• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Izin Kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Basah, Sjachran disunting Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta,2011.

Hadjon, Philipus M. dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada Press Uneversity, Yogyakarta, 2002.

H.R, Ridwan. Hukum Administrasi Negara, Rajawali .Pers, Jakarta, 2011.

Ibrahim, Johny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Surabaya: Bayu Media Publishing, 2005.

Kaho, Josef Riwu. Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, PolGov, UGM, Yogyakarta, 2012.

Mardiasmo. Perpajakan. Yogyakarta: Andi,2011.

Marzuki, Peter Mahmud Penelitian Hukum Jakarta : Prenanda Media Group, 2013 Muslimin, Amrah Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi,

Alumni, Bandung, 2010.

Sutedi, Adrian. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Suwarjoko, dkk. Pariwisata dalam tata ruang wilayah, ITB Bandung, 2007

Syafruddin, Ateng. Perizinan Untuk Kegiatan Tertentu, Majalah Hukum. Media Kominukasi FH UNPAS, 1997.

(2)

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan

Artikel

Andi Meegie Senna, Analisis Potensi Pariwisata Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kota Palopo, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar 2014.

Martina Friwati, Upaya Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Kota Medan (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan), Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2012.

Pradana, Aktivitas promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar

dalam meningkatkan kunjungan wisatawan” Universitas Hasanuddin

Makasar, 2012

Trilolorin Sitorus, Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Kota Medan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2013.

Waluyo. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Tiga Serangkai. 2008. Website

Ringkasteori.blogspot.com/2011/11/tentang-perencanaan-pembangunan-daerah, diakses tanggal 1September 2016.

http://www.temukanpengertian.com/2013/08/pengertian-hukum-administrasi-negara.html, diakses tanggal 11 September 2016

http://www.medantourism.com/component/content/article.html?id=46 diakses tanggal 1 September 2016.

http://triskinsimanungkalit.blogspot.co.id/2013/01/potensi-pariwisata-sebagai-salah-satu.html diakses tanggal 1 September 2016.

http://sentralberita.com/2016/08/kota-medan-salah-satu-20-destinasi-pariwisata-unggulan-indonesia/diakses tanggal 1 September 2016

(3)

http://anekatempatwisata.com/10-tempat-wisata-di-medan-yang-wajib-dikunjungi/, diakses tanggal 1 Septenber 2016.

http://triskinsimanungkalit.blogspot.co.id/2013/01/potensi-pariwisata-sebagai-salah-satu.html, diakses tanggal 1 September 2016.

(4)

BAB III

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KEPARIWISATAAN DI KOTA MEDAN

D. Gambaran Umum Kepariwisataan di Kota Medan

Kota Medan terletak antara 2o .27‟-2o .47‟ Lintang Utara dan 98o .35‟-98o

.44‟ Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan

mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,0 o C-24,1 o C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6 o C-33,1 o C serta pada malam hari berkisar 26 o C-30,8 o C. Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30'-3° 43' Lintang Utara dan 98° 35'-98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun Universitas Sumatera Utara 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

(5)

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Keempat objek wisata unggulan tersebut adalah Istana Maimun, Mesjid Raya Al-Mahsun, Taman Buaya/ Penangkaran Buaya, dan Rumah Tjong A Fie. 30 Selain tempat tersebut masih ada beberapa tempat wisata di Kota Medan antara lain Musium Negeri, Rahmad Gallery, Kebun Binatang.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan Sejak tahun 1991 telah terbentuk Dinas Pariwisata Kota Medan, kemudian Pada tahun 2001 ditambah urusan kebudayaan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan SK Walikota Medan No. 20/2002 tentang Tujuan dan Fungsi Dinas dan Kebudayaan Kota Medan.31 Dan perubahan terakhir dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah

RI No. 38 tahun 2007. Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, yang merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merupakan instansi Pemerintah Kota Medan yang bergerak dalam bidang kebudayaan dan pariwisata yang berlokasi di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH no. 40/42.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merupakan fasilitator dalam kegiatan pariwisata di Kota Medan sehingga diharapkan mampu menciptakan dan

30

Martina Friwati, Op.Cit, hal 26 31

(6)

melakukan usaha-usaha untuk lebih memajukan pariwisata Kota Medan seperti menutupi kelemahan-kelemahan dalam kegiatan pariwisata Kota Medan. Apabila hal tersebut tidak cepat diatasi, maka akan menjadi ancaman bagi kegiatan-kegiatan pariwisata di Kota Medan. Oleh karena itu diharapkan kepada Pemerintah Kota Medan, harus tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul dan menjadikannya tantangan dalam pengembangan pariwisata ke depan.

Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menjadi semakin penting bagi sektor pariwisata yang secara langsung mendukung perkembangan perekonomian daerah bahkan Indonesia. Dalam menjalankan perannya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan bekerja sama dengan masyarakat Kota Medan untuk.

Pariwisata adalah suatu aset daerah pada khususnya dan bagi negara pada umumnya memiliki sumber pnghasilan yang sangat besar dibanding dengan sektor sektor lainnya.32 Namun, kita tidak pernah tahu sejauh mana kepedulian kita terhadap dunia pariwisata Sumatera Utara khususnya. Sumatera utara pada dasarnya banyak menyimpan potensi dan juga kesempatan untuk bisa bersaing dengan daerah lainnya yang ada diseluruh Indonesia. Namun, kita melihat masih banyak tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah daerahnya sendiri. Devisa yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata itu sendiri jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya jika benar benar dikelola dengan baik.

Sumatera Utara sendiri memiliki banyak tempat objek wisata yang bisa dinikmati oleh wisman dan juga para wisatawan mancanegara. Kota Medan banyak

32

(7)

menyimpan tempat tempat bersejarah merupakan aset dari para nenek moyang daerah sumatera utara yang dapat dijadikan aset pendapatan asli daerah sumatera utara. Kita juga dapat menyaksikan megahnya Istana Mimun dengan singgahsananya dan juga Mesjid Raya Medan yang agung akan kubah dan ceritanya yang meriwayatkan cerita para pemuka pemuka terkenal asal daerah sumatera utara. Hal itu semua dapat memberikan nilai masuk bagi dunia pariwisata sumut. Devisa yang dihasilkan oleh dunia pariwisata sumatera utara sebenarnya lebih besar bila benar benar di kelola oleh tangan tangan ahli dibidangnya. namun, para petinggi sumatera utara sendiri kurang memperhatikan akan keberadaan tersebut sehingga agak mengurangi pendapatan daerah Sumatera Utara.

