• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK

D. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau

penggunaan rokok.15

Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok yaitu

sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat

ibadah dan angkutan umum. Tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah melindungi

masyarakat dengan memastikan bahwa tempat-tempat umum bebas asap rokok.

Kawasan tanpa rokok harus menjadi norma, terdapat empat alasan kuat untuk

mengembangkan kawasan tanpa rokok, yaitu untuk melindungi anak-anak dan

bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak nyaman, bau

dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa tidak merokok Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk

masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan

tercemar asap rokok. Secara umum, penetapan KTR bertujuan untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian akibat rokok, dan secara khusus, tujuan penetapan

KTR adalah mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman,

memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok, menurunkan angka

perokok, mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari

penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif (NAPZA). Adapun

penetapan KTR ini perlu dilakukan pada tempat umum, tempat kerja, angkutan

umum, tempat ibadah, arena kegiatan anak-anak, tempat proses belajar mengajar

(termasuk institusi pendidikan tinggi seperti UNAIR) dan tempat pelayanan

kesehatan.

15

(2)

adalah perilaku yang lebihnormal, dan kawasan tanpa rokok mengurangi secara

bermakna konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong

perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi

rokoknya.16

Peraturan Yang Mengatur Tentang Larangan Merokok Ditempat Umum.

Sejak tahun 1999, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk

melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah

tersebut, memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam Pasal

22 – 25. Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk

mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Namun peraturan tersebut belum

menerapkan 100% Kawasan Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan

membuat ruang khusus untuk merokok dengan ventilasi udara di tempat umum

dan tempat kerja. Dengan adanya ruang untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa

rokok nyaris tanpa resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi

udara kecuali mahal, kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk

melindungi perokok pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih ”hak azasi

bagi perokok”.17

Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan

dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan

rokok yaitu sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain

anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Manfaat penetapan KTR merupakan

upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan

kesehatan karena lingkungan yang tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan

Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat

proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,

tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

(3)

Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat

berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah

satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut

penetapan KTR. Adapun tujuan dari penetapan KTR antara lain adalah :

1. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah

perilaku masyarakat untukhidup sehat.

2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.

3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.

4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

5. Mewujudkan generasi muda yang sehat.19

Selanjutnya Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,

juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh

Belas, Pengamanan Zat Adiktif, Pasal 115 ayat ( 1 ) Kawasan tanpa rokok antara

lain:

1. Fasilitas pelayanan kesehatan;

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada

fasilitas pelayanan kesehatan wajib melarang setiap pasien, pengunjung, tenaga

kesehatan, tenaga non kesehatan atau setiap orang yang berada di area fasilitas

pelayanan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak melakukan

kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli

rokok.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada

fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau

mengambil tindakan kepada setiap pasien, pengunjung, tenaga kesehatan, tenaga

non kesehatan atau setiap orang yang berada di area fasilitas pelayanan kesehatan

yang menjadi tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan kegiatan merokok,

mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, dan/atau

penanggung jawab KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) antara lain:

19

(4)

a. memberikan teguran untuk mematuhi larangan;

b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,

maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada

fasilitas pelayanan kesehatan;

c. memberikan sanksi administratif kepada tenaga kesehatan dan tenaga non

kesehatan sesuai dengan kebijakan dan/atau peraturan yang berlaku pada

fasilitas pelayanan kesehatan; atau

d. melaporkan kepada aparat yang berwenang.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada

fasilitas pelayanan kesehatan wajib membuat serta memasang pengumuman dan

tanda larangan merokok pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung

jawabnya

2. Tempat proses belajar mengajar;

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

proses belajar mengajar wajib melarang setiap peserta didik, pendidik, tenaga

kependidikan, tenaga non kependidikan atau setiap orang yang berada di area

tempat proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak

melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau

membeli rokok.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

proses belajar mengajar wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau

mengambil tindakan kepada setiap peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,

tenaga non pendidikan atau setiap orang yang berada di area tempat proses belajar

mengajar yang menjadi tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan

merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, dan/atau

penanggung jawab KTR pada tempat proses belajar mengajar sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) antara lain:

