• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran lingkungan terutama yang berhubungan dengan proses kegiatan industri tersebut. Industri-industri besar yang menggunakan bahan bakar fosil banyak menghasilkan gas buang yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Semua kegiatan dalam bidang industri pada mulanya dimasukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, ternyata pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya masalah pencemaran udara.

2.1. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Keberadaan zat atau bahan asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di dalam udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan maupun binatang. (Pohan, 2002).

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet. Udara mengandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara yang normal merupakan campuran gas-gas meliputi 78 % N2; 20 % O2; 0,93 % Ar ; 0,03 % CO2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan

hidrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara

(2)

sudah tercemar/terpolusi. Giddings (1973) mengemukakan bahwa atmosfer pada keadaan bersih dan kering akan didominasi oleh 4 gas penyusun atmosfer, yaitu 78,09% N2; 20,95% O2; 0,93% Ar; dan 0,032% CO2, sedangkan gas-gas lainnya sangat kecil konsentrasinya. Komposisi udara kering, yaitu semua uap air telah dihilangkan dan relatif konstan. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Table 2.1. Komposisi udara bersih

Komponen

Konsentrasi dalam volume

(ppm) (%)

Nitrogen (N2) 780.800 78.08

Oksigen (O2) 209.460 20.946

Argon (Ar) 9.340 0.934

Karbon diosida (CO2) 320 0.032

Neon (Ne) 18.2 1.82 x 10-3 Helium (He) 5.2 5.2 x 10-4 Metana (CH4) 1.5 1.5 x 10-4 Krypton (Kr) 1.0 1.0 x 10-4 H2 0.5 5.0 x 10-5 H2O 0.2 2.0 x 10-5 CO 0.1 1.0 x 10-5 Xe 0.08 8.0 x 10-6 O3 0.02 2.0 x 10-6 NH3 0.006 6.0 x 10-7 NO2 0.001 1.0 x 10-7 NO 0.0006 6.0 x 10-8 SO2 0.0002 2.0 x 10-8 H2S 0.0002 2.0 x 10-8 Giddings (1973)

Perubahan kualitas udara dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun

(3)

penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya.

Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normalnya seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia maka udara telah tercemar (Arya Wardana, Wisnu,2001).

2.2. Komponen Pencemaran Udara

Komponen pencemaran udara bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri, atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah komponen pencemaran udara tersebut tergantung pada sumbernya. Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta lalu-lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah industri kotor tekena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini. (Arya Wardana,2001).

Table 2.2. Komponen pencemaran udara

No Pencemar Simbol 1 Karbon monoksida CO 2 Nitrogen oksida NOx 3 Belerang oksida SOx 4 Hidro karbon HC 5 Partikel -

Di atmosfer, berbagai polutan udara akan melalui berbagai proses. Baik pencampuran antara polutan yang satu dengan yang lain yang pada akhirnya akan meningkatkan komposisi polutan itu sendiri bahkan memunculkan jenis polutan yang baru. Namun alam mempunyai prosesnya sendiri yang secara alamiah dapat mengurangi maupun memindahkan konsentrasi berbagai partikulat tersebut sebagai akibat faktor meteorologi. Pencemaran udara akan dipancarkan oleh sumbernya dan

(4)

kemudian mengalami transportasi, dispersi atau pengumpulan karena kondisi meteorologi maupun topografi. (Neiburger, 1995).

2.2.1. Gas karbon monoksida (CO)

Apabila bahan bakar fosil atau bahan organik misalnya minyak tanah, bensin atau bahan kayu yang terbakar, proses pembakarannya tidak sempurna maka atom karbon akan bereaksi dengan satu atom oksigen dan terbentuk gas karbon monoksida (CO). Gas ini mempunyai sifat lebih ringan dari udara, tidak berbau, tidak berwarna. (Supriyono, 1999). Gas CO ini mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin. (Ebenezer, dkk, 2006). Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari beberapa proses berikut:

a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.

b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi CO dan O

Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Secara alamiah gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain..

