• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJPD, RPJMD & RKPD | Payakumbuh Kota BAB III RKPD 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJPD, RPJMD & RKPD | Payakumbuh Kota BAB III RKPD 2015"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Kerangka ekonomi Kota Payakumbuh dan kebijakan keuangan daerah memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah Kota Payakumbuh yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan.

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Kota Payakumbuh

Arah kebijakan ekonomi Kota Payakumbuh Tahun 2015 disusun berdasarkan kajian internal dan eksternal serta berpedoman kepada pentahapan pembangunan di dalam RPJPD Kota Payakumbuh Tahun 2005-2025, yaitu RPJMD ke-3 (2012-2017). Dalam RPJMD ke-3 tersebut dijelaskan bahwa sesuai dengan Misi ke-1 RPJMD Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017, yaitu Menjadikan Payakumbuh Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Berbasis

Ekonomi Kerakyatan di Sumatera Barat, maka arah kebijakan pembangunan ekonomi yang

akan dicapai dalam jangka menengah adalah :

1. Membangun dan mengembangkan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi kota atau Sub Pusat Pengembangan Kota sesuai RTRW Kota Payakumbuh;

2. Membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana perekonomian Kota Payakumbuh;

3. Menumbuhkembangkan industri kepariwisataan yang didukung oleh sektor perdagangan, hotel, restoran, industri dan jasa;

4. Mengembangkan industri pariwisata yang religius berdasarkan ABS-SBK, peningkatan kualitas promosi wisata;

5. Menyelenggarakan even-even pariwisata, seni dan budaya dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisata yang berskala daerah, nasional dan internasional;

6. Mengembangkan wisata kuliner dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata; 7. Membangun pusat distribusi logistik untuk produk pertanian dalam arti luas;

8. Pembentukan Perusahaan Daerah sebagai pengelola aset daerah yang dipisahkan; 9. Memastikan dan membangun wawasan kedaulatan dan supply chain produk unggulan; 10. Membangun dan mengembangkan kawasan industri dan pergudangan serta rest area; 11. Meningkatkan keterampilan dan manajemen pelaku usaha UMKM;

12. Pelatihan pemanfaatan teknologi bagi pengusaha industri;

13. Membangun sarana dan prasarana pendukung yang membuka akses lebih luas dan membangun sistem logistik yang efisien dan bisa menumbuhkan keunggulan;

14. Meningkatkan SDM petani;

15. Mengembangkan sistem pertanian dan kelembagaan pasar pertanian; 16. Optimalisasi Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Terminal Agribisnis (TA); 17. Meningkatkan SDM angkatan kerja;

18. Memfasilitasi penempatan tenaga kerja di dalam dan di luar negeri; 19. Meningkatkan keterampilan angkatan kerja sesuai kebutuhan pasar; 20. Mengoptimalkan Balai Latihan Kerja dan lembaga sejenis;

21. Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan;

22. Memfasilitasi calon investor yang masuk ke Kota Payakumbuh; 23. Pemberian insentif bagi penanam modal/investor;

24. Meningkatkan kelancaran arus distribusi barang dan jasa; 25. Membangun kemitraan antara pemko dengan dunia usaha;

(2)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

2

Arah Kebijakan Ekonomi pembangunan wilayah Sumatera Tahun 2015 mengacu pada arah kebijakan pembangunan nasional pada RPJMN 2015-2019 yakni peningkatan ekonomi wilayah yang kompetitif berbasis pada keunggulan sumberdaya alam, kapasitas sumberdaya manusia dan penguatan kapasitas iptek diwilayah Sumatera, demi terbangunnya perekonomian Wilayah Sumatera yang unggul dan kompetitif serta mengacu pada tema RKP 2015 yaitu

Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”.

Dengan demikian arah kebijakan umum pengembangan Wilayah Sumatera menyeimbangkan pengembangan kelembagaan, percepatan pembangunan daerah tertinggal, pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan mengoptimalkan pengembangan perekonomian masyarakat didaerah tertinggal khususnya dikawasan kepulauan.

Untuk arah kebijakan ekonomi pengembangan Wilayah Sumatera Tahun 2015 adalah : 1. Pengembangan komoditas unggulan melalui penguatan rantai nilai komoditas pada sektor

pertanian, pertambangan, perkebunan, perikanan dan kelautan, pariwisata dan industri; 2. Penguatan kapasitas inovasi daerah yang menitikberatkan pada penciptaan iklim inovasi,

kapasitas penelitian dan pengembangan, kerjasama riset, peningkatan budaya inovasi, pengembangan klaster industri dan jaringan global.

Sedangkan arah kebijakan ekonomi Provinsi Tahun 2015 adalah :

1. Mengembangkan kawasan pertanian dan komoditi unggulan baik pada tanaman pangan, perkebunan, peternakan, maupun perikanan dan kelautan;

2. Mengembangkan industri skala kecil, menengah dan jasa berbasis bahan baku dan potensi daerah;

3. Mengembangkan objek-objek wisata alam dan situs budaya minangkabau yang sudah ada menjadi objek wisata yang lebih menarik;

4. Mengurangi jumlah penduduk yang menganggur dan yang miskin secara intensif serta mengentaskan daerah tertinggal;

5. Meningkatkan akses, jumlah dan efisiensi distribusi produksi masyarakat, penataan ruang terpadu untuk usaha,industri, sarana dan prasarana pertanian, pariwisata dan perumahan rakyat.

