Makalah Hukum Administrasi Negara
Tentang
Hukum Perizinan
Setyo Hermanto
8111415236
FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan malakah yang berjudul : “Perizinan ”. Untuk terwujudnya makalah ini penulis sangat berterima kasih yang sebesar -besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan sesuai rencana.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan mata kuliah
Hukum Administrasi Negara . Selain itu, makalah ini didekasikan kepada seluruh pihak yang
peduli akan pentingnya Perizinan yang digunakan untuk mendirikan bangunan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Penulis mengharapkan kritik dan saran akan
makalah yang telah disusun ini, agar kedepannya dapat menjadi lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Perizinan, Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara yang
diterapkan dalam peraturan berdasarkan prosedur dan persyaratan sebagaimana ketentuan
perundang-undangan. Hal ini menjadikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Dari
masyarakat hingga pejabatpun, berkutat dengan perizinan, karena perizinan berkaitan dengan
kepentingan yang diinginkan oleh masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya agar mendapat
persetujuan atau legalitas dari pejabat negara sebagai alat administrasi didalam pemerintahan
suatu negara. Sebagai bentuk dari suatu kebijakan tentunya izin tidak boleh bertentangan
dengan suatu perundang-undangan serta norma-norma didalam masyarakat.
Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Pada satu sisi
masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, dan pada sisi lain
penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Untuk mengatur ketertiban bagi
masyarakat, maka pemerintah diberi wewenang untuk membuat peraturan. Peraturan tersebut
dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat, artinya ketika suatu kegiatan tertentu
menginginkan suatu pengaturan, maka tugas pemerintah adalah membuat peraturan yang
akhirnya dituangkan secara tertulis dan dibuat oleh organ yang berwenang, sehingga lazim
disebut dengan peraturan perundang – undangan.
Yang dimaksud dengan peraturan perundang – undangan disini adalah setiap peraturan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh lembaga atau pejabat negara
yang mempunyai ( menjalankan ) fungsi legislative sesuai cara yang berlaku, salah satunya
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang dimaksud dengan Perizinan?
2. Permasalahan apa saja yang muncul dilapangan dalam Perizinan?
3. Contoh Kasus yang berkaitan dengan Perizinan dan analisis ?
4.Bagaimana peran HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang tentang perizinan?
2. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1.Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai perizinan serta manfaat dalam penerapannya
di kehidupan sehari-hari.
2. Bagaimana Mahasiswa diharapkan bisa memberikan solusi terkait masalah yang sering
terjadi didalam Perizinan
3. Dan diharapkan pula informasi ini dapat menjadi referensi dalam pembelajaran Hukum
BAB II PEMBAHASAN
Hukum Administrasi Negara (Perizinan)
A. Pengertian Perizinan
1. Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan sutau perbuatan dari
kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut,WF prince mengatakan bahwa
dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang meyebabkan suatu peraturan
perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa.
2. Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarkan suatu
perusahaan,lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang
untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.
3. Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana
kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari
pemerintah,tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris
(pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah.
4. Izin menurut sjahran basah adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu, merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta
lisensi-lisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas pada
konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberikan oleh karena banyak bahaya penyelundupan,
kekayaan bumi dan kekayaan alam negara dan kadang-kadang merugikan masyarakat yang
bersangkutan. Wewenang pemerintah diberikan kepada konsensionaris walupun terbatas
dapat menimbulkan masalah pilitik dan social yang cukup rumit, oleh karena perusahaan
pemegang konsesi tersebut dapat memindahkan kampong, dapat membuat jaringan jalan,
listrik dan telepon, membentuk barisan keamanan, mendirikan rumah sakit dan segala sarana
Beberapa peraturan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah:
1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan Umum atau
Dinas Tata Kota.
2. Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT), diatur dengan keputusan Walikota/Bupati
dibantu Kantor Pertanahan atau Kantor Agraria, Tujuannya mengarahkan dan mengendalikan
aktifitas perubahan tanah ( misalnya tanah yang dianggap tidak produktif)
3. Izin Tempat Usaha /HO, batas-batas tempat usaha
4. Izin Tebang Kayu dan pengangkutannya,untuk mencegah bahaya bagi lingkungan; dengan
cara mengajukan izin kepada Kepala Desa atau Pemerintah Setempat (Retribusi)
B. Permasalahan dalam Perizinan
Hasil yang dilakukan Bank Dunia (2006-2008) di beberapa daerah di Indonesia
terhadap pelaku usaha tentang kondisi perizinan di Indonesia menggambarkan hal yang sama
dengan data-data angka yang ditampilkan Doing Business (Bank Dunia). Beberapa komentar
pelaku usaha dan menjadi masalah utama perizinan di Indonesia antara lain:
1. Waktu pengurusan izin relatif lama, karena proses yang berbelit-belit dan menyangkut
banyak lembaga teknis.
