17 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Keterampilan Membaca a. Pengertian Membaca
Tarigan menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata- kata/bahasa tulis1. Hal senada juga dikemukakan oleh Harjasujana yang menjelaskan bahwa membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat2.
Ronald Wardhaugh dalam artikelnya “Reading Technical Process”, Mengemukakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan aktif karena pembaca tetap aktif membaca sambil mencari informasi3. Kegiatan membaca juga bersifat interaktif dalam arti bahwa pembaca berinteraksi dengan teks. Pembaca dituntut untuk berpartisipasi secara konstruktif dan terus-menerus. Ia dituntut untuk menggunakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi. Lebih banyak tampak karakteristik tersebut, lebih berhasil pulalah seseorang mencapai kemampuan membaca. Dengan kata lain, membaca adalah proses
1Henry Guntur Tarigan. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 2008).h. 7
2 Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet. Meningkatkan Keterampilan berbahasa Indonesia (teori dan Aplikasi), (Bandung: Karya Putra Darwati. 2012).h. 65
3Subana dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung:
Pustaka Setia. 2000).h. 223
menyusun kembali (reconstruct) pola-pola kalimat, yang tercetak pada halaman tempat ide-ide informasi dan pesan dituangkan oleh penulis agar dimengerti.
Dalman menjelaskan membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan4. Somadayo mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.5 Sementara Klein, dkk yang dikutip oleh Farida Rahim, mengemukakan definisi membaca mencakup6:
1) Membaca merupakan suatu proses, 2) Membaca adalah strategis,
3) Membaca merupakan interaktif.
Sedangkan Gilet dan Temple yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menyatakan bahwa membaca adalah kegiatan fisual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman7.
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang membaca di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses
4Dalman. Keterampilan Membaca. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.2013).h. 3
5Samsu Somadayo. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. (Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2011).h. 4
6 Farida Rahim. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. (Jakarta: Bumi Aksara.
2008).h. 3
7 Samsu Somadayo. Op. Cit., h.5
mengenali dan memahami makna yang terkandung dalam bahasa tulis sebagai interaksi untuk memperoleh pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis.
b. Aspek-aspek Membaca
Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan. Kemudian sampai kepada memahami isi bacaan, peserta didik terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya. Kemudian peserta didik diharapkan mampu membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.
Oleh karena itu, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
1) Mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup:
a) Pengenalan bentuk huruf
b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain)
c) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”)
d) Kecepatan membaca ke taraf lambat
2) Pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:
a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)
b) Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca)
c) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)
d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan8.
Sedangkan Novi Resmini, dkk menyebutkan aspek-aspek membaca, sebagai berikut9:
1) Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis.
2) Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol.
3) Aspek schemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada.
4) Aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari.
8Henry Guntur Tarigan.Op. Cit., h.12-13
9Novi Resmini, dkk. Membaca Dan Menulis di SD Teori dan pengajarannya.
(Bandung: UPI Press, 2006). h. 93
5) Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap kegiatan membaca.
Berdasarkan paparan aspek-aspek tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa aspek membaca terdiri dari aspek keterampilan bertaraf rendah (mekanis) yang dimulai dengan pengenalan unsur-unsur linguistik sampai kepada pelafalan unsur-unsur tersebut.
Aspek keterampilan yang bersifat mekanis ini biasanya ditekankan pada peserta didik yang berada di kelas rendah. Dilanjutkan pada aspek keterampilan bertaraf tinggi (pemahaman), pada aspek ini peserta didik diharapkan mampu memahami pengertian serta makna- makna yang terkandung dalam suatu bacaan. Aspek keterampilan yang bersifat pemahaman ini biasanya ditekankan pada peserta didik yang berada di kelas tinggi.
c. Tujuan Membaca
Tarigan menjelaskan tujuan utama membaca adalah untuk mencari informasi, mencakup isi, serta memahami makna bacaan10. Nurhadi yang dikutip oleh Dalman menjelaskan tujuan membaca ada beberapa macam, yaitu11:
1) Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)
2) Membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan 3) Membaca untuk menikmati karya sastra
4) Membaca untuk mengisi waktu luang
10Henry Guntur Tarigan.Op.Cit., h. 9
11 Dalman.Op. Cit., h.12
5) Membaca mencari keterangan tentang suatu istilah
Sedangkan Blanton, dkk yang dikutip oleh Farida Rahim, menyebutkan tujuan membaca, yaitu12: 1) Kesenangan, 2) menyempurnakan membaca nyaring, 3) Memperbaharui pengetahuan, 4) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, 5) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, 6) Mengkonfirmasi atau menolak prediksi, 7) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks dan 8) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Adapun tujuan dari kegiatan membaca pada penelitian ini adalah yang berhubungan dengan membaca untuk studi, yaitu untuk memahami isi dari suatu bahan bacaan secara keseluruhan sehingga pemahaman yang komprehensif tentang isi bacaan tercapai.
