• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

SUMBERBRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Novika Wahyu Wardani1, Fatchur Rohman 2, Masjhudi2

1

Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

2

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia

e-mail: 1novika_wardani@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian mengenai keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda predator pada lahan pertanian brokoli monokultur dan polikultur telah dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap keanekaragam dan kelimpahan arthropoda predator akibat perbedaan pola tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015. Metode yang dilakukan adalah menanam tanaman brokoli dengan pola tanam monokultur dan polikultur. Polikultur dibagi menjadi 2 pola yaitu pola selang seling dan pola acak. Sampel arthropoda predator diambil dengan jaring serangga yang diayun 5 kali dan metode pithfall trap. Data yang diperoleh dihitung indeks keanekaragaman dengan rumus Shannon-Wiener dan kelimpahan dihitung berdasarkan jumlah individu yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman (H’) lahan monokultur sebesar 2.21, polikultur pola 1 (selang seling) sebesar 2.40 dan polikultur pola 2 (acak) sebesar 2.95 yang ketiganya tergolong keanekaragaman sedang. Kelimpahan relatif arthropoda predator tertinggi pada lahan monokultur adalah spesies Lithobius forficatus dengan kelimpahan relatif 27.27%, lahan polikultur pola 1 (selang seling) ditempati oleh Formica sp. dengan kelimpahan relatif 19.73% dan pada lahan polikultur pola 2 (acak) ditempati oleh Formica sp. dan

Menochilus sexmaculata dengan kelimpahan relatif 11.34%. Perbedaan pola

tanam menentukan keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda predator, polikultur pola 2 (acak) cenderung menentukan keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda predator tertinggi.

Kata kunci: keanekaragaman, kelimpahan, arthropoda predator, monokultur, polikultur

Brokoli (Brassica oleracea L. var Italica) merupakan sayuran yang mengalami peningkatan permintaan dari tahun ke tahun. Menurut United States Agency International Development (USAID) chapter Indonesia, peningkatan permintaan Brokoli (Brassica oleracea L. var Italica) di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat 15-20% per tahun (Arsil, 2009 dalam Lestari, 2012). Salah satu masalah dalam agroekosistem adalah keberadaan hama. Peledakan populasi hama pada suatu agroekosistem dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi tanaman budidaya.

Faktor penyebab kerentanan agroekosistem terhadap peledakan hama adalah penurunan keragaman lanskap, penurunan keragaman tanaman, penggunaan pestisida, pemupukan yang tidak berimbang dan faktor iklim. Faktor penyebab rentannya agroekosistem terhadap peledakan hama dapat diatasi dengan melakukan pengelolaan agroekosistem yaitu dengan aplikasi pola tanam polikultur (Nurindah, 2006). Sistem polikultur pada agroekosistem memiliki keragaman tanaman yang lebih variatif. Dari segi pengendalian hama, sistem polikultur sangat menguntungkan, karena keragaman dan populasi musuh alami (parasitoid dan predator) relatif tinggi (Nurindah dan Sunarto, 2008). Musuh

(2)

alami yang berperan penting dalam menekan populasi hama adalah predator dari filum Arthropoda. Kelas Insecta dan Arachnida merupakan Arthropoda yang beberapa familinya bersifat sebagai predator pada agroekosistem.