Berikut ini arah kebijakan ekonomi Kota Payakumbuh Tahun 2015 yang berpedoman pada dokumen RPJPD Tahun 2005-2025 dan RPJMD Tahun 2012-2017 Kota Payakumbuh dan sejalan dengan arah kebijakan ekonomi Provinsi dan Nasional : 1. Pengembangan lapangan usaha;

2. Peningkatan nilai tambah produk;

3. Peningkatan iklim usaha untuk mendorong investasi; 4. Mewujudkan kemudahan dalam berinvestasi;

5. Meningkatkan investasi dalam bentuk pembentukan modal tetap bruto (PMTB);

6. Mendorong pembenahan subsistem hulu sampai hilir, terutama pada subsistim budidaya dan pengolahan hasil;

7. Revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan;

8. Penataan kawasan ekonomi yang jelas, tegas dan konsisten guna menjamin kelangsungan usaha;

9. Membangun dan mengembangkan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi kota atau sub pusat pengembangan kota sesuai RTRW Kota Payakumbuh;

10. Pengembangan dan pemberdayaan UMKM dan koperasi;

11. Pengembangan kelembagaan ekonomi dan pembiayaan untuk mendukung akses ke permodalan dan pemasaran;

12. Pemberdayaan usaha dalam peningkatan kualitas hasil industri dan kerajinan rakyat; 13. Peningkatan perlindungan sosial bagi masyarakat;

14. Pengembangan sistim antisipasi dini terhadap kerawanan pangan; 15. Peningkatan ketersediaan pangan hewani dan nabati;

16. Menjaga kestabilan produksi dan ketersediaan stok bahan pangan masyarakat; 17. Stabilisasi harga kebutuhan pokok;

18. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat; 19. Peningkatan produktifitas ekonomi masyarakat;

(3)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

3

21. Mengembangkan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat;

22. Menfasilitasi penempatan tenaga kerja di dalam dan diluar negeri; 23. Penyiapan lulusan SMK yang dapat diterima di dunia usaha 24. Menumbuhkan jiwa entrepreneurship bagi angkatan kerja;

25. Membangun objek wisata dan meningkatkan prasarana dan sarana; 26. Pengembangan kawasan sentra agrowisata;

27. Peningkatan kualitas pengelolaan pariwisata; 28. Peningkatan kualitas pelayanan pariwisata; 29. Meningkatkan kualitas promosi pariwisata;

30. Mengembangkan industri pariwisata yang didukung oleh sektor perdagangan, hotel, restoran dan sebagainya;

31. Membudayakan adat istiadat dalam kehidupan masyarakat; 32. Pelestarian bangunan bersejarah dan cagar budaya;

33. Menggalakkan event-event budaya dan menggali potensi seni dan budaya daerah; 34. Inventarisasi lembaga adat masyarakat lokal;

3.1.1 Kondisi Ekonomi Kota Payakumbuh Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti yang menyangkut kebijakan pemerintah pusat menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Kemudian juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing, dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang telah berdampak pada meningkatnya pemutusan hubungan kerja dan kelesuan pasar ekspor.

Kondisi perekonomian Kota Payakumbuh dapat dilihat capaian indikator ekonomi makro, Kondisi Ekonomi Kota Payakumbuh Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014 sebagai berikut :

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 6. Perdagangan, hotel dan restoran

582.441,97 20,68 205.889,44 8,45 7. Angkutan dan Komunikasi

555.637,07 19,73 208.883,59 3,95 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

260.364,23 9,25 116.754,82 9,20

9. Jasa–jasa

611.216,22 21,70 252.886,04 7,04

PDRB 2.816.093,86 100,00 1.061.214,87 6,72

Sumber: BPS Kota Payakumbuh Tahun 2013 *) Data Sementara

(4)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

4

PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2013. Nilai tambah bruto lapangan usaha jasa-jasa pada tahun 2013 mencapai Rp. 611.216.220.000,- atas dasar harga berlaku meliputi 21,70% dari nilai total PDRB, diikuti oleh lapangan usaha Perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar Rp. 582.528.810.000,- (20,68%); dan lapangan usaha Angkutan dan Komunikasi dengan kontribusi sebesar Rp. 555.637.070.000,- (19,73%). Sementara kontribusi lapangan usaha lainnya masih relatif kecil dengan kontribusi di bawah 10 %.

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai merupakan hasil kontribusi berbagai lapangan usaha yang dibagi kedalam 9 kelompok usaha, yaitu lapangan usaha pertanian; lapangan usaha pertambangan dan penggalian; lapangan usaha industri; lapangan usaha listrik, gas dan air minum; lapangan usaha bangunan; lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran; lapangan usaha angkutan dan komunikasi; lapangan usaha keuangan persewaan dan jasa perusahaan; lapangan usaha dan jasa-jasa.

Lapangan usaha yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya adalah lapangan usaha jasa jasa sebesar 21.70 %, Perdagangan, hotel dan restoran dengan pertumbuhan sebesar 20.68 % diikuti oleh lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19.73 % , lapangan usaha Pertanian sebesar 9.9 %, lapangan usaha Keuangan dan Persewaan 9.25 %, lapangan usaha Bangunan 9.18% serta diikuti oleh lapangan usaha lainnya

Dengan memperhatikan pertumbuhan lapangan usaha di atas menunjukkan bahwa Payakumbuh sedang giatnya melaksanakan pembangunan ekonomi yang berbasiskan UMKM, dicerminkan oleh tingginya pertumbuhan lapangan usaha dalam kelompok sektor jasa-jasa (sektor tersier) terutama jasa perbankan dan lembaga keuangan, jasa sewa bangunan, jasa perseorangan dan rumah tangga, jasa angkutan serta jasa perdagangan dan restoran. Kemudian juga terjadi peningkatan pertumbuhan lapangan usaha kelompok industri (sektor sekunder) seperti lapangan usaha bangunan, air bersih dan industri pengolahan

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh tahun 2013 turun dari tahun 2012, hal ini ditandai dengan tumbuhnya ekonomi Payakumbuh sebesar 6,72% tahun 2013 lebih rendah dari dari tahun 2012 sebesar 6,82%, tetapi laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh masih diatas laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dan Nasional.

Penurunan pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi secara nasional, yang disebabkan karena faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia itu berupa ketidakpastian perekonomian global. Isu penghentian penggelontoran stimulus perekonomian AS oleh bank sentral AS, Federal Reserve, karena sejumlah indikator perekonomian menunjukkan perbaikan. Banyak negara yang goyah atas kebijakan bank sentral AS itu. Indonesia menjadi salah satunya.

