• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari

(2)

pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).

2.1.3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1997). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran

Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

2. Strategi Penyampaian Pembelajaran

Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada

(3)

pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes). 3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran.

2.1.4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia ( Membaca ) 2.1.4.1. Hakikat Membaca

1) Hakikat dan Proses Membaca

Sejalan dengan pendapat tersebut, Burns (1984:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks. Dalam membaca, pembaca harus harus mampu menangkap sejumlah simbol tertulis yang dibaca dan menginterpretasikan simbol-simbol atau kata-kata yang dibaca, memahami alur berpikir dan bentuk-bentuk gramatikal tulisan, menghubungkan pengalaman yang telah mereka peroleh sebelumnya untuk memahami makna kata-kata yang ia baca, mengingat apa yang telah mereka baca dan menghubungkannya dengan ide-ide yang terdapat dalam bacaan dan kenyataan yang ada, membuat kesimpulan dan penilaian terhadap materi yang dibaca, serta menghubungkan minat dan sikap yang mempengaruhi keberhasilan membacanya.

Dengan demikian jelaslah bahwa kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang mudah dan muncul dengan sendirinya. Kemampuan membaca dapat ditingkatkan melalui pembelajaran membaca dan juga latihan yang tepat.

(4)

2) Faktor yang Menentukan Keberhasilan Membaca

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam membaca. Burns (1994) mengemukakan adanya enam faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang dalam membaca. Keenam faktor tersebut adalah: (1) latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca terutama yang sesuai dengan materi bacaan, (2) penguasaan bahasa bacaan, (3) minat terhadap bacaan, (4) kesiapan sosial dan emosional, (5) kesiapan fisik, dan (6) kemampuan berpikir.

Pertama, pengelaman dan pengetahuan yang luas (skemata) merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan materi bacaan, pembaca mampu mengenali dan memahami konsep-konsep dan kata-kata yang dibacanya, selanjutnya mampu memahami makna kata-kata-kata-kata tersebut dengan tepat dan cepat. Pengalaman merupakan dasar pembentukan konsep-konsep dan konsep-konsep adalah dasar penguasaan kosakata (perbendaharaan kata).

Kedua, penguasaan bahasa merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca karena pada hakikatnya membaca merupakan kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan media bahasa tulis. Dengan menguasai bahasa yang digunakan dalam bacaan, pembaca akan dapat memahami pesan yang disampaikan penulis dengan tepat dan cepat.

Ketiga, minat terhadap bacaan merupakan faktor penting dalam membaca. Dengan memiliki minat terhadap bacaan, akan mendorong pembaca untuk selalu ingin mengetahui isinya. Dengan demikian, kegiatan membaca dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Keempat, kesiapan (kematangan) sosial dan emosional juga berpengaruh terhadap keberhasilan membaca. Hal ini sesuai dengan hakikat membaca sebagai kegiatan komunikasi dengan media bahasa

(5)

tulis. Dalam berkomunikasi, pihak yang berkomunikasi harus saling menjalin hubungan yang harmonis. Untuk itu, kematangan sosial dan emosional sangat penting agar pembaca dapat mengendalikan emosinya.

Kelima, kesiapan fisik terutama kesehatan indra penglihatansangat menentukan keberhasilan membaca. Pada saat membaca, pertama kali yang dilakukan oleh pembaca adalah menangkap lambang-lambang tulisan.

Keenam, kemampuan berpikir sangat menentukan keberhasilan membaca. Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara kemampuan berpikir atau intelegensi dengan kemampuan membaca.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa di samping tiga aktivitas berbahasa yang lainnya. Di antara keempat keterampilan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang bersifat menerima/reseptif (pasif), yang meliputi keterampilan menyimak dan membaca, serta keterampilan yang bersifat mengungkapkan/produktif (aktif) yang meliputi keterampilan menulis dan berbicara (Rejana 1996:133).

2.1.4.2. Definisi Membaca

Ada beberapa ahli yang memberikan batasan tentang definisi membaca. Menurut Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan 1994:7). Selanjutnya masih dari sumber yang sama, membaca dapat diartikan pula sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain-yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

(6)

2.1.4.3 Tujuan Membaca

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang ketika mereka melakukan aktivitas membaca. Antara seorang pembaca dengan pembaca yang lain pastinya memiliki tujuan yang berbeda terhadap aktivitas membaca mereka. Pada umumnya orang membaca bertujuan untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan untuk memahami makna bacaan (Tarigan 1994:9). Secara lebih khusus masih dari sumber yang sama,Tarigan menyebutkan bahwa tujuan membaca pada kebanyakan orang adalah sebagai berikut.

(1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

(2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik atau menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami oleh sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

(3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

(4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini

(7)

disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

(5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

(6) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita akan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca meneliti membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

(7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaiman dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast) )Anderson dalam Tarigan 1994:9-10).

2.1.4.4 Hakikat Membaca dalam Kurikulum Sekolah Dasar

Di bagian awal penelitian, yaitu pada subbab latar belakang, sudah disebutkan pentingnya pengajaran membaca untuk siswa sekolah dasar, khususnya siswa kelas 1.

