BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Tinjauan kepustakaan merupakan bagian penting dalam mata rantai proses penelitian, sama pentingnya dengan langkah-langkah lainnya. Tinjauan kepustakaan adalah suatu tinjauan (review), sintesis bahan kepustakaan mencakup
kegiatan yang sistematik dalam mengidentifikasi, mencari, menganalisa, mempelajari serta mengevaluasi dokumen/literatur yang memuat informasi yang
berkenaan dengan masalah. Dokumen atau literatur berasal dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, abstrak penelitian, buku-buku, laporan, dokumen pemerintah disertasi dan sebagainya (Nasution, dkk, 2008). Dalam hal ini penulis
menggunakan berbagai dokumen atau sumber informasi seperti : buku, majalah, dokumen pemerintah maupun sumber informasi lainnya.
2.1. Strategi dan Strategi Organisasi
Istilah strategy berasal dari kata Yunani strategos, ataustrategus dengan kata jamak berarti jenderal atau perwira negara (state officer) dengan fungsi yang
luas. Sedangkan dalam artian sempit menurut Matloff (1976), strategy berarti the art of the general (seni jenderal).
Dari kedua pengertian tersebut terlihat bahwa pengertian strategi itu lebih
memperoleh tempat di kalangan militer hingga sampai pada abad ke-18. Namun, pada dekade-dekade sesudahnya yakni abad ke-19 dan ke-20, faktor militer telah
berarti seni memanfaatkan semua sumber daya suatu bangsa atau kelompok
bangsa untuk mencapai sasaran perang dan damai (Matloff, 1967). McDonald (1949) dalam Salusu (2003) mengatakan :
Dalam masa transisi, dari militer ke organisasi, strategi dipandang sebagai suatu seni situasional, yaitu suatu keterampilan bagaimana seorang pejabat eksekutif mendesain keputusan yang didasarkan pada sumber daya organisasi, nilai-nilai manajerial, dan kemungkinan adanya peluang, tetapi juga tantangan dari lingkungan.
Oleh karena itu, pada pertengahan abad ke-20 pembahasan tentang strategi mulai memperoleh perhatian dari berbagai penulis dan peneliti. Pengertian strategi, dengan demikian telah menyentuh aspek yang penting dari organisasi, yaitu tujuan (goals).
Selanjutnya Chandler (1966) mengatakan bahwa strategi dapat didefinisikan sebagai ”penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.” Dari pendapat ini ada tiga komponen penting yang dapat kita lihat yaitu adanya tujuan dan sasaran, adanya cara bertindak, dan adanya alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan itu.
Sedangkan Kenneth Andrew mendefinisikan,“strategi adalah pola tujuan atau sasaran yang dinyatakan sedemikian rupa, yaitu yang menegaskan bisnis apa
yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti, dan macam apa atau akan seperti apa organisasi itu” (Cope, 1981).
Shirley (1978) juga mengemukakan strategi secara lebih spesifik sebagai
“keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan yang keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dia juga mengutip pandangan
kebijaksanaan umum serta rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.”
Sedangkan Steiss (1985) mengatakan dalam arti umum strategi organisasi
adalah setiap langkah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran utama organisasi.
Sementara Koontz (1976) melihat strategi sebagai program bertindak
dengan tekad memanfaatkan sumber daya sebaik-baiknya untuk mencapai misi utama organisasi.
Selanjutnya mengenai strategi organisasi, Vancil (1976) menegaskan bahwa Strategi suatu organisasi adalah konseptualisasi yang diekspresikan oleh pemimpin organisasi itu tentang (1) sasaran jangka panjang dari organisasinya;
(2) kebijakan dan kendala, baik yang dicetuskan oleh pemimpin itu maupun yang diperintahkan oleh atasannya yang justru merintangi kegiatan organisasi, dan (3) seperangkat rencana yang sedang berjalan mengenai tujuan jangka pendek yang
dipandang layak memberikan konstribusi bagi pencapaian sasaran organisasi. Dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan peranan
pemimpin sebagai pembuat keputusan adalah penting karena hanya merekalah sesungguhnya yang akhirnya menetapkan sasaran organisasi, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Strategi tersebut dibuat oleh pejabat
tingkat tertinggi dalam organisasi ( dalam hal ini Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai). Strategi juga dilihat sebagai seperangkat keputusan
perencanaan strategis yang menghasilkan Dokumen Rencana Strategis Badan
Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai tahun 2011-2016) .
