan tekanan yang tertera pada manometer digital. • Ulangi prosedur untuk setiap variasi laju alir air.
2.7 Data Penelitian
Metode ini menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk menghitung solvatochromic shift dari indikator dye pada spektrum absorbansi visibel. Indikator dye yang digunakan adalah nile red dengan path length 1 cm. Program UV PROBE digunakan untuk membaca absorbansi UV-Vis spektra pada solvatochromic dyes yang dilarutkan dalam NADES. Resolusi 0,05 nm per data point digunakan untuk menghitung spektrum solvatochromic. Konsentrasi sampel diatur pada batas 10-4 – 10-5 mol dm-3 untuk mengurangi interaksi solut-solut yang terlihat.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Uji Perpindahan Massa
Salah satu studi untuk menguji efektivitas dan efisiensi performa membran pada absorpsi CO2 dengan pelarut amina adalah uji perpindahan massa dengan parameter jumlah
CO2 terserap, persentase penyerapan CO2, koefisien perpindahan massa (kL), kapasitas
penyerapan (kLA), fluks CO2 (J), dan acid loading. Perpindahan massa pada kontaktor membran
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi dari pelarut sebelum dan sesudah melewati membran.
Gambar 3. 1 Grafik Laju Alir Pelarut terhadap Jumlah CO2 Terabsorpsi
Gambar 3.1 menunjukkan konsentrasi CO2 pada pelarut amina dan dapat dilihat bahwa
menyerap gas asam melalui membran. Jumlah CO2 yang terserap ditentukan dari titrasi asam
basa yaitu hasil dari konsentrasi akhir amina dikurangi dengan konsentrasi awalnya sehingga semakin besar laju alir pelarut amina, volume larutan asam untuk menitrasi larutan basa semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh semakin besar laju alir amina maka jumlah amina yang mengabsorb CO2 melalui membran konsentrasinya semakin besar dan alirannya pun akan
semakin turbulen sehingga CO2 yang terabsorb semakin besar dari laju alir amina 100
mL/menit sampai 500 mL/menit. Laju alir yang semakin turbulen ini akan mengurangi resistansi perpindahan massa CO2 dan dan ketebalan lapisan batas akan semakin menurun yang
mengakibatkan CO2 terlarut dalam amina akan semakin banyak. Ketebalan lapisan film juga
mengakibatkan difusi CO2 ke dalam pori membran semakin mudah sehingga nilainya akan
semakin besar apabila laju alir pelarut semakin tinggi.
Sementara itu, komposisi pelarut amina juga terlihat mempengaruhi konsentrasi CO2
terlarut melalui membran di mana semakin basa pelarut amina, jumlah CO2 yang terabsorp juga
bertambah. Pelarut amina dengan komposisi DEA paling besar (paling basa) yaitu DEA 3% wt/TEA 5% wt menyerap CO2 dengan jumlah paling besar. Hal ini disebabkan oleh semakin
basa pelarut maka semakin kuat mengikat CO2 yang terkontak melalui membran yang terbentuk
menjadi karbamat sehingga grafik pengaruhnya akan semakin naik apabila basa yang ada juga semakin bertambah. Pelarut amina, DEA dan TEA bersifat basa sehingga akan bereaksi dengan CO2 yang bersifat asam. Konsentrasi CO2 yang terserap dapat diketahui dari jumlah pelarut
amina yang bereaksi dengan cara mengurangi konsentrasi amina awal dengan amina akhir dan dibagi dengan koefisien reaksi. Konsentrasi amina akhir berkurang dari amina awal sebab sifat basa amina menurun karena bereaksi dengan asam.
Gambar 3. 2 Grafik Laju Alir Pelarut terhadap Persentase Penyerapan CO2
Persentase penyerapan CO2 juga menjadi parameter dalam uji perpindahan massa untuk
mengetahui seberapa besar CO2 yang terabsorb oleh pelarut amina. Gambar 3.2 menunjukkan
grafik persentase penyerapan CO2 pada pelarut amina melalui membran. Persentase ini dihitung
dari mol CO2 yang terserap oleh amina dibanding dengan mol CO2 awal yang masuk membran
sebelum bereaksi dengan pelarut amina.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar laju alir pelarut amina, maka reaksi yang terjadi semakin kuat sehingga persentase penyerapan CO2 juga semakin meningkat. Hal
ini sesuai dengan Gambar 3.1 yang menunjukkan konsentrasi CO2 yang terserap yang kemudian
dikalikan dengan laju alir pelarut amina yang nilainya semakin besar sehingga mol CO2 yang
terserap semakin besar sementara mol CO2 awal masuk membran nilainya tetap. Pengaruh
komposisi berat pelarut amina juga demikian, semakin besar persentase DEA dalam pelarut maka nilai CO2 yang terserap akan naik akibat sifat pelarut campuran amina yang semakin basa
sehingga lebih reaktif terhadap CO2. Reaksi antara kedua senyawa ini akan menghasilkan
senyawa karbamat yang akan menurunkan kelarutan CO2 ke dalam pelarut (Rajabzadeh, 2009).
