IMPLEMENTASI METODE BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII
SMPN-2 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh: Linda * Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah model belajar kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kewarganegaraan?. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Obyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester I. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model belajar kelompok ada perubahan hasil prestasi menunjukan pada siklus I jawaban siswa mencapai 67,6% dari 22 orang siswa yang mengikuti TES pada siklus II memperoleh hasil belajar siswa meningkat menjadi 83,88%.
Kata Kunci : Model belajar kelompok dan Pendidikan Kewarganegaraan PENDAHULUAN
Fungsi pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah
menengah Pertama adalah untuk
mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta wwasan tentnag perkembangan masyarakat Indonesia.
Suyono dan Hariyanto (2011:9)
“Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.
Tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk memunculkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu
mengembangkan pemahaman tentang
perkembangan masyarakat Indonesia sejak mas lalu hingga masa kini, sehingga siswa
memiliki kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia dan cinta kepada Tanah Air.
Sedangkan menurut Sardiman
(2007:28) “Tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar”. Pencapaian
fungsi dan tujuan mata pelajaran PKn di SMP adalah menjadi penting untuk dapat dilaksanakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran.
Akan tetapi karena bahan belajar PKn yang cakupannya beragam dan luas serta tuntutan kurikulum yang sarat dengan muatan yang harus disampikan kepada siswa dengan lokasi waktu yang terbatas,
guru mengalami kesulitan dalam
menyajikan bahan ajar PKn dengan baik, menarik, dan menantang minat belajar siswa, pada akhirnya pembelajaran yang dilaksanakan di kelas VIII SMPN-2 Palangka Raya adalah dengan melakukan pembelajaran untuk dapat mengejar target.
Tuntutan kurikulum dengan
mengandalkan bahan belajar dari buku sumber PKn kelas VIII yang tersedia. Metode belajar yang selama ini dirasakan kurang cocok untuk menyampaikan materi ceramah sehingga upaya untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar PKn masih kurang.
Menurut Sudjana (2004:39) “Hasil
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik itu dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan”.
Perhatian orang tua siswa terhadap sekolah khususnya orang tua siswa kelas VIII SMPN-2 Palangka Raya dirasakan kurang. Akibat kurang perhatian orang tua siswa ditunjukan dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah )PR) dari mata pelajaran yang ada, lebih-lebih terhadap mata pelajaran PKn yang memang “budaya belajar” siswa terhadap mata pelajaran ini sangat rendah.
Kurang populernya pelajaran PKn di kalangan siswa antara lain disebabkan (1) hampir sebagian besar orang tua lebih mementingkan baca, tulis dan hitung saja sementara mata pelajaran PKn dianggap mata pelajaran kelas dua sehingga mau tidak mau sikap orang tua seperti ini akan mempengaruhi minat siswa terhadap mata pelajaran PKn, dan (2) banyak bahan mata pelajaran PKn yang tidak dianggap penting oleh siswa dan tidak menentukan kelulusan siswa.
Dengan permasalahan yang terjadi, salah satu metode belajar yang dianggap dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar PKn diantaranya adalah metode belajar secara kelompok. Sebab dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar PKn akan dirasakan berkesan dan bermakna sekaligus dapat mendorong siswa belajar lebih lanjut, melalui belajar secara kelompok siswa dapat belajar untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah secara bergotong royong dalam mencapai tujuan.
Kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan metode belajar secara
berkelompok dipandang sebagai
pengalaman belajar yang mengarahkan siswa kepada prestasi siswa yang tinggi.
Lingkungan belajar dengan interaksi yang multi proses akan sangat potensial untuk
dapat membimbing siswa dalam
pengembangannya. Namun demikian,
dalam situasi pembelajaran bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa berkembang apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengajar terutama dalam penggunaan metode pembelajaran.