(5)

2) apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,

maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada

tempat proses belajar mengajar;

3) memberikan sanksi administratif kepada setiap peserta didik, pendidik,

tenaga kependidikan, dan tenaga non kependidikan sesuai dengan

kebijakan dan/atau peraturan yang berlaku pada tempat proses belajar

mengajar; atau

4) melaporkan kepada aparat yang berwenang

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

proses belajar mengajar wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda

larangan merokok pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya

3. Tempat anak bermain;

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

anak bermain wajib melarang setiap orang yang berada di area tempat anak

bermain yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak melakukan kegiatan

merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

anak bermain wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil

tindakan kepada setiap orang yang berada di area tempat anak bermain yang

menjadi tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan merokok,

mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, dan/atau

penanggung jawab KTR pada tempat anak bermain antara lain:

1) memberi teguran untuk mematuhi larangan;

2) apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,

maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada

tempat anak bermain;

3) memberikan sanksi administratif kepada setiap orang atau Badan sesuai

dengan kebijakan dan/atau peraturan yang berlaku pada tempat anak

bermain; atau

(6)

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

anak bermain wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan

merokok pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya

4. Tempat ibadah;

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

ibadah wajib melarang jemaah atau setiap orang yang berada di tempat ibadah

yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak melakukan kegiatan merokok,

mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

ibadah wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan

kepada jemaah atau setiap orang yang berada di tempat ibadah yang menjadi

tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan merokok,

mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, dan/atau

penanggung jawab KTR pada tempat ibadah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

antara lain:

a. memberi teguran untuk mematuhi larangan;

b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,

maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada

tempat ibadah;

c. memberikan sanksi administratif kepada setiap orang atau jemaah sesuai

dengan kebijakan dan/atau peraturan yang berlaku pada tempat ibadah;

atau

d. melaporkan kepada aparat yang berwenang

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

ibadah wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok

pada tempat ibadah dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Angkutan umum;

Setiap pengemudi atau kondektur atau sebutan nama lainnya pada

angkutan umum wajib melarang penumpang atau setiap orang yang berada di

(7)

mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok. Setiap pengemudi atau

kondektur atau sebutan nama lainnya pada angkutan umum wajib memberikan

teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada penumpang atau setiap

orang yang berada di dalam kendaraannya apabila terbukti melakukan kegiatan

merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengemudi atau kondektur atau

sebutan nama lainnya pada angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

antara lain:

a. memberi teguran untuk mematuhi larangan;

b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan, maka

kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada angkutan

umum atau menurunkan penumpang dari angkutan umum yang menjadi

tanggung jawabnya; atau

c. melaporkan kepada aparat yang berwenang

Setiap pengemudi atau kondektur atau sebutan nama lainnya pada

angkutan umum wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan

merokok pada tempat angkutan umum yang menjadi tanggung jawabnya

6. Tempat kerja; dan

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

kerja wajib melarang setiap orang yang berada di area tempat kerja yang menjadi

tanggung jawabnya untuk tidak melakukan kegiatan merokok, mempromosikan,

mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok. Kegiatan merokok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikecualikan apabila kegiatan merokok dilakukan pada

tempat khusus merokok pada KTR di area tempat kerja. Kegiatan menjual

dan/atau membeli rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan pada

tempat usaha yang diperuntukkan khusus untuk usaha jual beli di lingkungan

tempat kerja seperti kantin, koperasi atau sejenisnya.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

kerja wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada

(8)

merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok

kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, dan/atau

penanggung jawab KTR pada tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

antara lain:

a. memberi teguran untuk mematuhi larangan;

b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,

maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada

tempat kerja;

c. memberikan sanksi administratif kepada setiap karyawan atau pegawai

atau setiap orang sesuai dengan kebijakan dan/atau peraturan yang berlaku

pada tempat kerja; atau

d. melaporkan kepada aparat yang berwenang.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

kerja wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok

pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya.

7. Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

umum wajib melarang setiap orang yang berada diarea tempat umum yang

menjadi tanggungjawabnya untuk tidak melakukan kegiatan merokok,

mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.

Kegiatan merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan

apabila kegiatan merokok dilakukan di tempat khusus merokok pada KTR di area

tempat umum. Kegiatan mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau

membeli rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan pada tempat

usaha yang diperuntukkan khusus untuk usaha jual beli seperti toko, grosir,

upermarket, minimarket, atau usaha sejenisnya pada KTR area tempat umum.

Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat umum

wajib memberikan teguran, peringatan dan /atau mengambil tindakan kepada

(9)

merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok

kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, dan/atau

penanggung jawab KTR pada tempat umum sebagai mana dimaksud pada ayat

(4) antara lain :

a. memberi teguran untuk mematuhi larangan;.

b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,

maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada

tempat umum

c. memberikan sanksi administratif kepada setiap orang atau badan sesuai

dengan kebijakan dan/atau peraturan yang berlaku pada tempat umum; ata

d. melaporkan kepaada aparat yang berwenang

. Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

umum wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok

pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya

Sejak tahun 1999, melalui PP 19 tahun2003 tentang Pengamanan Rokok

bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang

merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah tersebut,

memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam pasal 22 – 25.

Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan

Kawasan Tanpa Rokok. Namun peraturan tersebut belum menerapkan 100%

Kawasan Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan membuat ruang khusus

untuk merokok dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan

adanya ruang untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa rokok nyaris tanpa

resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi udara kecuali mahal,

kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk melindungi perokok

pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih ”hak azasi bagi perokok”.

Lalu pada ayat ( 2 ) Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa

(10)

Nomor 19 Tahun 2003 tersebut beberapa pemerintah daerah telah mengeluarkan

kebijakan Kawasan Tanpa Rokok antara lain yaitu :20

Kota Surabaya merupakan kota pertama yang mempunyai Peraturan Daerah

Kawasan Tanpa Rokok secara ekskusif, yaitu Peraturan Daerah Kota Surabaya

No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas

Merokok. Perda ini membagi 2 kawasan yaitu Kawasan Tanpa Rokok yang 1. DKI Jakarta

DKI Jkarta tidak mempunyai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok

secara eksklusif. Peraturan Kawasan Dilarang Merokok hanya tercantum dalam

Peraturan Daerah (PERDA) No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara untuk Udara Luar Ruangan. Yang ada hanya Peraturan Gubernur (Per-Gub)

Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok. DKI Jakarta belum

menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok karena dalam peraturan tersebut masih

menyediakan ruang untuk merokok.

2. Kota Bogor

Kota Bogor belum menerbitkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok

secara eksklusif. Pengaturan tertib Kawasan Tanpa Rokok tertuang dalam

Peraturan Daerah No 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum, pasal 14 – 16.

Kota Bogor juga belum menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok karena masih

mencantumkan ruang untuk merokok.Kota Bogor merencanakan akan menyusun

Perda Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif.

3. Kota Cirebon

Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Cirebon berbentuk Surat

Keputusan Walikota No 27A/2006 tentang Perlindungan Terhadap Masyarakat

Bukan Perokok di Kota Cirebon.

Kota Cirebon merupakan kota pertama yang menerapkan 100% Kawasan

Tanpa Rokok yaitu tidak menyediakan ruang untuk merokok. Sayangnya

peraturan tersebut belum berbentuk Peraturan Daerah sehingga tidak ada sanksi

dan tidak mengikat masyarakat.

4. Kota Surabaya

(11)

menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang

menyediakan ruang khusus untuk merokok.

Untuk melaksanakan Perda No 5 Tahun 2008, Kota Surabaya juga telah

membuat Peraturan Walikota Surabaya No 25 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan

Perda Kota surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan

Kawasan Terbatas Merokok. Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas

Merokok yang tercantum dalam Perda 5/2009 dirinci dan dipertegas pada Perwali

tersebut.

