• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit adalah tanaman yang berasal dari hutan tropis di Afrika Barat pada tahun 1911 perkebunan komersial pertama didirikan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh). Pada tahun 1922 Pabrik Kelapa Sawit pertama dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama diintroduksikan di Tebenan Sumatera Selatan dan Alue Merah Aceh (Wahyuni 2007).

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada saat ini luasnya mencapai lebih dari 7 juta hektar, sehingga merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting. Namun sangat disayangkan produktivitasnya masih rendah dan penyebarannya ditanah air tidak merata. Lahan perkebunan paling luas berada di pulau Sumatera dan Kalimantan (Sunarko, 2009)

Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengarui oleh beberapa faktor yaitu bahan tanam, tanah, lingkungan dan cara atau teknis budidaya kelapa sawit. Untuk mendapatkan produksi optimum disamping faktor genetis, tingkat dan umur tanaman maka faktor lingkungan seperti kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya produksi (Lubis, 2008).

Bahan tanaman kelapa sawit unggul berasal dari hasil persilangan berbagai sumber, bahan tanam kelapa sawit yang umum ditanam di perkebunan komersial yaitu persilangan Dura x Pisifera (D x P) yang disebut tenera. Masing – masing

(2)

persilangan ini mempunyai keragaman yang berbeda seperti tinggi batang, diameter tajuk, dan panjang pelepah.

Untuk mencapai produksi yang optimum masing-masing persilangan tersebut dapat ditanam dengan jarak tanam atau kerapatan berbeda-beda. Secara umum jarak tanam kelapa sawit 8 – 10 meter segitiga sama sisi (kerapatan 100 – 160 pohon/ha.

Faktor lain yang mempengaruhi pertimbangan penentuan jarak tanam tersebut adalah kondisi lahan yang cukup baik dan curah hujan mencukupi maka dapat ditanam dengan kerapatan yang lebih tinggi karena persaingan air dan unsur hara tidak terlalu ekstrim (Anonim 2006).

B. Rumusan Masalah

Pada masa sekarang ini dengan semakin berkurangnya lahan pengembangan kelapa sawit maka perlu diupayakan peningkatan produksi dan pengembangan usaha kelapa sawit yang lebih intensif. Pengembangan tersebut melalui perbaikan kultur teknis pada areal-areal pada pertanaman kelapa sawit yang telah ada.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan produktivitas kelapa sawit melalui pengaturan populasi tanaman yang didukung oleh penggunaan varietas tanaman yang kompak atau bertajuk kecil. Penentuan populasi tanaman pada budidaya kelapa sawit berhubungan erat dengan tingkat produktivitas kelapa sawit. Populasi yang optimum akan menghasilkan

(3)

produktivitas yang tinggi yaitu pada kondisi jumlah tegakan yang maksimal tetapi belum terjadi kompetisi diantara individu-individu tanaman (Anonim, 2009).

Pada penelitian ini akan dilakukan kajian produktivitas tanaman kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) pada dua tipe jarak tanam di PT. Bakrie Sumatera Plantation.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit progeny compact tahun tanam 2009 di PT. Bakrie Sumatera Plantation.

2. Untuk mengetahui selisih produktivitas antara jarak tanam tipe I dan tipe II kelapa sawit progeny compact tahun tanam 2009 di PT. Bakrie Sumatera Plantation.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada perusahaan mengenai pengaruh tipe jarak tanam terhadap produktivitas di PT. Bakrie Sumatera Plantation.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

Dalam botani tanaman kelapa sawit sistematika kelapa sawit (Elaeis guineensis jacquin) diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmaes

Famili : Palmae Sub family : Cocoideae Genus : Elaeis

Species : Elaeis guineensis jacq, Elaeis oleifera Cortes atau Elaeis melanococca

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu atau monoecious yang artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, sehingga penyerbukan dapat terjadi sendiri maupun silang. Tanaman Kelapa Sawit dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan generatif.

1. Bagian Vegetatif Tanaman a. Akar (Radix)

Kelapa Sawit termasuk sebagai tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan

(5)

Table 1. Diameter akar kelapa sawit

Sumber : Wahyuni. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan.

kemudian disusul dengan tumbuhnya sejumlah akar yang berasal dari pangkal batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventicia (Wahyuni, 2007). Berdasarkan diameternya pengelompokan akar sebagai berikut :

Akar primer tumbuh kebawah sampai kedalaman 1,5 m, pertumbuhan kesamping akar ini sampai ± 6 m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2-2,5 m dari pohon dan pada kedalaman 20-25 cm.

Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tertier dan kuarter yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 2-2,5 m dari pangkal pohon.

b. Batang (caulis)

Bakal batang disebut plumula (seperti tombak kecil). Tanaman kelapa sawit berbatang lurus, tidak bercabang. Pada tanaman dewasa diameternya 45-60 cm. Bagian bawah batang biasanya lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60-100 cm.

Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutup pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan

Nama Akar Diameter

Primer 5-10 mm

Sekunder 2-4 mm

Tertier 1-2 mm

(6)

Sumber : Wahyuni. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan.

Tabel 2. Tinggi batang kelapa sawit berdasarkan umur tanaman

kecepatan tumbuh 35-70 cm / tahun. Pertambahan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk, kerapatan tanam dan lain-lain.

Perkembangan tinggi batang yang normal adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pertumbuhan tinggi batangnya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai produsen benih mangadakan pengelompokan sebagai berikut :

1. Sangat cepat > 80 cm / tahun : 01-04 BJ, 05-17/30/31 SP, 12-57 DS x BJ, 13- 69 SP x DS, 22-71 SP x BJ, DS – SP 540.

2. Cepat : 70-80 cm / tahun : 03-65 MA, 04-14 CM, 05-27/28 SP, 12-37 /56/70 DS x BJ.

3. Lambat 60-70 cm / tahun : 02-43/50 DS, 04-16/17/21/64 cm, 09- 15/19/21/67/68 YA, 11 MA.

4. Sangat lambat : 03-5/48-MA, 04/16/17/21/64/LM, 10-36 SP x Ni, DY x P Dumpy.

Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m)

3 1,6 11 7,5 19 11,5 4 2,2 12 8,4 20 11,9 5 2,6 13 8,9 21 12,2 6 3,8 14 9,8 22 12,4 7 4,5 15 10,0 23 13,0 8 5,4 16 10,5 24 12,3 9 5,7 17 11,0 25 14,0 10 6,7 18 11,3

(7)

c. Daun (Folium) Bagian-bagian daun

Daun kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susunan tulang-tulang daun menyirip, tiap daun terdiri dari :

1. Rachis yaitu tulang daun utama yang sangat lebar di bagian bawah dan menempel pada batang (petiolus) dan berangsur-angsur menyempit menuju ujung daun. Panjang mencapai 9 m.

2. Pinnae yaitu anak daun berderet di sisi kiri dan kanan rachis dengan arah keatas dan kebawah, jumlah bervariasi antara 250-400 helai.

3. Anak-anak daun yang ada di tengah lebih panjang dari pada yang ada dipangkal ataupun diujung daun.

4. Anak-anak daun pada pangkal daun sangat memendek dan mengalami modifikasi menjadi duri-duri daun. Tiap anak terdiri dari tulang daun (lidi) dan helai daun yang ada di kedua sisi lida tersebut.

Tahap perkembangan daun :

1. Lanceolate = daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh.

2. Bifurcate = bentuk daun dengan helai daun sudah pecah bagian ujung yang belum terbuka.

3. Pinnate = bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan anak daun ke atas dan kebawah.

(8)

Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (pelepah) per tahun dan pada tanaman tua antara 18-24 pelepah. Jumlah daun yang dipertahankan di tajuk pada tanaman dewasa 40-46 buah, selebihnya dibuang pada saat panen ataupun penunasan (Wahyuni, 2007).

Pilotaxy daun atau kedudukan daun pada batang 3/8, artinya pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun atau pelepah. Letak pelepah/daun dapat dilihat dari bekas tunasan yang membentuk spiral ke kiri atau ke kanan, arah putaran dapat dilihat dari arah atas ke bawah.

2. Bagian Generatif Tanaman a. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (Monoceous) yang artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina berada pada rangkaian yang terpisah. Terkadang dijumpai bunga hermaprodit yaitu dalam satu rangkaian terdapat bunga jantan dan betina.

Kelamin bunga kelapa sawit ditentukan ketika masih berupa primordial bunga yaitu kira-kira 20 bulan sebelum bunga muncul pada pohon. Deferensiasi sex 24 bulan sebelum panen. Inisiasi sampai anthesis 18-24 bulan (Wahyuni, 2007).

