• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kasus Kasus Rujukan persalinan di Rsu Dr Pringadi Medan Periode Januari – Desember 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kasus Kasus Rujukan persalinan di Rsu Dr Pringadi Medan Periode Januari – Desember 2014"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rujukan

1. Pengertian

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus

atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang

lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain

dalam satu unit) (Muchtar, 1977).

2. Tujuan Rujukan

a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang

sebaik-baiknya.

b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan

laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap

fasilitasnya.

c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge

and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan

(2)

3. Sistem Rujukan

Program sistem rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun

1976 untuk memperoleh pelayanan obstetri / kebidanan, terutama bagi kelompok

resiko tinggi. Harapannya adalah dengan sistem ini pelayanan akan menjadi lebih

efesien, efektif dan mudah di akses oleh mayoritas masyarakat tetapi pelayanan ini

bukan hanya sekedar aktifitas dalam sistem rujukan, tetapi juga mencakup pelatihan

dan penelitian. Agar sistem rujukan dapat bekerja secara efesien, kerja sama secara

terus menerus sangat di perlukan antara institusi terkait dan petugas kesehatan seperti

bidan. ( Maryunani A, 2012 )

Sistem rujukan pelayanan kesehatan

(3)

Skema 1 : Sistem Rujukan pelayanan kesehatan

Intervensi di tingkat pelayanan dasar

a. Pemeriksaan kehamilan

b. Persalinan nakes di fasilitas yankes

c. Penanganan balita ( MTBM)

d. Pelayanan Obstretri Neonatal emergensi dasar minimal 4 puskesmas /

kabupaten dan kota

e. Pelayanan nifas dan bayi baru lahir

Intervensi di tingkat pelayanan rujukan

a. Pelayanan Obstetri neonatal emergency Komperhensif, 24 jam seminggu

di kabupaten dan kota

b. Pelayanan rujukan nifas dan bayi baru lahir

c. Pelayanan rujukan

d. Pelayanan level 3 di tingkat regional

e. Transportasi rujukan

(4)

4. Proses Rujukan

Di dalam suatu perujukan kasus obstetri / kebidanan, dijumpai adanya suatu

proses dari mulai ditemui kasus sampai pada pengiriman kasus tersebut ke instansi

yang dirujuk. Proses ini umumnya mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan,

penegakan diagnosa, observasi sampai penentuan bahwa kasus memerlukan tindakan

ataupun penanganan yang tidak dapat atau kurang sempurna dilakukan di instansi

perujuk dan di putuskan untuk di rujuk . ( Maryunani A, 2012 )

B. Perdarahan Pada Kehamilan Muda

Perdarahan pervaginam merupakan keluhan umum yang banyak dijumpai dan

merupakan penyebab cukup tinggi seorang wanita datang ke rumah sakit teerutama

jika diketahui atau disangka ada kehamilan .

Sekitar 20 % wanita hamil mengalami perdarahan pada awal kehamilan (

kehamilan muda ). Perdarahan pada kehamilan muda dapat disebabkan oleh

bermacam macam keadaan tetapi yang tersering adalah abortus, Kehamilan ektopik,

Molahidatidosa . ( Maryunani A, 2011 )

1. Abortus

A. Pengertian

Abortus adalah Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi ( pertemuan sel telur dan

sel sperma ) pada usia kehamilan kurang dari 20 minngu atau berat janin kurang dari

500 gr ( Nugroho T, 2010 )

Abortus adalah berahirnya suatu kehamilan oleh karena akibat akibat tertentu

pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup di luar kandungan. Istilah abortus dapat di pakai untuk

(5)

kandungan. Menurut terjadinya abortus di bedakan menjadi abortus spontan dan

abortus, provokatus.

B. Etiologi

Abortus dapat di sebabkan antara lain

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,

2. Lingkungan endometrium kurang sempurna sehingga suplai zat makanan

terganggu,

3. Pengaruh teratogenetik ( radiasi, virus, obat obatan ).

4. Kelainan plasenta ( oksigenisasi, plasenta tegang, gangguan pertumbuhan

janin, kematian ).

