6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rujukan
1. Pengertian
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang
lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain
dalam satu unit) (Muchtar, 1977).
2. Tujuan Rujukan
a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang
sebaik-baiknya.
b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap
fasilitasnya.
c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge
and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan
3. Sistem Rujukan
Program sistem rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun
1976 untuk memperoleh pelayanan obstetri / kebidanan, terutama bagi kelompok
resiko tinggi. Harapannya adalah dengan sistem ini pelayanan akan menjadi lebih
efesien, efektif dan mudah di akses oleh mayoritas masyarakat tetapi pelayanan ini
bukan hanya sekedar aktifitas dalam sistem rujukan, tetapi juga mencakup pelatihan
dan penelitian. Agar sistem rujukan dapat bekerja secara efesien, kerja sama secara
terus menerus sangat di perlukan antara institusi terkait dan petugas kesehatan seperti
bidan. ( Maryunani A, 2012 )
Sistem rujukan pelayanan kesehatan
Skema 1 : Sistem Rujukan pelayanan kesehatan
Intervensi di tingkat pelayanan dasar
a. Pemeriksaan kehamilan
b. Persalinan nakes di fasilitas yankes
c. Penanganan balita ( MTBM)
d. Pelayanan Obstretri Neonatal emergensi dasar minimal 4 puskesmas /
kabupaten dan kota
e. Pelayanan nifas dan bayi baru lahir
Intervensi di tingkat pelayanan rujukan
a. Pelayanan Obstetri neonatal emergency Komperhensif, 24 jam seminggu
di kabupaten dan kota
b. Pelayanan rujukan nifas dan bayi baru lahir
c. Pelayanan rujukan
d. Pelayanan level 3 di tingkat regional
e. Transportasi rujukan
4. Proses Rujukan
Di dalam suatu perujukan kasus obstetri / kebidanan, dijumpai adanya suatu
proses dari mulai ditemui kasus sampai pada pengiriman kasus tersebut ke instansi
yang dirujuk. Proses ini umumnya mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan,
penegakan diagnosa, observasi sampai penentuan bahwa kasus memerlukan tindakan
ataupun penanganan yang tidak dapat atau kurang sempurna dilakukan di instansi
perujuk dan di putuskan untuk di rujuk . ( Maryunani A, 2012 )
B. Perdarahan Pada Kehamilan Muda
Perdarahan pervaginam merupakan keluhan umum yang banyak dijumpai dan
merupakan penyebab cukup tinggi seorang wanita datang ke rumah sakit teerutama
jika diketahui atau disangka ada kehamilan .
Sekitar 20 % wanita hamil mengalami perdarahan pada awal kehamilan (
kehamilan muda ). Perdarahan pada kehamilan muda dapat disebabkan oleh
bermacam macam keadaan tetapi yang tersering adalah abortus, Kehamilan ektopik,
Molahidatidosa . ( Maryunani A, 2011 )
1. Abortus
A. Pengertian
Abortus adalah Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi ( pertemuan sel telur dan
sel sperma ) pada usia kehamilan kurang dari 20 minngu atau berat janin kurang dari
500 gr ( Nugroho T, 2010 )
Abortus adalah berahirnya suatu kehamilan oleh karena akibat akibat tertentu
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan. Istilah abortus dapat di pakai untuk
kandungan. Menurut terjadinya abortus di bedakan menjadi abortus spontan dan
abortus, provokatus.
B. Etiologi
Abortus dapat di sebabkan antara lain
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,
2. Lingkungan endometrium kurang sempurna sehingga suplai zat makanan
terganggu,
3. Pengaruh teratogenetik ( radiasi, virus, obat obatan ).
4. Kelainan plasenta ( oksigenisasi, plasenta tegang, gangguan pertumbuhan
janin, kematian ).
5. Penyakit ibu
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hamil konsepsi ( janin ) terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan 8-14 minggu, vili koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta
tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan pada kehamilan di atas 14
minggu, setelah ketuban pecah, janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk
kantong amnion kosong (blighted ovum/benda kecil yang tak jelas bentuknya) dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo,S,2002).