Dalam melaksanakan tugas, Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 33

a. Merumuskan ketentuan/ kebijakan standar teknis, pelayanan dibidang kebudayaan dan pariwisata.

b. Melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dibidang kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan ketentuan yang ada.

c. Melaksanakan koordinasi/ kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak terkait.

d. Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebudayaan dan pariwisata.

33

(8)

e. Menyelenggarakan pemberian perizinan dan pengawasan

f. Memberikan masukan kepada walikota sesuai bidang tugas dan fungsinya.

Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Kemajuan kebudayaan dan pariwisata merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan daerah dengan mewujudkan supremasi hukum, dan pemerintah yang bersih, mengupayakan pertumbuhan dalam bidang ekonomi, pembangunan, pengentasan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan kerukunan kehidupan beragama, pelestarian budaya dan pemerataan pembangunan disegala bidang. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merumuskan visi yaitu “Menjadikan Kota Medan Sebagai Daerah Tujuan Wisata”

Medan, ibu kota Sumatra Utara ini merupakan kota terbesar keempat di Indonesia. Selayaknya kota-kota besar lainnya, selain sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, Medan juga sering menjadi kota tujuan wisata bagi masyarakat Indonesia. Kota yang memadukan budaya modern dan kolonial ini memiliki banyak spot-spot wisata. Berikut beberapa tempat wisata di Medan 34

Objek wisata yang ada di Kota Medan, antara lain:

1. Istana Maimun 2. Guru Patimpus

3. Tjong A Fie

34

(9)

4. Kantor Pos Medan

5. Mesjid Raya

6. Gereja Lama

7. Vihara Gunung Timur

8. Klenteng Hindu Shri Marimman

9. Lonsum

10. Musesum Bukit Barisan

11. Tugu Jendral Ahmad Yani

12. Museum Sumatera Utara

13. Taman Buaya

14. Kebun Binatang

15. Danau Siombak

16. Merdeka Walk

17. Taman Sri Deli

(10)

Kota Medan memiliki Bandar udara Polonia dan Pelabuhan laut Belawan yang merupakan pintu utama masuknya wisatawan mancanegara yang datang melalui laut maupun udara untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan wisata yang ada di berbagai wilayah Sumatera Utara. Objek dan daya tarik yang ada di Medan sangat banyak sekali, seperti Istana Maimun, Penakaran Buaya Asam Kumbang, Mesjid Raya, Museum Rahmat Syah yang bertempat di kota Medan. Objek wisata di kota Medan mendapat respon yang sangat sedikit, terutama pada masyarakat lokal.35

Jika dilihat dari teori basis-nonbasis maka sektor pariwisata di kota Medan termasuk dalam teori non basis. Kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah. LQ>1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol daripada peranan sektor itu secara nasional. Sedangkan LQ<1 artinya

35

(11)

peranan sektor itu di daerah tersebut lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara nasional. Untuk membuat perencanaan pengembangan wilayah kota Medan dari sektor pariwisata, maka perlu diperhatikan teori lokasi dan teori basis ekonomi.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan pariwisata di kota Medan adalah lemahnya promosi dan belum memadainya ragam, mutu objek dan daya tarik wisata, infrastruktur dan SDM yang belum memadai serta sarana dan prasarana pendukung yang ada.Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah kota terhadap potensi yang dapat dikembangkan dari tempat-tempat wisata tersebut. Pemerintah hanya memaksimalkan perhatian pada sektor industri sehingga akhirnya sektor pariwisata yang juga memiliki nilai lebih menjadi tertinggal jauh.36

Koordinasi dan konsolidasi antar pelaku industri pariwisata sangat diperlukan untuk peningkatan kinerja Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam rangka menjadi elemen kekuatan pembangunan pariwisata yang besar di Kota Medan. untuk itu, Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan).37

Misi memberikan gambar untuk terwujudnya visi agar organisasi dapat terlaksana seperti apa yang diharapkan, maka diharapkan dari berbagai kalangan

36Ibid 37

(12)

terutama pihak yang berkepentingan untuk mengetahui dan mendukung program serta hasil yang akan diperoleh. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai misi sebagai berikut:

a. Melindungi, melestarikan aset-aset kebudayaan daerah yang datangnya dari warisan leluhur dan memberikan kebebasan berekspresi dan berkreasi dalam kesenian budaya dengan mengacu kepada nilai-nilai agama dan alat budaya yang ada.

b. Meningkatkan, menampilkan atraksi budaya lokal dan kesenian daerah. Generasi-generasi penerus dari sejak dini harus diperkenalkan dan dididik untuk mempelajari budaya dan kesenian yang ada dan ditampilkan sesering mungkin untuk diketahui, diperkenalkan ke manca negara.

c. Meningkatkan sarana dan prasarana objek wisata. Objek wisata yang telah ada, sarana dan prasarana seperti jalan, penunjuk arah ke lokasi objek dibuat sebaik mungkin dan membangun kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk pembangunan objek wisata baru terutama wisata rekreasi yang masih sangat minim di kota Medan.

(13)

menunjang dibidang masing-masing yang dilakukan secara profesional.

e. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat terhadap peraturan dalam bidang kepariwisataan.

f. Melaksanakan sosialisasi hukum dalam upaya peningkatan kesadaran hukum masyarakat terhadap kepariwisataan.

E. Syarat Izin Kepariwisataan

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi pemohon dalam izin kepariwisataan, antara lain :38

1. Permohonan pendaftaran usaha pariwisata diajukan secara tertulis oleh pengusaha kepada Walikota Cq. Kepala Kantor PM dan PTSP Kota Medan.

