• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleksberarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktoreksternal pembaca. Faktor internal berupa intelegensi, minat, sikap, bakat,motivasi, tujuan membaca, dan lain sebagainya. Faktor eksternal bisa dalambentuk sarana membaca, latar belakang sosial dan ekonomi, dan tradisimembaca. Rumit artinya faktor eksternal dan internal saling berhubunganmembentuk koordinasi yang rumit untuk menunjang pemahaman bacaan(Nurhadi, 2008 : 13).

Kegiatan membaca meliputi 3 keterampilan dasar yaitu recording,decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat,kemudian mengasosiakannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistemtulisan yang digunakan. Proses decoding merujuk pada proses penerjemahanrangkaian grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan meaning merupakan prosesmemahami makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman, pemahamaninterpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan decodingberlangsung pada siswa kelas awal, sedangkan meaning lebih ditekankanpada kelas tinggi (Farida Rahim, 2008: 2).

(2)

Samsu Somadayo (2011: 4) mengungkapkan bahwa membaca adalahsuatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yangterkandung di dalam bahan tulis.

Dari beberapa pendapat di atasdapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengasosiaan huruf,penerjemahan, dan pemahaman makna isi bacaan.

2.1.2. Tujuan Membaca

Menurut Farida Rahim (2008: 11) ada beberapa tujuan membaca yangmencakup: a) kesenangan, b) menyempurnakan membaca nyaring, c)menggunakan strategi tertentu, d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telahdiketahuinya, f) memperoleh informasi untuk laporan lisan dan tertulis, g)mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, h) menampilkan suatueksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain, i) mempelajari tentang struktur teks, dan j)menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Tujuan membacaadalah memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ideutama, mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita, membacauntuk menyimpulkan, mengelompokkan atau mengklasifikasi, menilai danmengevaluasi, serta memperbandingkan atau mempertentangkan. Dariuraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tujuan membaca yang palingutama adalah memperoleh informasi. Setelah informasi diperoleh pembacaakan melakukan tindak lanjut yang dapat berupa kegiatan menyimpulkan,menilai, dan membandingkan isi bacaan.

(3)

2.1.3. Komponen Kegiatan Membaca

Farida Rahim (2008: 12) menyampaikan bahwa kegiatan membacaterdiri dari dua komponen yaitu: a) proses membaca, dan b) produkmembaca.

a. Proses Membaca

Farida Rahim (2008: 12) menyampaikan bahwa proses membacaterdiri dari 9 aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman,pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan. Proses sensori visualmenurut Farida Rahim (2008:

12) diperoleh dengan pengungkapansimbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. Anak-anak belajarmembedakan secara visual simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yangdigunakan untuk mempresentasikan bahan lisan. Kegiatan perseptualdijelaskan Farida Rahim (2008: 12) sebagai aktivitas mengenal suatukata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu.

Aspekurutan merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusunsecara linear, yang umumnya tampil dalam satu halaman dari kiri kekanan atau dari atas ke bawah.

Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Farida Rahim (2008: 12) menyampaikan bahwa anak-anak yangmemiliki pengalaman banyak akan mempunyai kesempatan yang lebihluas dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep yangmereka hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yangpembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yangdihadapinya. Kemudian pembaca membuat simpulan denganmenghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Agar proses ini dapat berlangsung pembaca harus berpikir sistematis, logis,dan kreatif.

(4)

Guru dapat membimbing siswa meningkatkan kemampuan berpikirmelalui membaca dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Adapun pertanyaan-pertanyaanyang diberikan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban yang berupa fakta. Proses membaca selanjutnya yaitu aspek asosiasi meliputi mengenal hubunganantara simbol dengan bunyi bahasa dan makna (Farida Rahim, 2008: 13).