Dalam mengembangkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) terdapat dua prinsip dasar yaitu preventif (pencegahan) dan kuratif (penanggulangan). Prinsip preventif dapat dilakukan dengan pencegahan serangan hama menggunakan tanaman attractant (tanaman penarik predator). Tanaman attractant menghasilkan aroma khas yang dapat menarik predator. Tanaman attractant ini umumnya bunga berwarna terang dan menghasilkan aroma khas yang mampu mengundang datangnya predator (Rahmad, 2008). Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda predator pada tanaman budidaya brokoli (Brassica oleracea L. var Italica) monokultur dan polikultur dengan beberapa tanaman attractant.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015-April 2015 di desa Sumberbrantas, kecamatan Bumiaji kota Batu serta di laboratorium Ekologi Universitas Negeri Malang untuk melaksanakan kegiatan identifikasi dengan mengacu pada buku Pelajaran Pengenalan Serangga (Borror et al. 1996). Metode yang dilakukan adalah menanam tanaman brokoli dengan pola tanam monokultur dan polikultur. Pola tanam monokultur merupakan tanaman brokoli yang ditanam secara tunggal, sedangkan polikultur merupakan tanaman brokoli ditanam dengan 4 jenis tanaman attractant yaitu Tagetes, Chrysantemum (krisan), Cosmos caudatus (kenikir) dan Ocimum sanctum (kemangi). Lahan polikultur terdapat 2 pola yaitu pola pertama tanaman attractant ditanam secara selang seling dengan brokoli, pola kedua yaitu tanaman attractant ditanam secara acak. Pengambilan sampel menggunakan jaring serangga dan metode pithfall trap sebanyak 20 plot yang diletakkan secara diagonal pada lahan monokultur, polikultur pola 1 (selang seling), polikultur pola 2 (acak). Pengambilan data dilakukan saat tanaman brokoli berumur 4 minggu sebanyak 3 kali ulangan dengan jeda pengambilan sampel selama 1 minggu. Pitfall trap dipasang selama 1 x 24 jam dan pengambilan sampel dengan jaring serangga dilakukan 5 kali osilasi (ayunan) mulai pukul 07.00-11.00 WIB. Data yang diperoleh dihitung indeks keanekaragaman berdasarkan indeks Shannon-Wiener dengan rumus H’= -∑Pi ln Pi dan kelimpahan relatif dengan rumus Ni/N x 100%.

HASIL PENELITIAN

Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda Predator pada Lahan Pertanian Brokoli Monokultur dan Polikultur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan 28 jenis arthropoda predator yang tergolong dalam 3 kelas yaitu kelas Arachnida, Insecta, dan Chilophoda termasuk dalam 9 ordo, 20 famili, 28 genus dan 28 spesies. Data secara lengkap tertera pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Jenis Arthropoda Predator yang ditemukan Pada Lahan Brokoli Monokultur, Polikultur Pola 1 (Selang Seling), dan Polikultur Pola 2 (Acak)

KELAS ORDO FAMILI GENUS SPESIES

Arachnida Araneae

Oxyopidae Oxyopes Oxyopes salticus

Tetragnathidae Metellina

Tetragnatha

Metellina sp. Tetragnatha sp.

Lycosidae Hogna Hogna sp.

Lycosa Lycosa sp

Linyphiidae Agyneta Agyneta serrata

Wubana Wubana sp.

Theridiidae Parasteatoda Parasteatoda sp.

Thomisidae

Misumessus Misumessus sp.

Misumena Misumena vatia

Mecaphesa Mecaphesa sp.

Diaea Diaea livens

Araneidae Araneus Araneus corticarius

Eutichuridae Cheiracanthium Cheiracanthium sp.

Opiliones Sclerosomatidae Leiobunum Leiobunum sp.

Insecta

Odonata Coenagrionidae Enallagma Enallagma exsulans

Libellulidae Leucorrhinia Leucorrhinia sp.

Hymenoptera Formicidae Formica Formica sp.

Crabronidae Pemphredon Pemphredon sp.

Coleoptera

Staphylinidae Philonthus Philonthus sp.

Bisnius Bisnius sp.

Carabidae Nebria Nebria lacustris

Coccinellidae Harmonia Harmonia sedecimnotata

Menochilus Menochilus sexmaculata

Dermaptera Anisolabididae Euborellia Euborellia annulipes

Orthoptera Gryllidae Gryllus Gryllus sp.