5. Kota Palembang

Kota Palembang merupakan Kota pertama di Indonesia yang memiliki

Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif dan menerapkan 100%

Kawasan Tanpa Rokok yaitu tanpa menyediakan ruang merokok. Peraturan

Daerah No. 07/2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Palembang merupakan

satu-satunya Perda Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia yang sesuai dengan

standard internasional yaitu 100% Kawasan Tanpa Rokok dengan tidak

menyediakan ruang untuk merokok.

6. Kota Padang Panjang

Kota Padang Panjang memiliki Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok

yaitu Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan

Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok. Peraturan Daerah ini dirinci dan

dipertegas dengan Peraturan Walikota Padang Panjang No.10 Tahun 2009 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No. 8 Tahun 2009

Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok.

E. Pengawasan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin adanya kearsipan antara

penyelenggara tugas pemerintahan oleh daerah-daerah dan untuk menjamin

(12)

guna.21 Pada dasarnya pengertian dasar dari suatu pengawasan adalah segala

usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya

tentang pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya

atau tidak.22

a. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan melakukan

pengawasan terhadap KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan;

Sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok SKPD dapat melibatkan masyarakat,

badan atau lembaga dan/atau organisasi kemasyarakatan melakukan pengawasan

pelaksanaan KTR.

Pasal 16 ayat (1) Pengawasan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang

mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan

sebagai KTR. (2) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

b. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendidikan melakukan

pengawasan terhadap KTR pada tempat proses belajar mengajar dan

tempat anak bermain dan/atau berkumpulnya anak-anak;

c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan

pengawasan terhadap KTR pada tempat ibadah;

d. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang perhubungan melakukan

pengawasan terhadap KTR pada angkutan umum;

e. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang olahraga melakukan

pengawasan terhadap KTR pada fasilitas olahraga;

f. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketenagakerjaan

melakukan pengawasan KTR pada tempat kerja;

g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang

perhubungan melakukan pengawasan KTR pada tempat umum;

21

Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administrasi

Pemerintahan Di Daerah, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993), hal. 233

22

(13)

h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum

melakukan pengawasan seluruh KTR;

i. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pertamanan melakukan

pengawasan KTR pada kawasan pertamanan atau tempat lain yang

menjadi tanggung jawabnya; dan

j. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya melakukan pengawasan KTR

selain pada kawasan KTR sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai

dengan huruf i.

Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan oleh

masing SKPD atau instansi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

masing-masing kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah paling lambat 6 (enam) bulan

sekali.

Pengawasan Pasal 15 Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok antara lain :

1. Substansi Hukum

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014Tentang

Kawasan Tanpa Rokok oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah dengan cara

memberikan Pembinaan dan Pengawasan yang telah diatur dalam Pasal 15

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa

Rokok terhadap sarana kesehatan yang ada di Kota Medan. Pembinaan dan

Pengawasan kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok oleh Dinas

Kesehatan Kota Surabaya meliputi 3 tahap, yaitu bimbingan, penyuluhan, dan

pemantauan. Berikut upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota

Medan :

a. Bimbingan

Dinas Kesehatan Kota Medan dalam melakukan bimbingan dengan

menyampaikan implementasi peraturan daerah yang telah dibuat oleh pemerintah

secara langsung kepada sarana-sarana kesehatan dan memberikan teguran tertulis

dan sanksi administrasi jika tidak melaksanakan peraturan yang telah

(14)

turun langsung ketempat sarana-sarana kesehatan dengan memberikan stiker

larangan merokok, hal ini terbukti dengan dilaksanakannya oleh sarana-sarana

kesehatan dengan melakukan pemasangan stiker larangan merokok di area sarana

kesehatan. Pemasangan stiker bertujuan untuk memberikan penjelasan bahwa

adanya area yang tidak diperbolehkannya melakukan kegiatan merokok di

sarana-sarana kesehatan. Demi terjaganya lingkungan yang sehat dari asap rokok.