2. Pengajuan permohonan pendaftaran usaha pariwisata disertai dengan dokumen, yaitu:

a. Fotokopi akta pendirian badan usaha yang mencantumkan usaha pariwisata sebagai maksud dan tujuannya, beserta perubahannya

38

(14)

apabila ada untuk pengusaha yang berbentuk badan hukum, atau fotokopi kartu tanda penduduk untuk pengusaha perseorangan.

b. Fotokopi bukti hak pengelolaan dari pemilik usaha pariwisata.

c. Fotokopi izin teknis dan dokumen lingkungan hidup sebagai lampiran permohonan harus telah dilegalisir/disahkan oleh instansi teknis yang berwenang yaitu :

1) Izin mendirikan bangunan (IMB) 2) Izin Gangguan (HO)

3) Surat Izin Tempat Usaha (SITU) 4) Amdal/UKL/UPL atau SPPL.

d. Surat pernyataan keabsahan dan kebenaran dokumen

Persyaratan permohonan pemutakhiran daftar usaha pariwisata, antara lain: 39

1. Pengusaha wajib mengajukan secara tertulis kepada Walikota Cq. Kepala Kantor PM dan PTSP Kota Medan, permohonan pemutakhiran 2. Daftar usaha pariwisata apabila terdapat status perubahan kondisi

terhadap hal yang tercantum di dalam daftar usaha pariwisata paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah status perubahan terjadi

3. Pengajuan permohonan pemutakhiran daftar usaha pariwisata disertai dokumen penunjang yang terkait dengan memperlihatkan dokumen aslinya.

4. Surat pernyataan keabsahan dan kebenaran dokumen pemutakhiran .

39

(15)

5. Dinas yang ditunjuk memberikan Tanda Bukti Penerimaan Permohonan

Pembekuan sementara berlaku bagi pemohon, dikarenakan:

1. Pembekuan sementara tanda daftar usaha pariwisata apabila pengusaha : a. Terkena sanksi pembekuan sementara karena melanggar / tidak

memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku .

b. Tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus – menerus untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih.

2. Tanda daftar usaha pariwisata tidak berlaku untuk sementara apabila pendaftaran usaha pariwisata dibekukan sementara.

3. Pengusaha wajib menyerahkan tanda daftar usaha pariwisata kepada Dinas yang ditunjuk paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah pembekuan sementara.

Pengusaha dapat mengajukan permohonan pengaktifan kembali tanda daftar usaha pariwisata apabila telah :

Terbebas dari pembekuan sementara kegiatan usaha.

a. Pernyataan tertulis dari pengusaha yang menyatakan kesanggupan untuk menyelenggaran kembali kegiatan usahanya .

b. Surat pernyataan tertulis dari pengusaha yang menerangkan tentang keabsahan dan kebenaran dokumen pengaktifan kembali.

Pembatalan tanda daftar usaha pariwisata dilakukan apabila pengusaha, apabila

(16)

b. Tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus menerusuntuk waktu 1 (satu) tahun atau lebih.

c. Membubarkan usaha. Bidang Usaha Pariwisata

1. Bidang usaha daya tarik wisata meliputi jenis usaha : a. Daya tarik wisata alam

b. Daya tarik wisata budaya

c. Daya tarik wisata buatan manusia 2. Bidang usaha kawasan pariwisata

3. Bidang usaha jasa transportasi wisata meliputi jenis usaha : a. Angkutan jalan wisata

4. Bidang usaha jasa perjalanan wisata meliputi jenis usaha : a. Biro perjalanan wisata

b. Agen perjalanan wisata

5. Bidang usaha jasa makanan dan minuman meliputi jenis usaha : a. Restoran / rumah makan

b. Rumah minuman c. Kafe

d. Pusat penjualan makanan e. Jasa boga

6. Bidang usaha penyediaan akomodasi meliputi jenis usaha : a. Hotel

(17)

c. Pondok wisata

7. Bidang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi meliputi jenis usaha :

a. Gelanggang olahraga meliputi sub jenis usaha : 1) Rumah bilyar

2) Kolam renang 3) Lapangan tenis 4) Pusat kebugaran 5) Gelanggang bowling 6) Lapangan futsal 7) Lapangan bulutangkis 8) Sasana tinju

9) Lapangan sepakbola 10) Arena tenis meja

b. Gelanggang seni meliputi sub jenis usaha : 1) Gelanggang seni

2) Galeri seni

3) Gedung pertunjukan seni

4) rena permainan meliputi sub jenis usaha : a) Arena permainan anak dalam ruangan b) Arena permainan anak dalam arena terbuka c. Panti pijat meliputi sub jenis usaha :

(18)

2) Refleksi

d. Taman rekreasi meliputi sub jenis usaha : 1) Taman rekreasi

2) Taman bertema

e. Karaoke dan Studio music f. Jasa Impresariat / Promotor

g. Bidang usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,konferensi dan pameran.

h. Bidang usaha jasa informasi pariwisata i. Bidang usaha jasa konsiltan pariwisata j. Bidang usaha jasa pramusaji

k. Bidang usaha wisata tirta meliputi jenis usaha : l. Wisata perairan meliputi sub Jenis usaha :

a. Wisata memancing.

m. Bidang usaha solus per aqua (SPA) meliputi jenis usaha : 1) Salon kecantikan

2) Solus per aqua

Adapun Persyaratan Administratif perizinan pariwisata, antara lain:40

(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a adalah persyaratan yang diperlukan dalam pemenuhan aspek ketatausahaan sebagai dasar pengajuan permohonan TDUP yang dituangkan dalam

40

(19)

formulir permohonan.

(2) Formulir permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. nama penanggung jawab usaha; b. nama perusahaan;

c. alamat perusahaan; d. bidang usaha; e. jenis usaha; f. lokasi usaha;

g. nomor telepon perusahaan;

h. wakil perusahaan yang dapat dihubungi; dan

i. data dan informasi lainnya yang dipersyaratkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan persyaratan yuridis dalam perizinan pariwisata adalah 41

(1) Persyaratan yuridis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b adalah persyaratan yang diperlukan dalam pemenuhan aspek keabsahan untuk suatu usaha.