Diptera Syrpidae Melanostoma Melanostoma mellinum

Chilopoda Lithobiomorpha Lithobidae Lithobius Lithobius forficatus

Hasil analisis indeks keanekaragaman (H’) arthropoda predator pada lahan pertanian brokoli monokultur, polikultur pola 1 (selang seling), dan polikultur pola 2 (acak) tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Arthropoda Predator pada Lahan Pertanian Brokoli Monokultur dan Polikultur

Pola Tanam Indeks Keanekaragaman (H’) Kriteria

Monokultur 2.21 Sedang

Polikultur Pola 1 (Selang seling) 2.40 Sedang

Polikultur Pola 2 (Acak) 2.95 Sedang

Indeks keanekaragaman arthropoda predator pada lahan pertanian brokoli polikultur pola 2 (acak) paling tinggi dibandingkan dengan pola tanam yang lain yakni sebesar 2.95. Selanjutnya nilai indeks keanekaragaman polikultur pola 1 (selang seling) adalah 2.40. Sedangkan pola tanam monokultur memiliki indeks keanekaragaman terendah yakni 2.21. Namun, indeks keanekaragaman pada ketiga pola tanam masih tergolong dalam kategori keanekaragaman sedang.

(4)

Kelimpahan relatif arthropoda predator pada lahan pertanian brokoli monokultur, polikultur pola 1 (selang seling) dan polikultur pola 2 (acak) dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarakan Tabel 3 diketahui bahwa ada spesies yang terdapat pada ketiga pola tanam dan ada pula spesies yang khas ditemukan pada pola tanam polikultur saja. Pada lahan pertanian monokultur ditemukan 13 spesies arthropoda predator. Spesies Lithobius forficatus memiliki kelimpahan relatif tertinggi yaitu 27.27 %. Pada lahan pertanian polikultur pola 1 (selang seling) ditemukan 16 spesies arthropoda predator. Spesies Formica sp. memiliki kelimpahan relatif tertinggi yaitu sebesar 19.73%. Pada lahan pertanian polikultur pola 2 (acak) ditemukan 22 spesies arthropoda predator. Spesies Formica sp. dan Menochilus sexmaculata memiliki kelimpahan relatif yang sama sekaligus tertinggi yaitu 11.34%.

Tabel 3. Kelimpahan Relatif Arthropoda Predator pada Lahan Brokoli Monokultur, Polikultur Pola 1 (Selang Seling) dan Polikultur Pola 2 (Acak)

No Spesies

Monokultur Polikultur Pola 1

(Selang Seling) Polikultur Pola 2 (Acak)

Kelimpahan Relatif (%) Kelimpahan Relatif (%) Kelimpahan Relatif (%) 1 Euborellia annulipes 2.27 1.31 - 2 Formica sp. 2.27 19.73 11.34 3 Gryllus sp. 9.09 11.84 4.12 4 Leiobunum sp. 9.09 1.31 2.06 5 Lithobius forficatus 27.27 3.94 6.18 6 Lycosa sp. 2.27 - - 7 Agyneta serrata 2.27 1.31 5.15 8 Parasteatoda sp. 13.63 - 4.12 9 Mecaphesa sp. 2.27 - 2.06 10 Misumessus sp. 2.27 - - 11 Melanostoma mellinum 6.81 15.7 7.21 12 Nebria lacustris 6.81 - - 13 Philonthus sp. 13.63 10.52 4.12 14 Bisnius sp. - 5.26 - 15 Diaea livens - 9.21 2.06 16 Wubana sp. - 3.94 6.18 17 Menochilus sexmaculata - 2.63 11.34 18 Misumena vatia - 1.31 2.06 19 Harmonia sedecimnotata - 2.63 3.09 20 Leucorrhinia sp. - 7.89 2.06 21 Enallagma exsulans - 1.31 2.06 22 Cheiracanthium sp. - - 5.12 23 Pemphredon sp. - - 2.06 24 Oxyopes salticus - - 7.21 25 Hogna sp - - 2.06 26 Araneus corticarius - - 2.06 27 Metellina sp. - - 4.12 28 Tetragnatha sp. - - 2.06 Total 100 100 100

(5)

Perbedaan Pola Tanam terhadap Keanekaragaman Arthropoda Predator Tabel 4. merupakan hasil perhitungan ANAVA dengan taraf signifikansi 0.1 menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) untuk mengetahui perbedaan pola tanam terhadap keanekaragaman arthropoda predator. Tabel 5. merupakan hasil uji lanjut yang menunjukkan pola tanam yang memiliki kecenderungan menentukan keanekaragaman arthropoda predator tertinggi.