D. Diagnosis
Tindakan klinik yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara
lain:
a. Terlambat haid atau amenorea kurang adri 20 minggu
b. Pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak lemah, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan
suhu badan normal atau meningkat (jika keadaan umum buruk, lakukan
resusitasi dan stabilisasi)
c. Adanya perdarahan pervaginam yang dapat disertai keluarnya jaringan janin,
mual dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus (rasa sakit atau kram perut
diatas daerah sinopsis)
d. Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan
pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari vulva
inspekulo
e. Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan
busuk dari ositum
f. Pada Periksa Dalam, dengan melihat porsio masih terbuka atau sudah tertutup
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
E. Macam Macam Abortus
1. Abortus iminens merupakan abortus tingkat permulaan terjadi perdarahan
pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam uterus.
2. Abortus insipiens merupakan abortus yang sedang mengancam yang di tandai
dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada
lengkap di dalam uterus.
3. Abortus inkomplit dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan
masih ada yang tertinggal.
4. Abortus komplit, dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
5. Missed abortion, abortus yang di tandai dengan embrio atau fetus yang telah
meninggal di dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seliruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus infeksius, adanya abortus yang di sertai dengan infeksi
7. Abortus habitualis, abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau
lebih
F. Asuhan yang di berikan pada abortus
Perhatikan atau yakinkan petugas kesehatan dalam situasi emergensi , berikan
posisi tidur flat atau datar untuk mempertahankan fungsi optimal plasenta dan ginjal.
Dapat juga memberikan terapi cairan dan memberikan oksigen guna untuk menggan
ti cairan intravaskuler darah dan membantu oksigenisasi fetal yang adekuat. Batasi
intake oral dan ukur intake output untuk mengantisipasi kebutuhan dan untuk
2. Kehamilan Ektopik
A. Pengertian
Suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi dan tumbuh di luar dan
tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan
yang terjadi diman telur yang telah di buahi berimplantasi di luar endometrium
kavum uteri. Sebagian besar kehamilan etopik berlokasi di tuba, jarang sekali
berimplantasi di ovarium, perut, kanalis servialis uteri. ( Anik Maryunani, 2012 )
Tingginya angka kejadian saat ini kira kira 1 diantara 150 kehamilan dalam
populasi kulit putih, 1 di antara 100 kehamilan dalam populasi bukan kulit putih.
20% muncul secara akut, 80% secara sub akut. Nyeri akut dan berat pada abdomen
bagian bawah mungkin beralih ke daerah ujung bahu. Sub Akut lebih susah di
diagnosis karena gejala gejala nya kurang jelas, amenore ( 4 – 10 minggu ) nyeri
abdomen bagian bawah perdarahan Pervagina sedikit, berwarna merah ungu.( Misha
Datta...et al, 2010 )
B. Etiologi
Etiologi yang dapat meneyebabkan kehamilan ektopik yaitu bila perjalanan menuju
uterus, telur ( ovum ) yang sudah di buahi di bagian ampula tuba mengalami
hambatan yang dapat di akibatkan oleh salpingitis, riwayat operasi tuba / pasca
operasi tuba atau sterlisisasasi yang tidak sempurna, pelekatan tuba akibat operasi
yang tiodak sempurna. Karena tuba bukan merupakan tempat untuk pertumbuhan
hasil konsepsi, sebagian besar kehamilan di tuba terganggu pada usia kehamilan 6 –
10 minggu, dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa
a. Hasil Konsepsi Mati Dini
Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh, karena kecilnya
kemungkinan diserobsi.
b. Terjadinya Abortus
Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati
dan lepas dalam lumen, lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahan
dalam lumen tuba dan keluar lumen membentuk timbunan darah, tuba tampak
berwarna biru pada saat dilakukan operasi.
c. Tuba Palopi pecah
Karena tida dapat berkembang maka tuba dapat pecah, jonjot vili menembus
sehingga terjadi rupture yang mrnimbulkan timbunan darah kedalam ruangan
abdomen.
d. Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan
akan melakukan melakukan implantasi menjadi kehamilan abdomen
sekunder, kehamilan abdominal dapat menjadi cukup besar.