Karbon monoksida terdiri dari satu atom yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.

(5)

Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.

Reaksi pembentukan CO lebih cepat daripada reaksi pembentukan CO2, sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas CO. Apabila pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih ada bahan bakar (karbon) yang tidak berhubungan dengan oksigen dan keadaan ini menambah kemungkinan terbentuknya gas CO yang terjadi pada suhu tinggi dengan mengikuti reaksi sebagai berikut :

O2 + 2C → 2 CO

Selain daripada itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas pada suhu tinggi yaitu sekitar diatas 800 0C akan membantu terjadinya penguraian (disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO dan O yang mengikuti reaksi berikut ini :

CO2 → CO + O

Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO2 yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak. Suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama dari pemakaian bahan fosil (minyak ataupun batubara) pada mesin-mesin penggerak transportasi. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara meningkat. Berikut adalah tabel hasil penelitian di negara industri tentang sumber utama pencemaran gas karbon monoksida (CO):

(6)

Tabel 2.3. Sumber pencemaran gas CO

Sumber Pencemaran % bagian % total

Transportasi : 63.8 - mobil bensin 59.0 - mobil diesel 0.2 - pesawat terbang 2.4 - kereta api 0.1 - sepeda motor dll 1.8 Pembakaran stasioner : 1.9 - batubara 0.8 - minyak 0.1

- gas alam (dapat diabaikan) 0.0

- kayu 1.0

Proses Industri : 9.6 9.6

Pembuangan Limbah Padatan : 7.8 7.8

Lain-lain : 16.9

- Kebakaran Hutan 7.2

- Pembakaran batubara sisa 1.2

- Pembakaran limbah pertanian 8.3

- Pembakaran lain-lainnya 0.2

100 100

Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah kota yang banyak kegiatan industrinya dan padat lalu lintasnya, udaranya sudah banyak tercemar gas CO sedangkan daerah pedesaan, pencemaran gas CO relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka belum terdapat bangunan diatasnya dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat diatas tanah terbuka, disamping itu angin juga dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena terbawa angin ketempat lain.

2.2.2 Dampak pencemaran gas karbon monoksida (CO)

Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (kadar yang tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan dapat juga menimbulkan kematian. Karbon monoksida apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini

(7)

dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah.

CO menghalangi darah dalam menggangkut oksigen sehingga darah kekurangan oksigen dan jantung bekerja lebih berat. Bila seseorang menghirup CO pada kadar tinggi dan waktu tertentu dapat menimbulkan pingsan, bahkan kematian.

CO di udara dapat mengganggu kesehatan manusia. Masyarakat dengan aktifitas tinggi disekitar lalu lintas padat (polisi, tukang parkir, penjaga pintu tol, dll) dan pekerja pada tempat dengan hasil sampingan CO (bengkel kendaraan bermotor, industri logam, industri bahan bakar, industri kimia), merupakan kelompok yang paling dirugikan.

Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang, antara lain dapat memperparah kelompok penderita gangguan jantung dan paru-paru, kelahiran premature dan berat badan bayi, dll.

Keracunan gas CO dapat ditandai dengan keadaan ringan berupa pusing sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat lagi dapat ditandai dengan menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai kepada kematian. Pertolongan bagi orang yang keracunan gas CO pada tingkat yang relatif ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ketempat udara yang bersih dan memberikan kesempatan kepada korban untuk menarik nafas dalam-dalam.

Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-pari akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah (hemoglobin) :

(8)

Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan.