Rangkaian bunga terdidri dari batang porod dan cabang-cabang meruncing yang disebut dengan spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian bunga betina

(9)

dapat mencapai 100-200 spikelet dan setiap spikelet terdapat 15-20 buah sedangkan untuk bunga jantan terdiri dari 100-250 spikelet (Anonim, 2007).

Ciri-ciri dan jenis bunga kelapa sawit adalah sebagai berikut : Bunga Betina

1. Bunga yang tersusun dalam tandan dengan panjang 24-25 cm.

2. Berisi beberapa ribu bunga betina yang muncul pada spikelet yang berduri (tersusun secara spiral pada tangkai tandan).

3. Bunga betina terbungkus dalam seludang.

4. Jumlah spikelet 100-200 buah, tiap spikelet terdapat 15-20 bunga.

5. Ketika bunga betina siap diserbuki (ada nektar) warnanya putih sampai kuning pucat. Kepala putik tersusun dari 3 bagian berwarna putih dengan seluruh garis merah. Setelah bunga diserbuki warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan aklusinya dengan kehitaman.

6. Bunga betina tidak masak secara bersamaan, bunga betina yang dibentuk pada pangkal tandan akan masak belakangan. Bunga-bunga ini tidak semua berhasil menjadi buah, biasanya antara 600-1500 buah.

Bunga Jantan

1. Tersusun dari banyak tonjolan-tonjolan atau spikelet dengan jumlah 100-250, panjang spikelet 12-20 cm. Tiap spikelet terdiri dari 500-1500 kuntum bunga yang sangat kecil berwarna putih kekuningan.

2. Bunga jantan ketika membuka berbau harum yang khas untuk memikat serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk dari Afrika yang telah di sebarkan di perkebunan adalah Eladobius kemerunicus. Bunga jantan

(10)

Tabel 3. Perkembangan jumlah dan berat rata-rata tandan tanaman kelapa sawit Sesuai dengan umur tanaman.

Sumber : Wahyuni. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan.

masak dari arah pangkal ke ujung spikelet. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 25-50 g. Masa masak bunga jantan berlangsung 2-3 hari setelah itu warnanya menjadi keabu-abuan dan tidak berfungsi lagi.

3. Dalam satu tahun jumlah bunga betina dan bunga jantan adalah 15-25 pada tanaman muda dan 8-15 pada tanaman dewasa.

Bunga Banci

Terdapat rangkaian bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan yaitu bunga jantan di bagian bawah dan bunga betina diatasnya (Wahyuni, 2007).

a. Buah (Fructus)

Buah kelapa sawit adalah buah batu (drupa) yang tidak bertangkai (sessile). Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan dan memerlukan waktu 5,5 – 6,0 bulan dari saat penyerbukan sampai matang panen. Dalam 1 rangkaian terdapat ± 1800 buah yang terdiri dari buah luar, buah tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi yang terjepit mengakibatkan tidak berkembang dengan baik. Berat satu buah bervariasi 15-30 g, panjang 3-5 cm. Buah matang yang lepas dari tandan disebut brondolan.

Umur (Tahun) Jumlah Tandan/ Pohon Berat Tandah (Kg)

3-8 15-25 3,5-13

8-16 10-15 14-24

(11)

Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang ±6 bulan. Dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung dari keadaan iklim setempat. Dalam 1 tandan dewasa dapat mencapai ± 2.000 buah.

Buah kelapa sawit pada waktu muda berwarna hitam (Varietas Nigrescens), kemudian setelah berumur ± 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan. Pada saat perubahan warna tersebut terjadi terjadi proses pembentukan minyak pada mesocarp (daging buah). Perubahan warna tersebut karena pada butir-butir minyak mengandung zat warna (Corotein).

Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 3-4 minggu yaitu sampai tingkat matang morfologis. Yang disebut matang morfologis adalah buah telah matang dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang fisiologis adalah buah sudah matang ranum dan sudah siap untuk tumbuh, yakni ± 1 bulan setelah matang morfologis. Berat buah berkisar 10-20 gram.

Buag kelapa sawit yang terdiri dari 3 bagian, yakni : a. Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar.

b. Lapisan tengah (Meso Carpium) disebut daging buah, mengandung minyak sawit.

c. Lapisan dalam (Endo Carpium) disebut inti, mengandung minyak inti. Di antara inti dan daging buah terdapat lapisan tempurung (cangkang) yang keras. Biji kelapa sawit (kernel) terdiri dari 3 bagian, yakni :

a. Kulit biji (Spermodermis) di sebut cangkang (sheel). b. Tali pusat (Funiculus).