d. Jenis-jenis Membaca
Tarigan menjelaskan jenis-jenis membaca sebagai berikut:
1) Membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud; oral reading)
2) Membaca dalam hati (silent reading) dibedakan menjadi:
(a) Membaca ekstensif (extensive reading) yang meliputi:
(1)Membaca teliti (2)Membaca sekilas
12Farida Rahim.Op. Cit., h.12
(3)Membaca dangkal
(b)Membaca intensif (intensive reading) yang meliputi:
(1) Membaca telaah isi (content study reading) yang mencakup: membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (comprehensive reading), membaca kritis (critical reading), membaca ide (reading for ideas)
(2)Membaca telaah bahasa (language study reading) yang mencakup: membaca bahasa asing (foreign language reading), membaca sastra (literary reading)13.
Untuk memperjelas keterangan di atas, Tarigan menggambarkan bagan sebagai berikut.
Skema14
13Henry Guntur Tarigan. Op. Cit., h.13
14Ibid., h.14
Sedangkan, Burhan El Fanany menjelaskan jenis-jenis membaca terbagi atas beberapa hal, sebagai berikut15:
1) Membaca yang bersuara
Membaca bersuara yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca ini mencangkup beberapa hal sebagai berikut:
(a)Membaca nyaring dan keras, yaitu kegiatan pembaca yang dilakukan dengan keras.
(b)Membaca teknik, biasa disebut membaca lancar.
(c)Membaca indah
Membaca indah hamper sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimic membaca sajak dalam apresiasi.
2) Membaca yang tidak bersuara
Membaca tidak bersuara yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakup:
(a) Membaca teliti, yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
15Burhan El Fanany. Op. Cit., h.19-22
(b) Membaca pemahaman, yaitu pembaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasi isi bacaan.
(c) Membaca ide, yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
(d) Membaca kritis, yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluative, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
(e) Membaca telaah bahasa, mencakup dua hal yaitu: membaca bahasa asing dan membaca sastra
(f)Membaca skimming (sekilas), yaitu cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok.
(g) Membaca cepat, yaitu keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan.
Berdasarkan jenis-jenis membaca yang dijelaskan oleh Tarigan dan Burhan memiliki pengertian sedikit sama, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melatih keterampilan yang bersifat mekanis, guru dapat menggunakan teknik membaca nyaring (reading aloud). Sedangkan untuk melatih keterampilan pemahaman, guru dapat menggunakan teknik membaca dalam hati (silent reading). Teknik membaca dalam
hati dapat dibagi ke dalam jenis-jenis membaca yang telah digambarkan pada skema di atas. Jenis-jenis membaca tersebut dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pembaca dalam mencari sebuah informasi yang dimuat dalam suatu wacana.
Contohnya, untuk memahami unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita, pembaca dapat menggunakan jenis membaca pemahaman (reading for understanding). Membaca pemahaman ini digunakan pembaca untuk memahami isi sebuah cerita, sehingga pembaca dapat menyimpulkan cerita yang telah dibaca.
2. Keterampilan Membaca Pemahaman a. Pengertian Membaca Pemahaman
Purwanto menjelaskan bahasa adalah alat terpenting dalam berpikir karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia dapat berpikir. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berpikir karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir16. Tarigan menjelaskan bahwa membaca pemahaman (reading for under standing) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (pattern of ficion)17.
16Djamarah Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2011).
Cet. 3. h.77.
17Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., h.58
Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dan sistem kognisinya.18 Untuk memahami suatu bacaan, pembaca harus melibatkan beberapa kegiatan berpikir yang tinggi, seperti ingatan dan daya khayal.
Sehingga pembaca mampu memahami apa yang telah dibaca dan dapat memecahkan masalah dari persoalan yang ada.
Sedangkan menuru Somadayo mengemukakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan19.
Rubin yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu kemampuan penguasaan makna dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal20. Turner yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami bacaan secara baik apabila pembaca dapat21.
1) Mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya,
18Iskandar dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa.(Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2011). Cet. 3.h. 246.
19Samsu Somadayo. Op. cit., h.10
20Ibid., h.7
21Ibid., h.10
2) Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan,
3) Memahami seluruh makna secara kontekstual,
4) Membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca.