Dari penjelasan di atas maka kehamilan ektopi terganggu dapat disimpulkan di
sebabkan oleh :
1. Faktor uterus
2. Faktor tuba
C. Gejala klinik
Dikenal trias gejala klinik kehamilan ektopik yaitu :
1. Amenorhea
Lamanya amenorhea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan.
Dengan amenorhea terdapat tanda hamil muda yaitu, morning sickness, mual
mual, perassan ngidam.
2. Terjadinya nyeri abdomen
Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri dapat
menjalar keseluruh abdomen tergantung dari perdarahan di dalamnya. Bila
rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma dapat mencapai
terjadi nyeri di bawah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu
himpunan di Cavum Douglas akan terjadi rasa nyeri di babgian bawah dan
saat buang air besar.
3. Perdarahan
Terjadinya abortus atau ehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam cavum
abdomen dalam jumlah yang bervariasi. Darah yang tertimbun dalam cavum
abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum
yang menyebabkan nadi menungkat, tekanan darah menurun sampai jatuh
kedalam keadaan syok
D. Penatalasanaan Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang memerlukan
penanganan spesialis, sehingga rujukan merupakan langkah yang sangat penting.
Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu, kiranya bidan dapat
adalah merujuk penderita ke fasilitas yang lebih lengkap seperti puskesmas, dokter
atau langsung ke rumah sakit. Sebagai gambaran penanganan spesialistis tersebut
yang akan dilakukan adalah penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada
beberapa hal antara lain lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh
penatalaksaan kehamilan tuba berbeda dari penataklsaan kehamilan abdominal.
Selain itu perlu dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu
dengan kehamilan ektopik belum terganggu.
Adapun prinsip umum penatalaksaan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :
a. Segera ruju ke fasilitas lebih lengkap ( rumah sakit )
b. Optimalisasi keadaan ibu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah untuk
mengkoreksi hipovolemia dan anemia, pemberian oksigen atau bila di curigai
ada infeksi di bberikan juga antibiotik ( pada keaddaan syok segera berikan
infus cairan dan oksigen sambil menuggu darah. Kondisi penderita harus
diperbaiki, kontrol tekanan darah, nadi, dan pernafasan )
c. Penatalaksaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera
dengan penatalaksanaan bedah ( operasi/laparotomi) setelah diagnosis di
pastikan.
3 Mola Hidatidosa
A. Pengertian
Molahidatidosa adalah suatu penyakit tropoblas Gestasional (PTG) yang
memiliki berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yaitu molahidatidosa parsial
dan komplit, koriokarsinoma mola infasif dan plasental site tropoblastik tumor (
Menurut Mistha Datta, 2010 Mola hidatidosa adalah tumor jinak pada
jaringan tropoblas. Fertilisasi abnormal ( ovum yang mengalami enukleasi atau
sperma haploid yang mengalami duplikasi atau dispermi.
B. epidemiologi
Insiden Molahidatidosa sering di dapatkan pada manusia usia reproduktif.
Wanita pada masa remaja awal atau usia perimenopauase akan sangat beresiko.
Wanita yang berusia >35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita Usia . $0 tahun
memiliki resiko 7 kali lipat di banding dengan usia yang lebih muda. Paritas tidak
mempengaruhi terjadinya molahidatidosa.
C . Patofisiologi
Hamil Anggur atau Molahiodatidosa dapat terjadi karena
a. Tidak adanya Buah kehamilan atau adanya perubahan sistem aliran darah
terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan munggu ke 3 sampai minggu ke
4.