Dengan memberikan sosialisasi terhadap setiap pimpinan saran kesehatan oleh

Dinas Kesehatan bertujuan agar terlaksanannya peraturan daerah mengenai

kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok.

Peraturan mengenai sanksi administrasi ini termuat dalam Peraturan

Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Medan “Pasal

19 ayat (2)” yang berbunyi : Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), meliputi:

1) teguran tertulis atau lisan; dan

2) surat perintah/peringatan

Peraturan mengenai sanksi administrasi ini bertujuan agar setiap sarana

kesehatan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota

yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Pembayaran atas denda ini

menjadi tanggung jawab dari pimpinan atau penanggung jawabkawasan tanpa

rokok dan kawasan terbatas merokok. Teguran tertulis yang dilakukan Dinas

Kesehatan Kota Medan merupakan penegakan sanksi administratif yang dapat

bersifat preventif yang bertujuan untuk menegakkan peraturan.Sanksi

administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian

perbuatan terlarang. Disamping itu, sanksi administratif terutama ditujukan

kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar

tersebut.

b. Penyuluhan

Pada tahap penyuluhan Dinas Kesehatan melakukan pertemuan yang

dilakukan bersama pimpinan sarana kesehatan dengan memberikan penyuluhan

masalah kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Dan memberikan

(15)

memberikan tanggung jawab kepada setiap pimpinan saran kesehatan untuk

menjalankan peraturan mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas

merokok. Dengan diberikannya tanggung jawab kepada setiap Kepala atau

pimpinan sarana kesehatan bertujuan untuk memberikan kewajiban agar

mematuhi segala peraturan, demi terlaksananya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun

2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Hal ini terbukti dengan belum terlaksana

sepenuhnya mengenai penyuluhan yang dilakukan Kepala Kantor atau pimpinan

sarana kesehatan kepada setiap bawahanny. Kewajiban Pimpinan atau

penanggung jawab termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Kawasan Tanpa Rokok Kota Medan yang berbunyi :

“Pasal 3 (1) dan (2) :

(1) Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab wajib menyediakan

tempat khusus merokok pada KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

huruf f dan huruf g yang menjadi tanggungjawabnya.

(2) Tempat khusus merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memenuhi persyaratan:

a. merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan

udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik;

b. terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang digunakan

untuk beraktifitas;

c. jauh dari pintu masuk dan pintu keluar; dan

d. jauh dari tempat orang berlalu lalang

Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pimpinan sarana kesehatan

adalah sesuatu kewajiban yang harus dilakukan agar terlaksanannya suatu

peraturan dan terwujudnya suatu tujuan. Tanggung jawab dapat dilakukan sebagai

berikut :

1) Mentaati segala peraturan yang telah diputuskan ;

2) Melaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

c. Pemantauan

Dalam tahap ini Dinas Kesehatan turun langsung ke sarana kesehatan

(16)

yang melakukan pelanggaran mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan

terbatas merokok. Dinas Kesehatan memberikan teguran tertulis kepada pihak

atau yang melakukan pelanggaran. Dalam menjalankan kegiatan tersebut Dinas

Kesehatan Kota Medan bergabung dengan tim pemantau yaitu :

1) IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia) ;

2) LPA jatim (Lembaga Perlindungan Anak) ;

3) Stikes Yarsi.8

Dinas Kesehatan Kota Medan “dulu ada tim pemantau bentukan Kepala

Daerah dari SKPD Kota Medan (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam

menjalankan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok, tapi sekarang sudah banyak yang berkurang bahkan

hampir tidak ada lagi.”