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dicoba metode pembelajaran secara
berkelompok dalam kegiatan belajar
mengajar PKn di kelas VIII SMPN-2 Palangka Raya melalui tindakan-tindakan
pembelajaran yang terlebih dahulu
dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya,
2. Untuk mengetahui
keterampilan-keterampilan apa sajakah yang
dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya,
3. Untuk mengetahui metode belajar
secara berkelompok dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di kelas VIII SMPN-2 Palangka Raya dan untuk mengetahui metode belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Kemmis dan
McTaggart (2005: 154) mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan
mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Wardani (2011:14) menyatakan
bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh seorang yang terlibat
didalamnya, serta bertujuan untuk
melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Populasi dalam penelitian adalah siswa SMPN 2 Palangka Raya yang berada di kelas VIII semester I tahun pelajaran 2012/2013. Untuk memperoleh sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling total. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model belajar secara
berkelompok terhadap praktek
pembelajaran PKn di Kelas VIII yang berorientasi pada peningkatan kemampuan siswa.
Penelitian ini memiliki beberapa tahap
pelaksanaan tindakan yang diuraikan
sebagai berikut; Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, Sifatnya realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang sama dengan peneliti. Peneliti
Tindakan Kelas (PTK) disebutkan
penelitian bersiklus, Tiap siklus terdiri dari; (1) Persiapan/perencanaan (Planning); (2)
Tindakan/pelaksanaan (Acting); (3)
Observasi (Observing); dan (4) Refleksi
(Reflecting). Tahapan pelaksanaan
penelitian terdiri dari 2 siklus.
Pengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan tes. Observasi atau pengamatan ialah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara
langsung maupun tidak langsung
menggunakan teknik”. Adapun yang
dilakukan peneliti pada saat melakukan observasi.
Peneliti melakukan pengamatan di kelas dengan melihat secara langsung proses kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga peneliti bertanya kepada guru wali kelas kelas VIII SMPN 2 Palangkaraya yang bersangkutan untuk mencari data-data ataupun informasi yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Tes dalam penelitian ini menggunakan pre-test dan post-test. Dimana pre-test (tes kemampuan awal) berfungsi untuk menilai kemampuan awal peserta didik. Sedangkan post-test (tes hasil belajar PKn) berfungsi untuk menilai
kemampuan peserta didik mengenai
penguasaan materi pelajaran setelah
pembelajaran diberikan atau dilaksanakan kepada peserta didik.
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis keberhasilan penelitian
tindakan kelas (PTK) ini adalah
menggunakan rumus persentase ketuntasan secara klasikal Indikator kinerja yang digunakan untuk menentukan keberhasilan
dari penggunaan model pembelajaran
kelompok ada dua kriteria, yaitu indikator kualitatif dan indikator kuantitatif.
Indikator kualitatif yaitu berupa keantusiasan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan sikap mereka terhadap model pembelajaran kelompok yang digunakan oleh guru.
Indikator kuantitatif yaitu besarnya nilai tes yang diperoleh peserta didik setelah mengunakan model pembelajaran kelompok yang kemudian dibandingkan dengan nilai tes yang diperoleh peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran
kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pengarahan yang diberikan guru, siswa di beri kebebasan dan keleluasaan untuk memilih dan menentukan
dengannya. Pada siklus I, dari 22 siswa yang hadir terbentuk 7 kelompok belajar. Siswa yang sudah mendapatkan teman kelompok belajar tampak raut muka yang berseri-seri, gembira dan senang, sedangkan mereka yang belum mendapatkan teman
kelompoknya tampak bingung untuk
memilih teman kelompoknya.
Pada siklus II dari 22 siswa yang hadir, juga terbentuk 7 kelompok belajar. Walaupun guru memberikan penjelasan dan pengarahan bahwa dalam pemilihan dan pembentukan kelompok belajar, siswa
disarankan boleh untuk membentuk
kelompok yang anggotanya berlainan jenis kelamin. Akan tetapi siswa nampaknya tidak mau memilih atau menentukan anggota kelompok yang berlainan jenis kelamin, sehingga tak satupun kelompok yang anggotanya berlainan jenis kelamin.
Pada siklus I dari 22 siswa yang hadir siswa menjawab “selalu” menyampaikan
pendapatnya ketika belajar secara
berkelompok, prosentasinya adalah 78,38%. Sementara yang menjawab kadang-kadang” prosentasinya 21,26% dan yang menjawab “tidak pernah” prosentasinya 0%.