2. Biaya yang relatif tinggi karena proses yang panjang dan tidak transparan sehingga terbuka
peluang untuk terjadinya pungutan liar.
3. Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian.
Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah berhasil,
karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam pelayanan publik,
terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.
Ada tiga level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik, pertama
kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan dalam pemberian pelayanan
publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan masyarakat; kedua, kelembagaan,
masyarakat atau hanya berdasar pada kebutuhan eksistensi lembaga-lembaga di daerah agar
tidak dilakukan likuidasi lembaganya termasuk juga kepentingan-kepentingan politis yang
sangat kental terutama ketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber
daya manusia, apakah sumber daya manusia yang memberikan pelayanan juga memerlukan
kecakapan-kecakapan tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai perubahan dimana
masyarakat juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik, maka
administrasi negara tidak bisa bertindak hanya berdasar pada perintah atasan, namun tuntutan
masyarakat juga menjadi bagian penting.
Sebenarnya jika pelayanan publik di Indonesia khususnya bidang perizinan bisa
berjalan sesuai Undang-Undang yang berlaku maka dapat menunjang perekonomian di
Negara Indonesia sendiri.
C. Contoh Kasus Surat Perizinan
Kamis, 7 Agustus 2014 |
Kasus Suap Bupati Bogor Mulai Disidangkan
Metro Online.co, Jakarta – Kasus suap terhadap Bupati Bogor Rachmat Yasin berkaitan dengan pengurusan izin tukar-menukar kawasan hutan seluas 2.754 hektare di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 7 Agustus 2014, mulai disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung, Jawa Barat. Dalam sidang perdana itu duduk sebagai terdakwa Fransiscus Xaverius Yohan Yap, tangan kanan Direktur PT Sentul City sekaligus Komisaris Utama PT Bukit Jonggol Asri, Cahyadi Kumala Kwee alias Swee Teng.
Staf Hubungan Masyarakat Pengadilan Negeri Bandung, Joko Indiarto, membenarkan persidangan perdana terhadap Fransiscus. Agendanya berupa pembacaan dakwaan oleh jaksa penuntut umum. “Benar, sidang dimulai pukul 09.00 WIB,” kata Joko melalui pesan pendek, Kamis, 7 Agustus 2014.
Seperti diberitakan sebelumnya, F.X. Yohan berperan sebagai kurir duit suap, meski dia tidak tercatat sebagai karyawan Bukit Jonggol maupun Sentul City.
Selain F.X. Yohan, dalam kasus itu, Bupati Bogor Rachmat Yasin dan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor M. Zairin telah ditetapkan sebagai tersangka.
Penyidik menduga kejadian di rumah di Jalan Wijaya Kusumah Nomor 103, Kompleks Taman Yasmin, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, itu berkaitan dengan penyuapan, yang kemudian terungkap setelah petugas KPK melakukan operasi tangkap tangan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan secara intensif terhadap para saksi yang ditangkap KPK, penyidik menduga komitmen suap kepada Bupati Rachmat Yasin mencapai Rp 5 miliar.
Cahyadi memerintahkan F.X. Yohan Yap untuk mengeksekusi pemberian duit suap. Cahyadi diduga berkali-kali menelepon Yohan menjelang berlangsungnya pemberian uang suap kepada Bupati Bogor. “Sumber uang juga datangnya dari Cahyadi,” ujar sumber itu.
Setelah mendapat perintah, F.X. Yohan menemui M. Zairin di Taman Budaya, Sentul City. Di sana, negosiasi berlangsung. Lantas, mereka bertolak menuju lokasi penyerahan uang yang lokasinya tak jauh dari Taman Budaya.
Seorang bawahan Cahyadi lainnya sudah menunggu sambil menjaga duit itu. Setelah menyerahkan duit, Yohan berpisah dengan Zairin. Sesaat kemudian, penyidik KPK menangkap mereka bersama beberapa orang lainnya.