Berdasarkan persamaan hubungan kadar CO Hb dalam darah dengan kadar CO di udara tersebut diatas diperoleh pengaruh kadar CO di udara terhadap manusia dalam waktu yang lama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Klasifikasi kadar CO dan efeknya terhadap manusia Kadar CO di udara

(ppm)

Kadar COHb dalam darah (%)

Gangguan pada tubuh

3 0.98 Tidak ada

5 1.3 Belum begitu terasa

10 2.1 Sistem saraf sentral

20 3.7 Panca indera 40 6.9 Fungsi jantung 60 10.1 Sakit kepala 80 13.3 Sulit bernafas 100 16.5 Pingsan, kematian (Mukono, 1997) 2.3.Kecepatan Angin

Kecepatan angin dalam data klimatologi adalah kecepatan angin horizontal pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput, jadi jelas merupakan angin permukaan yang dilaluinya. Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong) dan resistansi medan yang dilaluinya. (Nurmala, S.D,2004).

(9)

Perubahan arah dan kecepatan angin menunjukkan arah penyebaran dan fluktuasi konsentrasi di atmosfer. Perubahan angin juga dipakai untuk menentukan kelas stabilitas atmosfer. Stabilitas atmosfer yang didefenisikan oleh ASME (American Society Of Mechanical Engineer’s) dibagi menjadi 4 kategori yang dapat dikaitkan dengan kategori stabilitas PGT (Pasquill, Giffort, dan Turner), sebagai berikut :

Sangat labil : Kelas A dan B

Labil : Kelas C

Netral : Kelas D

Stabil : Kelas E dan F

Kelima kelas stabilitas atmosfer berdasarkan pengamatan meteorologi permukaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5. Kategori Stabilitas atmosfer Kecepatan

angin

permukaan pada 10 m (m/detik)

Siang Malam

Isolasi Mendung tipis /

awan permukaan lebih dari 4/8

Awan kurang dari 3/8 Kuat Sedang Lemah

< 2 A A – B B B -

2 – 3 A – B B C D E

3 – 5 B B – C C D E

5 – 6 B C – D D D D

> 6 C D D D D

Faktor gejala angin kencang bergejolaknya kuat sehingga konsentrasi pencemar menjadi menurun, sedangkan angin reda bergejolaknya lemah sehingga konsentrasi pencemar menjadi pekat. Misalkan pencemar di injeksikan ke dalam atmosfer mempunyai kecepatan satu satuan per detik. Tiap satuan dinyatakan degan sebuah gelembung. Gambar a menunjukkan kecepatan angin 4 m/detik, sehingga gelumbung pencemar terpisah sejauh 4 m, sedangkan dalam gambar b kecepatan angin 2 m/detik, dan gelembung pencemaran terpisah dengan jarak = ½ x 4 meter = 2

(10)

m. Jika faktor angin saja yang diperhatikan maka konsentrasi pencemar pada gambar b lebih pekat 2 kali dari konsentrasi pencemar dalam gambar a.

V = 4 m/s V = 2 m/s

E = 1/detik E = 1/detik

(a) Kecepatan angin 4 m/s (b) Kecepatan angin 2 m/s Gambar 2.1. Perbandingan kadar pencemar dan kecepatan angin

Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong) dan resistensi medan yang dilaluinya. Hubungan antara kecepatan angin dan karateristik permukaan dapat dilihat pada rumus berikut :

[

u*/kk

]

.Ln

[

(Z ZM d)/(ZM)

]

u = + − ………(2.1)

Dengan :

u = kecepatan angin (m/det) u* = velositas friksi (m/det) kk = konstanta Von karman (0.4) Z = ketinggian dari permukaan tanah

ZM = parameter kekasaran momentum (momentum rougbness parameter) d = ketinggian alihan permukaan (zero plane displacement)

(Lakitan, 1994).

Angin kencang bergejolak kuat sehingga konsentrasi pencemar menjadi encer sedangkan angin reda bergolaknya lemah sehingga konsentrasi pencemar menjadi pekat (Bayong. T, 2004).