Selanjutnya Guth (1976) menyatakan bahwa formulasi strategi mencakup
beberapa hal pokok, antara lain :
(1) prakiraan mengenai kondisi lingkungan serta identifikasi ancaman dan peluang, (2) perhitungan mengenai kekuatan dan kelemahan organisasi dalam wilayah pemasaran produk tertentu, (3) identifikasi tujuan, sasaran serta nilai-nilai organisasi yang hendak dicapai, (4) syarat-syarat untuk memilih suatu strategi tertentu yang dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Dari uraian tersebut terlihat betapa pentingnya faktor lingkungan yang harus diperhitungkan dalam mempersiapkan strategi. Hal ini ditegaskan juga oleh
Friedrickson (1983), bahwa strategi dari suatu organisasi hendaknya memberi gambaran sampai sejauh mana lingkungan ekstern sebanding atau sejalan dengan
struktur dan proses intern. Demikian pula dalam rumusan yang singkat Fahey (1981) melukiskan strategi sebagai karakteristik yang paling mendasar dari kecocokan apa yang dicapai organisasi dengan lingkungannya.
Di samping itu, Salusu (2003) juga menawarkan satu definisi yang lebih sederhana dengan menyatakan bahwa strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui
hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.
Jadi, dari berbagai definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen strategi sebagaimana yang dikatakan oleh Salusu (2003) meliputi adanya : seni situasional, tujuan dan sasaran, produk dan keunggulan kompetitif,
lingkungan, program bertindak, formulasi dan arus keputusan, alat yang paling
berbahaya dan riskan, dan pemimpin.
Selanjutnya berkaitan dengan elemen-elemen strategi, kita mengenal pula
adanya tipe-tipe strategi. Sebahagian ahli ada yang menyebutnya tingkat-tingkat strategi seperti Higgins (1985), Wheelen dan Hunger (1990).
Koteen (1991) menjelaskan tentang tipe-tipe strategi dimaksud, sebagai
berikut :
(1) Corporate Strategy (strategi organisasi). Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
(2)Program Strategy (strategi program). Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
(3) ResourcesSupportStrategy(strategi pendukung sumber daya). Strategi pendukung sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.
(4) InstitutionalStrategy (strategi kelembagaan). Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa strategi dalam organisasi tidak hanya satu. Masing-masing dari keempat jenis strategi tersebut yaitu :
strategi organisasi, strategi program, strategi pendukung sumber daya dan strategi kelembagaan saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan yang
mampu menjadikan organisasi sebagai satu lembaga yang kokoh pula, mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak menentu.
Keempat jenis strategi yang saling menopang dan merupakan satu
Dalam setiap organisasi khususnya organisasi pemerintahan seperti Badan
Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai, kita mengetahui bahwa sebelum suatu kebijakan diimplementasikan haruslah terlebih dahulu kebijakan tersebut
dirumuskan dan direncanakan agar dapat diwujudkan hasil yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi.
Winarno (2012) mengatakan bahwa perencanaan kebijakan dilakukan oleh
para pembuat kebijakan setelah masalah-masalah kebijakan diidentifikasikan dan didefinisikan. Dengan demikian, tanpa adanya perumusan masalah terlebih dahulu
maka proses perencanaan kebijakan tidak akan dapat dilakukan. Artinya, setelah perumusan masalah dibuat maka perencanaan kebijakan mulai dapat dilakukan berdasarkan identifikasi dan pendefinisian masalah-masalah tersebut.
Adapun proses perencanaan kebijakan tersebut bersifat strategis dan merupakan suatu proses manajemen yang sistematis dalam pengambilan keputusan atas program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan
perkiraan sumber daya selama beberapa tahun mendatang yang menghasilkan rencana strategis. Dengan kata lain, suatu organisasi akan membuat pilihan dan
penetapan strategis dalam mewujudkan program-program strategis yang cocok diimplementasikan dalam rangka menjawab kebutuhan dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi.