Tabel 4. Perbedaan Pola Tanam Terhadap Indeks Keanekaragaman Arthropoda Predator

Keanekaragaman Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.288 2 1.144 21.778 .002

Within Groups .315 6 .053

Total 2.603 8

Tabel 5. Pola Tanam yang Memiliki Kecenderungan Menentukan Indeks Keanekaragaman Arthropoda Predator Tertinggi

Pola Tanam Rerata Notasi

Monokultur 1.57 a

Polikultur Pola 1 (Selang Seling) 1.94 a

Polikultur Pola 2 (Acak) 2.78 b

Berdasarkan Tabel 4. diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.002 dimana nilai tersebut lebih kecil dibanding taraf signifikansi 0.1 yang berarti bahwa perbedaan pola tanam menentukan keanekaragaman arthropoda predator. Tabel 5. menunjukkan bahwa polikultur pola 2 (acak) cenderung menentukan indeks keanekaragaman arthropoda predator tertinggi dan berbeda nyata dengan pola tanam lainnya.

Perbedaan Pola Tanam terhadap Kelimpahan Arthropoda Predator Tabel 6. merupakan hasil perhitungan menggunakan SPSS untuk mengetahui perbedaan pola tanam terhadap kelimpahan arthropoda predator. Tabel 7. merupakan hasil uji lanjut yang menunjukkan pola tanam yang memiliki kecenderungan menentukan kelimpahan arthropoda predator tertinggi.

Tabel 6. Perbedaan Pola Tanam Terhadap Indeks Keanekaragaman Arthropoda Predator

Jumlah.predator Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 474.889 2 237.444 4.317 .069

Within Groups 330.000 6 55.000

(6)

Tabel 7. Pola Tanam yang Memiliki Kecenderungan Menentukan Indeks Keanekaragaman Arthropoda Predator Tertinggi

Pola Tanam Rerata Notasi

Monokultur 14.67 a

Polikultur Pola 1 (Selang Seling) 25.33 ab

Polikultur Pola 2 (Acak) 32.33 b

Berdasarkan Tabel 6. diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.069 dimana nilai tersebut lebih kecil dibanding taraf signifikansi 0.1 yang berarti bahwa perbedaan pola tanam menentukan kelimpahan arthropoda predator. Tabel 7. menunjukkan bahwa polikultur pola 2 (acak) cenderung menentukan kelimpahan arthropoda predator tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan pola tanam polikultur pola 1 (selang seling).

PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda Predator pada Lahan Pertanian Brokoli Monokultur dan Polikultur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks keanekargaman arthropoda predator pada ketiga lahan brokoli berkisar 1≤H’≤3 sehingga tergolong dalam kriteria keanekaragaman sedang. Keanekaragaman pada ketiga lahan tergolong sedang karena adanya campur tangan manusia dalam pengelolaannya sehingga akan berbeda dengan keanekaragaman pada ekosistem yang masih alami. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rohman (2008) yang menyatakan bahwa lahan pertanian merupakan ekosistem yang secara fisik terkendali atau lebih banyak dikelola manusia sehingga komunitas penyusunnya juga tergantung pada pola atau praktik pertanian. Hal tersebut didukung pernyataan Darmawan, dkk (2005) yang menjelaskan bahwa keanekaragaman cenderung akan rendah pada ekosistem yang secara fisik terkendali, atau mendapatkan tekanan lingkungan.