(2) Persyaratan yuridis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mencakup salinan:

a. akta pendirian;

b. Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengelola;

41

(20)

c. rekomendasi sesuai jenis usaha pariwisata dari Asosiasi Kepariwisataan yang dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. dokumen kelayakan lingkungan hidup;

e. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bagi pengusaha pariwisata yang memerlukan bangunan fisik;

f. Izin Gangguan (HO);

g. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);

h. pernyataan tidak keberatan dari masyarakat sekitar lokasi kegiatan yang dimungkinkan terkena dampak kegiatan; dan i. dokumen hukum lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

F. Pelaksanaan Pemberian Izin Kepariwisataan Kota Medan

Pemerintah Kota Medan merupakan penanggung jawab atas dikeluarkanya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang izin kepariwisataan yang dimiliki oleh para pengusaha kepariwistaan tersebut. Pemerintah Kota Medan yang diwakili oleh Disbudparpora dan Dinas Perizinan Kota Medan kemudian Polresta Medan sebagai instansi yang mengeluarkan izin-izin terkait pelaksanaan izin kepariwisataan.

(21)

pengaturan, pembinaan termasuk pemberian penghargaan dan pengawasan sudah bagus.

Efektivitas pelaksanaan Izin Kepariwisataan merupakan tanggung jawab semua pihak sesuai dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan harus dilakukan sebagai bagian dari studi kelayakan harus diintegrasikan dengan pemberian izin usaha kegiatan yang terkait dengan operasi usaha dan atau kegiatan. Pelaksanaan izin kepariwisataan yang efektif dan efisien diharapkan dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Hak, Kewajiban, dan Larangan

Hak

Pasal 42

(1) Setiap orang berhak:

a. memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata;

b. melakukan usaha pariwisata;

c. menjadi pekerja/buruh pariwisata; dan/atau

d. berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan.

(22)

a. menjadi pekerja/buruh;

b. konsinyasi; dan/atau

c. pengelolaan.

Pasal 43

Setiap wisatawan berhak memperoleh:

a. informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata;

b. pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar;

c. perlindungan hukum dan keamanan;

d. pelayanan kesehatan;

e. perlindungan hak pribadi; dan

f. perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi.

Pasal 44

Wisatawan yang memiliki keterbatasan fisik, anak-anak, dan lanjut usia berhak mendapatkan fasilitas khusus sesuai dengan kebutuhannya.

Pasal 45

Setiap pengusaha pariwisata berhak:

(23)

kepariwisataan;

b. membentuk dan menjadi anggota asosiasi kepariwisataan;

c. mendapatkan perlindungan hukum dalam berusaha; dan

d. mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Kewajiban

Pasal 46

Pemerintah Daerah berkewajiban:

a. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan dan keselamatan kepada wisatawan;

b. menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalamberusaha, memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum; c. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan asset nasional

yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali;

d. mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas.

(24)

Setiap orang berkewajiban:

a. menjaga dan melestarikan daya tarik wisata; dan

b. membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun, dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata.

Pasal 48

Setiap wisatawan berkewajiban:

a. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat;

b. memelihara dan melestarikan lingkungan;

c. turut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan; dan

d. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum.

Pasal 49

Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban:

g. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat;

h. memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab; i. memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif

j. memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan dan keselamatan wisatawan;

(25)

dengan kegiatan yang berisiko tinggi;

l. mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi setempat yang saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan;

m. mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produkdalam negeri, dan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal

n. meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan;

o. berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan masyarakat;

p. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya;

q. memelihara lingkungan yang sehat, bersih, dan asri; r. memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya

s. menjaga citra negara dan bangsa Indonesia melalui kegiatan usaha kepariwisataan secara bertanggung jawab;

t. menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Larangan

Pasal 50

(26)

wisata.

(2) Merusak fisik daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah melakukan perbuatan mengubah warna, mengubah bentuk, menghilangkan spesies tertentu, mencemarkan lingkungan, memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya keunikan, keindahan, dan nilai autentik suatu daya tarik wisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

Undang-Undang ataupun pada peraturan umum lainnya untuk dapat berlaku sah, haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat dinyatakan berlaku secara umum, begitu pula dalam suatu penetapan sebagai keputusan oleh Gubernur kepala daerah dalam bidang executif yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat dinyatakan berlaku sah42

Pasal 75

(1) Setiap pengusaha pariwisata yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 (1), Pasal 37 (2), dan Pasal 49 dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. teguran tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

42

(27)

c. pembekuan sementara kegiatan usaha;

d. pembatalan TDUP; dan/atau

e. penutupan tempat usaha pariwisata.

(3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan kepada pengusaha paling banyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 3 (tiga) hari.

(4) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Kepala Dinas berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan di tempat atau alat bukti lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

(5) Sanksi pembatasan kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang tidak mematuhi teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(6) Sanksi pembekuan sementara kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5).

(7) Sanksi pembekuan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan selama 6 (enam) bulan.

(8) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (5), dan ayat (6) tidak dilaksanakan, maka dilakukan pembatalan TDUP dan/atau penutupan tempat usaha pariwisata.

(28)

diberikan oleh Walikota atas usulan Kepala Dinas.

Sanksi Administratif

Pasal 75

(1) Setiap pengusaha pariwisata yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 (1), Pasal 37 (2), dan Pasal 49 dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. teguran tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan sementara kegiatan usaha;

d. pembatalan TDUP; dan/atau

e. penutupan tempat usaha pariwisata.

(3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan kepada pengusaha paling banyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 3 (tiga) hari.

(4) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Kepala Dinas berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan di tempat atau alat bukti lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

(29)

tidak mematuhi teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(6) Sanksi pembekuan sementara kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5).

(7) Sanksi pembekuan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan selama 6 (enam) bulan.

(8) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (5), dan ayat (6) tidak dilaksanakan, maka dilakukan pembatalan TDUP dan/atau penutupan tempat usaha pariwisata.