Oleh karena itu keterampilan membaca harus menjadi perhatian khusus bagi para guru karena dengan adanya keterampilan membaca yang dimiliki peserta didik maka akan membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Setiap materi yang diajarkan oleh guru pasti melalui proses membaca, contohnya membaca buku pelajaran di mana di dalam buku pelajaran terdapat banyak informasi yang dapat dipahami peserta didik dengan membaca.
b. Tujuan Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan proses yang kompleks proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Burns dkk.
yang dikutip oleh Farida Rahim, menyebutkan proses membaca pemahaman terdiri atas 9 aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan22.
22Farida Rahim. Op. Cit,. h.12
Anderson yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain23:
1) Untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta 2) Mendapatkan ide pokok
3) Mendapatkan urutan organisasi teks 4) Mendapatkan kesimpulan
5) Mendapatkan klasifikasi
6) Membuat perbandingan atau pertentangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari membaca pemahaman adalah mampu menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik. adapun tujuan membaca pemahaman dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan kesimpulan isi cerita atau bacaan sesuai dengan ide pokok yang terdapat dalam cerita atau bacaan.
c. Aktivitas Peserta didik Saat Membaca Pemahaman
Belajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan banyak aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik. Paul D. Dierich yang dikutip oleh A.M Sardiman membagi kegiatan membaca pemahaman dalam 8 kelompok24.
23Samsu Somadayo. Op. Cit., h.12
24A.M Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta:Rajawali Pers.2011).h.10.
1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yang termasuk di dalamnya membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), misalnya:
menggambar, membuat grafik, peta diagram.
6) Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities), yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, pendekatan mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Adapun aktivitas yang akan dilakukanpeserta didik dalam membaca pemahaman melalui strategi DRTA adalah kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental dan emosional.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman
Somadayo menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses membaca pemahaman diantaranya25:
1) Tingkat intelegensi, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya.
2) Kemampuan berbahasa, karena keterbatasan kosa kata yang dimilikinya seseorang akan sulit memahami teks bacaan tertentu.
3) Sikap dan minat, sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang atau tidak senang, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
4) Keadaan bacaan yang berkenaan dengan tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya.
5) Kebiasaan membaca, maksudnya apakah seseorang tersebut mempunyai tradisi membaca atau banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang sebagai kebutuhan.
6) Pengetahuan tentang cara membaca,misalnya dalam menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata- kata kunci secara cepat, dan sebagainya.
25Samsu Somadayo.Op. Cit., h.30
7) Latar belakang sosial, ekonomi dan budaya.
8) Emosi, misalnya keadaan emosi yang berubah.
9) Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
Dari penjelasan tersebut, dapat disiimpulkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman adalah tingkat intelegensi, kemampuan berbahasa, sikap dan minat, keadaan bacaan, kebiasaan membaca, pengetahuan tentang cara membaca, latar belakang pembaca sendiri serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca sebelumnya.
e. Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman
Nurhadi menjelaskan pada kegiatan membaca pemahaman terdapat tiga tingkatan kemampuan membaca yaitu: kemampuan membaca literal, kritis, dan kreatif26.
1) Kemampuan membaca literal
Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan.
2) Kemampuan membaca kritis
Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan
26Nurhadi. Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Membaca?. (Bandung:
Sinar Baru Algensindo.2005). h.57
keseluruhan makna bahan bacaan baik makna tersurat maupun tersirat. Adapun hal-hal yang tercakup dalam kemampuan ini adalah: (a) Menemukan informasi faktual (b) Menemukan ide pokok (c) Menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat;
(d) Menemukan suasana (e) Membuat kesimpulan (f) Menemukan tujuan pengarang (g) Memprediksi dampak (h) Membedakan opini dan fakta (i) Membedakan realitas dan fantasi (j) Mengikuti petunjuk (k) Menemukan unsur propaganda (l) Menilai keutuhan dan keruntuhan gagasan (m) Menilai kelengkapan dan kesesuaian antar gagasan (n) Menilai kesesuaian antara judul dan isi bacaan;
(o) Membuat kerangka bahan bacaan dan (p) Menemukan tema karya sastra.
3) Kemampuan membaca kreatif
Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, seorang pembaca yang baik, tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat dan tersirat, tetapi juga mampu menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Keterampilan dalam membaca kreatif yaitu: (a) Mengikuti petunjuk bacaan kemudian menerapkannya (b) Membuat resensi buku (c) Memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku (d) Mengubah buku cerita menjadi bentuk drama;
(e) Mengubah puisi menjadi prosa (f) Mementaskan drama dan (g) Membuat esai atau artikel sosial.