Jika dikaitkan dengan makna strategi itu sendiri, menurut Griffin dalam Sule dan Saefullah (2005) mendefinisikan strategi sebagai rencana komprehensif
Dengan kata lain, bagi organisasi pemerintah seperti Badan Kesbangpol
dan Linmas Kota Tanjungbalai, strategi dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasi sekaligus mempertahankan eksistensinya selaku satuan kerja perangkat
daerah yang membantu Walikota Tanjungbalai secara teknis dalam perumusan kebijakan maupun pelaksanaan kebijakan di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat.
2.2. Manajemen Strategis dan Implementasi Strategi
2.2.1. Manajemen Strategis
Dari sudut pandang proses pengelolaan strategi, serangkaian keputusan dan tindakan mendasar dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi merupakan hakekat dari manajemen strategis. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian (2000) bahwa “manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu
organisasi tersebut”
Sedangkan menurut Suwarsono (2000) “manajemen strategis dapat
diartikan sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan”.
Sementara Dirgantoro (2001) mengemukakan pula bahwa manajemen strategis adalah suatu proses yang berkesinambungan yang membuat organisasi
kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi keputusan yang bersifat cross fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya.
Dari ketiga pendapat di atas dapat kita pahami bahwa manajemen strategis adalah proses dan usaha manajerial yang dilakukan oleh manajemen puncak melalui serangkaian keputusan dan tindakan mendasar dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran yang berhubungan dengan lingkungan internal maupun eksternal untuk menumbuhkembangkan kekuatan organisasi
atau perusahaan dalam mencapai tujuannya sesuai dengan misi yang telah ditetapkan.
2.2.2. Implementasi Strategi
Sule dan Saefullah (2005) menyatakan bahwa implementasi strategi dapat dilihat dari sudut pandang proses manajemen strategis. Mereka berpendapat :
Dari sudut pandang proses manajemen strategis berkenaan dengan pengelolaan strategi setidaknya dapat dibagi dua secara garis besarnya, yaitu perencanaan strategi (strategic planning) dan implementasi strategi (strategic implementation).
Perencanaan Strategi terdiri dari :
-Penentuan tujuan, untuk mencapai tujuan dan mempertahankan keberadaan organisasi.
-Penyusunan strategi, yang terdiri dari tiga fase, yaitu : penilaian keperluan penyusunan strategi , analisis situasi internal dan eksternal dan pemilihan strategi.
Sedangkan implementasi strategi mencakup proses administrasi dan pengendalian strategi.
Jadi, implementasi strategi menurut sudut pandang manajemen strategis, merupakan salah satu bagian dari proses manajemen strategis, yakni penyusunan strategi dan implementasi strategi.
Adapun yang hendak dikaji penulis dalam penelitian tesis ini adalah strategi apa
saja yang diimplementasikan dan bagaimana implementasi strategi Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Tanjungbalai dalam
rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai. Sejalan dengan hal tersebut, Salusu (2003) berpendapat bahwa implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul satu
keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktivitas.
Sedangkan Higgins (1985) mengatakan bahwa implementasi adalah rangkuman dari berbagai kegiatan yang di dalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan itu
menyentuh semua jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada karyawan/pegawai lini paling bawah.
Selanjutnya Higgins berpendapat bahwa implementasi strategi dapat
digambarkan sebagai suatu sistem di mana komponen yang satu dengan komponen lainnya merupakan satu kesatuan secara integral yang mampu
menyelesaikan berbagai masalah dalam pelaksanaan strategi, yaitu: (1) Perencanaan integral dan sistem pengendalian, (2) Kepemimpinan, motivasi dan sistem komunikasi, (3) manajemen sumber daya manusia dan kultur
organisasi.
Higgins menjelaskan tentang sistem implementasi strategi tersebut
sebagai berikut :
dicapai oleh strategi tersebut, dijabarkan secara rinci, lalu untuk itu dibuatkan perencanaan antara dan perencanaan operasional.
Perencanaan antara adalah penghubung antara sasaran-sasaran strategi dan perencanaan operasional. Oleh sebab itu, sering juga disebut “program” yang mencakup ruang lingkup yang cukup luas, waktu yang memadai, cukup komprehensif, dan memiliki rincian yang cukup detail. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tugas program itu adalah menerjemahkan strategi ke dalam tugas operasional.
Perencanaan operasional pada umumnya berlaku untuk jangka waktu satu tahun, sungguh pun periode ini bisa bervariasi antara organisasi yang satu dengan yang lain.Tugas dari perencanaan operasional adalah menerjemahkan perencanaan antara ke dalam rencana yang pasti, yaitu kegiatan yang memberikan hasil yang diinginkan. Justru perencanaan operasional inilah yang memberi substansi pada strategi.