Kondisi internal yang buruk yaitu berupa melemahnya ekspor Indonesia, yang selama ini didominasi ekspor sumber daya alam, dan meningkatnya impor yang didominasi jasa dan barang modal, telah menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan, defisit ini akhirnya membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melorot.

Untuk Provinsi Sumatera Barat, terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan antara lain karena laju inflasi yang cukup tinggi (10,87 %) karena kenaikan harga komoditas seperti harga BBM, harga cabe, ongkos angkutan dalam kota, beras, bawang merah, angkutan udara, tarif listrik, rokok, dan harga mobil sehingga konsumsi rumahtangga melemah, disamping juga aktivitas perdagangan melambat, kurangnya pasokan pangan, struktur pasar yang kurang sehat, dan jalur transportasi angkutan yang sangat panjang.

(5)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

5

b. Pendapatan Per kapita

Pendapatan per kapita Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2012 pendapatan per kapita sebesar Rp. 18.149.661,88,-, pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 20.787.581,30,- dan pada tahun 2014 diperkirakan terus naik menjadi Rp. 21.374.418,88,-

c. Laju Inflasi

Laju inflasi Kota Payakumbuh dihitung menggunakan angka inflasi ibu kota propinsi Sumatera Barat (Kota Padang). Laju inflasi Kota Payakumbuh pada tahun 2012 sebesar 4,16%, Sejalan dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi nasional pada tahun 2013 terjadi kenaikan inflasi yang cukup besar di Kota Payakumbuh yaitu sebesar 10,87%, dan diperkirakan pada tahun 2014 tingkat inflasi turun menjadi 10 % sejalan dengan perbaikan ekonomi global sehingga mendorong perbaikan struktur ekonomi Indonesia seperti membaiknya perkembangan harga-harga komoditas, termasuk harga komoditas utama ekspor non migas Indonesia, perbaikan struktur pasar dan peningkatan serta perbaikan infrastruktur.

d. Pengangguran dan Kemiskinan

Pada tahun 2012 jumlah angkatan kerja sebanyak 55.468 orang dan ekonomi tumbuh sebesar 6,82 %, pada tahun 2013 angkatan kerja menjadi 56.569 orang dengan jumlah pengangguran atau pencari kerja pada tahun 2012 adalah sebesar 3.833 orang atau 6,77 % dari angkatan kerja, pada tahun 2013 jumlah pengangguran turun menjadi 3.005 orang atau 6,72 % dari angkatan kerja, dan diperkirakan pada tahun 2014 dengan meningkatnya lapangan usaha dan kesempatan kerja sehingga dapat menyerap angkatan kerja, jumlah pengangguran akan turun lagi menjadi 6 %. Dengan adanya pengurangan angka pengangguran mengindikasikan keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin berkurang dari 10.800 orang pada tahun 2012 menjadi 10.574 orang, dan jumlah Kepala Keluarga (KK) miskin berkurang dari 2.160 KK menjadi 2.115 KK, dengan tingkat kemiskinan berkurang dari 9,0 % menjadi 8,48%.

Dengan keberlanjutan intervensi pemerintah dalam bentuk program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan disertai akselerasi perbaikan ekonomi nasional, global, dan iklim investasi serta iklim usaha yang semakin baik di Kota Payakumbuh maka diperkirakan pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin akan turun lagi menjadi sebesar 10.034 orang dengan jumlah KK miskin sebesar 1.751 KK, dan tingkat kemiskinan menjadi sebesar 8,15 %.

(6)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

6

Tabel 3.2

Capaian Indikator Ekonomi Makro tahun 2012 s.d. 2013 Serta Perkiraan tahun 2014 Kota Payakumbuh

No Indikator Ekonomi Makro Tahun 2012 Tahun 2013

Perkiraan Tahun 2014**) Target Realisasi *)

1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,82 6,99 6,72 6,89

2 Tingkat Inflasi (%) 4,16 6-7 10,87 10

3 PDRB harga Berlaku (Jt Rp) 2.420.085,35 2.650.175,23 2.816.093,86 2.935.127,24 4 PDRB harga Konstan (Jt Rp) 994.371,12 1.025.307,32 1.061.214,87 1.098.911,27 5 Pendapatan per kapita (Rp) 18.149.661,88 21.360.000,00 20.787.581 ,30 21.374.418,88

6 Angkatan Kerja (org) 55.468 60.000 56.569 58.674

7 Pengangguran Terbuka (org) 3.833 2.500 3.005 2.500

8 Tingkat Pengangguran (%) 6,77 6,2 6,72 6

9 Kemiskinan :

a. Penduduk Miskin (Org) 10.800 6.599 10.574 10.034

b. Jumlah KK Miskin (KK) 2.160 1.748 2.115 1.751

c. Tingkat Kemiskinan (%) 9,0 4,5 8,48 8,15

Sumber :Bappeda dan BPS Kota Payakumbuh 2013 Keterangan : * ) Data Sementara

**) Data Perkiraan (Proyeksi)

3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Kota Payakumbuh Tahun 2015 dan 2016

Tantangan dan prospek perekonomian Kota Payakumbuh tahun 2015 dan 2016 digunakan sebagai pertimbangan dan memperkirakan proyeksi keuangan daerah serta perkiraan kerangka pendanaan untuk tahun mendatang.

Untuk mendapatkan kondisi ekonomi yang menjadi tantangan dan prospek ke depan maka perlu dilakukan analisis kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) dan kondisi eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan Kota Payakumbuh.

Hasil identifikasi terhadap kondisi internal dan kondisi eksternal Kota Payakumbuh adalah sebagai berikut :

A. Kondisi Internal 1. Kekuatan

a. Letak geografis kota yang strategis, yang terletak pada jalur lintas perdagangan yang menghubungkan provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau yang cukup ramai;

b. Topografi yang relatif datar;

c. Cuaca yang mendukung , dimana tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin; d. Payakumbuh juga merupakan pusat bagi daerah hinterland;

e. Payakumbuh tidak termasuk daerah rawan bencana seperti : ancaman tsunami, longsor dan banjir;

f. Kota Payakumbuh dilalui oleh 3 (tiga) buah sungai yang sangat potensial untuk diberdayakan;

g. Masih terbukanya lahan untuk usaha-usaha produktif dan investasi;

h. Memiliki potensi komoditi unggulan di bidang tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan industri makanan ringan, sulaman dan bordir, ternak besar, unggas dan ikan;

i. Kota Payakumbuh sudah memiliki Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk peningkatan produksi tanaman pangan dan sayuran; TA (Terminal Agribisnis), Sub Terminal Agribisnis (STA) untuk pemasaran hasil produksi; dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) untuk penguatan modal usaha.