Selanjutnya, Farida Rahim (2008: 13) menerangkan bahwa masihada aspek proses membaca yang lain yaitu sikap atau afektif berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca, menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca.Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk memusatkan perhatian pada membaca. Aspek dari proses membaca yangterakhir menurut Farida Rahim (2008:

13) adalah pemberian gagasan dimulai dengan penggunaan sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibacanya secara pribadi. Makna dibangun berdasarkan pada teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui di dalam teks. Pembaca akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama jika pengalaman dan reaksi afektif dari pembaca tersebut berbeda (Farida Rahim, 2008:14).

b. Produk Membaca

Komponen kegiatan membaca yang kedua yaitu produk membaca.Farida Rahim (2008: 12) menjelaskan bahwa produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis danpembaca. Komunikasi juga bisa

(5)

terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca.Samsu Somadayo (2011: 10) menjelaskan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan.

2.1.4 Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

Prinsip-prinsip membaca pemahaman menurut Farida Rahim (2008: 3-4), ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.

1. Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.

2. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

3. Guru membaca yang profesional mempengaruhi belajar siswa.

4. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperanaktif dalam proses membaca.

5. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

6. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai tekspada berbagai tingkat kelas.

7. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhipemahaman membaca.

8. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

9. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

(6)

10. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

2.2 Metode Latihan

2.2.1 Pengertian Metode Latihan

Metode merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Banyak fakta yang menunjukkan bahwa ketepatan metode yang digunakan dengan materi yang diajarkan dapat mempercepat proses pencapaian tujuan pembelajaran.

Metode drill atau disebut latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dsb. Metode latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan.

Demikian sebaliknya, tidak jarang dijumpai kegiatan pembelajaran berlangsung tidak efekltif dan optimal sebagai akibat dari penggunaan metode belajar mengajar yang tidak sesuai dengan materi dan siswa yang dihadapi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan metode di dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran tugas seorang guru adalah sebagai pemberi kemudahan serta motivator yang bertanggung jawab penuh atas keseluruhan perkembangan mental dan kepribadian siswa. Dengan demikian guru harus mampu menciptakan kondisi proses pembelajaran yang kondusif dan bermakna, mampu meningkatkan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran, serta

(7)

membantu siswa menggunakan berbagai kesempatan untuk beraktivitas selama proses pembelajaran. Dalam hal ini guru perlu menggunakan metode yang relevan dengan kondisi materi dan siswa yang dihadapi.

Salah satu metode yang relevan dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran adalah metode latihan. Dalam kaitan dengan hal ini Surakhmad (2007: 46) mengemukakan bahwa metode latihan yang juga disebut dengan metode drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang sedang dipelajari siswa, sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Tabrani (dalam Nugraheni, 2009: 7) bahwa “Sebagai metode mengajar, metode latihan atau drill merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan secara berulang- ulang mengenai apa yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu”.

Memperhatikan berbagai pengertian tersebut jelaslah bahwa metode latihan atau drill merupakan suatu metode pembelajaran yang memiliki ciri kegiatan berulang-ulang guna mencapai suatu keterampilan tertentu agar lebih bersifat permanen.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode latihan adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Dari segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa diminta mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

(8)

2.2.2. Macam-macam Metode Latihan

Bentuk-bentuk Metode latihan dapat direalisasikan dalam berbagai bentukteknik, yaitu sebagai berikut:

a. Teknik kerja kelompok

Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok siswa untukbekerja sama dalam memecahkan masalah dengan cara mengerjakan tugasyang diberikan.

b. Teknik Micro Teaching

Digunakan untuk mempersiapkan diri siswa sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.

c. Teknik Modul Belajar

Digunakan dengan cara mengajar siswa melalui paket belajar.

d. Teknik Belajar Mandiri

Dilakukan dengan cara meminta siswa agar belajar sendiri dan tetap dalam bimbingan guru, baik dalam kelas maupun di luar kelas (Muhaimin, 2007:226- 228). Ternyata metode latihan terdapat beberapa teknik yang bisa dipakaiuntuk menggunakannya. Karena semua metode bagus untuk pembelajaran tetapi semua itu tidak lepas dari pemilihan materi yang cocok dengan metode tersebut.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan metode latihan teknik belajar mandiri dan Siswa membaca secara berulang-ulang.