Anggaran yang merupakan kunci dari berhasilnya perencanaan operasional, biasanya disebut rencana operasional keuangan atau rencana pembiayaan. Ia menerjemahkan rencana operasional ke dalam komitmen rupiah. Melalui anggaran inilah dapat diketahui apakah rencana operasional mampu mencapai sasaran yang dikehendaki dalam strategi. (2) Kepemimpinan, motivasi, dan sistem komunikasi. Para pemimpin, eselon atas, hendaknya mampu memberikan motivasi kepada jajaran kepegawaian serta menjalankan sistem komunikasi yang baik kalau mau sukses dalam pelaksanaan strategi.
(3) Manajemen sumber daya manusia dan kultur organisasi. Komponen implementasi ini biasanya ditangani oleh bagian personalia dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah : pertama, menempatkan karyawan, yang sekaligus mencakup perencanaan personil, perekrutan, saringan, pelatihan, dan orientasi. Kedua, berfungsi kalau karyawan sudah mulai bekerja, yang mencakup pelatihan dan pengembangan, penyediaan kompensasi dan motivasi jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, evaluasi dan pengendalian, perbaikan produktivitas, dan perbaikan komunikasi dalam organisasi.
Mengenai sistem pengendalian di atas dapat diartikan sebagai upaya yang sistematis dalam mengawasi jalannya berbagai kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Stoner, Freeman dan Gilbert
memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
Sementara itu menurut Sule dan Saefullah (2008) kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.
Selanjutnya mereka mengatakan fungsi kepemimpinan pada dasarnya adalah tindak lanjut dari pemahaman para manajer terhadap keragaman karakteristik motif dan perilaku para pegawai dalam organisasi. Bagaimana semestinya para manajer mengarahkan dan memotivasi para pegawai menjadi esensi pokok dari kepemimpinan. Dalam kaitan dengan motivasi inilah seorang manajer atau pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi untuk menyampaikan rencana kerja dan sasaran apa yang ingin dicapai organisasi melalui jajaran pegawai atau bawahannya dengan baik (Sule dan Saefullah, 2008).
Sementara itu manajemen sumber daya manusia juga merupakan fungsi-fungsi pengelolaan personalia yang meliputi perencanaan, pengadaan, pelatihan dan pengembangan, perlindungan sampai kepada pengendalian, evaluasi dan penghargaan terhadap pegawai atau karyawan. Hal ini sejalan dengan pendapat Flamholtz (1989) dalam Lako (2004) yang mengatakan bahwa “fungsi-fungsi khusus dalam pemanajemenan sumber daya manusia meliputi pengadaan (acquistion), pelatihan dan pengembangan (training and development), penempatan pada posisi tertentu (allocation), erlindungan dan pemeliharaan (conservation), pendayagunaan (utilization), evaluasi prestasi (evaluation), dan pemberian imbalan (reward). Pada Hakikatnya fungsi-fungsi tersebut satu sama lainnya saling berintegrasi dan berkesinambungan.”
Di samping manajemen sumber daya manusia, kepemimpinan juga harus memperhatikan dan menerapkan kultur atau budaya organisasi dalam mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan. Mengenai budaya organisasi, Wiliams (2009) menyatakan bahwa “budaya organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan, dan sikap yang berlaku di antara anggota organisasi.”
pegawai lini terendah dapat dijalankan dengan baik pula sehingga tercapai apa yang diinginkan dari bawahannya.
Sedangkan kunci suksesnya implementasi strategi, seperti diungkapkan oleh Thompson dan Strickland (1992), adalah menyatukan organisasi secara total untuk mendukung strategi dan melihat apakah setiap tugas administratif dan aktivitas dilakukan menurut cara yang memadukan secara tepat semua persyaratan sehingga pelaksanaan dari strategi itu dapat dinikmati.
Selanjutnya dalam kaitan dengan fase implementasi strategi, Salusu (2003) menyatakan :
Fase implementasi strategi adalah fase peralihan tanggung jawab dari CEO kepada para manajer tingkat menengah, dari kepala eksekutif kepada kepala biro, atau kepala bagian,tergantung pada struktur dari setiap organisasi sampai ke setiap karyawan, setiap orang dalam organisasi. Sungguhpun CEO masih tetap terlibat dalam fase implementasi, porsi keterlibatannya tidak sebanyak pada perumusan strategi.