(7)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

7

k. Alam yang indah untuk menunjang pariwisata;

l. Ekosistem yang masih terpelihara misalnya : cukup tersedianya daerah resapan air, kualitas dan kuantitas sumber air yang cukup;

m. Masyarakat Kota Payakumbuh yang memegang teguh nilai-nilai Adat Basandi

Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah;

n. Tersedianya sumber daya manusia di bidang usaha kecil dan menengah dalam mengupayakan produk UMKM yang spesifik;

o. Stabilnya pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan relatif baiknya kondisi perekonomian daerah;

p. Pelayanan pendidikan dan kesehatan yang semakin baik; q. Suasana keamanan dan ketertiban yang kondusif.

2. Kelemahan

a. Terbatasnya Sumberdaya Alam yang produktif;

b. Terbatasnya Sumberdaya Keuangan Daerah untuk peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat;

c. Masih rendahnya daya saing ekonomi daerah, hal ini disebabkan antara lain masih rendahnya kuantitas dan kualitas KUMKM dari sisi produksi, masih minimnya penerapan dan adopsi teknologi, lemahnya akses permodalan dan pemasaran hasil produksi serta lemahnya lembaga pendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM);

d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas angkatan kerja baik dari sisi SDM, dan permodalan;

e. Masih kurangnya investor yang menanamkan modal;

f. Kekuatan ekonomi kota belum ditandai dengan kespesifikan, sehingga peranan kota masih pada sektor perdagangan kecil dan jasa;

g. Belum tertatanya dengan baik kawasan pengembangan ekonomi; h. Masih relatif tingginya tingkat kemiskinan;

i. Belum meratanya kualitas pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan, yang disertai dengan belum fokusnya arah pengembangan pendidikan secara keseluruhan;

j. Berperannya faktor penghalang perbaikan kesehatan diantaranya sanitasi dan lingkungan, tingkah laku masyarakat yang belum kondusif untuk peningkatan kesehatan masyarakat.

B. Kondisi Eksternal 1. Ancaman

a. Munculnya krisis ekonomi global berimbas pada semakin banyaknya jumlah pengangguran, baik karena bertambahnya jumlah angkatan kerja dan kurangnya peluang kerja juga akibat PHK tenaga kerja di luar daerah yang kembali ke daerah;. b. Meningkatnya permintaan pasar terhadap produk yang berkualitas di tengah

persaingan pasar yang semakin meningkat;

c. Kecenderungan meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah hinterland;

d. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi untuk memperkuat daya saing ekonomi;

e. Praktek ekonomi yang tidak sehat, berdampak pada perkembangan UMKM.

2. Peluang

a. Perkembangan perekonomian regional dan hinterland yang menunjukkan perkembangan yang baik;

b. Meningkatnya minat investor untuk menanamkan modalnya;

c. Tersedianya teknologi informasi yang memadai untuk akses ke berbagai aspek ekonomi;

d. Meningkatnya peluang pasar untuk komoditi hasil pertanian, industri kecil dan kerajinan, dan UMKM lainnya.

(8)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

8

A. Tantangan

1. Percepatan pertumbuhan ekonomi akan terus diupayakan dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro, dan dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan;

2. Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, mengingat investasi merupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi daerah. Perbaikan iklim investasi tersebut dilakukan dengan mengadakan perbaikan regulasi, pelayanan, dan penyederhanaan prosedur termasuk penyederhanaan birokrasi;

3. Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi. Selain itu infrastruktur sangat dibutuhkan karena mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Infrastruktur tersebut dapat menyokong banyak aspek ekonomi dan kegiatan sosial;

4. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya kemampuan keuangan daerah untuk pembiayaan pembangunan;

5. Situasi keterbatasan keuangan negara dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Pemerintah daerah dituntut mampu meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah.

B. Prospek Perekonomian

Prospek Perekonomian Kota Payakumbuh Tahun 2015 dan 2016 diperkirakan cukup baik dan mengalami pertumbuhan yang positif, beberapa indikator yang menunjukkan kondisi tersebut adalah :

1. Semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia dan nasional;

2. Pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh yang cukup baik diatas rata-rata provinsi dan nasional pada tahun 2013, tahun 2014 diperkirakan pertumbuhan ekonomi menguat dari 6,72 % pada tahun 2013 menjadi 6,89 % pada tahun 2014, dan target untuk tahun 2015 dan 2016 adalah 6,94-7,0 %; laju inflasi 10,87 % pada tahun 2013 menjadi 10 % pada tahun 2014, dan target untuk tahun 2015 dan 2016 sebesar 4,0 – 5,0 %

3. Tingkat pengangguran dan kemiskinan yang cenderung turun, pada tahun 2013 tingkat pengangguran turun dari tahun 2012 dari 6,77 % & menjadi 6,72 %, diperkirakan pada tahun 2014 tingkat pengangguran menjadi 6,00 %, dan pada tahun 2015 dan 2016 ditargetkan tingkat pengangguran menjadi 5,5 – 5,0 %. Begitu juga dengan tingkat kemiskinan, pada tahun 2013 tingkat kemiskinan sebesar 8,48 %, diperkirakan pada tahun 2014 tingkat kemiskinan turun menjadi 8,15 %, dan ditargetkan pada tahun 2015 dan 2016 tingkat kemiskinan menjadi 7,5-7,0 %

4. Kondisi masyarakat dan kelembagaan lokal yang kondusif; 5. Posisi Kota Payakumbuh yang strategis;

6. Terbukanya peluang investasi di Kota Payakumbuh.

Berdasarkan kondisi dan indikator tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 6,89 % dengan laju inflasi sekitar 10 %. Dengan target pertumbuhan demikian maka perkiraan capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Payakumbuh tahun 2014 adalah Rp.2,93 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp. 1,09 triliun atas dasar harga konstan tahun 2000.