(12)

c. Inti biji (Nucleus seminis).

Di dalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru (Risza, 1993).

B. Kesesuaian Lahan 1. Karakteristik lahan

karakteistik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contoh kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif dan sebagainya.

Setiap satuan peta tanah/lahan yang dihasilkan dari kegiatan survey dan atau pemetaan sumberdaya lahan, karakteristiknya dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan lingkungan fisik dan tanahnya. Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan sering mempunyai interaksi satu sama lainnya (Darsiman, 2008).

Produktivitas tanaman pada dasarnya merupakan hasil interaksi langsung dari faktor internal tanaman (genetic) dengan faktor lingkungan. Dalam pengelolaan budidaya tanaman faktor lingkungan dibagi menjadi 2 bagian yaitu : faktor lingkungan yang relatif mudah dikelola dan relative sulit dikelola.

Kondisi iklim dan cuaca merupakan faktor produksi yang sulit dikelola, sedangkan kondisi tanah dan pengelolaan tanaman merupakan faktor produksi yang relatif mudah dikelola. Dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman

kelapa sawit, faktor iklim dan faktor tanah mutlak harus diperhitungkan ( Vademecum, PTPN 3).

(13)

Sumber : PPKS, 2010

Tabel 4. Kriteria karakteristik lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit

Kriteria kesesuaian lahan bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan nilai batas terhadap sifat fisik tanah/lahan. Penilaian terhadap sifat fisik tanah lebih ditekankan dibandingkan sifat kimianya, karena sifat kimia tanah lebih memungkinkan untuk diperbaiki (PPKS, 2010)

N o Karakteristik Lahan S i m b o l

Intensitas Faktor Pembatas Tanpa

(0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3) 1 Curah hujan (mm) h > 1.750-3.000 1750 – 1.500>3.000 1.500 – 1.250 < 1.250 2 Bulan Kering (bulan) k <1 1–2 2–3 > 3 3 Ketinggian diatas permukaan laut (m dpl) i 0 – 200 200 –300 300 – 400 > 400 4 Bentuk Wilayah/Kemiringan Lereng (%) w Datar – Berombak (< 8) Beromba k – Bergelo mbang (8 – 15) Bergelomba ng – Berbukit (15 – 30) Berbukit – Bergunung (> 30) 5 Batuan di permukaan dan di dalam tanah (%-volume) b < 3 3 – 15 15 – 40 > 40 6 Kedalaman Efektif Tanah (cm) s > 100 50 – 100 25 – 50 < 25 7 Tekstur Tanah t Lempung berdebu; lempung liat berpasir; lempung liat berdebu; lempung berliat Lait ; lempung berpasir; lempung Pasir bergelumpu ng; debu

Liat berat; pasir

8 Kelas Drainase d Baik ; sedang Agak terhamba t ; agak cepat Cepat ; Terhambat Sangat cepat ; sangat terhambat ; selalu tergenang 9 Kemasaman tanah (pH) a 5,0 -6,0 4,0 -5,0 6,0 – 6,5 3,5 -4,0 6,7 -7,0 < 3,5 > 7,0

(14)

Tabel 5. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan

Sumber : PPKS, 2010

2. Penentuan kelas kesesuaian lahan

Kelas kesesuaian lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatasnya. Kelas kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dibagi menjadi 2 yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 sub kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan agak sesuai (S3). Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Setiap sub kelas terdiri dari satu atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah dan intensitas faktor pembatas (PPKS, 2010)

Klasifikasi Kelas kesesuain Lahan Kriteria Kelas S1

(Sangat Sesuai )

Unit lahan mempunyai tidak lebih dari satu pembahas ringan (optimal).

Kelas S2 (Sesuai )

Unit Lahan Mempunyai lebih dari satu pembatas ringan dan/atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas sedang.

Kelas S3 (Agak Sesuai)

Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas pembatas sedang dan/atau tidak mempunayai lebih dari satu pembatas berat.

Kelas N1

(Tidak Sesuai Bersyarat )

Unit lahan mempunyai dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki.

Kelas N2

(Tidak Sesuai Permanen )

Unit Lahan mempunyai pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.

(15)

Keterangan :

T = Jumlah Tandan/ph/th ; RBT = Rata-rata Berat Tandan (kg); TBS = Ton TBS/ha/th

Tabel 6. Produktivitas tanaman kelapa sawit C. Produktivitas

Produktivitas tanaman kelapa sawit jenis tenera secara umum pada lahan kelas S1, S2, S3 seperti disajikan pada tabel 6.