5. Penyakit ibu

C. Patogenesis

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan

sekitar yang menyebabkan hamil konsepsi ( janin ) terlepas dan dianggap benda

asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing

tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan

seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada

kehamilan 8-14 minggu, vili koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta

tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan pada kehamilan di atas 14

minggu, setelah ketuban pecah, janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk

kantong amnion kosong (blighted ovum/benda kecil yang tak jelas bentuknya) dan

kemudian plasenta (Prawirohardjo,S,2002).

(6)

D. Diagnosis

Tindakan klinik yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara

lain:

a. Terlambat haid atau amenorea kurang adri 20 minggu

b. Pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak lemah, tekanan

darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan

suhu badan normal atau meningkat (jika keadaan umum buruk, lakukan

resusitasi dan stabilisasi)

c. Adanya perdarahan pervaginam yang dapat disertai keluarnya jaringan janin,

mual dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus (rasa sakit atau kram perut

diatas daerah sinopsis)

d. Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan

pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari vulva

inspekulo

e. Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,

ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan

busuk dari ositum

f. Pada Periksa Dalam, dengan melihat porsio masih terbuka atau sudah tertutup

teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih

kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada

(7)

E. Macam Macam Abortus

1. Abortus iminens merupakan abortus tingkat permulaan terjadi perdarahan

pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih

baik dalam uterus.

2. Abortus insipiens merupakan abortus yang sedang mengancam yang di tandai

dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada

lengkap di dalam uterus.

3. Abortus inkomplit dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan

masih ada yang tertinggal.

4. Abortus komplit, dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada

kehamilan kurang dari 20 minggu.

5. Missed abortion, abortus yang di tandai dengan embrio atau fetus yang telah

meninggal di dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil

konsepsi seliruhnya masih dalam kandungan.

6. Abortus infeksius, adanya abortus yang di sertai dengan infeksi

7. Abortus habitualis, abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau

lebih

F. Asuhan yang di berikan pada abortus

Perhatikan atau yakinkan petugas kesehatan dalam situasi emergensi , berikan

posisi tidur flat atau datar untuk mempertahankan fungsi optimal plasenta dan ginjal.

Dapat juga memberikan terapi cairan dan memberikan oksigen guna untuk menggan

ti cairan intravaskuler darah dan membantu oksigenisasi fetal yang adekuat. Batasi

intake oral dan ukur intake output untuk mengantisipasi kebutuhan dan untuk

(8)

2. Kehamilan Ektopik

A. Pengertian

Suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi dan tumbuh di luar dan

tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan

yang terjadi diman telur yang telah di buahi berimplantasi di luar endometrium

kavum uteri. Sebagian besar kehamilan etopik berlokasi di tuba, jarang sekali

berimplantasi di ovarium, perut, kanalis servialis uteri. ( Anik Maryunani, 2012 )

Tingginya angka kejadian saat ini kira kira 1 diantara 150 kehamilan dalam

populasi kulit putih, 1 di antara 100 kehamilan dalam populasi bukan kulit putih.

20% muncul secara akut, 80% secara sub akut. Nyeri akut dan berat pada abdomen

bagian bawah mungkin beralih ke daerah ujung bahu. Sub Akut lebih susah di

diagnosis karena gejala gejala nya kurang jelas, amenore ( 4 – 10 minggu ) nyeri

abdomen bagian bawah perdarahan Pervagina sedikit, berwarna merah ungu.( Misha

Datta...et al, 2010 )