Gambar 3. 3 Grafik Laju Alir Pelarut terhadap Koefisien Perpindahan Massa
Koefisien perpindahan massa menunjukkan efektivitas pelarut amina dalam menyerap CO2 secara kimiawi melalui kontaktor membran di mana semakin besar nilai koefisien
perpindahan massa maka perpindahan massa CO2 ke dalam pelarut amina melalui per satuan luasnya akan semakin baik dan efektif. Gambar 3.3 mengilustrasikan grafik logaritma korelasi koefisien perpindahan massa pada absorpsi kimia CO2 melalui membran dengan pelarut
campuran amina. Laju alir pelarut campuran amina sebagai absorben mempengaruhi nilai koefisien perpindahan massa (kL) di mana semakin cepat laju alir pelarut maka nilai kL akan
semakin besar. Laju alir pelarut berkaitan dengan laju dinamik absorbsi yang menyebabkan resistansi fasa cairan yang terjadi dalam membran menurun. Perpindahan massa gas CO2 yang
terlarut dalam amina sebagai absorben yang terjadi disebabkan oleh perbedaan konsentrasi (driving force) dan reaksi kimia antara pelarut amina (DEA/TEA) sebagai basa dan gas CO2
sebagai asam dan efek dari resistansi pada fasa cair. Dari grafik dapat terlihat bahwa kenaikan pada laju alir pelarut dari 300 mL/menit sampai 500 mL/menit terjadi secara signifikan karena laju alirnya semakin turbulen yang mengakibatkan adanya arus Eddy semakin besar dan resistansi laju melalui membran semakin menurun signifikan. Hal yang demikian sesuai dengan persamaan teoritis antara laju alir pelarut dengan koefisien perpindahan massa (kL) di mana
nilainya berbanding lurus dan merupakan persamaan logaritma.
Gambar 3. 4 Grafik Laju Alir Pelarut terhadap Kapasitas Penyerapan
Grafik 3.4 memperlihatkan kapasitas penyerapan membran berpori nano dalam mengabsorb gas CO2 dengan pelarut amina di mana nilai ini didapatkan dari nilai koefisien
perpindahan massa (kL) dikalikan dengan A (luas spesifik membran). Luas membran berpori
nano spiral wound yang digunakan dalam penelitian ini bernilai 0,5 m2 (5000 cm2) dengan panjang kontaktor membran 40 cm.
Kapasitas penyerapan pada membran menunjukkan nilai maksimum pada membran dalam kondisi operasi tertentu dalam proses absorpsi gas asam. Pada penelitian ini, kapasitas penyerapan berbanding lurus dengan laju alir pelarut di mana semakin besar laju alir amina maka kapasitas penyerapan akan naik. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah massa yang berpindah melalui membran dengan pelarut amina.
Gambar 3. 5 Grafik Laju Alir Pelarut terhadap Fluks Perpindahan Massa
Selanjutnya untuk nilai fluks perpindahan massa yang merupakan nilai absorpsi CO2.
Fluks CO2 merupakan jumlah CO2 yang berpindah per luas kontak area per waktu (Bird, 2002).
Perpindahan massa CO2 ini terjadi disebabkan oleh adanya gradien konsentrasi di mana partikel
berpindah dari konsentrasi tinggi ke yang rendah. Pada kondisi ini, difusi CO2 berperan
dominan dalam proses perpindahan massa CO2 ke pelarut amina.
Gambar 3.5 menunjukkan grafik antara fluks perpindahan massa dengan laju alir pelarut dan komposisi pelarut campuran amina dengan peningkatan laju alir pelarut amina berbanding lurus dengan nilai fluks CO2 karena jumlah CO2 yang terlarut dalam pelarut amina semakin
besar.