Kemudian dengan target pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh yang tinggi dan stabilitas ekonomi dunia dan nasional yang tetap terjaga sebagaimana diuraikan di atas, maka tingkat kemiskinan ditargetkan berkurang menjadi 8,15% dan tingkat pengangguran menurun menjadi 6,0 % pada tahun 2014.

(9)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

9

ekonomi Kota Payakumbuh pada tahun 2015 adalah sebesar 6,94-7,0 %. Tingkat inflasi pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 4,0-5,0%. Dengan target pertumbuhan demikian maka perkiraan capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Payakumbuh tahun 2015 adalah Rp. 3,26 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp. 1,16 triliun atas dasar harga konstan tahun 2000.

Dengan dasar capaian tahun 2012 dan 2013 dan asumsi perkiraan capaian indikator ekonomi makro tahun 2014 sebagaimana dijelaskan di atas, maka tingkat pengangguran pada tahun 2015 ditargetkan turun menjadi 5,5-5,0 % dan tingkat kemiskinan juga ditargetkan turun menjadi 7,5-7,0 % pada tahun 2015 .

Secara keseluruhan perkiraan capaian indikator ekonomi makro Kota Payakumbuh tahun 2014, dan target capaian tahun 2015 terlihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3

Perkiraan dan Target Capaian Indikator Ekonomi Makro Tahun 2014 s.d. 2015 Kota Payakumbuh

INDIKATOR SATUAN PERKIRAAN

TAHUN 2014

TARGET TAHUN 2015

1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,89 6,94-7

2 Tingkat Inflasi % 10,00 4,00 – 2,00

3 PDRB harga Berlaku Jutaan Rp 2.935.127,24 3.258.427,58 4 PDRB harga Konstan Jutaan Rp 1.098.911,27 1.155.232,92 5 Pendapatan per kapita Rp 21.374.418,88 23.260.000.

6 Angkatan Kerja Org 58.674 58.000

7 Pengangguran Terbuka Org 2.500 2.400

8 Tingkat Pengangguran % 6 5,5-5

9 Tingkat Kemiskinan % 8,5 7,5-7

Sumber Data : Bappeda Kota Payakumbuh (data diolah)

3.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Berdasarkan isu strategis dan permasalahan yang berkembang baik lingkup nasional, regional maupun daerah maka disusun prioritas pembangungan daerah yang akan dijadikan sebagai landasan dalam penyusunan kebijakan umum anggaran daerah. Berdasarkan arah kebijakan umum anggaran, pemerintah daerah harus mampu menjawab secara konkrit tuntutan masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan.

Sejalan dengan fungsi alokasi dan kondisi keterbatasan kemampuan keuangan daerah yang ada, perlu diciptakan suatu sistem yang memungkinkan pemerintah daerah menjadi lebih efisien, efektif dan akunTabel dalam merumuskan kebijakan anggarannya. Oleh sebab itu berbagai persyaratan dari setiap pembiayaan program/kegiatan baik yang baru maupun yang telah ada harus dipertimbangkan secara realistis kemungkinan pelaksanaannya, berdasarkan target kinerja yang ingin dicapai untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

(10)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

10

Grafik 3.1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Payakumbuh TA.2011 s.d. 2014 (Rp)

Sumber : DPPKA Kota Payakumbuh Tahun 2014

Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional.Pemberian kewenangan ini telah diwujudkan dengan pengaturan pembagian, dan pemanfaatan sumber daya dan perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai demokrasi dan peran serta masyarakat. Secara konkrit pengaturan ini dilakukan dengan telah diterbitnya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Kondisi saat ini, tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap dana transfer dari Pemerintah Pusat (APBN) cenderung semakin meningkat. Mengingat tantangan yang semakin berat dalam mengelola keuangan kedepan, perlu kiranya untuk memaksimalkan pendapatan serta mengefisienkan dan mengefektifkan belanja termasuk transfer ke Daerah. Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan Pusat terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih efektif, hal ini dapat terjadi apabila Daerah dapat mengelolanya dengan professional.

Komposisi pendapatan daerah Kota Payakumbuh dari tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Gambar 3.2

Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh TA. 2011 s.d. 2014 (Rp)

(11)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

11

Melalui penguatan sumber-sumber pendapatan daerah dan pemberian diskresi belanja daerah maka diharapkan terdapat efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.Hal ini dikarenakan dekatnya tingkatan pemerintahan yang memberikan layanan dengan masyarakat yang dilayaninya sehingga pemerintah daerah lebih memahami kebutuhan dan prioritas daerah.

Dalam jangka waktu selanjutnya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan akan mendorong akses layanan publik dan akan mendorong perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan kewenangan yang dimiliki dan keleluasaan dalam penggunaaan dana transfer yang diterimanya, Pemerintah Daerah dapat berbuat banyak untuk penguatan sektor riil di wilayahnya masing-masing. Disamping itu, koordinasi dan kerja sama antar daerah juga perlu dilakukan agar terjadi sinergi dalam pelaksanaan program yang direncanakan oleh Daerah. Selanjutnya masyarakat sebagai subyek dan obyek dari semua program yang dilaksanakan pemerintah, perlu diminta masukan dan sarannya, agar terjadi kesesuaian apa yang dilakukan oleh pemerintah dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Peranan Pemerintah Daerah yang lebih besar dalam fungsi alokasi menunjukkan tanggung jawab daerah yang juga lebih besar dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan di Daerah, sehingga tujuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dapat tercapai.Dalam kaitan inilah, maka upaya untuk membangun kebijakan yang lebih mempertimbangkan kepentingan publik dirasakan semakin penting. Untuk itu, penciptaan lingkungan yang kondusif perlu dibangun, antara lain melalui kepastian peraturan, transparansi pelaksanaan aturan, kecepatan pemberian layanan, kemudahan dan kesederhanaan proses memperoleh layanan publik tersebut, serta sinergi antara Pusat dan Daerah, serta antar daerah.