Seperti telah diuraikan, eselon atas bertugas membuat keputusan strategis, eselon menengah membuat keputusan taktis, sedangkan eselon bawah membuat keputusan operasional. Jadi, strategi itu dijabarkan lebih jauh ke dalam kepingan-kepingan yang memudahkan pelaksanaannya, dibagi kepada setiap individu sebagai pelaksana garis depan.
Sehubungan dengan penelitian ini, peralihan tanggung jawab di atas dari eselon puncak (kepala badan) kepada eselon menengah (kepala bidang) dan eselon bawah (kepala sub bidang/kepala sub bagian) dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) sampai kepada setiap individu (unsur staf). Proses tersebut ditetapkan dengan keputusan Kepala Badan yang tujuannya untuk memudahkan pelaksanaan strategi secara operasional yakni melalui program dan kegiatan yang telah ditetapkan.
Di samping itu, Salusu (2003) juga mengatakan :
Dalam skenario implementasi itu, selanjutnya direktur program mendesain spesifikasi pekerjaan dan membagi penugasan pekerjaan itu kepada setiap kepala unit kerja yang akan terlibat dalam implementasi. Para kepala unit kerja hendaknya memahami dengan sungguh-sungguh tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan, serta wajib meminta klarifikasi kepada direktur program apabila ada butir-butir penugasan yang belum jelas.
tugas-tugas itu rampung dikerjakan, siapa yang akan bertanggung jawab, untuk apa, dan kapan. Rencana dan program ini disampaikan kepada direktur program untuk didiskusikan kemudian direalisasikan.
Dari pandangan tersebut dapat dipahami bahwa peran direktur program (dalam penelitian ini disebut kepala bidang program) membagi pekerjaan kepada setiap unit kerja (bidang) dan tempat klarifikasi hal-hal yang belum jelas dan tempat diskusi kepala unit kerja dalam hal uraian pelaksanaan tugas untuk direalisasikan.
2.3. Program Pembangunan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan. Artinya, program merupakan perencanaan tentang sesuatu hal atau usaha dalam bidang tertentu yang akan dijalankan.
Adisasmita (2005) menyatakan bahwa program adalah kumpulan kegiatan- kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Higgins dalam Salusu (2003) memahami program dari sudut perencanaan yakni perencanaan antara di mana program menerjemahkan strategi ke dalam tugas operasional. Kemudian tugas dari perencanaan operasional adalah menerjemahkan perencanaan antara ke dalam rencana yang pasti, yaitu kegiatan yang memberi hasil yang diinginkan dan memberi substansi pada strategi.
Berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas, Adisasmita (2005) mengatakan bahwa “aktivitas merupakan permainan dari strategi konkrit organisasi untuk diimplementasikan dengan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan dan sasaran.”
Maka dapat kita pahami bahwa program adalah alat kebijakan untuk mewujudkan sasaran dan tujuan sesuai tugas dan fungsi SKPD dalam urusan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sedangkan kegiatan mengelola input dan output untuk menghasilkan barang/jasa.
Dalam kaitan dengan hal tersebut, Program Pembangunan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dirumuskan, untuk mencapai tugas dan fungsi Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai dalam urusan pemerintahan daerah.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, urusan pemerintahan daerah adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewena- ngannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat. Sedangkan fungsi adalah tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional (Pasal 1 Ayat 40 dan 39).
Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa urusan pemerintahan daerah berkaitan erat dengan perwujudan tujuan pembangunan yaitu pembangunan nasional.