(11)

2.4. Suhu udara

Suhu merupakan karateristik inherent, dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Suhu udara akan berubah dengan nyata selama periode 24 jam. Perubahan suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Serapan energi sinar matahari akan mengakibatkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum pada saat berkas cahaya jatuh tegak lurus yakni pada waktu tengah hari.

Sebagian radiasi pantulan dari permukaan bumi juga akan diserap oleh gas-gas dan partikel-partikel atmosfer. Karena kerapatan udara dekat permukaan lebih tinggi dan lebih berkesempatan untuk menyerap radiasi pantulan dari permukaan bumi, maka pada siang hari suhu udara dekat permukaan akan lebih tinggi dibandingkan pada lapisan udara yang lebih tinggi, sebaliknya pada malam hari terutama saat menjelang subuh, suhu udara dekat permukaan akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara pada lapisan udara yang lebih tinggi. (Lakitan, 2002). Pada siang hari dengan kondisi cuaca cerah suhu udara akan tinggi akibat sinar matahari yang diterima sehingga akan mengakibatkan pemuaian udara. Pemuaian udara mengakibatkan pengenceran konsentrasi gas pencemar.

Perubahan suhu pada setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang besar pada pergerakan zat pencemar udara di atmosfer. Perubahan suhu ini disebut lapse rate. Turbulensi yang terjadi tergantung pada suhu. Di atmosfer sendiri diharapkan akan terjadi penurunan suhu dan tekanan sesuai dengan pertambahan tinggi. Udara ambien dan adiabatic lapse rates mempengaruhi terbentuknya stabilitas atmosfer. Dalam keadaan dimana suhu sekumpulan udara lebih tinggi dari sekitarnya, maka kerapatan dari udara yang bergerak naik dengan kecepatan rendah lebih kecil daripada kerapatan udara lingkungannya dan udara berhembus secara continue. Pada saat udara bergerak turun akan terbentuk aliran udara vertikal dan turbulensi terbentuk. Keadaan atmosfer dalam kondisi di atas dikatakan tidak stabil (unstable). Ketika sekumpulan udara menjadi lebih dingin dibandingkan dengan udara sekitarnya, sekumpulan udara itu akan kembali ke elevasinya semula. Gerakan ke bawah akan menghasilkan

(12)

sekumpulan udara yang lebih hangat dan akan kembali ke elevasi semula. Dalam kondisi atmosfer seperti ini, gerakan vertikal akan diabaikan oleh proses pendinginan adiabatik atau pemanasan, dan atmosfer akan menjadi stabil (stable). Jika sekumpulan udara terbawa ke atas akan melalui bagian yang mengalami penurunan tekanan dan akibatnya kumpulanan udara itu akan menyebar. Ekspansi tadi memerlukan kerja untuk melawan lingkungannya dan terjadi penurunan temperatur. Biasanya proses ini berlangsung singkat karena itu untuk menganalisanya dilakukan anggapan tidak terjadi transfer panas pada sekumpulan udara yang ditinjau serta sekumpulan udara mempunyai kerapatan dan suhu sama. Kondisi atmosfer seperti ini dikatakan netral (neutral) dan dikenal dengan lapse rate adiabatic.

2.5. Baku Mutu Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Udara yang mengelilingi bumi terdiri dari campuran beberapa macam gas yaitu Nitrogen (N2) sebanyak 78 %, Oksigen (O) sebanyak 20 %. Selain itu terdapat pula sebagian kecil gas lain seperti argon, helium, krypton, ozon dan lain-lain. Masuknya beberapa macam bahan kimia dan debu dalam udara maka konsentrasi udara berubah, sehingga udara menjadi tercemar dan dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia.