Berdasarkan tingkatan membaca pemahaman yang telah dibahas, maka kemampuan membuat kesimpulan merupakan kemampuan dalam membaca pemahaman yang akan ditingkatkan dalam penelitian di kelas VA SDN 08 Painan Selatan.
3. Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal27. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian di atas.
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Artinya, penyusunan suatu strategi hanya sampai pada tahap proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tahap tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,
27Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana.2013).h.126
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Abdul Majid menjelaskan strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang di susun untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu tujuan pembelajaran28. Sedangkan, Moore yang dikutip oleh Martinis Yanim mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan keseluruhan perencanaan untuk mengajar pelajaran tertentu yang memuatkan metode dan urutan langkah-langkah yang diikuti untuk melaksanakan kegiatan belajar29.
Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan30.Dalam konteks pengajaran, Gagne yang dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar menjelaskan bahwa strategi adalah taktik atau pola yang dilakukan
28Abdul Majid. Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013).
h.7
29Martinis Yatim. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. (Jakarta: GP Press Group. 2013). h.4
30Farida Rahim.Op. Cit. h.12
oleh seorang pengajar dalam proses belajar mengajar bahasa, sehingga peserta didik dapat leluasa berpikir dan mengembangkan kemampuan kognitifnya31.
Kemp yang dikutip oleh Hamruni, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien32.
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca dan konteks. Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca.
Strategi-strategi membaca tersebut, pada dasarnya menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Farida Rahim, mengkategorikan strategi membaca sebagai berikut33:
a. Strategi Bawah-Atas
Klein dkk. yang dikutip oleh Farida Rahim menyatakan bahwa strategi bawah atas merupakan strategi pemahaman bacaan yang dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi. Strategi bawah-atas pada umumnya digunakan
31Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011). h.3
32Hamruni. Strategi Pembelajaran. (Yogyakarta: Insan Madani. 2011) h.2
33Farida Rahim.Op. Cit., h.36-47
dalam pembelajaran membaca awal. Mula-mula peserta didik memproses simbol-simbol grafis secara bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat, kemudian membentuk teks. Dalam pembelajaran membaca di kelas awal SD, strategi ini dimulai dengan memperkenalkan nama dan bentuk huruf kepada peserta didik, memperkenalkan gabungan-gabungan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Metode ini dikenal dengan metode eja.
b. Strategi Atas-Bawah
Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi membaca atas-bawah merupakan model yang dikembangkan oleh Coady yang mendasarkan teorinya pada konsep psikolinguistik.
Long dan Richards yang dikutip oleh Rahim, menyatakan bahwa strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks.
c. Strategi Campuran (Eclectic)
Klein, dkk. yang dikutip oleh Rahim, menjelaskan bahwa guru yang baik tidak perlu memakai satu teori saja. Mereka
bisa mengambil dan memilih yang terbaik dari semua strategi yang ada termasuk pandangan-pandangan teoretis dan model pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas- bawah bisa digunakan dalam waktu yang bersamaan jika diperlukan.
d. Strategi Interaktif
Rubin yang dikutip oleh Farida Rahim, pengetahuan yang telah dimiliki pembaca disebut latar belakang pengetahuan pembaca, dan struktur pengetahuan awal tersebut disebut skemata. Menurut teori skema, memahami teks merupakan proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dengan teks. Pemahaman suatu teks tidak semata-mata memahani makna kata dan kalimat, tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang dibacanya.
e. Strategi Know-Want to Know Learned (KWL)
Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi KWL merupakan strategi yang dikembangkan oleh Ogle untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat peserta didik pada suatu topik. Strategi ini memberikan peserta didik tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif peserta didik sebelum, saat dan sesudah membaca. Startegi KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun peserta didik
dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui, menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingatkan kembali apa yang mereka pelajari dari membaca.
f. StrategiDirected Reading Activity(DRA)
Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi DRA merupakan strategi yang dirancang oleh Betts. Eanes yang dikutip oleh Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi Directed Reading Activity(DRA) sebagai kerangka berpikir untuk merencanakan pembelajaran membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai media pengajaran dan kemahiraksaraan sebagai alat belajar. Komponen strategi strategi Directed Reading Activity (DRA) dibagi dalam empat tahap, yaitu persiapan, membaca dalam hati, dan tindak lanjut.
g. Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) merupakan suatu kritikan terhadap penggunaan strategi Directed Reading Activity(DRA) karena strategi Directed Reading Activity (DRA) kurang memperhatikan keterlibatan peserta didik berpikir tentang bacaan. strategi Directed Reading Activity (DRA) terlampau banyak melibatkan arahan guru dalam memahami bacaan, sedangkan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) memfokuskan keterlibatan peserta didik dengan teks, karena
peserta didik memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca. Dari ketujuh strategi pembelajaran membaca pemahaman tersebut, peneliti memilih strategi Directed Reading Thinking Activity(DRTA) untuk melaksanakan penelitian ini.