Adapun tujuan pembangunan nasional didasarkan pada tujuan pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mengatakan bahwa tujuan pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk “melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.” Dari penggalan kalimat tersebut dapat dipahami adanya suatu tekad dan upaya Pemerintah Indonesia mulai dari tingkat pusat sampai ke seluruh kabupaten/kota untuk menjaga dan memelihara bangsa (masyarakat) Indonesia ini agar terlindungi berbagai ancaman dan gangguan terhadap keberadaan dan kehidupan bangsa di seluruh wilayah Indonesia.
pada dasarnya adalah sangat penting, di samping pembangunan fisik dan ekonomi yang sering diutamakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut di atas terkait pula dengan Program Prioritas Pembangunan Pemerintahan Presiden danWakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang dikenal dengan nama “Nawacita atau Sembilan Cita-Cita”, khususnya cita-cita pertama : memberi perlindungan dan rasa aman kepada seluruh warga negara, ke delapan: melakukan revolusi karakter bangsa dan kesembilan : memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Di mana urusan pemerintah pusat ini dijabarkan melalui perencanaan pembangunan nasional sampai ke seluruh tingkatan pemerintahan yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga Nawacita yang diprogramkan oleh pusat dapat disusun dan dilaksanakan pula di tingkat provinsi, kabupaten dan kota.
Hal tersebut sejalan pula dengan kewajiban kepala daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pada Pasal 67 dikatakan bahwa tugas kepala daerah di antaranya adalah “memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, UUD 1945 serta mempertahankan keutuhan NKRI, mengembangkan demokrasi, menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan melaksanakan program strategis nasional.”
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa urusan pemerintahan daerah merupakan pengelolaan fungsi pemerintahan yang bersumber dari penjabaran urusan pemerintah pusat sesuai tingkatannya (dalam hal ini Pemerintah Kota Tanjungbalai c.q. Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai) menjalankan urusan pemerintah daerah dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai sesuai kebutuhan yang ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Kegiatan :
-Penyiapan Tenaga Pengendali Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan -Pembangunan Pos Jaga/Ronda
-Pelatihan Pengendalian Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan -Pengendalian Kebisingan, dan Gangguan dari Kegiatan
-Pengendalian Keamanan Lingkungan -Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan -Dan seterusnya...
2. Program Pemeliharaan Kantramtibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal -Pengawasan Pengendalian dan Evaluasi Kegiatan Polisi Pamongpraja -Peningkatan Kerjasama dengan Aparat Keamanan dalam Teknik Pencegahan Kejahatan
-Kerjasama Pengembangan Kemampuan Aparat Polisi Pamong Praja dengan TNI/Polri dan Kejaksaan
-Peningkatan Kapasitas Aparat dalam rangka Pelaksanaan Sishankamrata di Daerah
-Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan -Dan seterusnya...
3. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
-Peningkatan Toleransi dan Kerukunan dalam Kehidupan Beragama -Peningkatan Rasa Solidaritas dan Ikatan Sosial di Kalangan Masyarakat -Peningkatan Kesadaran Masyarakat akan Nilai-Nilai Luhur Budaya Bangsa
-Dan seterusnya...
4. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan
-Fasilitasi pencapaian halaqohdanberbagaifaham keagamaan lainnya da- lam upaya peningkatan wawasan kebangsaan
-Seminar, talkshow, diskusi peningkatan wawasan kebangsaan
-Pentas seni dan budaya, festival, lomba cipta dalam upaya peningkatan wawasan kebangsaan
5. Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
-Pembentukan satuan keamanan lingkungan di masyarakat -Dan seterusnya...
6. Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat) -Penyuluhan pencegahan peredaran/penggunaan minuman keras dan nar- koba
-Penyuluhan pencegahan berkembangnya prostitusi -Penyuluhan pencegahan peredaran uang palsu
-Penyuluhan pencegahan dan penertiban aksi premanisme -Penyuluhanan dan penertiban tindak penyelundupan -Penyuluhan pencegahan praktek perjudian
-Penyuluhan pencegahan eksploitasi anak bawah umur -Monitoring, evaluasi dan pelaporan
-Dan seterusnya...
7. Program pendidikan politik masyarakat Kegiatan :
-Penyuluhan kepada masyarakat
-Fasilitasi penyelesaian perselisihan partai politik -Koordinasi forum-forum diskusi politik
-Penyusunan data base partai politik -Monitoring, evaluasi dan pelaporan
-Dan seterusnya...
-Pengadaan tempat penampungan sementara dan evakuasi penduduk dari
ancaman/korban bencana alam
-Pengadaan sarana dan prasarana penduduk dari ancaman/korban bencana
alam
-Pengadaan logistik dan obat-obatan bagi penduduk di tempat penam pungan sementara
-Dan seterusnya...
Dari uraian program dan kegiatan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ada 9 (sembilan ) program pokok yang dapat disusun dalam perencanaan strategis yang dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Badan Kesbangpol dan Linmas Kota
Tanjungbalai dari tahun 2011-2016 dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai.