B. Etiologi

Etiologi yang dapat meneyebabkan kehamilan ektopik yaitu bila perjalanan menuju

uterus, telur ( ovum ) yang sudah di buahi di bagian ampula tuba mengalami

hambatan yang dapat di akibatkan oleh salpingitis, riwayat operasi tuba / pasca

operasi tuba atau sterlisisasasi yang tidak sempurna, pelekatan tuba akibat operasi

yang tiodak sempurna. Karena tuba bukan merupakan tempat untuk pertumbuhan

hasil konsepsi, sebagian besar kehamilan di tuba terganggu pada usia kehamilan 6 –

10 minggu, dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa

(9)

a. Hasil Konsepsi Mati Dini

Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh, karena kecilnya

kemungkinan diserobsi.

b. Terjadinya Abortus

Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati

dan lepas dalam lumen, lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahan

dalam lumen tuba dan keluar lumen membentuk timbunan darah, tuba tampak

berwarna biru pada saat dilakukan operasi.

c. Tuba Palopi pecah

Karena tida dapat berkembang maka tuba dapat pecah, jonjot vili menembus

sehingga terjadi rupture yang mrnimbulkan timbunan darah kedalam ruangan

abdomen.

d. Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan

akan melakukan melakukan implantasi menjadi kehamilan abdomen

sekunder, kehamilan abdominal dapat menjadi cukup besar.

Dari penjelasan di atas maka kehamilan ektopi terganggu dapat disimpulkan di

sebabkan oleh :

1. Faktor uterus

2. Faktor tuba

(10)

C. Gejala klinik

Dikenal trias gejala klinik kehamilan ektopik yaitu :

1. Amenorhea

Lamanya amenorhea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan.

Dengan amenorhea terdapat tanda hamil muda yaitu, morning sickness, mual

mual, perassan ngidam.

2. Terjadinya nyeri abdomen

Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri dapat

menjalar keseluruh abdomen tergantung dari perdarahan di dalamnya. Bila

rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma dapat mencapai

terjadi nyeri di bawah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu

himpunan di Cavum Douglas akan terjadi rasa nyeri di babgian bawah dan

saat buang air besar.

3. Perdarahan

Terjadinya abortus atau ehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam cavum

abdomen dalam jumlah yang bervariasi. Darah yang tertimbun dalam cavum

abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum

yang menyebabkan nadi menungkat, tekanan darah menurun sampai jatuh

kedalam keadaan syok

D. Penatalasanaan Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang memerlukan

penanganan spesialis, sehingga rujukan merupakan langkah yang sangat penting.

Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu, kiranya bidan dapat

(11)

adalah merujuk penderita ke fasilitas yang lebih lengkap seperti puskesmas, dokter

atau langsung ke rumah sakit. Sebagai gambaran penanganan spesialistis tersebut

yang akan dilakukan adalah penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada

beberapa hal antara lain lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh

penatalaksaan kehamilan tuba berbeda dari penataklsaan kehamilan abdominal.

Selain itu perlu dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu

dengan kehamilan ektopik belum terganggu.

Adapun prinsip umum penatalaksaan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :

a. Segera ruju ke fasilitas lebih lengkap ( rumah sakit )

b. Optimalisasi keadaan ibu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah untuk

mengkoreksi hipovolemia dan anemia, pemberian oksigen atau bila di curigai

ada infeksi di bberikan juga antibiotik ( pada keaddaan syok segera berikan

infus cairan dan oksigen sambil menuggu darah. Kondisi penderita harus

diperbaiki, kontrol tekanan darah, nadi, dan pernafasan )

c. Penatalaksaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera

dengan penatalaksanaan bedah ( operasi/laparotomi) setelah diagnosis di

pastikan.

3 Mola Hidatidosa

A. Pengertian

Molahidatidosa adalah suatu penyakit tropoblas Gestasional (PTG) yang

memiliki berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yaitu molahidatidosa parsial

dan komplit, koriokarsinoma mola infasif dan plasental site tropoblastik tumor (

(12)

Menurut Mistha Datta, 2010 Mola hidatidosa adalah tumor jinak pada

jaringan tropoblas. Fertilisasi abnormal ( ovum yang mengalami enukleasi atau

sperma haploid yang mengalami duplikasi atau dispermi.