(30)

BAB IV

HAMBATAN DAN SOLUSI MENGATASI HAMBATAN DALAM PEMBERIAN IZIN KEPARIWISATAAN DI KOTA MEDAN

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

KEPARIWISATAAN

C. Hambatan Dalam Pemberian Izin Kepariwisataan Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan

Penyelenggaraan pariwisata mengalami dinamika akibat silih bergantinya peraturan perundang-undangan, sehingga harus dilakukan penyesuaian terhadap izin yang telah diberikan. Penyesuaian ini menyebabkan ketidakjelasan status izin pengusahaan pariwisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan mengalami beberapa hambatan yang sampai saat ini belum ditemukan solusinya.

Hambatan yuridis yang menghambat pemberian izin pengusahaan pariwisata di Kota Medan antara lain:

1. Hambatan sistem hukum, yaitu ketidaksesuaian ketentuan yang diatur dalam peraturan yang lebih tinggi dengan peraturan pelaksananya

2. Hambatan asas hukum, yaitu berkaitan dengan asas kejelasan rumusan dan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

(31)

pengaturan lebih lanjut tentang tata cara pengawasan dan tidak tegasnya pengenaan sanksi.

Hambatan sosiologis yang menghambat pemberian izin pengusahaan pariwisata di Kota Medan antara lain:

1. Selama ini yang menjadi hambatan dalam kegiatan perizinan ada dua, yaitu hambatan internal yang berasal dari kurangnya kesadaran warga masyarakat sendiri untuk mau berizin, serta hambatan eksternal yang berasal dari pengusaha yang tidak mendapatkan persetujuan dari lingkungan sekitar untuk mengoperasikan usahanya. Padahal apabila tidak ada persetujuan dan kita tetap menerbitkan surat Izin Pariwisata maka nantinya yang kena sanksi Perda No 4 Tahun 2014

2. Kurangnya sosiolisasi dari pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan terkait sanksi yang diberikan kepada pengusaha apabila tidak mempunyai izin kepariwisataan.

(32)

4. Disebabkan karena persyaratan yang cukup banyak, maka pihak pengusaha sulit untuk mendapatkan persyaratan tersebut sebab persyaratannya ada di beberapa instansi yang berbeda, dan ini menyebabkan para pengusaha itu merasa jenuh dan malas untuk melengkapinya sehingga memakan waktu yang cukup lama dalam hal penerbitan izin tempat usahanya.

5. Tingkat kepedulian aparat pemerintah dalam menangani berbagai keluhan masyarakat terhadap pelayanan kurang optimal, sehingga masyarakat jenuh dan apatis dalam mengurus perizinan.

D. Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Pemberian Izin Kepariwisataan Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan

Dinas Pariwisata Kota Medan dalam mengatasi hambatan pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, yaitu secara yuridis yang dapat dilakukan antara lain:

1. Terkait dengan hambatan sistem hukum, yaitu sinkronisasi peraturan yang lebih tinggi dengan peraturan pelaksananya

2. Terkait dengan hambatan asas hukum, yaitu revisi dan pembentukan peraturan perundang-undangan tentang pengusahaan pariwisata alam

(33)

persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru, menetapkan petunjuk pelaksanaan tentang pengawasan, dan penegakan hukum dalam pengenaan sanksi.

4. Penegakan hukum sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggar. Untuk itu perlu mendorong aparatur pelaksana pusat/daerah. pengelola usaha, masyarakat sekitar untuk memperhatikan dan mentaati peraturanperaturan yang berlaku. Disamping meningkatkan inspeksi lapangan secara terpadu dan penertiban-penertiban terhadap penyimpangan yang terjadi.

5. Perlunya peningkatan pembinaan dan pemahaman rnasyarakat akan peraturan yang ada, melalui penyuluhan hukum dan seminar-seminar.

Solusi mengatasi hambatan dalam pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, yaitu secara sosiologis yang dapat dilakukan antara lain:

1. Memberikan kesadaran kepada warga masyarakat akan pentingnya memiliki surat izin pariwisata memang sedang giat-giatnya diusahakan Pemerintah Kota Medan. Mengingat adanya otonomi daerah yang mengharuskan setiap Pemerintah Kabupaten/Kota mengurusi sendiri masalah keuangannya. Banyak hal ditempuh agar info seputar permasalahan ini bisa cepat sampai dan menjadi perhatian masyarakat.

(34)

Pariwisata, disamping memiliki izin resmi pendirian maka dua hal menarik lagi adalah tempat usaha mereka secara otomatis akan dipromosikan lewat katalog-katalog wisata Kota Medan.

3. Memberikan sanksi administratif kepada pengusaha yang melakukan pelanggaran izin. Peringatan harus ditujukan kepada orang/badan hukum yang memang telah atau sedang melakukan pelangggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Orang/badan hukum yang telah atau sedang melakukan pelangggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang ber-laku harus mempunyai kemampuan untuk mengakhiri keadaan yang terlarang tersebut.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas penulis memberikan beberapa saran untuk pihak-pihak terkait:

1. Pengaturan izin kepariwisataan, Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kepariwisataan

2. Pelaksanaan pemberian izin kepariwisataan di Kota Medan, pelaksanaan dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dengan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh dinas

(36)

mengatasi hambayan dalam pemberian izin kepariwisataan di kota medan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, yaitu secara yuridis terkait dengan hambatan sistem hukum, yaitu sinkronisasi peraturan yang lebih tinggi dengan peraturan pelaksananya

4. Terkait dengan hambatan asas hukum, yaitu revisi dan pembentukan peraturan perundang-undangan tentang pengusahaan pariwisata alam dan peraturan perundang-undangan yang selalu berganti.

5. Terkait dengan hambatan pelaksana (eksekutor), yaitu melakukan revisi luas kawasan yang dibebani izin, tetap memberlakukan izin berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 094/Kpts-IV/88 dengan kewajiban melengkapi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru, menetapkan petunjuk pelaksanaan tentang pengawasan, dan penegakan hukum dalam pengenaan sanksi.

6. Penegakan hukum sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggar. Untuk itu perlu mendorong aparatur pelaksana pusat/daerah. Pengelola usaha, masyarakat sekitar untuk memperhatikan dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku. Disamping meningkatkan inspeksi lapangan secara terpadu dan penertiban-penertiban terhadap penyimpangan yang terjadi.