Strategi Directed Reading Thinking Activity(DRTA) dipilih karena strategi ini dapat meningkatkan keterampilan membaca peserta didik dengan cara memfokuskan keterlibatan peserta didik dengan teks, peserta didik memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca. Dengan demikian pemahaman peserta didik akan meningkat sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membuat kesimpulan.
4. Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) a. Pengertian Strategi DRTA
Strategi membaca dan berpikir secara langsung atau DRTA (Directed Reading Thinking Activity) adalah untuk melatih peserta didik untuk berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius.Stauffer dalam Rahim menciptakan kegiatan Directed Reading Thinking Activity (DRTA) yang digunakan untuk kemampuan berpikir kritis. Program ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa anak-anak dapat: berpikir, bertindak dengan sadar, menyelidik, menggunakan pengalaman dan pengetahuannya, menilai fakta dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta,
dan menghakimi atau membuat keputusan. Selain itu mereka terlibat secara emosional memiliki berbagai minat, mampu belajar, dapat membuat generalisasi, dan mampu memahami sesuatu34.
Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) atau Membaca dan Berfikir Secara Langsung (MBL), memfokuskan keterlibatan peserta didik dengan teks, karena peserta didik memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca35.
b. Tahapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
Menurut Achadiah strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) menekankan kegiatan berfikir pada waktu membaca. Peserta didik dilatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan36.
Strategi DirectedReading Thinking Activitiy (DRTA) menurut Stauffer menekankan pentingnya penggunaan prediksi selama pra membaca untuk mengangkat pengawasan peserta didik mengenai pemahaman mereka selama waktu pengarahan pelajaran37.
Stauffer menjelaskan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) memiliki tiga tahap kegiatan yaitu: memprediksi (Predicting), membaca (Reading), dan membuktikan (Proving) yang melibatkan interaksi peserta didik dan guru terhadap teks secara
34Ibid., h. 47
35Ibid.,
36Alek dan Achmad.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.2011).h.78
37Resmini dkk.Kapita Selekta Bahasa Indonesia.(Bandung: UPI Press.
2006).h.84
keseluruhan. Berikut penjelasan langkah-langkah strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
1) Memprediksi
Pada langkah pertama, guru menyiapkan peserta didik untuk membaca dan membantu mereka berfikir tentang apa yang akan mereka baca sebelum memulai pembelajaran. Peserta didik belajar untuk memprediksi apa yang akan mereka baca berdasarkan pada petunjuk yang tersedia di dalam teks,seperti gambar, tulisan tebal dalam bagian teks dengan membaca sekilas. Para peserta didik belajar untuk membuat pertanyaan tentang apa yang akan mereka baca dan untuk mengatur prediksi sebelum kegiatan membaca dimulai. Selama langkah ini, peran guru adalah untuk mengaktifkan keduanya dengan bertanya kepada peserta didik tentang prediksi mereka. Ini adalah waktu untuk menebak, mengantisipasi dan menghipotesa.
2) Membaca
Langkah berikutnya adalah membaca. Para peserta didik diminta untuk membaca teks dalam hati untuk memverifikasi keakuratan prediksi mereka. Beberapa prediksi mereka akan dit olak dan beberapa akan diterima setelah membaca lebih lanjut. Tidak ada prediksi yang benaratau
salah, hanya beberapa prediksi dinilai kurang akurat dibandingkan yang lain.
3) Membuktikan
Selama langkah ini, peserta didik membaca kembali teks agar mereka dapat memverifikasi prediksi mereka.
Peserta didik memverifikasi keakuratan prediksi mereka dengan menemukan pernyataan dalam teks dan membacanya secara lisan dalam kelas. Guru berfungsi sebagai pembimbing, penyaring, dan memperdalam bacaan atau proses berfikir. Langkah ini telah dibangun pada tahap- tahap sebelumnya, dimana peserta didik membuat prediksi dan membaca untuk menemukan bukti. Pada langkah ini, peserta didikakan mengkonfirmasi atau merevisi prediksi mereka38.