2.2.3. Tujuan Penggunaan Metode Latihan

Metode latihan biasanya digunakan agar siswa:

(9)

a. Memiliki kemampuan menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakanalat.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan.

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan denganyang lain.

d. Untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yangdipelajari siswa dengan melakukannya secara praktis pengetahuan yangtelah dipelajari. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan (Roestiyah, 2009:125-126).

2.2.4. Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Metode Latihan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dalammenggunakan metode latihan ini, yaitu:

a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.

b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa

mengetahui apa yg harus dikerjakan.

c. Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa.

d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.

e. Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan (Surakhmad, 2007: 9)

Guru perlu memperhatikan nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannyadengan keseluruhan pembelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelum memasuki latihan, guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang

(10)

jelas kepada siswa, sehingga mereka mengetahui tujuan latihan yang akanditerimanya. Persiapan yang baik sebelum latihan dapat memotivasi siswa agar menjadi aktif dalam melaksanakan pembelajaran.

2.2.5. Kelebihan Metode Latihan

Metode latihan memiliki kelebihan sebagai berikut:

a. Mengkokohkan daya ingatan siswa, karena seluruh pikiran, perasaan,kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.

b. Siswa dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan pengajaran yang baik, maka siswa menjadi lebih teliti.

c. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru.

d. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.

e. Guru bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dan yang tidak.

f. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik.

g. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang. (Drill and Practicehttp://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/15/drill-and-

practice.html)diakses tanggal 23 Maret 2013.

Dengan adanya berbagai kelebihan dari penggunaan metode drill ini maka diharapkan bahwa latihan dapat bermanfaat bagi siswa untuk menguasai

(11)

materi.Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran

yang diterima secara teori dan praktek.

2.2.6. Kelemahan Metode Latihan dan Cara Mengatasinya

Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat dipungkiri bahwa metode latihan juga mempunyai kelemahan, yaitu:

a. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.

b. Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 108-109).

Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode ini ada baiknya memahami karakteristik metode ini terlebih dahulu. Akan tetapi ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu:

a. Janganlah seorang guru menuntut dari siswa suatu respons yang sempurna.

b. Jika terdapat kesulitan pada siswa pada saat merespon, hendaknya guru segera meneliti penyebabnya.

c. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik respon yang betul maupunyang salah.

d. Usahakan siswa memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.

(12)

e. Istilah-istilah baik berupa kata maupun kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh siswa (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 108-109).

2.3 Metode Latihan Pada Kemampuan Membaca

Metode latihan dapat digunakan dalam pembelajaran guna mencapai suatu keterampilan tertentu. Rahayu (2007: 32) mengemukakan bahwa metode latihan adalah suatu cara pembelajaran untuk memperoleh keterampilan melalui suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus secara sistematis kepada individu atau siswa agar tercapai suatu keterampilan yang akan dimilikinya secara permanen.

Penerapan metode latihan dalam proses pembelajaran, banyak aspek yang harus diperhatikan oleh guru. Aspek-aspek tersebut menurut Djayadisastra (2009:62-63) adalah: (1) siswa harus mengerti tentang apa, mengapa, bagaimana dan untuk tujuan apa mereka dilatih dan dibimbing; (2) latihan dan bimbingan lebih baik diberikan kepada perseorangan untuk memudahkan pengarahan atau koreksi, sehingga siswa tidak perlu mengulang suatu respon yang salah; (3) latihan harus diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan; (4) guru harus selalu memberikan peluang atau kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi respon yang dibuatnya

Selain hal-hal tersebut, dapat dikemukakan pula langkah-langkah metode latihan terbimbing dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) mempersiapkan perintah-perintah, (2) mengajukan pertanyaan secara lisan, tertulis, atau memberikan perintah untuk melakukan sesuatu; (3) memeriksa jawaban atau hasil

(13)

pekerjaan siswa dan membimbing siswa, (4) mengajukan kembali berulang-ulang perintah, dan (5) mengajukan perintah berikutnya (Djayadisastra, 2009:64).