Keanekaragaman sedang menunjukkan bahwa kestabilan ekosistem tergolong sedang. Tingkat kestabilan ekosistem dipengaruhi oleh kompleksitas biota yang menyusun rantai makanan maupun jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem. Kompleksitas rantai makanan dapat dilihat dari jenis dan jumlah individu biota penyusun ekosistem. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 28 jenis arthropoda predator yang terdiri dari kelas Arachnida, Insecta dan Chilophoda dan termasuk dalam 9 ordo, 20 famili, 28 genus dan 28 spesies. Giller et al. (1997) dalam Rohman (2008) menyatakan bahwa kegiatan pertanian menjadi penyebab menurunnya keanekaragaman biota dan fungsi ekosistem lahan, karena adanya perubahan jenis dan kerapatan tumbuhan yang ditanam. Jika tingkat keanekaragaman suatu komunitas termasuk tinggi maka komponen biota lebih kompleks sehingga jaring-jaring serta rantai makanan lebih kompleks pula.

Perbedaan indeks keanekaragaman pada ketiga lahan brokoli disebabkan oleh perbedaan pola tanam. Lahan pertanian Brokoli (Brasicca oleracea L. var Italica) polikultur pola 2 (acak) memiliki indeks keanekaragaman arthropoda predator tertinggi, kemudian pada posisi kedua adalah lahan polikultur pola 1 (selang seling) dan yang terendah adalah lahan monokultur. Pola tanam polikultur mampu meningkatkan keragaman vegetasi sebagai mikrohabitat bagi arthropoda predator. Polikultur memiliki potensi menciptakan keanekaragaman fauna dengan

(7)

jaring makanan yang lebih kompleks, termasuk menstimulasi kehadiran pengendali hayati (Alltieri dan Nicholls , 2004 dalam Rohman 2008)

Berdasarkan hasil penelitian spesies Lithobius forficatus memiliki kelimpahan terbesar pada lahan brokoli monokultur yaitu 27.27%, sedangkan pada lahan brokoli polikultur pola 1 (selang seling) adalah Formica sp. dengan kelimpahan relatif 19.73%, pada lahan polikultur pola 2 (acak) Formica sp. dan Menochillus sexmaculata merupakan spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu 11.34%. Perbedaan kelimpahan spesies dipengaruhi oleh perbedaan pola tanam. Formica sp. merupakan arthropoda predator yang aktif dipermukaan tanah dan cenderung hidup pada tempat yang ternaungi. Pola tanam polikultur menambah keragaman tanaman sehingga penutupan tajuk akan lebih besar jika dibandingkan dengan lahan monokultur. Selain itu aplikasi pola tanam polikultur menggunakan tanaman attractant dapat menarik arthropoda predator. Formica sp. dan Menochillus sexmaculata merupakan spesies yang paling melimpah pada pola tanam polikultur pola 2 (acak). Hal tersebut menunjukkan bahwa Formica sp. dan Menochillus sexmaculata sensitif terhadap senyawa volatil yang dihasilkan oleh tanaman attractant. Senyawa volatil yang dihasilkan tanaman attractant antara lain adalah minyak atsiri dan senyawa eugenol. Namun preferensi predator khususnya Formica sp. dan Menochillus sexmaculata terhadap 4 jenis tanaman attractant belum diketahui. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tanam polikultur memiliki kelimpahan jenis serangga lebih tinggi dibanding pola tanam monokultur. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Effendy, dkk. (2013) bahwa kelimpahan individu juga dipengaruhi oleh kompleksitas struktur habitat, luas areal habitat, dan iklim mikro di habitat tersebut. Struktur vegetasi tumbuhan yang kompleks (polikultur) dapat mendukung kelimpahan spesies artropoda predator dari pada struktur vegetasi tumbuhan yang sederhana (Valverde & Lobo 2007 dalam Effendy, dkk. 2013).