Pengaruh komposisi persentase berat pelarut campuran amina juga menunjukkan hasil yang demikian di mana jumlah DEA sebagai pelarut amina sekunder yang ada semakin banyak, maka jumlah CO2 yang terserap per luas membran per satuan waktu akan semakin besar karena
nilai reaktivitas dengan CO2 semakin tinggi. Nilai maksimum fluks yang didapatkan pada
penelitian ini yaitu 0,00025 mol/m2.s pada laju alir 500 mL/menit dengan pelarut campuran amina DEA 3% wt/TEA 5% wt.
Gambar 3. 6 Grafik Laju Alir Pelarut terhadap Acid Loading
Acid loading merupakan jumlah acid gas (CO2) per jumlah amina yang menyerap atau
perbandingan jumlah massa CO2 yang dibawa dalam satuan massa amina tertentu. Pada kondisi
aktual, penentuan nilai CO2 loading untuk mengetahui keefektifan absorpsi dari absorben yaitu
pelarut amina.
Gambar 3.6 merupakan grafik antara acid loading yang terjadi pada membran yang setara dengan hasil persentase penyerapan karena suhu dan tekanan pada kondisi operasi bernilai sama. Hasil yang didapatkan yaitu bahwa semakin besar laju alir pelarut dan bertambahnya DEA pada komposisi pelarut campuran amina, maka nilai acid loading akan naik karena adanya reaksi kimia antara asam (gas CO2) dan basa (pelarut amina). Nilai
persentase acid loading tidak akan mencapai lebih dari 100% karena absorpsi yang terjadi bukan bersifat fisik, namun kimia dengan pelarut amina sebagai absorben.
3.2 Uji Hidrodinamika
Uji hidrodinamika dilakukan untuk mengetahui penurunan tekanan (ΔP) yang berpengaruh pada kinerja kontaktor membran yaitu hubungan dan karakteristik faktor friksi (f) dan pressure drop (∆P). Faktor friksi merupakan koefisien yang tidak memiliki satuan yang berhubungan dengan kemampuan suatu fluida untuk menimbulkan gesekan (friksi). Faktor ini menjelaskan perpindahan aliran fluida pada membran yang didefinisikan secara berbeda dengan koefisien perpindahan massa. Penurunan tekanan dapat menentukan efisiensi energi pada
operasi kerja membran dan menunjukkan tingkat permeabilitas dan selektivitas pada proses pemisahan gas.
Gambar 3. 7 Grafik Laju Alir Pelarut terhadap Penurunan Tekanan (Pressure Drop)
Gambar 3.7 menunjukkan pengaruh driving force pada penelitian yang berupa penurunan tekanan (pressure drop) terhadap laju alir pelarut air melalui membran. Grafik studi hidrodinamika untuk mengevaluasi penurunan tekanan sebelumnya dilakukan regresi dengan persamaan polinomial pangkat dua.
Laju alir air berbanding lurus dengan penurunan tekanan cairan sebagai driving force dalam kontaktor membran di mana semakin besar laju alir pelarut air maka nilai pressure drop akan meningkat. Penurunan tekanan terjadi karena penurunan kecepatan aliran keluaran dan adanya tahanan dalam membran. Perbedaan laju alir dari masukan dan keluaran ini terjadi hasil dari friksi (gesekan) dan tahanan pada membran. Oleh karena itu, semakin besar laju alir pelarut maka perbedaan laju alir masukan dan keluarannya juga semakin besar sehingga penurunan tekanannya juga meningkat.
Penurunan tekanan pada peningkatan laju alir pada membran terjadi karena tumbukan antara molekul cairan akan semakin besar yang menyebabkan meningkatnya energi kinetik sehingga penurunan tekanan akan semakin besar nilainya. Secara konseptual, energi kinetik berbanding lurus dengan laju alir di mana semakin besar laju maka semakin kecil tekanan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, selisih tekanan masuk dan keluar yang terjadi akan semakin besar.
Penurunan tekanan melalui membran berpori nano spiral wound dalam penelitian ini mencapai 0,4 sampai 0,69 psi.
3 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai absorpsi CO2 melalui kontaktor
membran serat berongga dengan pelarut campuran amina, maka dapat disusun beberapa kesimpulan yaitu performa kontaktor membran dalam penelitian ini sudah lebih baik dibanding kontaktor kolom karena nilai kLa dari kontaktor membran dalam penelitian ini lebih
besar dari kontaktor kolom sebesar 0,05 s-1, semakin besar laju alir pelarut akan meningkatkan nilai kL dan fluks perpindahan massa, yaitu nilainya 0,0012 cm/s dan 0,00025 mol/(m2.s) pada
500 mL/menit. Lalu pelarut campuran amina (TEA/DEA) mempunyai tingkat penyerapan yang lebih baik dari pada amina tunggal (TEA), dan komposisi pelarut terbaik adalah DEA 3% wt/TEA 5% wt di mana pelarut campuran amina akan semakin reaktif terhadap CO2.