7. Perlunya peningkatan pembinaan dan pemahaman rnasyarakat akan peraturan yang ada, melalui penyuluhan hukum dan seminar-seminar, talk show sehingga masyarakat mengerti akan maksud dan tujuan dikeluarkannya

(37)

terhadap pelaksanaan penyelenggaraan kepariwisataan; pengujian dan verifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau standar operasional prosedur; dan/atau evaluasi.

B. Saran

Dari apa yang telah di sampaikan di atas, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan Pemerintah Kota Medan dalam peningkatan dan pengembangan sektor pariwisata Kota Medan sebaiknya menetapkan dan melakukan kebijakan-kebijakan seperti perbaikan infrastuktur, promosi, peningkatan anggaran dalam pengembangan potensi objek wisata, dan pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan. Diperlukan adanya penambahan pegawai/personil di Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Tanda Daftar Usaha Pariwisata, selain itu diperlukan juga adanya pegawai yang berstatus Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

(38)
(39)

BAB II

PENGATURAN IZIN KEPARIWISATAAN

D. Pengertian Perizinan dan Kepariwisataan

Menurut Utrecht, bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret,maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).16

Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.17 Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.18

Menurut ahli hukum belanda N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, izin merupakan suatu persetujuan dan penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan (izin dalam arti sempit).19

16

Adrain Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta, 2010, hal. 167.

17

Sjachran Basah, disunting Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta,2011, hal. 168.

18Ibid,

hal 170 19

(40)

Dari beberapa pendapat di atas perizinan dapat disimpulkan bahwa perizinan merupakan persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperuraikan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.

Berdasarkan pendapat para pakar, dapat disebutkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan, yaitu sebagai berikut:20 1. Instrumen Yuridis

Negara hukum modern tugas, kewenangan pemerintah tidak hanya sekadar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde), tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg). Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrument yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan. Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin. Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang ,menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu. Dengan demikian, izin merupakan instrumen yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret.

20

(41)

b. Peraturan Perundang-undangan

Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah welmatigheid van bestuur atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

c. Organ Pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjachran Basah, dari penulusuran pelbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (Presiden) sampai dengan administrasi negara terendah (Lurah) berwenang memberikan izin. Ini berarti terdapat aneka ragam administrasi negara (termasuk instansinya) pemberi izin, yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik tingkat pusat maupun daerah.

d. Peristiwa Konkret

(42)

e. Prosedur dan Persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin.

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berputarputar, berulang-ulang atau berkali-kali. 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 22

Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan.

21

Andi Meegie Senna, Analisis Potensi Pariwisata Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kota Palopo, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar 2014, hal 24

22

(43)

Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. Menurt Ensiklopede Nasional Indonesia Jilid 12 bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang atau seerombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan dapat bersifat pelancongan, bisnis, keperluan ilmiah, bagian kegiatan agama, muhibah atau juga silahturahim. Pariwisata adalah suatu fenomena kebudayaan global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Dalam model yang dikemukakan oleh Leiper, pariwisata terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan (tourist), elemen geografi (geographical elements) dan industri pariwisata (tourism

industry).

Menurut Ridwan izin merupakan istrumen yuridis yang digunakan oleh pemerinta untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konret.23 Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat yang adil dan makmur. Hal ini berarti lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu fungsi penertiban dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat – tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat

23

(44)

lainnya tidak bertentangan satu sama lain sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi pengaturan dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan dengan kata lain fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.

1. Instrunmen rekayasa pembangunan

Pemerintah dapat membuat regulasi dan keputusan yang memberikan insentif bagi pertumbuhan social ekonomi. Demikian juga sebaliknya regulasi dan keutusan tersebut dapat juga menjadi penghambat (sekaligus sumber korupsi) bagi pembangunan.

(45)

2. Budgtering

Perizinan mempunyai fungsi keuangan (budgetering), yaitu menjadi sumber pendapatan bagi Negara. Pemberian lisensi dan izin kepada masyarakat dilakukan dengan kontrapresasi berupa retribusi perizinan. Karena Negara mendapatkan kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya bisa dilakukan melalui peraturan peundang – undangan. Dalam hal ini dianut prinsip no. taxation without the law. Penarikan retribusi perizinan hanya dibenarkan jika ada dasar hukum, yaitu undang – undang dan atau peraturan daerah. Hal ini untuk menjamin bahwa hak – hak dasar masyarakat untuk menjamin bahwa hak – hak dasar mayarakat untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah tidak terlukai karena penarikan retribusi perizinan yang sewenang – wenang dan tidak memiliki dasar hukum.

(46)

kemampuan masyarakat untuk membayarnya. Sebaiknya, untuk beberapa aspek strategis yang terkait dengan daya dukung lingkungan dalam pembangunan, tariff retribusi perizinan tidak boleh juga terlalu murah dan mudah yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan menurunya daya dukung dan kelestarian lingkungan.

3. Reguleren

Perizinan memiliki fungsi pengatiuran (reguleren), yait menjadi instrument pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Sebagaimana dalam prinsip pemungutan pajak, maka perizinan dapat mengatur pilhan – pilihan tindakan dan perilaku masyarakat. Jika perizinan terkait dengan pengaturan untuk pengo\elolaan sumber daya alam, lingkungan, tata ruang dan aspek strategis lainnya, maka prosedur dan syarat harus ditetapkan melalui peraturan perundang – undangan, harus pula terkait dengan pertimbangan – pertimbangan strategis tersebut. Dengan demikian, harus ada keterkaitan antara pemberian perizinan dengan syarat – syarat yang ditetapkan. Disamping itu pula penetapan tariff terhadap perizinan harus memperhatikan tujuan dari fungsi pengaturan yang akan dicapai oleh perizinan tersebut.

Menurut Prajudi Atmosudirjo yang dikutip oleh Ridwan, berkenan dengan fungsi – fungsi hukum modern, izin diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.24

24

(47)

Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini bergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas – aktivitas tertentu. b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan.

c. Keinginan melindungi objek – objkek tertentu. d. Izin hendak membagi benda – benda yang sidikit.

e. Izin memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang – orang dan aktivitas – aktivitas, dimana pengurus harus memenuhi syarat – syarat tertentu.