Langkah-langkah strategi DRTA adalah sebagai berikut39:
a) Mengembangkan kesiapan membaca peserta didik (develoving raidiness to read).
b) Menetapkan tujuan membaca dan membuat prediksi isi bacaan (student set purposes,make predictions), c) Membaca dalam hati teks bacaan (guilded
silentreading of selection).
38Farida Rahim.Op. Cit. H. 48-51
39Harjasujana dkk.Materi Pokok Keterampilan Membaca. (Jakarta Karunika.2006).h.1
d) Membimbing peserta didik membaca bacaan dalam hati (student varify predictions prove set purposes).
e) Mencek pemahaman peserta didik (comprehension check).
f) Membaca kembali prediksi yang telah dibuat dengan apa yang telah ditetapkan guru.
g) Mengevaluasi (evaluation).
h) Memberikan pengayaan (enrichment aktifity).
Abidin menegemukakan bahwa strategi DRTA dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembelajaran sebagai berikut40:
a) Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa tentang isi bacaan.
b) Peserta didik membuat prediksi bacaan yang akan dibacanya. Jika peserta didik belum mampu guru harus memancing peserta didik untuk membuat prediksi.
Diusahakan dihasilkan banyak prediksi sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju.
c) Peserta didik membaca dalam hati wacana untuk mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini guru harus mampu membimbing agar peserta didik
40Yunus Abidin. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.(Bandung : PT. Refika Aditama. 2012).h. 81
melakukan kegiatan membaca untuk menemukan makna bacaan, memperhatikan perilaku baca peserta didik, dan membantu peserta didik yang menemukan kesulitan memahami makna kata dengan cara memberikan ilustrasi kata, bukan langsung menyebutkan makna kata tersebut.
d) Menguji prediksi, pada tahap ini peserta didik diharuskan mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Jika prediksi yang dibuat peserta didik salah, peserta didik harus mampu menunjukkan letak ketidak sesuaian tersebut dan mampu membuat gambaran baru tentang isi wacana yang sebenarnya.
e) Pelatihan keterampilan fudamental. Tahapan ini dilakukan peserta didik untuk mengaktifkan kemampuan berpikirnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah menguji kembali cerita, menceritakan kembali cerita, membuat gambar, diagram, ataupun peta konsep bacaan, dan membuat peta perjalanan tokoh (perjalanan yang menggambarkan keberadaan tokoh pada beberapa peristiwa yang dialaminya).
c. Tujuan Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
Kegiatan DRTA menekankan kegiatan berpikir pada waktu membaca. Anak-anak dilatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, menunda penghakiman, dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam pengajaran kelompok dan invidual. Kegiatan DRTA dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Beck dan McKeown dalam Kurniawan menyatakan bahwa bahan yang digunakan dapat berupa cerita fiktif atau tulisan non fiktif. Secara lebih rinci tujuan-tujuan yang mencakup41:
1) Pengembangan pemahaman. Kegiatan latihan keterampilan dasar yang mencakup diskusi, membaca lebih lanjut, dan menulis.
2) Pengembangan tujuan membaca. Tujuan membaca setiap individu dan kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, pengetahuan bahasa, minat, serta kebutuhan peserta didik.
3) Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan tujuan yang ingin dicapai dengan taraf kesulitan bahan.
Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis membaca.
4) Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup kegiatan memperhatikan kesanggupan untuk menyesuaikan kecepatan
41Otang Kurniawan. Peningkatkan Kemampuan Memahami Dongeng Melalui Strategi Directed Reading thinking Activity (DRTA) Di Kelas V Sekolah Dasar. (Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.2008).h.33
membaca dengan tujuan dan kesulitan bacaan, konsep, dan keperluan untuk membaca ulang.
Strategi DRTA menuntut peserta didik terlihat aktif dengan pembelajaran. Hal itu dikarenakan strategi DRTA melibatkan peserta didik dengan bacaan secara intensif. Sebelum membaca, peserta didik membuat prediksi-prediksi dari petunjuk judul dan gambar, setelah itu mencocokkan predeksi tersebut dengan teks.
Barulah setelah itu, peserta didik membaca teks utuh, lalu mengajarkan tes yang berkaitan dengan bacaan.
d. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Directed Reading Thinking Activity(DRTA)
Berikut ini merupakan beberapa kelebihan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA):
1) Strategi DRTA ini berisi banyak jenis-jenis strategi membaca sehingga guru dapat menggunakan dan dapat memperhatikan perbedaan yang ada pada peserta didik.
2) Strategi DRTA merupakan suatu aktivitas pemahaman yang meramalkan cerita hingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu materi yang sudah dibacanya.