DAFTAR PUSTAKA
Adewole, J.K., Ahmad, A.L., Ismail, S., & Leo, C.P. 2013. Current Challenges in Membrane Separation of CO2 from Natural Gas: A Review. International Jornal of Greenhouse
Gas Control, 17, pp. 46-65.
Adithya, Fransiskus. 2013. Carbon Dioxide Absorption through the Hollow Fiber Membrane Contactor by Using Triethanolamine Solution as the Absorbent: Effect of Fiber Number. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Anggraeni, Puspita. 2013. CO2 Absorption through Hollow Fiber Membrane Contactor Using
Triethanolamine as the Absorbent: Effect of Flow Pattern. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Askari, M., Yang, T., & Chung, T-s. 2012. Natural Gas Purificationand Olefin/Paraffin Separation Using Cross-Linkable Dual-Layer Hollow Fiber Membranes Comprising b-Cyclodextrin. Journal of Membrane Science, 423-424, pp. 392-403.
Chew, T., Ahmad, A.L., & Bhatia, S. 2010. Ordered Mesoporous Silica (OMS) as an Adsorbent and Membrane for Separation of Carbon Dioxide (CO2). Advances in Colloid and
Interface Science, 153, pp. 43–57.
Dindore, V.Y. 2004. CO2 Membrane–Solvent Selection for CO2 Removal Using Membrane
Gas–Liquid Contactors. Journal of Separation and Purification Technology, 40, pp. 133-145.
Dung, E.J., Bombom, L.S., & Agusomu, T.D., 2008. The Effects of Gas Flaring on Crops in the Niger Delta Nigeria. Geological Journal, 73, pp. 297–305.
Ester, Sherlyn. 2013. CO2 Absorption through Hollow Fiber Membrane Using
Triethanolamine: Gas Flow Rate Variation. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Haikal, Muhammad. 2009. Pemanfaatan Pelarut Bahan Alam dari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) dalam Absorpsi CO2 Melalui Kontaktor Membran Serat Berongga.
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Kartohardjono, S., Anggara, Subihi, & Yuliusman. 2007. Absorbsi CO2 dari Campurannya
dengan CH4 atau N2 Melalui Kontaktor Membran Serat Berongga Menggunakan Pelarut
Air. Jurnal Teknologi Makara, 11, pp. 97-102.
Kartohardjono, S., Nata, P.A., Prasetio, E., & Yuliusman. 2009. Performance of Hollow Fiber Membrane Gas-Liquid Contactors to Absorb CO2 Using Diethanolamine (DEA) as A
Solvent. Jurnal Teknologi Makara, 13, pp. 86-90.
Li, Y.L., & Kuo L.T. 2008. The Effect of Curvature of A Spacer-Filled Channel on Fluid Flow in Spiral-Wound Membrane Modules. Journal of Membrane Science, 319, pp. 286-297. Mulder, M. 1997. Basic Principles of Membrane Technology. Netherlands: Kluwer Academic
Publisher.
Mulder, M. 2000. Basic Principles of Membrane Technology. 2nd ed. Netherlands: Kluwer Academic Publisher.
Marzouk, S.A.M., Al-Marzouqi M.H., El-Naas, M.H., Abdullatif, N., & Ismail Z.M. 2010. Removal of Carbon Dioxide from Pressurized CO2–CH4 Gas Mixture Using Hollow
Fiber Membrane Contactors. Journal of Membrane Science, 351, pp. 21-27.
Merkel, T.C., Gupta, R., & Turk, B.F. 2001. Mixed-Gas Permeation of Syngas Components in Polydimethylsiloxane and Poly-1-trimethylsilyl-1-propyne at Elevated Temperatures. Journal of Membrane Science, 191, pp. 85–94.
Mokhatab, S., Poe, W.A., & Speight, J.G. 2006. Handbook of Natural Gas Transmission and Processing. Oxford: Gulf Professional Publishing.