Perbedaan Pola Tanam terhadap Keanekaragaman Arthropoda Predator Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pola tanam menentukan keanekaragaman arthropoda predator. Polikultur pola 2 (acak) merupakan pola tanam yang cenderung menentukan keanekaragaman arthropoda predator tertinggi dan berbeda nyata dengan pola tanam lainnya. Pola tanam polikultur menggunakan tanaman attractant dapat meningkatkan keanekaragaman arthropoda predator. Rohman (2008) menyatakan bahwa fenomena tumbuhan dapat menarik beberapa serangga karena adanya senyawa kimia volatil oleh tumbuhan. Tumbuhan menghasilkan banyak ragam senyawa tetapi tidak semua dapat dideteksi oleh serangga atau hewan lain. Kemampuan serangga atau hewan lain dalam mendeteksi sinyal dari lingkungan berbeda tergantung kepekaan jenis indera yang dimiliki dan jenis stimulus dari lingkungan.

Pada lahan dengan pola tanam polikultur menggunakan tanaman attractant yang ditanam secara acak memberikan pengaruh lebih kuat terhadap peyebaran aroma khas dari masing-masing tanaman attractant. Ketika tanaman attractant berbunga, maka pada pola tanam acak akan memperlihatkan beragam jenis bunga dengan warna yang berbeda yang dapat menarik predator. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rahmad (2008) bahwa jenis attractant (penarik predator) umumnya bunga berwarna terang dan menghasilkan aroma khas.

(8)

Perbedaan Pola Tanam terhadap Kelimpahan Arthropoda Predator

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pola tanam cenderumg menentukan kelimpahan arthropoda predator. Pola tanam polikultur pola 2 (acak) cenderung menentukan kelimpahan arthropoda predator tertinggi dibanding pola tanam lainnya namun tidak berbeda nyata dengan pola tanam polikultur pola 1 (selang seling). Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil perhitungan kelimpahan arthropoda predator pada masing-masing pola tanam. Polikultur pola 2 (acak) memiliki jumlah spesies sebanyak 22 dengan jumlah individu sebanyak 97. Jumlah spesies maupun jumlah individu polikultur pola 2 (acak) lebih banyak dibanding dengan pola tanam monokultur yang terdiri dari 13 spesies dengan jumlah individu sebanyak 44. Namun kelimpahan arthropoda predator pada polikultur pola 2 (acak) tidak berbeda nyata dengan polikultur pola 1 (selang seling) yang terdiri dari 16 spesies dengan jumlah individu sebanyak 76.

Polikultur adalah model pertanian yang menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik dan melestarikan keanekaragaman hayati lokal. Keanekaragaman yang dimaksud tidak hanya dari segi flora (tumbuhan) tetapi juga fauna yang ada. Pada pertanaman polikultur, sumber daya tertentu untuk musuh alami (predator dan parasitoid) telah tersedia karena adanya keragaman tanaman (Tobing, 2009). Konservasi musuh alami baik predator maupun parasitoid sangat berkaitan erat dengan cara pengelolaan lahan pertanian (agroekosistem) atau modifikasi faktor lingkungan.

Pola tanam polikultur menggunakan tanaman attractant yang ditanam secara acak diharapkan mampu menjadi mikrohabitat bagi musuh alami sehingga kelestarian musuh alami pada lahan pertanian brokoli tetap terjaga. Henuhili dan Aminatun (2013) menyatakan bahwa apabila musuh alami mampu berperan sebagai pemangsa secara optimal sejak awal, maka populasi hama dapat berada pada tingkatan equilibrium position atau fluktuasi populasi hama dan musuh alami menjadi seimbang sehingga tidak akan terjadi ledakan hama.

PENUTUP Kesimpulan

Keanekaragaman arthropoda predator pada lahan pertanian Brokoli (Brasicca olleracea L. var Italica) monokultur dan polikultur baik dengan pola tanam selang seling maupun acak dikategorikan keanekaragaman sedang (monokultur besar 2.21, polikultur pola 1 sebesar 2.40, polikultur pola 2 sebesar 2.95). Kelimpahan relatif arthropoda predator tertinggi pada lahan monokultur adalah spesies Lithobius forficatus sebesar 27.27%, polikultur pola 1 (selang seling) kelimpahan relatif tertinggi adalah Formica sp. sebesar 19.73% dan pada pola tanam polikultur pola 2 (acak) kelimpahan tertinggi ditempati oleh Formica sp. dan Menochilus sexmaculata sebesar 11.34%. Perbedaan pola tanam menentukan keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda predator pada lahan pertanian Brokoli (Brasicca olleracea L. var Italica). Pola tanam polikultuR pola 2 (acak) cenderung menentukan keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda predator tertinggi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pola tanam polikultur menggunakan tanaman attractant terhadap parasitoid serta mengenai preferensi predator terhadap 4 jenis tanaman attractant yang digunakan dalam penelitian.