b. Aliran darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin akibatnya terjadi
peningkatan produksi cairan sel tropoblas bagian
C. Hipertensi dalam kehamilan
A. Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan dan
merupakan salah satu penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di
indonesia Mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup
tinggi. Hal ini di sebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan
belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu
hamil sehingga pengetahuan tentang pengeloaan hipertensi dalam kehamilan harus
benar benar di pahami oleh semua tenaga medik baik pusat maupun daerah. (
Sarwono, 2010 )
Ibu dengan gangguan hipertensi yang diinduksikan kehamilan dapat berkembnag
dari penyakit ringan sampai kondisi yang lebih serius.Sedikit ibu yang mengalami
Eklamsia memiliki tekanan darah normal. Tangani ibu yang mengalami konvulsi
seperti menangani eklamsia sampai diagnosis lain di tegakkan. ( Devi Yulianti, 2006)
Bidan di garis depan pemberian perawatan maternitas idealnya di tempatkan pada
surveilans primer dan di deteksi dini pre eklamsia. Aktfitas tindak lanjut yang di
lakukan oleh bidan saat kondiisi setelah terdeteksi akan menentukan saat ibu masuk
ke tingkat perawatan sekunder dan tersier. Hal ini dapat mencegah kedaruratan
sehingga aktifitas tersebut sangat penting untuk kehamilan individu. (Boyle,M,2007)
B. Klasifikasi
Klasifikasi yang di pakai di indonesia adalah berdasarkan Report of the national
hight blood Presure Education Program Working Group on Hight Blood Pressure in
Pregnancy :
1. Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kahamilan 20
minngu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan
20 minngu dan hipertensi menetap sampai 12 minngu pasca persalinan .
2. Pre Eklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minngu kehamilan
disertai dengan proteinuria
3. Ekalmsi adalah Preeklamsi yang disertai dengan kejang kejang atau bahkan
4. Hipertensi kronik dengan superinfosed preeklamsi adalah hipertensi kronik
yang disertai tanda tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
5. Hioertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi dan akan menghilang setelah 3 bulan
pascapersalian atau kehamilan dengan tanda tanda pre eklamsi tetapi tanpa
proteinuria.
C. Faktor resiko
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi pada kehamilan yang dapat
dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut :
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis misalnya molahidatidosa, kehamilan multipel diabetes
militus hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim.
4. Riwayat keluarga pernah preeklamsi atau eklamsi
5. Penyakit penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
6. Obesitas.
D. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui denagn jelas.
Banyak teori yang telah di kemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi jika tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.
Teori teori yang sekarang banyak dianut adalah sebagai berikut :
1. Teori kelaina vaskularisasi plasenta
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetik
5. Teori defesiensi gizi dan Teori inflamasi
D Ketuban Pecah Dini ( KPD )
A. Pengertian
Defenisi Ketuban Pecah Dini ( KPD ) adalah pecahnya ketuban sebelum waktuna
melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamian maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
merupakan Komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan
mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang
kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat
komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan
RDS ( Respiration Dystress Syndrom ).
B. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan meyebutkan faktor – faktor yang berhubungan erat dengan KPD,
namun faktor faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
1. Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bias menyebabkan
terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang slalu terbuka oleh karena
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus), misalnya trauma hidramnion, gamely.
4. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul ( PAP )yang dapat menghalani tekanan terhadap
membrane bagian bawah.
Faktor lain adalah
1. Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuliit
ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdrahan antepartum.
4. Desifisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
Adapun faktor faktor resiko dari KPD yaitu, Inkompetensia serviks (leher
rahim), Polihidramnion, Riwayat KPD sebelumnya, Kelainan atau kerusakan selaput
ketuban, Kehamilan kembar, Trauma, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm)
pada usia kehamilan 23 minngu, Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis.
C Tanda Dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembebs melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti berbau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan cirri pusat dan bergaris warna
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,
Bercak vagina ang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda tanda infeksi yang terjadi.
C. Penatalaksanaan
Ketuban Pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Keasalahan
dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka moebiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian
besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri
kehamilan akan menaikkan insidensi bedah caesar, dan kalau menunngu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi choriomnioniti
Adapun penatalaksaannya adalah
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit.
Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berikan Ampicilin 4 x
500 mg atau gentamicyn 1 x 80 mg.
Bila umur Kehamilan < 32 – 34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Bila usia kehamilan 32 – 34 minggu, masih keluar air ketuban, maka
usia kehamilan 35 minngu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan ( hal sangat bergantung pada kemampuan perawatan bayi
Nilai tanda tanda Infeksi : suhu, leukosit, tanda tanda infeksi
intrauterine.
Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu, berikan streroid selam untuk
memacu kematangan paru paru janin.
2. Aktif
Kehamilan > 35 minggu : Induksi oksitosin, bila gagal dilKUKn
sectio caesarea.
Pada keadaan CPD, Letak lintang, dilakukan seksio sesaria.
Bila ada tanda tanda infeksi beri antibioyika dosis tinggi dan
persalinan di akhiri.
( Nugroho, T , 2012
E Kehamilan Lewat Waktu ( Serotinus )
A. Pengertian
Kehamilan serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah
berlansung selama 42 minggu ( 294 hari ) atau lebih, pada siklus haid teratur rata –
rata 28 hari dan hari pertama Haid terahir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia
kehamilan lebih dari 42 minngu didapatkan dari perhitungan umus neagle atau
dengan tinggi Fundus uteri.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan lewat bulan pada umumnya tidak diketahui secara
pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab adalah antara lain :
1. Cacat bawaan atau anesepalus
3. Pemakaian obat obatan yang berpengaruh pula sebagi tokolitik anti
prostaglandin : salbutamol, progestin, asam mefenamat.
4. Tidak diketahui penyebabnya
Hal ini juga bisa disebabkan karena
1. Penuruna kadar estrogen pada kehamilan normal pada umumnya tinggi.
2. Pada kasus insufisiensi plasenta / adrenal janin, hormone prokusor yitu
isoadrosteron sulfat di ekresikan dalam cukup tinggi konversi menjadi
estardiol dan secara langsung estradiol di dalam pasenta, contoh klinik
mengenai defisiensi prekusor estrogen adalah anasefalus.
3. Faktor hormonal yaitru Kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang.
4. Faktor lain adalah hereditas karena post matur atau pun serotinus seiring di
jumpai pada suatu keluarga.
C. Manifestasi klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang yaitu
secara subjektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara objektif dengan
kardiotokografi kurang dari 10 kali / 20 menit.
2. Pada bayi ditemukan tanda tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a. Stadium 1 : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah meneglupas.
b. Stadium 2 : Seperti satdium 1 disertai pewarnaan mekonium ( atau
kehijauan di kulit ).
c. Stadium 3 : Seperti stadium 1di sertai pewarnaan kekuningan pada kuku
Dalam menilai apaah kehamilan matur atau tidak , pada ibu dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air ketuban
berkurang
2. Pemeriksaan rontgenologi : dengan pemeriksaan ini dengan janin matur dapat
ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian distal femur dan bagian
froksimal tibia, diameter bipariental kepala 9,8 cm lebih. Keberatan
pemeriksaan ini adalah kemungkinan pengaruh tiida baik sinar ronntgen
terhadap janin. Pemeriksaan dengan USG, dengan pemeriksaan ini diameter
biparental kepala janin dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya.
3. Pemeriksaan sitologi liquor amnion, Amnioskopi dan periksa PH nya di
bawah 7,20 di anggap sebagai tanda gawat janin.
4. Pemeriksaan Sitologi vagina untuk menentukan infusiensi plasenta di nilai
berbeda beda.
5. Rasio lesitin , spingomielin dengan thin layer Cromatography atau dengan
shake foam test, aktifitas tromboplastin dalam cairan amnion.
E. Penatalasaan
Penatalaksaan pada kehamilan lewat waktu atau serotinus adalah :
1. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda tanda insufisiensi plasenta persalinan spontan dapat
di tunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks kalau sudah
4. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim, terdapat
hipertensi, pre eklamsi, atau pada kehamilan 40 – 42 minggu maka ibu di
rawat di rumah sakit.
5. Tindakan operasi sectio caesarea dapat dipertimbangkan pada.
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap.
c. Persalinan lama
d. Terjadi tanda gawat janin
e. Primigravida tua
f. Kematian janin dalam kandungan
g. Pre eklamsi
h. Hipertensi menahun
i. Infertilitas
j. Kesalahan letak janin