Adapun setiap program dan kegiatan tersebut di atas selanjutnya dipilih oleh Badan Kesbangpol dan Linmas sesuai dengan strategi-strategi yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.
2.4. Pemeliharaan Kesatuan Bangsa dan Situasi Kondusif di Kota
Tanjungbalai
Ditinjau dari arti kata yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, bahwa kalimat Pemeliharaan Kesatuan Bangsa dan Situasi Kondusif di Kota Tanjungbalai dapat diartikan sesuai penggalan kata masing-masing sebagai
berikut :
berpemerintahan sendiri. Jadi, dari kedua pengertian kata tersebut, kesatuan bangsa adalah keutuhan dan kebulatan suatu kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah serta berpemerintahan sendiri.
-Situasi kondusif juga terdiri dari dua suku kata yaitu situasi dan kondusif. Kondusif berarti situasi yang memberi peluang pada hasil yang diinginkan yang bersifat mendukung. Situasi berarti keadaan, letak sesuatu, tempat. Situasi kondusif berarti keadaan yang memberi peluang pada hasil yang diinginkan yang bersifat mendukung.
-Kota Tanjungbalai, terdiri atas dua suku kata, kota dan Tanjungbalai. Kota berarti daerah pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat. Tanjungbalai adalah nama kota tersebut.
Sedangkan secara administrasi pemerintahan, menurut pengertian Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Kota Tanjungbalai adalah sebuah kota yang dikepalai oleh seorang walikota yang berada di wilayah Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Maka, Kota Tanjungbalai berarti suatu wilayah pemerintahan yang berada di Provinsi Sumatera Utara dan dikepalai oleh seorang walikota.
Jadi, pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai berarti upaya untuk memelihara agar tetap terjaganya keutuhan sekaligus menghindari adanya ancaman serta gangguan konflik, kerusuhan dan disintegrasi bangsa dalam masyarakat sehingga terdukungnya Pemerintahan Kota Tanjungbalai dalam mencapai tujuannya.
Upaya tersebut dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat untuk membantu Walikota Tanjungbalai dalam hal menyusun kebijakan dan pelaksanaan bidang teknis kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat melalui perumusan dan penyusunan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Strategi-strategi tersebut dijabarkan pula ke dalam masing-masing program dan kegiatan yang memberi makna dan gambaran tentang upaya yang dilakukan oleh Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai.
dalam bentuk-bentuk : sosialisasi, penyuluhan, diskusi, seminar, pemantauan, loka
karya, bimbingan teknis, pelatihan, pembentukan dan pemberdayaan forum-forum strategis, patroli, kunjungan kerja, rapat-rapat koordinasi, konsultasi dan
kerjasama serta bentuk kegiatan lainnya, diharapkan dapat mewujudkan terpeliharanya kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai.
Dengan adanya berbagai program dan kegiatan tersebut dimaksudkan agar
Kota Tanjungbalai dapat terhindar dari berbagai ancaman dan bahaya konflik, perpecahan, kerusuhan serta berbagai gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat. Sebab jika hal-hal tersebut tidak diantisipasi dan dicegah melalui kegiatan-kegiatan di atas, pada gilirannya dapat merusak kesatuan bangsa serta mengganggu kondusivitas dan kelancaran pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di Kota Tanjungbalai.
Jika dikaitkan dengan tujuan pembentukan negara dan kewajiban kepala daerah yang telah disingung sebelumnya, maka tugas pemeliharaan kesatuan
bangsa dan situasi kondusif di atas sejalan pula dengan pandangan Nasution (2015), yang mengatakan :
Tugas penting pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan jaminan rasa aman kepada warganya yang merupakan kebutuhan dan hak dasar yang memungkinkan setiap warga negara untuk dapat menjalankan aktivitas, mengoptimalikan potensi, dan mewujudkan kesejahteraan hidup secara lancar, terhindar dari rasa takut, gangguan dan tekanan dari pihak lain. Tugas yang tidak kalah penting harus dilaksanakan baik pemerintah pusat maupun daerah adalah menjaga kerukunan, persatuan dan keutuhan negara kesatuan Indonesia, sebagai salah satu pilar kebangsaan, sehingga tidak terjadi perpecahan yang menyebabkan disintegrasi bangsa.