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Borror, et al. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Diterjemahkan Oleh Gadjah Mada University. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dharmawan, A., Tuarita, H., Ibrohim, Suwono, H., Susanto, P. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press.

Effendy., Hety, U., Herlinda, S., Irsan, C., Thalib, R. 2013. Analisis Kemiripan Komunitas Artropoda Predator Hama Padi Penghuni Permukaan Tanah Sawah Rawa Lebak Dengan Lahan Pinggir di Sekitarnya. Jurnal Entomologi Indonesia. 10 (2): 60-69.

Lestari, A. 2012. Budidaya Brokoli (Brassica oleracea L.) di Desa Cibodas Kecamatan Lemabang Kabupaten Bandung Barat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Henuhili, V dan Aminatun, T. 2013. Konservasi Musuh Alami Sebagai

Pengendalian Hayati Hama dengan Pengelolaan Ekosistem Sawah. Jurnal Penelitian Saintek. 18 (2) : 29-40.

Nurindah. 2006. Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian Hama. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. 5 (2) : 78-85.

Nurindah dan Sunarto, D.A. 2008. Konservasi Musuh Alami Serangga Hama sebagai Kunci Keberhasilan PHT Kapas. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. 7 (1) : 01-11

Rohman, F. 2008. Struktur Komunitas Tumbuhan Liar dan Arthropoda sebagai Komponen Evaluasi Agroekosistem di Kebun The Wonosari Singosari Kabupaten Malang. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang: Universitas Brawijaya.

Rahmad. 2008. Mempertandingkan Ketekunan dalam Pengendalian Hama. (Online) diakses 2 April 2015.

Gambar

Tabel 1.  Jenis Arthropoda Predator yang ditemukan Pada Lahan Brokoli  Monokultur, Polikultur Pola 1 (Selang Seling), dan Polikultur Pola  2 (Acak)
Tabel 5.  Pola  Tanam  yang  Memiliki  Kecenderungan  Menentukan  Indeks  Keanekaragaman Arthropoda Predator Tertinggi
Tabel 7.  Pola Tanam yang Memiliki Kecenderungan Menentukan Indeks  Keanekaragaman Arthropoda Predator Tertinggi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji ANOVA atau F test antara variabel Kualitas Produk (X1), Promosi (X2) dan Distribusi (X3) terhadap Keputusan Pembelian (Y) diperoleh nilai F hitung

Gangguan pada sistem tenaga listrik merupakan kegagalan penyaluran energi listrik pada sistem yang diakibatkan oleh adanya suatu kecacatan pada sistem sehinga

Dari hasil Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pengambilan Keputusan Untuk Penerimaan Beasiswa Dengan Metode SAW ( Simple Additive Weighting ), dapat disimpulkan bahwa

Dari hasil analisa dan perhitungan pada SLD eksisting 2014 yang telah dilakukan ditemukan beberapa kesalahan setting koordinasi relay pengaman OCR dan GFR seperti

Proses pengolahan data rekam medis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Dadi Keluarga Purwokerto selama ini belum terkomputerisasi sehingga data sering hilang dan sering

Karena selain tidak tahu mengenai cara penyelenggaraan ibadah haji, para jemaah yang karakter seperti ini juga tidak pernah naik pesawat, boarding pass, bagaimana

Ada hubungan pemberian probiotik dengan lama diare akut pada anak di. RSUD

Dari hasil perhitungan, maka diketahui bahwa jumlah sampel responden minimum yang harus diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 97 pasien yang sedang