Memperhatikan uraian yang dikemukakan tersebut jelaslah bahwa metode latihan merupakan suatu metode pembelajaran melalui suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus secara sistematis kepada siswa dengan tujuan melatih dan membimbing siswa melakukan keterampilan agar memperoleh kemampuan tertentu. Dengan demikian siswa akan memiliki kemampuan-kemampuan tertentu, misalnya kemampuan membaca.

Guna menunjang keberhasilan penggunaan metode latihan dalam pembelajaran materi tertentu, misalnya pembelajaran membaca sila-sila pancasila, guru harus benar-benar dapat melatih dan membimbing siswa mencapai kemampuan tersebut dengan langkah-langkah yang sistematis dan terarah pada tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Crow dan Crow (dalam Mugiarso 2007:2) yang mengemukakan bahwa “Latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang melalui proses pembimbingan. Kegiatan latihan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang secara sistematis, sengaja, berencana, terus-menerus, dan terarah pada tujuan”.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa latihan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang guna mencapai suatu keterampilan tertentu.

Selanjutnya, mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa metode latihan dipilih dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca

(14)

sila-sila Pancasila kelas I Sekolah Dasar. Berkaitan dengan hal ini langkah- langkah yang dilakukan pada pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan bahan bacaan berupa sila-sila Pancasila.

2) Secara klasikal siswa dilatih membaca sila-sila Pancasila bahan bacaan pada pias-pias yang dirangkaikan dengan ucapan dan intonasi yang tepat.

3) Secara individual siswa dilatih membaca sila-sila Pancasila yang dirangkaikan dengan ucapan dan intonasi yang tepat dan dapat didengar oleh siswa lainnya.

4) Mengobservasi dan menilai kegiatan membaca sila-sila Pancasila.

5) Memberikan kembali bahan bacaan dan mengulang latihan membaca sila-sila Pancasila dengan bimbingan dari guru.

6) Mengulang perintah berikutnya, yakni kegiatan membaca sila-sila Pancasila tanpa bimbingan dari guru.

Kegiatan sebagaimana diuraikan di atas terus berlangsung dengan bacaan dan kalimat berbeda yang dilatihkan kepada siswa. Melalui penerapan metode latihan sebagaimana diuraikan di atas diharapkan keterampilan membaca sila-sila Pancasila pada pembelajaran dapat ditingkatkan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini ialah: “Jika digunakan metode latihan, maka kemampuan membaca sila-sila PancasilaKelas 1 SDN 10 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Bolaemo akan meningkat”.

2.5 Indikator Kinerja

Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi peningkatan kualitas pembelajaran membaca sila-sila Pancasila melalui penggunaan metode latihan.

(15)

Untuk maksud tersebut, maka indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: Paling kurang 80% dari 22 siswa kelas Kelas 1 SDN 10 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Bolaemo akan meningkat tahun pelajaran 2012/2013 yang dikenai tindakan mampu membaca sila-sila Pancasila dengan kriteria cukup mampu.

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang

Pada penelitian ini dilakukan kajian finansial dengan melakukan perhitungan sensitivitas biaya kuliah serta menentukan jumlah mahasiswa minimum berdasarkan harga

Setiap user yang terhubung dengan jaringan internet/intranet dapat membuka aplikasi internet maupun intranet yang dimiliki oleh pusdatin. Dari gambar bagan diatas dapat

Di samping Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Propinsi Sumatera Utara, terdapat beberapa perusahaan yang mengelola industri turunan (hilir) mengolah minyak CPO menjadi minyak

Bagian ini merupakan pokok utama dari tulisan, yang dapat terdiri dari beberapa Sub Bab sesuai.

lensi HIV sangat tinggi pada penasun, perilaku seks yang bebas, dan pe- makaian kondom yang masih rendah, risiko terhadap pasangan tetap para penasun terinfeksi HIV/AIDS juga

Pada lanskap terbaik dua terpilih lanskap dengan sudut pandang foto 3 dimana lanksap ini memperlihatkan keterkaitan atara desain lansakap taman dan karakter dari visual air

Tesis ini berjudul Penerapan Metode Role Playing Menggunakan Media Paper Doll untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Berbahasa Jawa Sesuai dengan Unggah-Ungguh (Penelitian