Dengan perolehan prosentasi sebesar ini, siswa selama belajar bersama dalam
kelompok dapat mengembangkan
keterampilan dalam menyampaikan
pendapat. Selain itu juga siswa mendapat
keterampilan lain yaitu menghargai
pendapat orang lain, walaupun pendapat itu salah. Karena dalam daftar cek yang dibagikan kepada siswa terdapat pertanyaan tentang “pendapat siswa yang salah dijawab
oleh teman anggota kelompoknya”.
Jawaban siswa terhadap pertanyaan ini adalah “selalu” prosentasinya 29,73%,
“kadang-kadang” 43,24% dan “tidak
pernah” prosentasinya 27,03%.
Sementara itu aspek keterampilan berbagi pengalaman dengan sesama anggota
kelompok yang menjawab “selalu” asalah 65,57%, “kadang-kadang” 27,03% dan
menjawab “tidak pernah” 5,41%.
Sedangkan aspek keterampilan
menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan, siswa yang menjawab selalu prosentasinya 52,35% yang menjawab “kadang-kadang” 37,84% dan menjawab
“tidak pernah” prosentasinya adalah
10,81%.
Pada siklus II dari 22 siswa yang
hadir siswa menjawab “selalu”
menyampaikan pendapatnya ketika belajar secara berkelompok, prosentasinya adalah
91,89%. Sementara yang menjawab
kadang-kadang” prosentasinya 24,11% dan
yang menjawab “tidak pernah”
prosentasinya 0%. Sedangkan keterampilan lain yaitu menghargai pendapat orang lain walaupun pendapat itu salah. Jawaban siswa terhadap pertanyaan ini adalah “selalu” prosentasinya 37,84%, “kadang-kadang” 45,95% dan “tidak pernah” prosentasinya 16,22%.
Sementara itu aspek keterampilan berbagi pengalaman dengan sesama anggota kelompok yang menjawab “selalu” asalah 83,78%, “kadang-kadang” 16,22% dan menjawab “tidak pernah” 0%. Sedangkan aspek keterampilan menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan, siswa yang menjawab selalu prosentasinya 83,78% yang menjawab “kadang-kadang” 16,22% dan menjawab “tidak pernah” prosentasinya adalah 0%.
Dari pelaksanaan tindakan I dan tindakan II yang menerapkan metode belajar secara bersama dalam kelompok dalam mata pelajaran PKn di kelas VIII, SMPN-2 Palangka Raya. Pada Siklus I siswa yang mendapat nilai 2 atau jawaban siswa benar mencapai 67,6% dari 22 siswa yang mengikuti tes. Sementara siswa yang
mendapat nilai 1 atau menjawab kurang tepat prosentasinya mencapai 4,9%.
Sedangkan siswa yang mendapat nilai 0 atau salah prosentasinya 27,6%. Pada siklus II siswa yang mencapai nilai 2,
perolehan nilai hasil belajar siswa
meningkat menjadi 83,8%. Sementara itu siswa yang mendapat nilai 1 atau kurang tepat meningkat dari sebanyak 4,9% menjadi 11,7%, sedangkan yang mendapat 0 menurun dari 27,6% menjadi 1%
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemilihan teman dalam pembentukan kelompok belajar berdasarkan tempat duduk yang berdekatan. Teman yang duduk satu bangku dengan sendirinya menjadi teman kelompok.
2. Keterampilan-keterampilan yang
dikembangkan ketika siswa belajar
secara bersama-sama dalam
kelompok berdasarkan pendapat dan sikap siswa yang terungkap dari daftar cek yang diisi oleh seluruh
siswa berkenaan aspek-aspek
pengajaran.
3. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menerapkan metode belajar secara berkelompok dalam mata
pelajaran PKN menunjukan
peningkatan.
4. Perolehan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar PKN yang menerapkan metode belajar secara
bersama dalam kelompok
menunjukan peningkatan yang
signifikan berdasarkan hasil tes yang
dilakukan pada siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Kemmis dan Mc Taggart. (2005). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV. Alfabeta. Sardiman. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.