3) Strategi DRTA dapat menarik minat peserta didik untuk belajar, karena dalam strategi DRTA menggunakan berbagai
metode yang tidak hanya melayani peserta didik secara audio- visual, tetapi juga kinestesis.
4) Strategi DRTA menunjukkan cara belajar yang bermakna bagi murid, sebab belajar bukan hanya untuk belajar akan tetapi mempersiapkan untuk hidup selanjutnya.
5) Strategi DRTA dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran baik isi maupun prosedur mengajar.
Selain memiliki banyak kelebihan, strategi Directed ReadingThinking Activity (DRTA) juga memiliki kelemahan yaitu:
1) Strategi DRTA seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan kelas tidak efisien,
2) Strategi DRTA mengharuskan penyediaan buku bacaan dan seringkali di luar kemampuan sekolah dan peserta didik, melalui pemahaman membaca langsung, informasi tidak dapat diperoleh dengan cepat, berbeda halnya jika memperoleh abstraksi melalui penyajian secara lisan oleh guru.
5. Karakteristik Peserta Didik Kelas Tinggi
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak
usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak- anak yang usianya lebih muda.
Nursidik Kurniawan mengemukakan bahwa terdapat beberapa karakteristik peserta didik yang perlu diketahui oleh pendidik antara lain42: (1) Senang bermain, (2) Senang bergerak, (3) Anak senang bekerja dalam kelompok, dan (4) Senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung.
1) Senang bermain
Karakteristik ini menuntut pendidik untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan, terutama untuk peserta didik di sekolah dasar.
2) Senang bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan peserta didik dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit.
Oleh karena itu, pendidik hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berpindah atau bergerak.
3) Senang bekerja dalam kelompok
Pergaulannya dalam kelompok sebaya, peserta didik belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi seperti belajar setia kawan.
42Faisal. Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD (Teori dan Aplikasi).
(Yogyakarta: Diandra Creative.2014) h.24
4) Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Havighurst (mengemukakan bahwa tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:
a) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
b) Membina hidup sehat
c) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
d) Belajar menjalankan peranan social sesuai dengan jenis kelamin.
e) Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpastisipasi dalam masyarakat.
f) Mencapai kemandirian pribadi. Pada diri anak ada kecendrungan untuk memerdekakan diri, sehingga menimbulkan kewajiban bagi pendidik untuk secara bertahap memberi kebebasan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri dari usaha memberi bantuan kepada anak, apabila anak benar-benar telah mandiri43.
Ditinjau dari perkembangan kognitif, peserta didik kelas tinggi di SD memasuki tahap operasional konkret. Pada tahap operasional konkret ini anak sudah berpikir lebih menyeluruh dengan melihat banyak unsur dalam waktu yang sama. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berpikir serial, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara probabilitas. Konsep akan bilangan,
43Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2010) h.35
waktu dan ruang sudah semakin lengkap berbentuk. Meskipun anak-anak masih belum dapat memecahkan persoalan yang abstrak.
Pada umumnya peserta didik berada pada rentang usia antara 6-12 tahun. Hurlock mengemukakan bahwa ada tiga ciri utama yang menunjukkan perbedaan seorang peserta didik seusia dini dengan usia dibawahnya, yaitu:
a) Adanya dorongan peserta didik untuk masuk kedalam permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan otot-otot.
b) Adanya dorongan peserta didik untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk dalam kelompok sebaya.
c) Adanya dorongan mental untuk mematuhi dunia konsep-konsep logika, symbol, dan komunikasi secara dewasa44.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa masa perkembangan peserta didik di SD merupakan periode operasional konkrit, yakni peserta didik sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah terutama kaidah logika yang konkrit. Misalnya, sudah mampu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan bilangan serta konversikan pengetahuan tertentu.
44Faisal. Ibid., h.27
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Peserta didik peneliti mengutip penelitian yang relevan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Defi Susriyanti pada tahun 2014 dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Dengan Strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) Bagi Peserta didik Kelas III SD Negeri 45 Kalumbuk Kecamatan Kuranji Padang”. Pada penelitian ini bahwa Strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif peserta didik. Penelitian ini memiliki persamaaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaannya terletak pada metode yang digunakan yaitu Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan, Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang penulis teliti adalah pada penekanan membaca, pada penelitiaan ini menekankan pada kemampuan membaca intensif sedangkan penelitian yang sedang penulis teliti tentang keterampilan membaca pemahaman45.