D. Jarak Tanam Kelapa Sawit

Menurut Rasjidin (1983) dalam Iswar (1988) kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang terdapat dalam satu satuan luas tertentu. Salah satu faktor yang menentukan besarnya produksi tanaman kelapa sawit persatuan luas adalah jumlah tanamannya, dan hal ini tergantung pada faktor genetis dan lingkungan.

Umur (th)

Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS 3 22 3,2 9 18 3,0 7 17 3,0 7 4 19 6,0 15 18 6,0 14 17 5,0 12 5 19 7,5 18 17 7,0 16 16 7,0 14 6 16 10,0 21 15 9,4 18 15 8,5 17 7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22 8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13,0 25 9 14 17,0 31 13 16,5 28 13 15,5 26 10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16,0 26 11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17,0 26 12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,5 26 13 11 21,1 31 11 20,0 28 10 20,0 26 14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20,0 25 15 9 23,0 28 9 23,1 16 9 21,0 24 16 8 24,5 27 8 23,1 25 8 22,0 24 17 8 25,0 26 8 24,1 25 7 23,0 22 18 7 26,0 25 7 25,2 24 7 24,0 21 19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25,0 20 20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27,0 19 21 6 29,0 22 6 28,6 22 5 27,0 18 22 5 30,0 20 5 29,4 19 5 28,0 17 23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29,0 16 24 4 31,9 18 4 31,0 17 4 30,0 15 25 4 32,4 17 4 32,0 16 4 34,0 14 Rata-rata 11 21 24 10 20 22 10 19 20

(16)

Sistem tanam berpengaruh terhadap jumlah tandan/pohon, berat tandan/pohon, produksi tandan/hektar dan pertumbuhan tanaman.

Kerapatan tanaman pada kelapa sawit merupakan persoalan komplek, sehingga sulit untuk menentukan kerapatan tanaman yang optimum dan sesuai untuk semua lingkungan. Sehubungan dengan kerapatan tanaman perlu diperhatikan sistem jarak tanam yang dipakai (Iswar, 1988).

Pada umumnya masalah-masalah gejala pada kerapatan tanaman sebagai berikut :

a. Rendahnya intensitas cahaya matahari didalam areal.

b. Kelapa sawit disisi jalan lebih pendek dan hasilnya lebih tinggi dari tanaman didalam areal.

c. Penurunan produksi pohon.

d. Pelepah saling menutupi pada pokok yang bersebelahan.

e. Tegaknya pelepah akan menghambat penyerbukan dan perkembangan tandan buah.

f. Keguguran buah sebelum matang pada pelepah bagian bawah. g. Batang memanjang dan lebih kecil dari yang normal.

Adanya faktor kompetisi sebagai akibat kerapatan yang tinggi mengakibatkan pemilihan jarak tanam dilakukan sedemikian rupa untuk mendapatkan produksi kumulatif persatuan luas yang maksimal selama usia ekonomis tanaman. Sebagai indikator yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya laju persaingan sehubungan dengan perubahan jarak tanam ialah faktor kompetisi (Iswar, 1988).

(17)

Tabel 7. Populasi Tanaman Menurut Jarak Tanam

Sumber : Buku Pintar Mandor, LPP

Jarak tanam yang dipakai tergantung pada kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang ditanam dalam luas tertentu dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahan tanam, lingkungan, dan system tanam. Jarak antar barisan tanaman dan jumlah populasi per Ha dapat dilihat pada tabel.

Rekomendasi beberapa beberapa institusi penghasil benih mengenai pola tanam umumnya 136 pokok/ha (9,2 m x 9,2 m x 9,2 m) untuk tanah mineral dan 150 pokok/ha (8,8 m x 8,8 m x 8,8 m) untuk tanah gambut.

Jarak tanaman (m) Jarak Antar Barisan (m) Jumlah Pohon/Ha Keterangan (Untuk Menanam Bahan

Tanam)

9,0 7,80 143 Berpelepah pendek

9,4 8,14 130 Batang besar, batang panjang

(18)

Tabel 8. Populasi Tanaman Menurut Jarak Dan Sistem Tanam

Sumber : Syakir, 2010

Di lahan berlereng curam, jarak antar baris lebih besar, tetapi varietas dengan pelepah Lebih pendek dapat ditanam lebih rapat, populasi tanaman bergantung pada jarak tanam dan sistem tanam dan disesuaikan pada lahan yang akan ditanam, seperti yang tertera pada tabel dibawah.