Sebagai subsistem yang tak terpisahkan dari pengelolaan keuangan negara, pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, penggalian sumber-sumber potensi baru untuk menambah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Berdasarkan pedoman pengelolaan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah tersebut diatas, maka sumber pendapatan daerah dari pusat adalah Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Kebijakan alokasi dana perimbangan selain diarahkan dengan maksud untuk membantu daerah dalam membiayai berbagai urusan dan kewenangan pemerintahan yang telah dilimpahkan, diserahkan dan/atau ditugaskan kepada daerah, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah pusat dan daerah, serta mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Dalam rangka memperbaiki vertical fiscal imbalance dan horizontal fiscal imbalance pemerintah melakukanreformulasi Dana Perimbangan berupa dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) serta Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan, serta dana Dana penyesuian.

(12)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

12

Berdasarkan formula dan perhitungan tersebut, diharapkan dari tahun ke tahun alokasi DAU-nya dapat menurun, sehingga daerah dikategorikan mandiri dalam kemampuan fiskalDAU-nya.

Alokasi DAU untuk Pemerintah Kota Payakumbuh senantiasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 Kota Payakumbuh mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 325.023.247.000,00 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp 369.115.746.000,00. Pada tahun 2013 DAU sebesar Rp 412.929.814.000 00 serta pada tahun 2014 alokasinya sebesar Rp 441.834.900.980,00. Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang merupakan dan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi DAK dari tahun 2011 cendrung mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2014 mengalami penurunan dari 34.950.620.000,00 tahun 2013 menjadi Rp.32.503.170.000,00 pada tahun 2014. Sedankan tahun 2012 alokasi DAK sebesar Rp25.559.910.000,00.

Penerimaan Dana Alokasi Khusus yang diperoleh, diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah.Untuk itu DAK diarahkan dengan mempertajam indikator yang diperlukan dalam penyusunan kriteria dan penggunaan DAK. Alokasi DAK diarahkan untuk mendanai bidang-bidang yang menunjang pelayanan dasar masyarakat, seperti peningkatan kualitas infrastruktur, aksesibilitas kualitas pendidikan, dan kesehatan.

Selanjutnya Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari : a). Pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan b). PPh pasal 21. Sedangkan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari: a). kehutanan; b). pertambangan umum; c). perikanan; d). pertambangan minyak bumi; e).pertambangan gas bumi; f). pertambangan panas bumi.

Sejalan dengan pembagian urusan pemerintahan tersebut, sebagai daerah otonom, Daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi (local taxing power). Pemberian kewenangan untuk mengenakan pajak dan retribusi dimaksudkan agar daerah dapat menyediakan pelayanan sesuai dengan kemampuan masyarakatnya.Namun demikian, perbedaan dalam pertimbangan pembagian urusan pemerintahan dan kewenangan perpajakan mengakibatkan terjadinya ketimpangan vertikal antara Pusat dan Daerah.Artinya, pembagian urusan tidak selalu bisa diselaraskan dengan pembagian kewenangan perpajakan.Terdapat hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah. Pemerintah Pusat harus mengalokasi dana perimbangan kepada daerah untuk mendanai urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab daerah. Selain pemberian dana perimbangan tersebut, Pemerintah pusat juga memberikan sumber pendanaan lainnya berupa hibah dan pinjaman.

Kewenangan perpajakan dan retribusi tersebut telah diatur terakhir dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang-Undang-Undang 28 Tahun 2009 merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang secara efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010. Undang-undang tersebut merupakan langkah strategis untuk memperkuat desentralisasi yang lebih ideal .Beberapa perubahan kebijakan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yaitu:

(13)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

13

2. Pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan dan

retribusi daerah (local taxing empowerment), melalui beberapa kebijakan, yaitu:

a. Memperluas basis PDRD yang sudah ada, seperti perluasan basis Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) yang meliputi kendaraan Pemerintah/TNI/ Polri, Pajak Hotel termasuk persewaan ruangan, Pajak Restoran termasuk jasa boga/katering, dan Retribusi Izin Gangguan yang juga mencakup ketertiban lingkungan dan keselamatan kerja;

b. menambah jenis PDRD, seperti Pajak Rokok, Pajak Sarang Burung Walet, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Selain itu, khusus untuk jenis retribusi daerah masih dibuka peluang untuk ditambah jenisnya sesuai dengan kriteria yang diatur dalam undang- Undang dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

c. menaikkan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah, seperti PKB, BBN-KB, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak Hiburan, Pajak Parkir, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dengan kebijakan ini, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah sekaligus sebagai kompensasi hilangnya penerimaan dari beberapa jenis pungutan daerah akibat dari adanya perubahan dari open-list system menjadi closed-list system;

d. memberikan diskresi penetapan tarif pajak. Pemerintah daerah diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menetapkan besaran tarif pajak daerah, namun tidak boleh melebihi tarif maksimum yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Kecuali Pajak Rokok, seluruh jenis pajak daerah dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 diberikan batas tarif maksimum. Kebijakan ini memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk memberikan insentif dan disinsentif kepada masyarakat berkaitan dengan emungutan pajak daerah.

3. Memperbaiki sistem pengelolaan PDRD melalui kebijakan bagi hasil pajak provinsi kepada kabupaten/kota yang lebih pasti, serta Kebijakan earmarking untuk jenis pajak daerah tertentu. Kebijakan bagi hasil pajak ini mencerminkan bentuk tanggung jawab pemerintah provinsi untuk ikut serta menanggung beban biaya yang diperlukan oleh kabupaten/ kota dalam melaksanakan fungsinya, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sementara itu, dengan adanya kebijakan earmarking, dapat menjamin bahwa sebagian hasil pendapatan pajak daerah tertentu dialokasikan untuk mendanai kegiatan tertentu yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

4. Meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan daerah dengan mengubah mekanisme pengawasan dari sistem represif menjadi sistem preventif dan korektif. Pelaksanaan pemungutan PDRD tersebut dilakukan melalui penetapan peraturan daerah (Perda).