Sejak 8 Mei 2014, Cahyadi dikenai status cegah oleh Direktorat Jenderal Imigrasi untuk mengantisipasi agar tidak melarikan diri ke luar negeri. Status yang sama juga telah dikenakan kepada Dian Purwheny dan Roselly Tjung alias Shirley Tjung, sejak 21 Mei lalu. Keduanya ditengarai sebagai tangan kanan Cahyadi
Penulis: Kusman Sumber: Metro Online
Analisa
:
Kasus Suap Perizinan sedang marak terjadi diberbagai wilayah, utamanya terjadi di daerah perkotaan maupun kabupaten. Hal ini sering terjadi karena perizinan, termasuk alih fungsi lahan, menjadi otorisasi pemerintah daerah, dalam hal ini bupati atau Wali kota. Dan hal ini sering dipersulit untuk memperoleh surat perizinan maupun alih fungsi lahan, Sejauh ini masih terjadi praktik biaya tinggi, yang memungkinkan pengajuan surat perizinan dibebankan biaya yang tinggi.
Dalam kasus ini intinya, kepala pemerintahan daerah (bupati/walikota) harus mampu menjadi pemimpin yang bijak dan arif dalam hal surat perizinan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, tidak malah untuk mempersulit keluarnya surat perizinan. Sehingga tindak suap menyuap surat perizinan tidak terjadi lagi. Dan perlunya pengurangan biaya pengurusan surat perizinan, ataupun meniadakan biaya surat perizinan, sehingga tidak ada lagi kasus suap surat perizinan. Investasi di daerah akan semakin meningkat dan mengakibatkan perekonomian akan berkembang pesat.
D. HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang tentang perizinan.
Disini HAN itu perlu berfungsi untuk :
Melakukan kontrol terhadap jalannya insrumen-instrumen pemerintah seperti badan-badan milik pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah yang melakukan pelanggaran baik itu pencurian atau penyalahgunaan wewenangnya yang dimana akan menyinggung perlindungan bagi subyek hukum yang dirugikan oleh negara maupun person yang mewakili negara dan perlindungan hukum dalam HAN.
Kebebasan Pemerintah menggunakan wewenang paksaan pemerintahan ini harus dibatasi oleh asas-asas umum pemerintahan yang layak seperti : Asas kecermatan,asas keseimbangan,asas kepastian hukum dsb.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan Hukum Perizinan merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta lisensi-lisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas pada konsensionaris.
Beberapa peraturan terkait perizinan yang dikeluarkan pemerintah seperti izin mendirikan bangunan, Izin perubahan penggunaan tanah, Izin tempat usaha, Izin tebang kayu memiliki tata cara yang berbeda untuk memperoleh izinnya.
Terkait permasalahan perizinan. sering dijumpai dalam membuat perizinan, orang atau badan hukum yang membuat perizinan menngalami beberapa kendala seperti : Waktu pengurusan izin relatif lama, Biaya yang relatif tinggi, Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian. Hal ini karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.
Disini Peranan Hukum Administrasi Negara (HAN) dalam mengatasi permasalahan perizininan ialah dalam melakukan kontrol terhadap jalannya istrumen-instrumen pemerintah seperti badan-badan milik pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah. Berdasarkan berbagai yurispundensi di negeri Belanda atau peraturan undang-undang di Indonesia, tampak bahwa pelaksanaan paksaan pemerintah adalah wewenang yang diberikan undang-undang kepada pemerintah yang bersifat bebas, dalam arti pemerintah diberi kebebasan untuk mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah mengunakan bestuursdwang atau tidak atau bahkan menerapkan sanksi lainnya.
B. Saran
Disini penulis memberi saran agar pemerintah dalam menangani permasalahan-permasalahan terkait perizinan tidak terjadi atau meminimalisir pelanggaran terkait perizinan :
1. Mengurangi atau bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali biaya
pengurusan perizinan.
2. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan di bidang usaha, untuk
menghindari tindak aksi pelanggaran perizinan.
3. Perlunya disederhanakan persyaratan administrasi dengan mengurangi jumlah persyaratan,
DAFTAR PUSTAKA
1.Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta, 2003.
2. Ridwan, Juniarso & Achmad Sodik Sudrajat, 2010, Hukum Adminstrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, cet.ke-1, Bandung: Nuansa.