2. Hasil penelitian oleh Yulia Rapini pada tahun 2013 dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Strategi
45Defi Susriyanti. “Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Dengan Strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) Bagi Siswa Kelas III SD Negeri 45 Kalumbuk Kecamatan Kuranji Padang”. Arsip skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). IAIN Imam Bonjol Padang. 2014
Directed Reading Thinking Activity (DRTA) pada peserta didik kelas IV SD Negeri Kampung Baru Kecematan Pariaman Tengah Kota Pariaman Kota Pariaman”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dalam pembelajaran membaca pemahaman peserta didik kelas IV terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Persamaan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan yaitu Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan, Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang penulis teliti adalah pada kurikulum yang digunakan, pada penelitaian ini menggunakan KTSP sedangkan penelitian yang sedang penulis teliti kurikulum 201346.
3. Hasil penelitian oleh Eva Septi Mauliddyana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Peserta didik Kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun Pelajaran 2013/2014 ”. Pada Penelitian ini bahwa strategi Directed Reading Thinking Activities (DRTA) sangat efektif
46Yulia Rapini “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui StrategiDirected Reading Thinking Activity (DRTA) pada siswa kelas IV SD Negeri Kampung Baru Kecematan Pariaman Tengah Kota Pariaman Kota Pariaman”.Arsip skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). IAIN Imam Bonjol Padang. 2013
digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaannya terletak pada metode yang digunakan yaitu Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Sedangkan, Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang penulis teliti adalah pada materi dan jenis penelitian. Penelitian yang dilakukan pada materi dongeng dan penelitiannya adalah eksperimen sedangkan Penelitian yang sedang penulis teliti pada tema Lingkungan Sahabat Kita, dengan jenis penelitian tindakan kelas47.
4. Hasil penelitian oleh I’anatut Tolibin Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Peserta didik Kelas V Mis Sidorejo Tahun Ajaran 2013/2014”. Keterampilan membaca pemahaman peserta didik dengan strategi DRTA dalam membuat kesimpulan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut Hasil penelitian menunjukkan rerata nilai rata-rata hasil belajar Pre test pada pada kelas kontrol 82,4 dan nilai rata-rata pada kelas eksperimen 84,7. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar Post test pada kelas control 88 dan nilai rata-rata pada
47Eva Septi Mauliddyana. “Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Siswa Kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun Pelajaran 2013/2014 ”. Jurnal skripsi Eva Septi Mauliddyana.UIN Syraif Hidayatullah Jakarta. 2014
kelas eksperimen 91. Dari data tersebut, terlihat rata-rata kelas eksperimen baik pada rata-rata nilai Pre test maupun Post test lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan membaca pemahaman pada peserta didik kelas V MIS Sidorejo tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan.
Persamaannya terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan yaitu Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dan penelitian ini dilakukan ditingkat SD/MI. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian yang digunakan adalah metode Eksperimen48.
C. Kerangka Konseptual
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik. Melalui membaca peserta didik akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Keterampilan membaca pemahaman yang baik dapat dimiliki peserta didik apabila berlatih secara terus menerus. Tujuan akhir dari membaca
48I’anatut Tolibin.“Pengaruh Penggunaan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas V Mis Sidorejo Tahun Ajaran 2013/2014”. Jurnal Skripsi I’anatut Tolibin. Universitas Yogyakarta. 2014
adalah memahami isi bacaan, tetapi pada kenyataan yang ada belum semua peserta didik dapat mencapai tujuan tersebut.
Banyak peserta didik yang dapat membaca secara lancar semua bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bahan bacaan tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik untuk memahami dan mempelajari materi yang sedang diajarkan. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam penyampaian materi membaca, dalam hal ini membaca pemahaman adalah dengan strategi Directed Reading Thinking Activities (DRTA).
Strategi Directed Reading Thinking Activities (DRTA) merupakan strategi pembelajaran yang memfokuskan keterlibatan peserta didik dengan teks. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activities (DRTA) peserta didik akan berpikir kritis karena peserta didik membuat berbagai prediksi sebelum dan selama membaca. Dengan adanya prediksi, peserta didik secara otomatis mempertanyakan pertanyaan mereka sendiri yang merupakan bagian dari proses pemahaman suatu teks. Rasa keingintahuan peserta didik terhadap kebenaran jawaban membuat peserta didik lebih cermat membaca teks sehingga menjadikan kegiatan membaca menjadi lebih bermakna.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah penggunaan strategi Directed Reading Thinking Activities (DRTA) terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik pada Tema Lingkungan Sahabat Kita di kelas VA SDN 08 Painan Selatan.