Jenis pembelajaran membaca yang diajarkan guru di sekolah dasar tentu berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi materi membaca ini tentu saja disesuaikan dengan tingkatan kelas. Jenis membaca yang diajarkan di kelas 1 pastilah berbeda dengan jenis membaca yang diajarkan di kelas 2,3,4,5, dan 6, begitu pula sebaliknya. Namun secara garis besar jenis membaca yang diajarkan di sekolah dasar terbagi menjadi dua macam. Petama adalah membaca permulaan dan yang kedua adalah membaca pemahaman. Membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan kelas 2, sedangkan membaca pemahaman diberikan di tingkat berikutnya mulai kelas 3 sampai kelas 6 (Supriyadi 1996:127).

(8)

Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan dikelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.

Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (BNSP, 2006). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli.

Materi pokok membaca permulaan yang diberikan di kelas 1 dan 2 berkisar pada materi:

(1) pelatihan lafal, baik vokal maupun konsonan, (2) latihan nada/lagu ucapan,

(9)

(4) latihan pengelompokkan kata/frasa ke dalam satuan-satuan ide (pemahaman),

(5) latihan kecepatan mata,

(6) latihan ekspresi (membaca dengan perasaan).

Sedangkan pembelajaran membaca di kelas 3,4,5, dan 6, lebih menitikberatkan pada pengembangan pokok bahasan membaca pemahaman dari berbagai macam wacana, seperti narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Sedangkan jenis keterampilan membaca yang biasa dikembangkan dalam membaca pemahaman adalah membaca teknik (untuk orang lain yang membacakan), membaca dalam hati, membaca cepat, dan membaca permulaan (Supriyadi 1996:127).

Sedikit berbeda dengan penjelasan Supriyadi, dalam Kurikulum Sekolah Dasar 1994, penggolongan membaca di sekolah dasar terbagi atas membaca permulaan dan membaca lanjutan. Membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan kelas 2, sedangkan membaca lanjutan diberikan di kelas 3,4,5, dan kelas 6. Untuk membaca permulaan, lebih ditekankan pada membaca teknik, sedangkan untuk membaca lanjutan keterampilan membaca yang dikembangkan adalah membaca teknik, membaca dalam hati, membaca cepat, dan membaca bahasa.

Dari penjelasan tentang jenis pengajaran membaca di sekolah dasar di atas, terlihat bahwa jenis “membaca permulaan” diajarkan sepenuhnya di kelas 1 dan 2. Membaca permulaan yang diberikan di kelas 1 dan kelas 2 lebih ditekankan peda upaya guru untuk menjadikan anak “melek huruf”, artinya mendidik agar anak dapat mengenali dan mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, sedangkan membaca lanjutan di kelas-kelas yang lebih tinggi (kelas-kelas 3-6), tujuan pelajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada upaya memperlancar kemampuan murid dalam mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan makna itu dipahami oleh anak (melek wacana) (Supriyadi 1996:128).

(10)

Jadi, jenis membaca yang diajarkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut. (1) Membaca permulaan yang diberikan di kelas rendah (kelas 1 dan 2 SD).

Membaca permulaan yang dimaksud adalah jenis membaca teknik atau membaca nyaring.

(2) Membaca lanjutan yang diberikan di kelas 3 sampai kelas 6 SD. Membaca lanjutan yang dimaksud adalah (a) membaca teknik dengan sasaran yang berbeda dengan membaca teknik di kelas rendah, (b) membaca dalam hati, (c) membaca cepat, dan (d) membaca bahasa.

2.2 Media Pembelajaran

2.2.1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari kata medium yang secara harifiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997:2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi” Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga dapat merangsang pikiran , perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar diantaranya kartu kata.

2.2.2. Macam – macam Media Pembelajaran

Secara umum terdapat 4 jenis media pembelajaran:

1) Media visual ( grafik, diagram,kartu, bagan karikaturia pro, dll) 2) Media audio ( radio, tape, recorder, lab bahasa dll )

3) Media proyeksi ( OHP, proyektor, dll ) 4) Audio visual ( tv, komputer, vcd, dll ) 2.2.3. Pengertian Media Kartu Kata

Flas card atau Education Card adalah kartu- kartu bergambar yang dilengkapi kata- kata yang diperkenalkan oleh Glenn Doman. Gambar- gambar dikelompokkan pada flashcard. Antara lain: seri binatang. Buah- buahan, pakaian, warna, bentuk, angka dan kata.

(11)

Tujuan dari kartu kata adalah melatih kemampuan otak kanan untuk menginggat gambar dan kata- kata sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan.

Kartu kata dalam penelitian ini berupa media dalam permainan menemukan kalimat.Siswa diajak bermain dengan menyusun kata- kata menjadi sebuah kalimat.

2.2.4. Kelebihan Penggunaan Media Kartu Kata

Dalam kegiatan pembelajaran, secara umum media kartu kata mempunyai kelebihan untuk :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya objek benda yang terlalu besar.