2. Struktur Hukum

Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya dalam menjalankan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa

Rokok, yakni dalam Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

2014, Dinas Kesehatan Melakukan Pengawasan. Dalam hal ini Dinas Kesehatan

Kota Medan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana-sarana

kesehatan yang ada di Kota Medan. Dinas Kesehatan Kota Surabaya turun

langsung ke sarana-sarana kesehatan dengan memberikan arahan mengenai

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang kawasan Tanpa

Rokok. Pelaksanaan tersebut Dinas Kesehatan bergabung dengan IAKMI (Ikatan

Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia), LPA Jatim (Lembaga Perlindungan

Anak), dan Stiekes Kota Medan. dalam memberikan arahan kepada setiap

sarana-sarana kesehatan, Dinas Kesehatan masih mengalami berbagai kendala, seperti

masih masih adanya sarana-sarana kesehatan yang belum menerapkan dan

mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok. Masih ditemukannya pelanggaran yang terjadi di area

sarana kesehatan. Peraturan tersebut kurang berjalan dengan baik, karena masih

ada sarana-sarana kesehatan yang belum menerapkan dan mensosialisasikan

(17)

Rokok. Berkurangnya Tim Pemantau yang dibentuk oleh Kepala Daerah dari

SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam menjalankan Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 3 tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

3. Budaya Hukum

Sarana–sarana kesehatan di Kota Medan masih belum sepenuhnya

menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

yang diberikan oleh Dinas kesehatan kota Medan. Seperti penerapan pemasangan

tanda larangan merokok yang seharusnya dipasang di pintu masuk setiap sarana

kesehatan sebagai pentujuk bahwa area tersebut tidak diperbolehkannya ada

kegiatan merokok. Dan belum sepenuhnya sarana-sarana kesehatan memahami isi

dari Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa

Rokok.

C. Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok

Dasar hukum kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak yaitu

Undang-Undang (UU) No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Undang-Undang

Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran,

Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran

udara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2003

tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Instruksi

Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa

Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan. Instruksi Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja

Bebas Asap Rokok. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

(18)

Pengawasan dan evaluasi kebijakan Perda tentang kawasan tanpa asap

rokok dan kawasan tertib rokok dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bekerja sama

dengan SKPD seperti pendidikan, agama, pariwisata, LKAAM, Infokom, dan

Forum Kota Sehat dan Perguruan Tinggi. Kota Payakumbuh membentuk tim

pemantau yang tugasnya melakukan inspeksi mendadak, yang disediakan

anggaran untuk kegiatannya oleh Pemerintah Kota. Untuk Kota Medan

pengawasan dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai koordinator dan bekerja

sama dengan forum kota sehat Medan, sedangkan di Kota Medan pengawasan

dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan sosialisasi.

Evaluasi tentang efektivitas kebijakan KTR terhadap penurunan perokok

aktif sejauh ini belum berjalan rutin, namun di Kota Medan disediakan dana untuk

melaksanakan survey tentang perokok, begitu juga di Kota Payakumbuh telah

dilakukan survey perokok, dengan hasil ada penurunan perokok terutama pada

perkantoran pemerintah, rumah sakit dan institusi pendidikan, hal ini berkaitan

dengan ditetapkannya lokasi tersebut sebagai KTR, sedangkan di Kota Medan,

belum dilaksanakan survey rokok yang rutin sebagai akibat dikeluarkannya

kebijakan KTR, untuk itu agar setiap tahun dapat sebagai pembanding upaya dari

dampak KTR ini maka perlu sekali dilakukan survey rokok.

Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan kawasan tertib rokok

sudah ada, akan tetapi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan kawasan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi nomor Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 068/ULP-Pokja-II-JK/2011 tanggal 26 Maret 2012 Pekerjaan

Konsumsi .makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan dan dapat diukur dengan bahan atau jumlah makan energi, protein dan zat gizi lainnya.. Konsumsi

Tata Usaha

Devi Tirtawirya, M.Or, Ria Lumintuarso, M.Si. Rumpis Agus Sudarko,

[r]

Sesuai dengan program dan prioritas dari pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla , maka posisi anggota kabinet juga mengalami beberapa perubahan,

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2

Penelitian ini akan berfokus pada penilaian kapabilitas proses tata kelola dan manajemen TI pada keseluruhan domain BAI COBIT versi 5 dan akan mengambil studi kasus proses-proses