Pendapatan Asli Daerah akan tetap diupayakan menjadi sumber utama, untuk itu kebijakan Pendapatan Daerah lebih difokuskan pada upaya untuk meningkatkan setiap komponen PAD. Oleh sebab itu, harus tetap diupayakan intensifikasi maupun ekstensifikasi sumber-sumber PAD. Dalam rangka menyiapkan peningkatan pendapatan pada tahun 2015, maka dari tahun sebelumnya perlu dilakukan langkah-langkah intensifikasi dan ekstensifikasi yakni:

1. Intensifikasi pajak dan retribusi daerah, ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan dan memperkuat basis pajak/retribusi yang ada, meliputi :

 Penyempurnaan perda tentang pajak dan retribusi daerah;

 Sosialisasi dan pemberian penyuluhan yang memadai kepada masyarakat mengenai ketentuan pajak dan retribusi daerah;

 Penghitungan potensi pajak dan retribusi;

 Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah dengan pendekatan sistem;

 Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar unit satuan kerja terkait peningkatan kualitas aparat pajak/retribusi daerah.

2. Ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah, ditujukan untuk memperluas basis pajak dan retribusi yang memberikan peluang untuk penerimaan daerah yang lain, melalui:

(14)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

14

 Penerapan retribusi daerah baru berupa Retribusi pengendalian Menara Telekomunikasi;

 Pengkajian penerapan jenis retribusi baru sesuai dengan potensi yang ada dan ketentuan perundangan yang berlaku;

 Penerapan kebijakan pendapatan daerah yang membuka peluang untuk pengembangan sumber penerimaan lain.

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah Tahun 2009-2015 dapat di lihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.4

Realisasi Dan Proyeksi/Target Pendapatan Tahun 2012 s.d. 2015 Kota Payakumbuh

No Uraian Realisasi Target /Proyeksi

2012 2013 2014 2015

1 Pendapatan Daerah 476.101.100.124 542.604.532.144 587.035.946.858 620.554.123.762

Pendapatan Asli Daerah 50.708.914.124 54.177.950.838 60.965.911.396 65.439.902.730

Pajak Daerah 5.720.646.198 7.110.931.746 7.748.998.278 8.136.448.190

Retribusi Daerah 7.596.006.900 6.869.912.041 11.804.063.11 12.630.347.540

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan

7.407.462.121 9.028.866.865 11.600.000.000 13.264.000.000

Lain-Lain PAD yang sah 29.984.798.904 31.168.240.186 29.812.850.000 31.409.107.000

2 Dana Perimbangan 370.491.322.000 420.604.625.706 459.342.842.982 488.387.028.552

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

19.908.165.000 16.538.259.706 13.909.858.982 14.048.957.572

Dana Alokasi Umum 325.023.247.000 369.115.746.000 412.929.814.000 441.834.900.980

Dana Alokasi Khusus 25.559.910.000 34.950.620.000 32.503.170.000 32.503.170.000

3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

54.900.864.000 67.821.955.600 66.727.192.480 66.727.192.480

Pendapatan Hibah 1.799.988.000 0 0 0

41.407.063.000 54.351.328.000 54.351.328.000 54.351.328.000

Bantuan Keuangan Propinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

0 902.631.600 0 0

Sumber : data diolah DPPKA Kota Payakumbuh 2014

Sebagian besar pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan, baik dari APBN maupun APBD Provinsi. Kondisi ini menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2012 ketergantungan pemerintah Kota Payakumbuh pada dana perimbangan dari pusat dan provinsi masih cukup besar. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah Kota Payakumbuh pada tahun 2014 adalah Peningkatan pendapatan daerah akan difokuskan pada optimalisasi pengelolaan jenis-jenis pendapatan yang dapat dikendalikan oleh Pemerintah Daerah, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus dilaksanakan secara hati-hati dan bijaksana dalam upaya untuk tetap menjaga terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha dan masyarakat dengan melihat kemampuan dunia usaha dan masyarakat untuk membayar pajak. Sejalan dengan hal tersebut, upaya untuk meningkatkan PAD akan lebih difokuskan pada upaya.

1. Perbaikan manajemen penerimaan, terutama menyangkut perbaikan sistem dan prosedur pengelolaan pajak dan retribusi daerah;

(15)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

15

3. Peningkatan upaya penegakan hukum (law enforcement) terhadap wajib pajak dan wajib

retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya;

4. Optimalisasi potensi pajak dan retribusi daerah yang ada serta selalu mencari dan menggali peluang untuk dikembangkan;

5. Peningkatan kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi;

6. Pemutakhiran data potensi pajak dan retribusi daerah dengan memanfaatkan Pengembangan Teknologi Informasi.

3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

Komposisi Belanja Daerah pada APBD Kota Payakumbuh dari tahun 2011 s.d. 2014 menujukn tren yang selalu meningkat, lebih jeasnya dapat dilihat pada Grafik 3.3

Grafik 3.3

Komposisi Belaja Daerah pada APBD TA. 2011 s.d. 2014 (Rp)

Sumber : DPPKA Kota Payakumbuh Tahun 2014

Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas. Belanja Daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Belanja Daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung, arah kebijakan belanja daerah adalah sebagai berikut:

(16)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

16

Grafik 3.4

Alokasi Belanja Tidak Langsung pada APBD dari 2011 s/d 2014

Sumber : DPPKA Kota Payakumbuh Tahun 2014

2. Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja Langsung daerah diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan Kota Payakumbuh. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan. Pengelolaan belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban harus memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Belanja harus diarahkan untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran (efisiensi). Keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat (efektifitas). Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan (transparansi), selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan dan dipertanggung-jawabkan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (akuntabilitas).