3) Fungsi yang lain dari media adalah dapat mengatasi sikap pasif siswa. Siswa menjadi aktif karena gairah belajar mereka meningkat.

2.2.5. Kelemahan Penggunaan Media Kartu Kata

1) Pembelajaran Kurang Menarik dibandingkan dengan media gambar 2) Hanya dapat digunakan dalam lingkup kerja kelompok.

3) Kalau siswa belum memahami kosakata dengan baik pembelajaran akan sulit dilakukan

2.3. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Media Kartu Kata

Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

2.3.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Kartu Kata

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merujuk dengan apa yang akan dikerjakan seseorang sebagai subyek

(12)

dalam belajar. Sedangkan mengajar menujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru dalam mengajar.

Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya ( Slameto,2003).

2.3.2 Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan kartu kata Langkah awal pembelajaran dengan kartu kata adalah: 1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

2) Setiap kelompok menyusun kartu kartu kata menjadi sebuah kalimat. 3) Masing-masing kelompok melaporkan hasil jawaban dipapan tempel. 4) Semua anak membaca kemudian menyalinnya dibuku tulis.

2.3.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

a. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

1) Kecerdasan/intelegensi 2) Bakat

3) Minat 4) Motivasi

b. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995: 60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

(13)

1) Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.

2) Keadaan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat.

3) Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak.

Berdasarkan kajian tentang berbagai pendapat mengenai prestasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu setelah siswa mengalami proses belajar untuk mencapai tujjuan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes dalam satu satuan waktu, berupa semester atau tahun pelajaran.

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil menurut Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain (2002: 120) Ialah:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual ataupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran Intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa.

Salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai pretasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka hadapi. Salah satunya dengan menggunakan media kartu kata.

2.4. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Siti Komariah (2010) dengan judul penelitian “ Penggunaan Kartu Huruf dan Kartu Kata Untuk Meninggkatkan Aktivitas dan Ketrampilan Membaca Nyaring Pada Pelajaran Bahasa

(14)

Indonesia Kelas I Semester I SDN Kalipancur I Kec. Blado Kab. Batang”, peneliti termotivasi mencoba menggunakan media yang sama tetapi penerapan teknik penerapanya berbeda.

Berdasarkan penelitian- penelitian Diatas dan permasalahan yang ada di kelas I SDN Keteleng 01 khususnya mata pelajaran membaca dan menulis, peneliti tertarik untuk meningkatkan hasil belajar dengan melakukan penelitian menggunakan kartu kata.

2.5. Kerangka Berfikir

Pada tahap awal sebelum guru menggunakan media kartu kata, hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri Keteleng 01 masih rendah dengan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia tersebut guru berupaya meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dengan melakukan inovasi pembelajaran yang dilakukan adalah mengemas pembelajaran dengan media kartu kata.

2.6. Hipotesis Tindakan

Kondisi awal Guru belum

menggunakan media kartu kata

Hasil belajar rendah < KKM (70)

Tindakan Guru

menggunakan media kartu kata

Siklus I ada peninggkatan hasil belajar < dari KKM (belum tuntas ) Siklus II Peningkatan hasil belajar ≥ KKM 70 sudah tuntas 80 % siswa ≥ KKM ( 70 ) Kondisi akhir

(15)

Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah “Melalui Penggunaan media kartu kata dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia , materi Membaca Permulaan siswa kelas I SDN Keteleng 01 Kecamatan Blado Kabupaten Batang tahun pelajaran 2011/ 2012

Referensi

Dokumen terkait

Justeru itu, jika dibincangkan bagaimana proses laluan dan cabaran – cabaran yang dihadapi semasa mereka membangunkan kerjaya, yang telah menyumbang kepada pembentukan kerjaya

Solusi untuk mengatasi kendala yang ada yaitu mengadakan lomba-lomba termasuk Engklek agar anak-anak bisa bermain dengan teman-temannya, orang tua harus banyak

Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara wanita primigravida dan multigravida dalam menghadapi persalinan di RSU Haji Surabaya, yaitu pada wanita primigravida

Fenomena perdagangan Kostum ini menimbulkan beberapa pertanyaan atas hak para Pembuat Kostum Cosplay dalam pembuatan Kostum Cosplay dari karakter yang sudah ada,

Soetomo didapatkan bahwa pada pasien trauma tembus yang dilakukan kraniotomi debridement kurang dari 12 jam post trauma diikuti pemberikan antibiotik profilaksis

No Klasifikasi Buku Ajar B. Ahmad Saehuddin, M.Ag. Halid al Kaf, M.Ag. Herdiansyah Ahmad, Lc. Ahmad Ta’yudin, Lc.. Buku ajar untuk Madrasah Intida’iyyah kelas I yang

Bank sentral Eropa (ECB) sudah melakukan pembelian surat berharga (obligasi) sebesar EUR60miliar per bulan sejak Maret 2015 dan mempertahankan suku bunga deposito

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan penentuan stasiun pengamatan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan stasiun