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah daerah, dan pengusaha25

Kepariwisataan adalah suatu sistem yang mengikutsertakan berbagai pihak dalam keterpaduan kaitan fungsional yang serasi, yang mendorong berlangsungnya dinamika fenomina mobilitas manusia tua-muda, pria-wanita, ekonomi kuat-lemah, sebagai pendukung suatu tempat untuk melaksanakan perjalanan sementara waktu secara sendiri atau berkelompok, menuju tempat lain di dalam negeri atau diluar negeri dengan menggunakan teransportasi darat, laut dan udara.26

25

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, Pasal 1 angka 12

26

(48)

Berdasarkan definsi di atas dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan adalah gejala-gejala yang menyangkut lalu lintas manusia, berikut barang bawaannya, yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak untuk maksud-maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya.

Adapun asas, fungsi, tujuan kepariwsataan menurut Undang-Undang 10 Tahun 2009 sebagai berikut:

1. Asas manfaat, asas kekeluargaan, asas adil dan merata, asas keseimbangan, asas kemandirian, asas kelestarian, asas partisipatif, asas berkelanjutan, asas demokratis, asas kesetaraan, asas kesatuan.

2. Fungsi kepariwisataan adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

3. Tujuan kepariwisataan meliputi:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat c. Menghapus kemiskinan

d. Mengatasi pengangguran

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. Memajukan kebudayaan

g. Mengangkat citra bangsa h. Memupuk rasa cinta tanah air

(49)

j. Memperat persahabatan antar bangsa Beberapa jenis- jenis pariwisata :27

1. Wisata Agro ; ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan industri pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turun terjun aktif menanam padi dan memandikan kerbau di sungai.

2. Wisata Belanja ; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain.

3. Wisata Budaya ; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi misalnya mudik lebaran setahun sekali atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat-saat tertentu.

4. Wisata Iklim ; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dilakukan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain

hanya untuk „berburu‟ panas sinar matahari. Begitu juga untuk masyarakat

tropis seperti Indonesia, penduduk kota pantai berwisata ke pegunungan dan sebaliknya.

5. Wisata Karya ; jenis pariwisata yang para wisatawannya berkunjung dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya : peninjauan/inspeksi daerah, sigi lapangan.

6. Wisata Kesehatan ; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit.

27

(50)

7. Wisata Konvensi atau Seminar ; dilakukan dengan sengaja memilih salah satu DTW sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya pengembangan DTW yang bersangkutan.

8. Wisata Niaga; berkaitan dengan kegiatan perniagaan (usaha perdagangan). Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana.

9. Wisata Olahraga ; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional, Asean Games, Olimpiade, atau sekedar pertandingan persahabatan.

10.Wisata Pelancongan/Pesiar/Pelesir/Rekreasi ; dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan (lepas dari kesibukan kerja rutin).

11.Wisata Petualangan ; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan.

12.Wisata Ziarah ; dalam katan dengan agama dan budaya. Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu, misalnya : waisak di kompleks candi borobudur – magelang, menyepi di pantai parangkusumo – yogyakarta, mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau pahlawan bangsa.

(51)

melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari-hari.

14.Widiawisata (pendidikan); perjalanan ke luar (daerah, kampung) dalam rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya atau untuk kepentingan ilmu selama waktu tertentu.

E. Objek dan Subjek Pajak

Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung bisa ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.28

Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.29

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut: Iuran dari rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.

28

Waluyo, 2008. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Tiga Serangkai., hal 2 29

(52)

Pasal 16

(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b merupakan usaha pariwisata yang kegiatannya diselenggarakan oleh setiap orang atau badan usaha untuk membangun dan/atau mengelola kawasan dengan luas tertentu serta untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

(2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Penggunaan lahan yang telah dilengkapi dengan prasarana sebagai tempat untuk menyelenggarakan usaha pariwisata dan fasilitas pendukung lainnya; dan

b. Penyediaan bangunan untuk menunjang kegiatan pariwisata di dalam kawasan pariwisata; dan

(3) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 17

(53)

(2) Jasa transportasi wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh setiap orang atau badan usaha dengan ciri:

a. mengangkut wisatawan atau rombongan; dan

b. merupakan pelayanan angkutan dari dan menuju daerah tujuan wisata atau tempat lainya.

Pasal 18

(1) Jasa perjalanan wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf d meliputi:

a. usaha penyelenggaraan biro perjalanan wisata; b. usaha agen perjalanan wisata; dan

c. usaha jasa perjalanan wisata lainnya yang ditetapkan oleh Walikota.

(2) Usaha biro perjalanan wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah.

(3) Usaha agen perjalanan wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan usaha jasa pemesanan sarana, yang meliputi pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan.

(54)

(5) Usaha agen perjalanan wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (3) usaha yang diselenggarakan oleh setiap orang atau badan usaha.

Pasal 19

(1) Jasa makanan dan minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf e merupakan usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya.

(2) Usaha jasa makanan dan minuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. restoran;

b. rumah makan;

c. restoran waralaba;

d. bar di Hotel berbintang 3, berbintang 4, dan berbintang 5;

e. kafe;

f. pusat penjualan makanan dan minuman;

g. jasa boga; dan

h. usaha jasa makanan dan minuman lainnya yang ditetapkan oleh Walikota.

(55)

usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian di dalam 1 (satu) tempat yang tidak berpindah-pindah.

(4) Rumah makan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.

(5) Bar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan usaha penyediaan minuman beralkohol dan non alkohol dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.

(6) Kafe sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e merupakan penyediaan makanan ringan dan minuman ringan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya dalam 1 (satu) tempat yang tidak berpindah-pindah.

(56)

pemesan.

(8) Pusat penjualan makanan dan minuman merupakan usaha penyediaan tempat untuk restoran, rumah makan dan/atau kafe yang dilengkapi dengan meja dan kursi.

(9) Usaha jasa makanan dan minuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh badan usaha berbadan hukum atau tidak berbadan hukum atau perseorangan.