B. epidemiologi

Insiden Molahidatidosa sering di dapatkan pada manusia usia reproduktif.

Wanita pada masa remaja awal atau usia perimenopauase akan sangat beresiko.

Wanita yang berusia >35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita Usia . $0 tahun

memiliki resiko 7 kali lipat di banding dengan usia yang lebih muda. Paritas tidak

mempengaruhi terjadinya molahidatidosa.

C . Patofisiologi

Hamil Anggur atau Molahiodatidosa dapat terjadi karena

a. Tidak adanya Buah kehamilan atau adanya perubahan sistem aliran darah

terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan munggu ke 3 sampai minggu ke

4.

b. Aliran darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin akibatnya terjadi

peningkatan produksi cairan sel tropoblas bagian

C. Hipertensi dalam kehamilan

A. Pengertian

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan dan

merupakan salah satu penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di

indonesia Mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup

tinggi. Hal ini di sebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan

(13)

belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu

hamil sehingga pengetahuan tentang pengeloaan hipertensi dalam kehamilan harus

benar benar di pahami oleh semua tenaga medik baik pusat maupun daerah. (

Sarwono, 2010 )

Ibu dengan gangguan hipertensi yang diinduksikan kehamilan dapat berkembnag

dari penyakit ringan sampai kondisi yang lebih serius.Sedikit ibu yang mengalami

Eklamsia memiliki tekanan darah normal. Tangani ibu yang mengalami konvulsi

seperti menangani eklamsia sampai diagnosis lain di tegakkan. ( Devi Yulianti, 2006)

Bidan di garis depan pemberian perawatan maternitas idealnya di tempatkan pada

surveilans primer dan di deteksi dini pre eklamsia. Aktfitas tindak lanjut yang di

lakukan oleh bidan saat kondiisi setelah terdeteksi akan menentukan saat ibu masuk

ke tingkat perawatan sekunder dan tersier. Hal ini dapat mencegah kedaruratan

sehingga aktifitas tersebut sangat penting untuk kehamilan individu. (Boyle,M,2007)

B. Klasifikasi

Klasifikasi yang di pakai di indonesia adalah berdasarkan Report of the national

hight blood Presure Education Program Working Group on Hight Blood Pressure in

Pregnancy :

1. Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kahamilan 20

minngu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan

20 minngu dan hipertensi menetap sampai 12 minngu pasca persalinan .

2. Pre Eklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minngu kehamilan

disertai dengan proteinuria

3. Ekalmsi adalah Preeklamsi yang disertai dengan kejang kejang atau bahkan

(14)

4. Hipertensi kronik dengan superinfosed preeklamsi adalah hipertensi kronik

yang disertai tanda tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai

proteinuria.

5. Hioertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa

disertai proteinuria dan hipertensi dan akan menghilang setelah 3 bulan

pascapersalian atau kehamilan dengan tanda tanda pre eklamsi tetapi tanpa

proteinuria.

C. Faktor resiko

Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi pada kehamilan yang dapat

dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut :

1. Primigravida, primipaternitas

2. Hiperplasentosis misalnya molahidatidosa, kehamilan multipel diabetes

militus hidrops fetalis, bayi besar.

3. Umur yang ekstrim.

4. Riwayat keluarga pernah preeklamsi atau eklamsi

5. Penyakit penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

6. Obesitas.

D. Patofisiologi

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui denagn jelas.

Banyak teori yang telah di kemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam

kehamilan, tetapi jika tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.

Teori teori yang sekarang banyak dianut adalah sebagai berikut :

1. Teori kelaina vaskularisasi plasenta

(15)

3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetik

5. Teori defesiensi gizi dan Teori inflamasi

D Ketuban Pecah Dini ( KPD )

A. Pengertian

Defenisi Ketuban Pecah Dini ( KPD ) adalah pecahnya ketuban sebelum waktuna

melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat

terjadi pada akhir kehamian maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD

merupakan Komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan

mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang

kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat

komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan

RDS ( Respiration Dystress Syndrom ).

B. Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.

Beberapa laporan meyebutkan faktor – faktor yang berhubungan erat dengan KPD,

namun faktor faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.

Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:

1. Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bias menyebabkan

terjadinya KPD.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang slalu terbuka oleh karena

(16)

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus), misalnya trauma hidramnion, gamely.

4. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam

maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya

disertai infeksi.

5. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang

menutupi pintu atas panggul ( PAP )yang dapat menghalani tekanan terhadap

membrane bagian bawah.

Faktor lain adalah

1. Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai

dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuliit

ketuban.

2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.

3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdrahan antepartum.

4. Desifisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)

Adapun faktor faktor resiko dari KPD yaitu, Inkompetensia serviks (leher

rahim), Polihidramnion, Riwayat KPD sebelumnya, Kelainan atau kerusakan selaput

ketuban, Kehamilan kembar, Trauma, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm)

pada usia kehamilan 23 minngu, Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis.

C Tanda Dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembebs melalui

vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti berbau amoniak, mungkin

cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan cirri pusat dan bergaris warna

(17)

Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai

kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak

dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,

Bercak vagina ang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

merupakan tanda tanda infeksi yang terjadi.

C. Penatalaksanaan

Ketuban Pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Keasalahan

dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka moebiditas dan

mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian

besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri

kehamilan akan menaikkan insidensi bedah caesar, dan kalau menunngu persalinan

spontan akan menaikkan insidensi choriomnioniti

Adapun penatalaksaannya adalah

1. Konservatif

 Rawat di rumah sakit.

 Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berikan Ampicilin 4 x

500 mg atau gentamicyn 1 x 80 mg.

 Bila umur Kehamilan < 32 – 34 minggu dirawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi

 Bila usia kehamilan 32 – 34 minggu, masih keluar air ketuban, maka

usia kehamilan 35 minngu dipertimbangkan untuk terminasi

kehamilan ( hal sangat bergantung pada kemampuan perawatan bayi

(18)

 Nilai tanda tanda Infeksi : suhu, leukosit, tanda tanda infeksi

intrauterine.

 Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu, berikan streroid selam untuk

memacu kematangan paru paru janin.

2. Aktif

 Kehamilan > 35 minggu : Induksi oksitosin, bila gagal dilKUKn

sectio caesarea.

 Pada keadaan CPD, Letak lintang, dilakukan seksio sesaria.

 Bila ada tanda tanda infeksi beri antibioyika dosis tinggi dan

persalinan di akhiri.

( Nugroho, T , 2012

E Kehamilan Lewat Waktu ( Serotinus )

A. Pengertian

Kehamilan serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah

berlansung selama 42 minggu ( 294 hari ) atau lebih, pada siklus haid teratur rata –

rata 28 hari dan hari pertama Haid terahir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia

kehamilan lebih dari 42 minngu didapatkan dari perhitungan umus neagle atau

dengan tinggi Fundus uteri.

B. Etiologi

Penyebab terjadinya kehamilan lewat bulan pada umumnya tidak diketahui secara

pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab adalah antara lain :

1. Cacat bawaan atau anesepalus

(19)

3. Pemakaian obat obatan yang berpengaruh pula sebagi tokolitik anti

prostaglandin : salbutamol, progestin, asam mefenamat.

4. Tidak diketahui penyebabnya

Hal ini juga bisa disebabkan karena

1. Penuruna kadar estrogen pada kehamilan normal pada umumnya tinggi.

2. Pada kasus insufisiensi plasenta / adrenal janin, hormone prokusor yitu

isoadrosteron sulfat di ekresikan dalam cukup tinggi konversi menjadi

estardiol dan secara langsung estradiol di dalam pasenta, contoh klinik

mengenai defisiensi prekusor estrogen adalah anasefalus.