Alokasi belanja Langsung pada dari tahun 2011 dapat dilihat pada Grafik 3.5

Grafik 3.5

Alokasi Belanja Langsung Pada APBD Kota Payakumbuh 2011 s.d. 2014 (Rp)

Sumber : DPPKA Kota Payakumbuh Tahun 2014

Berdasarkan data diatas maka, pada tahun 2015 diharapkan proporsi belanja langsung dan belanja tidak langsung ideal, sehingga capaian prioritas pembangunan yang telah ditetapkan bisa tercapai, dalam hal ini proporsi belanja langsung dapat terus ditingkatkan sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten (RPJMD).

(17)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

17

Tabel 3.5

Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2011 s.d. 2015 Kota Payakumbuh

No Jenis Belanja Daerah

Realisasi Target/Proyeksi

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

II. Belanja Daerah 425.396.301.774 503.687.140.851 554.566.104.859 583.248.177.735 674.852.948.844

II.1. Belanja Tidak Langsung 253.695.143.999 304.377.649.384 309.935.833.818 337.779.336.562 369.372.715.580

II.1.1 Belanja Pegawai 235.374.458.111 272.350.342.286 294.187.427.818 316.372.086.749 355.663.192.147

II.1.2. Belanja Bunga 0 0 0 0 0

II.1.3. Belanja Hibah 10.045.710.000 29.586.609.497 11.671.806.000 16.434.690.000 3.378.500.000

II.1.4. Belanja Bantuan Sosial 6.234.975.888 544.450.000 1.619.600.000 1.619.600.000 6.556.590.000

II.1.5. Belanja Bagi Hasil kepada Prop/Kab/Kota dan

760.000.000 1.320.000.000 1.602.959.813 1.852.959.813 2.613.959.813

II.1.7 Belanja Tidak Terduga 1.200.000.000 576.247.601 854.040.187 1.500.000.000 1.160.473.620

II.2. Belanja Langsung 171.701.605.676 199.309.491.467 244.630.271.041 245.468.841.173 305.480.233.264

II.2.1. Belanja Pegawai 37.189.202.484 42.610.870.530 50.782.065.838 47.919.355.838 53.855.426.700

II.2.2. Belanja Barang dan Jasa 72.600.915.110 84.120.135.567 105.012.365.085 75.840.171.985 115.994.216.796

II.2.3. Belanja Modal 61.911.488.082 72.578.485.370 88.835.840.118 121.709.313.350 135.630.589.768 Sumber : data diolah DPPKA Kota Payakumbuh 2014

Secara umum, kebijakan pengelolaan belanja daerah Kota Payakumbuh Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut :

a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kota Payakumbuh yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundangundangan.

b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

c. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

d. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah Kota Payakumbuh akan memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di Kota Payakumbuh, termasuk investasi keuangan & jasa perusahaan, perdagangan, hotel & restoran.

e. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah.

f. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

(18)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -

18

pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Dalam hal pinjaman daerah, Pemerintah Pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah.

Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, profesional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Pada tahun 2015, Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh direncanakan belum memanfaatkan sumber-sumber lain keciali penerimaan pembiayaan bersumber Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya (SiLPA) tahun lalu.

Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2009-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Tahun 2011 s.d. 2015 Kota Payakumbuh

No Pembiayaan Daerah

Realisasi Target/proyeksi

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

III. Pembiayaan Daerah 26.031.447.901 31.338.578.248 29.962.548.319 57.258.825.082 54.298.825.082

III.1. Penerimaan

Pembiayaan Daerah

27.711.447.901 37.034.078.248 38.522.548.319 66.798.825.082 62.798.825.082

III.1.1 Silpa Tahun

sebelumnya

27.711.447.901 36.696.578.248 38.522.548.319 66.798.825.082 62.798.825.082

III.1.2. Hasil Penjualan

1.680.000.000 5.695.500.000 8.560.000.000 9.540.000.000 8.500.000.000

III.2.1 Pembentukan Dana

Cadangan

0 0 0 0 0

III.2.2 Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah

1.680.000.000 5.695.500.000 8.560.000.000 9.540.000.000 8.500.000.000

III.2.3 Pembayaran Pokok

Hutang

0 0 0 0 0

Sumber : data diolah DPPKA Kota Payakumbuh 2014

Kebijakan umum pembiayaan daerah Kota Payakumbuh pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :

a. Upaya untuk menutup defisit anggaran diutamakan berasal dari sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah yang tidak akan menjadi beban bagi daerah dimasa mendatang, yakni yang bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya,

b. Mengoptimalkan jenis-jenis penerimaan pembiayaan yang menjadi Piutang Daerah dan sedapat mungkin menghindari sumber penerimaan pembiayaan daerah yang bersumber dari Pinjaman Daerah;

Gambar

Tabel 3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Perkiraan dan Target Capaian Indikator Ekonomi Makro Tahun 2014 s.d. 2015 Kota Payakumbuh
Grafik 3.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
+6

Referensi

Dokumen terkait

Gambar diatas menampilkan alur yang harus di lalui oleh siswa dalam melakukan penjurusan sma yang akan di ambil, setelah langkah – langkah di atas di lakukan akan

Askes (Persero) bertugas sebagai badan pelaksana (BaPel). Rumah sakit merupakan salah satu komponen yang krusial dalam implementasi program Askeskin. Peran mereka sebagai

proses pada sistem yang akan dibuat, penumpang dapat memindahkan elevator (. menekan tombol elevator ) penumpang juga bisa

Pengujian dilakukan pada jumlah generasi antara 10 hingga 100 dengan ukuran populasi yang merupakan hasil terbaik dari pengujian ukuran populasi, yaitu 80 dan ukuran

Robot berjalan dengan sistem kaki dua kaki atau biped robot, memiliki struktur kaki seperti manusia dan setidak-tidaknya memiliki sendi- sendi yang mewakili pergelangan kaki,

[r]

Mata rantai sejarah kedudukan Polri dari di bawah departemen sampai langsung di bawah Presiden, menunjukan bahwa kedudukan Polri— langsungdi bawah

Entity Relational Model merupakan suatu model untuk menjelaskan hubungan antar data dalam basis data berdasarkan suatu persepsi bahwa real word terdiri dari