Naibaho, Antonius Eriek. 2012. Absorpsi CO2 Melalui Kontaktor Membran Serat Berongga
Menggunakan Larutan Penyerap Campuran Senyawa Amina (MEA/DEA): Variasi Komposisi Amina. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Ohlrogge, K., Wind, J., & Brinkmann, T. 2002. Membrane Technology for Natural Gas Processing. SPE Gas Technology Symposium, Calgary.
Perry, R. H., & Green, D. W. 1997. Perry's Chemical Engineering's Handbook. Columbus, OH: McGraw-Hill.
Prasetio, Eko. 2008. Aplikasi Teknologi Kontaktor Membran Serat Berlubang pada Proses Absorpsi CO2 Menggunakan Pelarut Dietanolamin (DEA). Departemen Teknik Kimia
Universitas Indonesia.
Rajabzadeh, S., Yoshimoto, S., Teramoto, M., Al-Marzouqi, M., & Matsuyama, H. 2009. CO2
Absorption by Using PVDF Hollow Fiber Membrane Contactors with Various Membrane Structures. Journal of Separation and Purification Technology, 69, pp. 210-220.
Rangwala, Huseni A. 1995. Absorpstion of Carbon Dioxide into Aqueous Solutions Using Hollow Fiber Membrane Contactors. Journal of Membrane Science, 112, pp. 229-240. Ren, J., Chung, T.S., Li, D., Wang, R., & Liu, Y. 2002. Development of Asymmetric
6FDA-2,6DAT Hollow Fiber Membranes for CO2/CH4 Separation 1: the Influence of Dope
Composition and Rheology on Membrane Morphology and Separation Performance. Journal of Membrane Science, 207, pp. 227–240.
Rongwong, W., Assabumrungat, S., & Jiraratananon, R. 2012. Rate Based Modeling for CO2
Absorption Using Monoethanolamine Solution in A Hollow Fiber Membrane Contactor. Journal of Membrane Science, 429, pp. 396-408.
Sastradipradja, Maulana. 2013. Absorpsi CO2 Melalui Kontaktor Membran Berpori Nano.
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Scholes, C. A., Stevens, G. W., & Kentish, S. E. 2012. Membrane Gas Separation Applications in Natural Gas Processing. Fuel 96, pp. 15-28.
Schoots, K. 2011. Historical Variation in the Capital Costs of Natural Gas, Carbon Dioxide and Hydrogen Pipelines and Implications for Future Infrastructure. International Journal of Greenhouse Gas Control, 5, pp. 1614-1623.
Scott, Keith. 2006. Handbook of Industrial Membranes First Edition. United Kingdom: Elsevier Advanced Technology.
Schwinge, J., Neal, P. R., Wiley, D. E., Fletcher, D. F., & Fane, A. G. 2004. Spiral Wound Modules and Spacers Review and Analysis. Journal of Membrane Science, 242, pp. 129-153.
Shao, P., Dal-Cin, M.M., Guiver, M.D., & Kumar, A. 2013. Simulation of Membrane Based CO2 Capture in a Coal-Fired Powerplant. Journal of Membrane Science, 427, pp. 451–
Silva, P., Peeva, L. G., & Livingston, A. G. 2010. Organic Solvent Nanofiltration (OSN) with Spiral-Wound Membrane Elements—Highly Rejected Solute System. Journal of Membrane Science, 349, pp. 167-174.
Vrouwenvelder, Hans. 2009. Biofouling of Spiral Wound Membrane Systems. PhD Thesis Delft University of Technology, Delft, The Netherlands. The Netherlands: Ipskamp Drukkers.
Wahyuni, Ika. 2012. Studi Pemisahan Campuran Azeotrop Etanol-Air Dan Isopropil Alkohol-Air Melalui Proses Pervaporasi dengan Membran Thin Film Composite Komersial. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Wind, J. D., Paul, D. R., & Koros, W. J. 2004. Natural Gas Permeation in Polyimide Membranes. Journal of Membrane Science, 228, pp. 227-236.
Yergin, D. 2011. Natural Gas In: Armaroli, N., Balzani, V. (Eds.), Energy for a Sustainable World: From the Oil Age to a Sun-Powered Future. Wiley-VCH Verlag GmbH & Co KGaA, Weinheim, pp. 69–84.
Yan, S.-p. 2007. Experimental Study on the Separation of CO2 from Flue Gas Using Hollow
Fiber Membrane Contactors without Wetting. Fuel Processing Technology, 88, pp. 501-511.
Zhang, Y., Sunarso, J., Liu, S., & Wang, R. 2012. Current Status and Development of Membranes for CO2/CH4 Separation: A Review. International Jornal of Greenhouse