3. Faktor hormonal yaitru Kadar progesteron tidak cepat turun walaupun

kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin

berkurang.

4. Faktor lain adalah hereditas karena post matur atau pun serotinus seiring di

jumpai pada suatu keluarga.

C. Manifestasi klinis

1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang yaitu

secara subjektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara objektif dengan

kardiotokografi kurang dari 10 kali / 20 menit.

2. Pada bayi ditemukan tanda tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :

a. Stadium 1 : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi

sehingga kulit kering, rapuh dan mudah meneglupas.

b. Stadium 2 : Seperti satdium 1 disertai pewarnaan mekonium ( atau

kehijauan di kulit ).

c. Stadium 3 : Seperti stadium 1di sertai pewarnaan kekuningan pada kuku

(20)

Dalam menilai apaah kehamilan matur atau tidak , pada ibu dapat dilakukan

beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air ketuban

berkurang

2. Pemeriksaan rontgenologi : dengan pemeriksaan ini dengan janin matur dapat

ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian distal femur dan bagian

froksimal tibia, diameter bipariental kepala 9,8 cm lebih. Keberatan

pemeriksaan ini adalah kemungkinan pengaruh tiida baik sinar ronntgen

terhadap janin. Pemeriksaan dengan USG, dengan pemeriksaan ini diameter

biparental kepala janin dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya.

3. Pemeriksaan sitologi liquor amnion, Amnioskopi dan periksa PH nya di

bawah 7,20 di anggap sebagai tanda gawat janin.

4. Pemeriksaan Sitologi vagina untuk menentukan infusiensi plasenta di nilai

berbeda beda.

5. Rasio lesitin , spingomielin dengan thin layer Cromatography atau dengan

shake foam test, aktifitas tromboplastin dalam cairan amnion.

E. Penatalasaan

Penatalaksaan pada kehamilan lewat waktu atau serotinus adalah :

1. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin

sebaik baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda tanda insufisiensi plasenta persalinan spontan dapat

di tunggu dengan pengawasan ketat.

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks kalau sudah

(21)

4. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim, terdapat

hipertensi, pre eklamsi, atau pada kehamilan 40 – 42 minggu maka ibu di

rawat di rumah sakit.

5. Tindakan operasi sectio caesarea dapat dipertimbangkan pada.

a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

b. Pembukaan yang belum lengkap.

c. Persalinan lama

d. Terjadi tanda gawat janin

e. Primigravida tua

f. Kematian janin dalam kandungan

g. Pre eklamsi

h. Hipertensi menahun

i. Infertilitas

j. Kesalahan letak janin

Gambar

gambar 1 : Penguatan sistem rujukan

Referensi

Dokumen terkait

‘I’ll need more than guesswork,’ said Brazen drily, ‘if I am to lead my men into danger.’ Mr Range pushed the spectacles back on his nose and replied in a voice that

Metode N-Gram (Quad Gram) yang dilanjutkan dengan pengecekan bentuk kata secara logika mampu untuk memberi harakat pada kalimat Bahasa Arab agar sesuai dengan

Praktik Pengalaman lapangan bertujuan untuk membentuk mahasiswa praktikan agar menjadi calon tenaga kependidikan yang profesional yang dapat bersaing dalam dunia

Nomor 03 Tahun 2012 tentang Data Tenaga Honorer Kategori I dan Daftar nama Tenaga Honore.r. Kategori II, dengan ini kami umumkan nama-nama Tenaga Honorer Kategori I

Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis skripsi, “ POLA INTERAKSI

 KMS that support these knowledge workers range from Internet search engines and expert systems, to Web-based computer-aided design and sophisticated data management

dengan judul “ PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN PENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT MELALUISTRATEGI COLLABORATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS IV MI

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi dan Kesiapan Civitas Akademika Rumpun