Jarak tanam yang direkomendasikan adalah 8,5 x 8,5 m segitiga sama sisi. Akan tetapi, pada lahan berlereng yang memerlukan terasering, tidak bisa lagi diterapkan sistem segi tiga, tetapi mengarah ke empat persegi panjang. Di samping itu, ada juga yang menyarankan jarak tanam 9,2 x 9,2 hingga 9,5 x 9,5 m dalam sistem tanam segitiga sama sisi yang akan menghasilkan populasi tanaman antara 128 – 136 pohon/ha dan untuk lahan gambut dengan jarak tanam lebih rapat 8,8 x 8,8 m segitiga (150 pohon/ha) (Syakir, 2010).

Jarak Tanam (m) Sistem Tanam Populasi

8,0 x 8,0 Segi empat 156

Segi 3 sama sisi 180

8,5 x 8,5 Segi empat 138

Segi 3 sama sisi 160

9,0 x 9,0 Segi empat 123

(19)

Gambar 1 : Contoh jarak tanam kelapa sawit Sumber : Syakir, 2010

Pada tanaman yang bertajuk lingkaran seperti kelapa sawit, di anjurkan sistem tanam segitiga sama sisi karena sistem ini lebih efisien. Pada sistem segi tiga sama sisi, jarak dalam barisan tidak sama dengan jarak antar baris. Jika jarak tersebut dinotasikan dalam satuan a, dapat dirumuskan sebagai berikut.

Rumus : Jumlah tanaman/ha = 10.000 m2 a x ½ a√3 = 10.000 m2 0,866 a2 Keterangan :

a = Jarak dalam barisan

a x ½ a√3 = Jarak antar barisan (0,866)

Jarak tanam di tanah kurang subur lebih rapat dibandingkan tanah subur, begitu pula jarak tanam di lahan gambut lebih rapat dibandingkan di tanah mineral. Jarak tanam baku yang dianggap optimal adalah 9 x 9 m pada topografi datar (Syakir, 2010)

(20)

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2013 di PT. Bakrie Sumatera Plantation yaitu Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data sekunder produksi tanaman pada dua tipe jarak tanam kelapa sawit progeny compact tahun tanam 2009 di PT. Bakrie Sumatera Plantation.

C. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Informasi umum yang meliputi

a. Luas areal kebun b. Jenis tanah c. Topografi kebun d. Curah hujan

(21)

2. Data primer yaitu pengamatan dilakukan dengan sampel 20 pohon pada tiap tipe jarak tanam.

Pengamatan yang dilakukan yaitu :  Panjang Pelepah

 Perhitungan bunga dan buah

3. Data sekunder yaitu produktivitas tiap - tiap tipe jarak tanam yang meliputi  Jumlah tandan per pokok

 Rata-rata berat tandan (RBT)  Produktivitas ton TBS/Ha

Gambar

Table 1. Diameter akar kelapa sawit
Tabel 2. Tinggi batang kelapa sawit berdasarkan umur tanaman
Tabel 3. Perkembangan jumlah dan berat rata-rata tandan tanaman kelapa sawit  Sesuai dengan umur tanaman
Tabel 4. Kriteria karakteristik lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mempertimbangkan biologi pembungaan kelapa sawit (tanaman muda dengan persentase bunga betina tinggi dan tanaman tua dengan persentase bunga jantan tinggi),

Bunga kelapa sawit yang sedang mekar, baik bunga jantan maupun bunga betina sama - sama mengeluarkan aroma yang menyengat yang disebabkan oleh senyawa volatil yang

Popoulasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Curculinidae: Coleoptera) Pada Bunga Jantan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).. Foraging behaviour affects

Karena sifatnya yang monoecious , tanaman kelapa sawit memerlukan perantara yang mampu memindahkan serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina yang sedang anthesis yaitu

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoceus yaitu tanaman dengan bunga jantan dan betina berada pada pohon yang sama tetapi jarang ditemukan pada pohon yang

Beberapa gejala stress kekeringan pada tanaman kelapa sawit: (a) Muncul lebih dari 2 daun tombak (b) Bunga betina yang kering (c) bunga jantan yang kering (d) Malformasi

Penyerbukan buatan pada tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan menaburkan atau menyemprotkan serbuk sari yang diambil secara sengaja dari bunga jantan ke