(10) Usaha jasa makanan dan minuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, dan huruf d dapat menyelenggarakan hiburan atau kesenian yang dilakukan oleh artis baik dari dalam negeri maupun asing, dengan ketentuan wajib memperoleh rekomendasi pertunjukan dari Walikota.

Pasal 20

(57)

Pasal 21

Bar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf d, wajib mencantumkan pengumuman mengenai batasan usia pengunjung yang mudah dibaca/dilihat oleh umum.

Pasal 22

(1) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf f merupakan usaha pariwisata yang menyediakan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya.

(2) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. hotel;

b. bumi perkemahan;

c. persinggahan karavan;

d. vila;

e. pondok wisata;

f. wisma (guest house);

g. motel;

(58)

i. rumah kost; dan

j. akomodasi lainnya yang ditetapkan Walikota.

(3) Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi:

a. hotel bintang; dan

b. hotel non bintang.

(4) Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar-kamar di dalam 1 (satu) bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan serta fasilitas lainya.

(5) Bumi perkemahan sebagaimana pada ayat (2) huruf b merupakan penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan menggunakan tenda.

(6) Persinggahan karavan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan penyediaan tempat untuk kendaraan yang dilengkapi fasilitas menginap di alam terbuka dapat dilengkapi dengan kendaraannya.

(7) Vila sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang dapat dilengkapi dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya.

(59)

merupakan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya.

(9) Jenis usaha penyediaan akomodasi lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f meliputi:

a. motel;

b. rumah kos lebih dari 10 (sepuluh) kamar; dan

c. jenis usaha lainnya yang ditetapkan Walikota.

Pasal 23

(1) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf a diselenggarakan oleh badan usaha yang berbadan hukum.

(2) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat diselenggara oleh badan usaha.

(3) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf e dan ayat (9) huruf b diselenggarakan oleh setiap orang.

F. Pengaturan Hukum Izin Kepariwisataan

(60)

Pemerintah Daerah. Lamanya pengurusan izin, rumitnya prosedur perizinan, mahalnya biaya yang harus dipikul oleh pemohon izin, dan berbagai persoalan lain, termasuk setelah surat izin terbit yang sering dirasakan oleh masyarakat untuk membangun sektor usaha wisata di Kota Medan

1. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.92/ HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Usaha Jasa Pramuwisata; 2. Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata

NomorPM.93/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan, Insentif, Konferensi, Dan Pameran;

3. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.94/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Konsultan Pariwisata;

4. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.95/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Informasi Pariwisata;

5. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.96/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta;

6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM .97/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Spa; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang

(61)

Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

8. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 2);

2. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2011 Nomor 13);

3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Keparwisataan.

(62)

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Dengan adanya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), maka Negara Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan atas hukum sehingga tidak berdasarkan kekuasaan semata. Pemerintah yang berdasarkan atas sistem konstitusi, tidak bersifat absolutism. Dengan demikian maka kebijakan pemerintah pusat untuk menyerahkan sebagian urusan-urusannya untuk menjadi kewenangan daerah, garis-garis besarnya diserahkan melalui peraturan-peraturan perundang-undangan.1

Penerapan asas desentralisasi diwujudkan dengan memberikan otonomi seluas-luasnya kepada daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan”. Pasal 18 ayat (5) “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi

seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan

sebagai urusan Pemerintah”.

Sebagai negara yang menganut desentralisasi mengandung arti bahwa urusan pemerintahan itu terdiri atas urusan pemerintahan pusat dan urusan pemerintah daerah. Artinya ada perangkat pemerintah pusat dan ada perangkat

11

(63)

pemerintah daerah, yang diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah.2

Penerapan desentralisasi bukan berarti menghapuskan asas sentralisasi, karena antara asas desentralisasi dengan asas sentralisasi tidaklah dikotomis tetapi saling berhubugan. Penerapan asas desentralisasi yang mengabaikan asas sentralisasi berpotensi menciptakan disintegrasi pada suatu daerah. Oleh karena itu, prinsip otonomi daerah yang mengandung kebebasan dalam menjalankan pemerintahan haruslah tetap dibawah bimbingan dan pengawasan dari pemerintah pusat, sehingga tidak menjelma menjadi sebuah kedaulatan.3

Pariwisata merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan wilayah regional dan nasional, karena pariwisata mencakup dan terkait dengan sektor lain seperti: kondisi politik, kamtibnas, telekomunikasi, perdagangan, dan industri serta sektor lainya.

Pariwisata bukan hal baru bagi Indonesia, kegiatan ini telah ditempatkan sebagai objek kebijakan nasional sejak pertama kali Indonesia menentukan kebijakan pembangunan. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang mempunyai arti strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial dan budaya, yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, maka dalam hal ini pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang–Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata dengan tujuan untuk mengatur pariwisata yang ada di Indonesia.

2

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali .Pers, Jakarta, 2011, hal. 17. 3Ni‟matul Huda,

Referensi

Dokumen terkait

Sikap bediri yang dilakukan pemain saat melakukan pukulan servis pendek dengan cara berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira- kira setengah meter

beberapa temuan dari hasil penelitian ini, yang dijadikan bahan masukan dalam pengembangan pengajaran fisika dengan model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah ada pengaruh latihan depth jump terhadap power tungkai pada atlet bolavoli klub Putra Mustika Blora?, 2) Apakah

In order to find out students speaking problems from both linguistic and nonlinguistic perspectives, the researcher will conducted a research about students speaking

Medan, Penulisan dalam bentuk Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, hlm.. yang menjadi objek penelitian, dari penelitian milik Dewi Fatonah Fatmawati. Penulisan

By the result that described above, we can conclude that the m ain structure played as the production zone in the Brady’s Hot Spring field is Brady’s fault which dip about

Analisa Pengaruh Kepemimpinan Islami, Budaya Organisasi, Motivasi Kerja dan Pemberian Reward terhadap Kinerja Karyawan dengan Pemberian Reward Sebagai Variabel

Pada tabel berikut ini dapat dilihat jumlah siswa... Namun demikian ada dua