Oleh sebab itu dibuatlah suatu standart untuk menentukan kualitas udara yang disebut baku mutu udara ambien (ambient air quality standart) pada setiap negara. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

(13)

Tabel 2.6. Baku Mutu Udara Ambien

No Parameter

Waktu pengu kuran

Baku Mutu Metode

analisis Peralatan 1 SO2 1 jam (Sulfur Dioksida) 900 µg/Nm Pararosanil in 3 Spektrofotometer 24 Jam 365 ug/Nm3 1 Thn 60 ug/Nm3 2 CO

(Karbon Monoksida) 1 jam

30.000 µg/Nm3 NDIR

(26 ppm) NDIR Analyzer

24 Jam 10.000 ug/Nm3

3 NO2 1 jam

(Nitrogen Dioksida) 400 µg/Nm Saltzman

3 Spektrofotometer 24 Jam 150 ug/Nm3 1 Thn 100 ug/Nm3 4 O3 (Oksidan) 1 jam 235 µg/Nm Chemilumi nescent 3 Spektrofoometer 1 Thn 50 ug/Nm3 5 HC

(Hidro Karbon) 3 jam 160 µg/Nm

Flame Lonization ) 3 Gas Chromatografi 6 PM 24 jam 10 (Partikel < 10 µm) 150 µg/Nm Gravimetri c 3 Hi – Vol PM2,5( * 24 jam ) (Partikel < 2,5) 65 µg/Nm Gravimetri c 3 Hi – Vol 1 Thn 15 ug/Nm Gravimetri c 3 Hi – Vol

7 TSP (Debu) 24 jam 230 µg/Nm Gravimetri

c

3

Hi – Vol

1 Thn 90 ug/Nm3

8 Pb ( Timah Hitam) 24 jam 2 µg/Nm Gravimetri

c

3

Hi – Vol

1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif

9 Dustfall (Debu Jatuh) 30 hari

10 ton/km2/ Bulan (pemukiman)

Gravimetri

(14)

20 ton/km2/ Bulan (industri) 10 Total Flourides (as F) 24 jam 3 µg/Nm Spesific Ion 3 Impinger/ Countinous Analyzer

90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous Analyzer

11 Flour Indeks 30 hari

40 µg/Nm

Colouri metric

3

Dari kertas limed filter

Limed filter paper

12 Khlorine &

Khlorine Dioksida 24 jam 150 µg/Nm

Spesific Ion 3 Impinger/ Countinous Analyzer

13 Sulphat Indeks 30 hari

1 mg/SO3/100 Cm3 Colouri metric dari lead Peroksida Lead peroxida candle

(Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999) Catatan :

Nomor 10 s/d 13 Hanya di berlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar Contoh : - Industri Petro Kimia

- Industri Pembuatan Asam Sulfat.

Baku Mutu Udara Ambien memiliki 13 parameter, tiap parameter disertai dengan nilai maksimalnya. Nilai-nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam (µg) permeter kubik udara dalam kondisi normal (umumnya pada suhu 250 C dan tekanan 1 atmosfer) kualitas udara ambien dikatakan baik jika konsentrasi polutan-polutannya masih dibawah nilai baku mutunya.

Gambar

Table 2.1. Komposisi udara bersih  Komponen
Table 2.2. Komponen pencemaran udara
Tabel 2.3. Sumber pencemaran gas CO
Tabel 2.4. Klasifikasi kadar CO dan efeknya terhadap manusia  Kadar CO di udara
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kolektor surya merupakan sebuah alat yang mampu menyerap sinar radiasi matahari, sehingga dapat memanaskan udara yang ada di dalam ruang kolektor tersebut. Panas di

Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet), karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih

Dengan demikian akan ada peralihan udara pada siang hari ( udara panas dari matahari pada siang hari akan berkurang ), sedangkan pada malam hari udara juga tidak terlalu dingin

Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara..

Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang

Energi radiasi yang sampai ke permukaan bumi akan diserap oleh kolektor yang digunakan untuk memanaskan air pada alat pemanas air tenaga surya. Energi yang

Fluktuasi suhu udara (dan suhu tanah) berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari sebagian dari radiasi matahari akan diserap

• Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke