• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Tindak Pidana Turut Sertadengan Sengaja Membujuk Anak Melakukan Persetubuhan (Analisis Nomor 14 Pid.Sus-Anak 2015 PN-Pdg) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Tindak Pidana Turut Sertadengan Sengaja Membujuk Anak Melakukan Persetubuhan (Analisis Nomor 14 Pid.Sus-Anak 2015 PN-Pdg) Chapter III V"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL

F. Kompensasi

Sistem peradilan pidana merupakan unsur-unsur kelembagaan peradilan

pidana yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam melaksanakan proses

peradilan terhadap seorang terdakwa yang didakwa melakukan tindak pidana

untuk menemukan kebenaran materiil mengenai perbuatan yang didakwakan

tersebut guna menentukan apakah terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak

pidana sehinggadijatuhi pidana atau tindakan, atau sebaliknya.46

81 dan Pasal 82. Korban tindak pidana yang pada dasarnya merupakan

pihak yang paling menderita dalam suatu tindak pidana, justru tidak memperoleh

perlindungan sebanyak yang diberikan oleh Undang-Undang kepada pelaku

kejahatan sebagaimana dikemukakan oleh Andi Hamzah, 18 “Dalam membahas

hukum acara pidana khususnya yang berkaitan dengan hak-hak asasi manusia, ada

kecenderungan untuk mengupas hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak tersangka

tanpa memperhatikan pula hak-hak korban.” Rendahnya kedudukan korban dalam

penanganan perkara pidana juga dikemukakan oleh Prassell yang menyatakan:

“Victim was a forgotten figure in study of crime. Victims of assault, robbery, theft

and other offences were ignored while police, courts, and academicians

(2)

concentrated on known violators.” 47 Perlindungan hukum korban kejahatan

sebagai bagian dari perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai

bentuk, seperti melalui pemberian restitusi dan kompensasi 48

Ganti rugi adalah sesuatu yang diberikan kepada pihak yang menderita

kerugian sepadan dengan memperhitungkan kerusakan yang dideritanya21.

Perbedaan antara kompensasi dan restitusi adalah “kompensasi timbul dari

permintaan korban, dan dibayar oleh masyarakat atau merupakan bentuk

pertanggungjawaban masyarakat atau negara (The responsible of the society),

sedangkan restitusi lebih bersifat pidana, yang timbul dari putusan pengadilan

pidana dan dibayar oleh terpidana atau merupakan wujud pertanggungjawaban

terpidana49

Berkaitan dengan keseimbangan korban akibat dari perbuatan jahat

merupakan indikasi pertanggungjawaban masyarakat atas tuntutan pembayaran

kompensasi yang berkarakter perdata. Kompensasi diminta oleh korban dalam . Perlindungan korban dapat mencakup bentuk perlindungan yang

bersifat abstrak (tidak langsung) maupun yang konkret (langsung). Perlindungan

yang abstrak pada dasarnya merupakan bentuk perlindungan yang hanya bisa

dinikmati atau dirasakan secara emosional (psikis), seperti rasa puas (kepuasan).

Perlindungan yang kongkret pada dasarnya merupakan bentuk perlindungan yang

dapat dinikmati secara nyata, seperti pemberian yang berupa atau bersifat materi

maupun non-materi

47

Frank. R. Prassell, Criminal Law, Justice, and Society, (Santa Monica-California: Goodyear Publishing Company Inc.,1979), h 65.

48

Dikdik. M. Arief Mansur, Urgensi Perlidungan Korban Kejahatan Antara Norma dan Realita, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 31

49

(3)

bentuk permohonan dan apabila dikabulkan dibayar oleh masyarakat

(negara).Kebijakan terhadap perlindungan kepentingan korban merupakan bagian

yang integral dari usaha meningkatkan kesejahteraan sosial yang tidak dapat

dilepaskan dari tujuan negara, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Atas dasar ini, negara harus ikut

campur tangan secara aktif dalam upaya memberikan perlindungan terhadap nasib

korban secara kongkrit dan individual, salah satunya adalah

dalam bentuk kompensasi.50

Kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena

pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian sepenuhnya yang menjadi

tanggung jawabnya.51

1. Pemberian Kompensasi Beberapa pokok penting mekanisme menurut PP No.

44 Tahun 2008, Pasal 2:

(1) Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat berhak memperoleh

Kompensasi.

(2) Permohonan untuk memperoleh Kompensasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diajukan oleh Korban, Keluarga, atau kuasanya dengan surat

kuasa khusus.

50

Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), h. 2

51

(4)

(3) Permohonan untuk memperoleh Kompensasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas

bermeterai cukup kepada pengadilan melalui LPSK.

Pasal 3: Pengajuan permohonan Kompensasi dapat dilakukan pada saat dilakukan

penyelidikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat atau sebelum dibacakan

tuntutan oleh penuntut umum.

Pasal 5:

(1) LPSK memeriksa kelengkapan permohonan Kompensasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari

terhitung sejak tanggal permohonan Kompensasi diterima.

(2) Dalam hal terdapat kekuranglengkapan permohonan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), LPSK memberitahukan secara tertulis kepada pemohon untuk

melengkapi permohonan.

(3) Pemohon dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

pemohon menerima pemberitahuan dari LPSK, wajib melengkapi berkas

permohonan.

(4) Dalam hal permohonan tidak dilengkapi dalam jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (3), pemohon dianggap mencabut permohonannya.52

52

Ibid, h. 66

Pasal 6:

Dalam hal berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dinyatakan

(5)

Pasal 7: Untuk keperluan pemeriksaan permohonan Kompensasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6, LPSK dapat meminta keterangan dari Korban, Keluarga,

atau kuasanya dan pihak lain yang terkait.

Pasal 9 ayat (1): Hasil pemeriksaan permohonan Kompensasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 ditetapkan dengan keputusan LPSK, disertai

dengan pertimbangannya; ayat (2): Dalam pertimbangan LPSK sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disertai rekomendasi untuk mengabulkan permohonan

atau menolak permohonan Kompensasi.

Pasal 10:

(1) LPSK menyampaikan permohonan Kompensasi beserta keputusan dan

pertimbangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 kepada pengadilan

hak asasi manusia.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi

permohonan Kompensasi yang dilakukan setelah putusan pengadilan hak

asasi manusia yang berat telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(3) Dalam hal LPSK berpendapat bahwa pemeriksaan permohonan Kompensasi

perlu dilakukan bersama-sama dengan pokok perkara pelanggaran hak asasi

manusia yang berat, permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Jaksa Agung.

(4) Salinan surat pengantar penyampaian berkas permohonan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2), atau ayat (3) disampaikan kepada Korban,

Keluarga, atau kuasanya dan kepada instansi pemerintah terkait.

(6)

(1) Dalam hal LPSK mengajukan permohonan Kompensasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2), pengadilan hak asasi manusia

memeriksa dan menetapkan permohonan Kompensasi dalam jangka waktu

paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan

diterima.

(2) Penetapan pengadilan hak asasi manusia sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) disampaikan kepada LPSK dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)

hari terhitung sejak tanggal penetapan.

(3) LPSK menyampaikan salinan penetapan pengadilan hak asasi manusia

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Korban, Keluarga, atau

kuasanya dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak

tanggal menerima penetapan.

Pasal 15:

(1) LPSK melaksanakan penetapan pengadilan hak asasi manusia mengenai

pemberian Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dengan

membuat berita acara pelaksanaan penetapan pengadilan hak asasi manusia

kepada instansi pemerintah terkait.

(2) Instansi pemerintah terkait melaksanakan pemberian Kompensasi dalam

jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berita

acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima.

(3) Dalam hal Kompensasi menyangkut pembiayaan dan perhitungan keuangan

negara, pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan setelah

(7)
(8)

Pasal 16:

(1) Pelaksanaan pemberian Kompensasi, dilaporkan oleh instansi pemerintah

terkait dan/atau Departemen Keuangan kepada ketua pengadilan hak asasi

manusia yang menetapkan permohonan Kompensasi.

(2) Salinan tanda bukti pelaksanaan pemberian Kompensasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Korban, Keluarga, atau

kuasanya, dengan tembusan kepada LPSK dan penuntut umum.

(3) Pengadilan hak asasi manusia setelah menerima tanda bukti sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tersebut mengumumkan pelaksanaan pemberian

Kompensasi pada papan pengumuman pengadilan yang bersangkutan.

G. Restitusi

Dalam konteks hubungannya dengan pelaku, restitusi merupakan suatu

perwujudan dari resosialisasi tanggung jawab sosial dalam diri pelaku.53

Restitusi merupakan bagian dari bentuk pemulihan hak atas korban atau

yang biasa disebut dengan istilah reparasi. Hal ini telah berkembang sejak lama,

bahkan ketika hukum belum dikenal adanya hukum HAM internasional. Hak atas

pemulihan ini biasanya diterapkan pada kasus perang antar negara lazimnya

bersifat bilateral di mana negara sebagai pelaku diharuskan membayar kerugian Dalam

hal ini, restitusi bukan terletak pada kemanjurannya membantu korban, melainkan

berfungsi sebagai alat untuk lebih menyadarkan pelaku atas perbuatan pidana

akubat perbuatannya kepada korban.

53

Marlina dan Azmiati, Restitusi terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang,

(9)

perang bagi negara yang diserang. Contoh kasusnya ialah Traktak Versailles

(1919) setelah Perang Dunia I yang membuat Jerman dan negara porosnya harus

membayar kepada negara-negara lawannya.”54

Reparasi berasal dari bahasa Inggris reparation.Reparasi telah

berkembang sebagai kata yang cukup produktif sejak ratusan tahun yang lalu.

Kata reparation(Inggris) berasal dari bahasa latin reparare yang masuk melalui

bahasa Prancis kuno repareryang memiliki arti suatu tindakan ganti rugi atau

kompensasi. Bahasa Inggris modern, kata reparation memiliki padanan kata kerja

to repair yang artinya memperbaiki dan Memiliki etimologi agak berbeda dengan

kata reparationdi atas. Padanan lainnya ialah kata repatriation yang artinya

merupakan suatu tindakan mengembalikan .seseorang ke tempatnya sendiri,

terlepas tempat tersebut merupakan tanah kelahirannya atau bukan. Pada

prinsipnya, kata reparation mengacu pada upaya pemulihan atau pengembalian

suatu kondisi atau keadaan semula, sebelum terjadinya suatu kerusakan.55

Hukum HAM internasional mengakui, bahwa Kejahatan kemanusiaan

masuk dalam kategori kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Terjadinya

Kejahatan ini memunculkan kewajiban negara untuk memberikan pemulihan

terhadap korban. Kewajiban untuk memberikan pemulihan kepada korban

Merupakan tanggung jawab negara yang telah terangkai dalam berbagai

instrumen hak asasi dan ditegaskan dalam putusan-putusan (yurisprudensi)

komite-komite hak asasi manusia internasional ataupun regional. Kewajiban yang

diakibatkan oleh pertanggungjawaban negara atas pelanggaran hukum hak asasi

54

http://www.kontras.org/buku/bagian%20II%20priok.pdf, diakses pada tanggal 1 Juli 2017. `

55

(10)

manusia internasional memberikan hak kepada individu atau kelompok yang

menjadi korban dalam wilayah negara itu untuk mendapatkan penanganan hukum

yang relatif dan pemulihan yang adil sesuai dengan hukum internasional.56

Sub Commission on Prevention of Discrimination and Protection of

Minoritas, dalam sidangnya ke-41 dan atas dasar resolusinya Nomor 1989,

mempercayakan Theo Van Boven untuk bertugas melakukan studi atau kajian

tentang hak-hak korban pelanggaran HAM berat (gross violation of human rights)

menyangkut hak atas restitusi, kompensasi, dan rehabilitasi. Kemudian, studi Van

Boven ini berujung pada sebuah prinsip dasar hak korban atas pemulihan Basic

principles and Guidelines on the right to a remedy and reparation for victims of

Kewajiban untuk memberikan reparasi kepada korban merupakan

kewajiban yang tidak perlu dikaitkan dengan ada atau tidaknya proses yudisial

(pengadilan). Artinya, bahwa reparasi terhadap korban pelanggaran HAM berhak

mendapatkan pemulihan, baik ada pelaku yang dibawa ke pengadilan maupun

tidak. Hal ini sejalan dengan definisikorban pelanggaran HAM, bahwa seseorang

itu dapat dianggap sebagai korban, tanpa peduli apakah pelakunya itu berhasil

diidentifikasi atau tidak, ditangkap atau tidak, dituntut atau tidak, dan tanpa

mempedulikan hubungan persaudaraan antara si korban dan si pelaku.

Berdasarkan hukum internasional, korban itu menjadi korban apabila haknya

dilanggar. Ketika kejahatan atau kekerasan tersebut dilakukan maka pada saat

itulah orang tersebut memperoleh status sebagai korban.

56

(11)

gross vio/ations of international human rights law and serious vio/ations of

international humanitarian law, (Human Rights Resolution, 2005/35).57

Ketentuan dalam Basisland Guidelines on the Right to a Remedy and

Reparatioan for Victims of Violations of International Human Rights and

Humanitarian Law dinyatakan, bahwa para korban diberi lima hak reparasi,

yaitu:58

a. Restitusi;

b. Kompensasi;

c. Rehabilitasi;

d. Kepuasan (Satisfaction); dan

e. Jaminan

f. Ketidakberulangan (nonreccurence).

Menurut Van Boven, hak-hak para korban tersebut menunjukkan kepada

semua tipe pemulihan, baik materiil maupun nonmaterial bagi para korban

pelanggaran hak asasi manusia. Hak-hak tersebut telah terdapat dalam berbagai

instrument hak asasi manusia yang berlaku juga terdapat dalam yurisprudensi

komite-komite hak asasi manusia internasional ataupun pengadilan regional hak

asasi manusia.

Bentuk-bentuk reparasi tersebut dirinci secara detaii dan jelas tentang apa

yang dimaksud dengan restitusi, kompensasi, rehabilitasi, kepuasan, dan jaminan

ketidakberulangan. Misalnya, ganti rugi atas hak milik atau nama baik dari si

korban. Kompensasi merujuk pada bentuk uang bagi kerugian-kerugian.

57

Kontras, Negara Wajib Pulihkan Korban, Bagian ll, l. 54. 58

(12)

Rehabilitasi di dalamnya termasuk jasa medis juga jasa psikologis.

Tindakan-tindakan untuk memuaskan (Satisfaction) termasuk di dalamnya adalah

pengakuan oleh publik, bahwa ini memang merupakan tanggung jawab negara

juga permintaan maaf secara umum yang dilakukan oleh pejabat dalam jabatan

yang cukup tinggi. Jaminan bahwa ini tidak akan terulang lagi atau nonrepetisi

dengan adanya reformasi tertentu dalam hukum dan regulasi.

Deklarasi PBB telah menganjurkan agar paling sedikit diperhatikan empat

hal menyangkut korban kejahatan sebagai berikut.”

1. Jalan masuk untuk memperoleh keadilan dan diperlakukan secara adil (Access

to justice and fair treatment).

2. Pembayaran ganti rugi (restitution) oleh pelaku tindak pidana kepada korban,

keluarganya, atau orang lain yang kehidupannya dirumuskan dalam bentuk

sanksi pidana dalam perundang-undangan yang berlaku.

3. Apabila terpidana tidak mampu, Negara Diharapkan membayar santunan

(Compensation) financial kepada korban, keluarganya, atau mereka yang

menjadi tanggungan korban.

4. Bantuan materiil, medis, psikologis, dan social kepada korban, baik melalui

negara, sukarelawan, maupun masyarakat (assistance).59

59

(13)

Beberapa pokok penting mekanisme pemberian restitusi, 60

(1) Untuk keperluan pemeriksaan permohonan Restitusi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 24, LPSK dapat memanggil Korban, Keluarga, atau kuasanya,

dan pelaku tindak pidana untuk member keterangan. Pasal 21:

Pengajuan permohonan Restitusi dapat dilakukan sebelum atau setelah pelaku

dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Pasal 24:

Dalam hal berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dinyatakan

lengkap, LPSK segera melakukan pemeriksaan substantif.

Pasal 25,

(2) Dalam hal pembayaran Restitusi dilakukan oleh pihak ketiga, pelaku tindak

pidana dalam memberikan keterangan kepada LPSK sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) wajib menghadirkan pihak ketiga tersebut.

Pasal 27

(1) Hasil pemeriksaan permohonan Restitusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

24 dan Pasal 25 ditetapkan dengan keputusan LPSK, disertai dengan

pertimbangannya;

(2) Dalam pertimbangan LPSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai

rekomendasi untuk mengabulkan permohonan atau menolak permohonan

Restitusi.

60

(14)

Pasal 28:

(1) Dalam hal permohonan Restitusi diajukan berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan pelaku tindak pidana

dinyatakan bersalah, LPSK menyampaikan permohonan tersebut beserta

keputusan dan pertimbangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

kepada pengadilan yang berwenang.

(2) Dalam hal permohonan Restitusi diajukan sebelum tuntutan dibacakan, LPSK

menyampaikan permohonan tersebut beserta keputusan dan pertimbangannya

kepada penuntut umum.

(3) Penuntut umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam tuntutannya

mencantumkan permohonan Restitusi beserta Keputusan LPSK dan

pertimbangannya.

(4) Salinan surat pengantar penyampaian berkas permohonan dan pertimbangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), disampaikan kepada

Korban, Keluarga atau kuasanya, dan kepada pelaku tindak pidana dan/atau

pihak ketiga.

Pasal 29:

(1) Dalam hal LPSK mengajukan permohonan Restitusi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 ayat (1), pengadilan memeriksa dan menetapkan permohonan

Restitusi dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung

(15)

(2) Penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada LPSK dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak

tanggal penetapan.

(3) LPSK menyampaikan salinan penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) kepada Korban, Keluarga, atau kuasanya dan kepada pelaku

tindak pidana dan/atau pihak ketiga dalam jangka waktu paling lambat 7

(tujuh) hari terhitung sejak tanggal menerima penetapan.

Pasal 30:

(1) Dalam hal LPSK mengajukan permohonan Restitusi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 ayat (2), putusan pengadilan disampaikan kepada LPSK dalam

jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal putusan.

(2) LPSK menyampaikan salinan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) kepada Korban, Keluarga, atau kuasanya dan kepada pelaku

tindak pidana dan/atau pihak ketiga dalam jangka waktu paling lambat 7

(tujuh) hari terhitung sejak tanggal menerima putusan.

Pasal 31:

(1) Pelaku tindak pidana dan/atau pihak ketiga melaksanakan penetapan atau

putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30

dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

salinan penetapan pengadilan diterima.

(2) Pelaku tindak pidana dan/atau pihak ketiga melaporkan pelaksanaan Restitusi

(16)

(3) LPSK membuat berita acara pelaksanaan penetapan pengadilan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(4) Pengadilan mengumumkan pelaksanaan Restitusi pada papan pengumuman

pengadilan.

Pasal 32

(1) Dalam hal pelaksanaan pemberian Restitusi kepada Korban melampaui jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1),

Korban, Keluarga, atau kuasanya melaporkan hal tersebut kepada Pengadilan

yang menetapkan permohonan Restitusi dan LPSK;

(2) Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera memerintahkan

kepada pelaku tindak pidana dan/atau pihak ketiga untuk melaksanakan

pemberian Restitusi, dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari

terhitung sejak tanggal perintah diterima.61

H. Konseling

Perkembangan sekarang ini, masyarakat lebih mengenal dengan

bimbingan konseling sebagai cara untuk memberi bantuan. Arti dari bimbingan

adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan

secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami diri sendiri,

sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,

sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat

serta kehidupan pada umumnya.62

61

Ibid, h. 69 62

Sukardi, D. K, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, (Rineka: Cipta Jakarta, 2000), h.21

(17)

kebahagaiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam

kehidupan masyarakat pada umunya. Bimbingan membantu individu mencapai

perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Dan konseling adalah

upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya memperoleh konsep diri dan

kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah

lakunya pada masa yang akan datang. Pembentukan konsep yang sewajarnya

mengenai: diri sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya,

tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan kepercayaan.

Awalnya, pelayanan konseling hanya dilakukan pada setting

pendidikanlsekolah semata, namun pada akhir-akhir ini, pelayanan konseling juga

menyentuh ranah non pendidikan, seperti instansi pemerintah, dunia usaha dunia

industri, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat yang lebih luas. Pada setting

non sekolah, pelayanan konseling juga mengacu kepada pola Bimbingan

Konseling 17 Plus.63

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu

consiliumî yang berarti ìdenganî atau ìbersamaî yang dirangkai ìmenerimaî atau

ìmemahamiî. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal

dari ìsellanî yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.64

Konseling adalah suaru proses yang terjadi dalam hubungan seseorang

dengan seseorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat

63

repository.unp.ac.id/706/1/AFDAL_42_10.pdf. Afdal. Pelayanan Konseling Pada Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum. Makalah Jurusan Bimblngan dan Konseling (Fakultas Lmu Pendidikan Unlversitas Negeri Padang 2010), h5

64

(18)

diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah memperoleh latihan

dan pengalaman untuk membantu agar klien memecahkan kesulitanya.65

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurhisan mengartikan konseling adalah semua

bentuk hubungan dua orang, dimana seorang, yaitu konseli di bantu untuk lebih

mampu untuk menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan

lingkungannya.66

4) ada kontraknya.

Berdasarkan pendapat para ahli yang dijelaskan di atas, nampak saling

melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dari penjelasan di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa konseling adalah proses bantuan yang diberikan

oleh konselor kepada klien agar klien tersebut dapat memahami dan mengarahkan

hidupnya sesuai dengan tujuannya.

Konseling pada dasarnya adalah sebuah wawancara namun mempunyai

karakteristik tertentu, yakni:

1) memiliki konteks mencari solusi;

2) bersifat terarah dan terkendali;

3) bersifat terbatas dan

67

Perlindungan terhadap anak sebagai korban tindak pidana dalam hal ini

dapat dilakukan dengan berbagai upaya yaitu dengan memberikan rasa aman bagi

anak sebagai korban dengan pemberian akses anak korban untuk mendapatkan

65

Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.18

66

Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling. I,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 7 67

Elly Nurhayati, Panduan Untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan,

(19)

keadilan atas kejahatan yang menimpanya yaitu melalui adanya ketentuan pidana

dalam Undang-Undang Perlindungan Anak. Di Indonesia ketentuan pidana bagi

kejahatan terhadap anak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 jo Perppu Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Perlindungan Anak dan perlindungan identitas anak dari pemberitaan media

massa untuk melindungi anak dari labelisasi masyarakat. Selain itu pemberian

rehabilitasi untuk anak korban tindak pidana juga merupakan upaya perlindungan

terhadap anak korban misalnya dengan pemberian konseling terhadap anak

korban yang mengalami trauma sebagai upaya mengembalikan kondisi psikologis

anak seperti semula.

Konseling pada umumnya perlindungan ini diberikan kepada korban

sebagai akibat munculnya dampak negatif yang sifanya psikis dari suatu tindak

pidana. Pemberian bantuan dalam bentuk konseling sangat cocok diberikan pada

korban kejahatan yang menyisakan trrauma berkepanjangan seperti kasus yang

menyangkut kesusilaan.68

Tujuan konseling adalah pemecahan masalah yang dihadapi klien proses

konseling pada dasarnya dilakukan secara individual yaitu antara konselor dan

klient walaupun dalam perkembangannya kemudia ada konseling kelompok dari

uraian diatas dapat disimpulkan bahwan konseling adalah bantuan yang diberikan

kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara

dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk

68

(20)

mencapai kesejahteraan hidupnya. Menurut Bimo mengemukakan Macam-macam

bimbingan konseling :

a. Bimbingan dan konseling segi pekerjaan

b. Bimbingan dalam segi pendidikan

c. Bimbingan dan konseling dari segi kepribadian69

I. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah proses atau program-program penugasan kesehatan

mental atau kemampuan yang hilang yang dipolakan untuk membetulkan

hasil-hasil dari masalah-masalah emosional dan mengembalikan kemampuan yang

hilang.70

1. Motivasi dan diagnosis psikososial

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rehabiliasi

merupakan salah satu upaya pemulihan dan pengembalian kondisi bagi

penyalahguna maupun korban penyalahguna narkotika agar dapat kembali

melaksanakan fungsionalitas sosialnya yaitu dapat melaksanakan kegiatan dalam

masyarakat secara normal dan wajar

Rehabilitasi diberikan agar tercapainya pemulihan yang sempurna bagi diri

korban yang mengalami kekerasan seksual dan menurut pasal 35 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2011 tentang

Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak yang menjadi Korban

atau Pelaku Pornografi, Rehabilitasi Sosial diberikan dalam bentuk :

2. Perawatan dan pengasuhan

69

Bimo Walgito, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Andi, 2007), h.16 70

(21)

3. Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan

4. Bimbingan mental spiritual

5. Bimbingan fisik

6. Bimbingan sosial dan konseling psikososial

7. Pelayanan aksesibilitas

8. Bantuan dan asistensi sosial

9. Bimbingan resosialisasi

10.Bimbingan lanjut

11.Rujukan.71

Rehabilitasi korban pemerkosaan adalah tindakan fisik dan psikososial

sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal

dan untuk mempersiapkan korban secara fisik, mental dan sosial dalam

kehidupannya di masa mendatang. Dalam hal korban kejahatan secara globlal,

rehabilitasi diartikan dengan pemulihan kedudukan semula, misalnya kehormatan,

nama baik dan jabatan.72

Tujuan rehabilitasi meliputi aspek medik, psikologik dan sosial. Aspek

medik bertujuan mengurangi invaliditas, dan aspek psikologik serta sosial

bertujuan kearah tercapainya penyesuaian diri, harga diri dan juga tercapainya

pandangan dan sikap yang sehat dari keluarga dan masyarakat terhadap para

korban tindak pidana perkosaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka para

Simarmata, Proses Rehabilitasi Terhadap Anak Sebagai Korban Kekerasan Seksual, Jurnal. (Yogyakarta:Fakultas Hukum. Universitas Atma Jaya 2013), hal 5

72

(22)

korban tindak pidana perkosaan selalu mendapatkan pelayanan medik psikiatrik

yang intensif.

J. Pendampingan

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang bermakna pembinaan,

pengajaran, pengarahan yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan,

dan mengontrol. Istilah pendampingan berasal dari kata ”damping” yang berarti

memberikan pembinaan dengan menganggap posisi yang didampingi sejajar

dengan pendamping (tidak ada kata atasan atau bawahan).73

Pendampingan pada dasarnya merupakan upaya untuk menyertakan

masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga

mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Kegiatan ini dilaksanakan

untuk memfasilitasi pada proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang

terkait dengan kebutuhan masyarakat, membangun kemampuan dalam

meningkatkan pendapatan, melaksanakan usaha yang berskala bisnis serta

mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang partisipatif. Tujuan

pendampingan adalah pemberdayaan atau penguatan (empowerment).

Pemberdayaan berarti mengembangkan kekuatan atau kemampuan (daya),

potensi, sumber daya rakyat agar mampu membela dirinya sendiri. Hal yang

paling inti dalam pemberdayaan adalah peningkatan kesadaran (consciousness).

Rakyat yang sadar adalah rakyat yang memahami hak-hak dan tanggung

jawabnya secara politik, ekonomi, dan budaya, sehingga sanggup membela

dirinya dan menentang ketidakadilan yang terjadi pada dirinya.

73

(23)

Keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 sebagaimana telah

diubah dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Anak merupakan alat hukum yang mampu melindungi anak dalam berbagai

tindak pidana khususnya pelecehan seksual terhadap anak. Undang-undang ini

menyatakan bahwa kekerasan seksual terhadap anak merupakan tindak pidana

sehingga pelaku dapat diajukan ke kepolisian atas pendampingan pihak terkait.

Secara khusus perlindungan anak sebagai korban pelecehan seksual telah diatur

dalam undang-undng nomor 23 tahun 2002 sebagaimana telah diubah dalam

Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, berarti anak

sebagai korban tindak pidana pelecehan seksual berhak mendapatkan bantuan

hukum dan disembunyikan identitiasnya.74

Sebetulnya pendampingan, merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan

dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih

berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Bantuan Selain dua hal yang disebutkan, ada

pasal yang lain menjelaskan bukan hanya bantuan hukum dna identitas

disembunyikan teatapi ada upaya edukasi tentang nilai kesusilaan, rehabilitasi

sosial, pendamipingan psiko sosial pada saat pengobatan serta pendampingan

sampai ditingkat pengadilan, agar kondisi anak tersebut tidak mengalami trauma

psikis yang berkepanjangan. Kebanyakan masyarakat tidak memperdulikan

pemulihan kembali masalah fisik dan mental anak, biasanya yang masyarakt sorot

permasalahnnya adalah seberapa lama pelaku tersebut memperoleh hukuman.

(24)

pendampingan dapat berupa konsultatif dan dilakukan melalui proses konseling.

Proses konseling bukan merupakan sebuah interaksi sederhana, melainkan

berorientasi pada problem solving atau pemecahan masalah. Selama ada

kehidupan tentu ada permasalahan, namun kadang seseorang tidak dapat

memecahkan masalahnya sendiri sehingga ia memerlukan orang lain untuk

membantunya. Konseling diberikan kepada individu bermasalah yang relatif

masih normal (mampu merespon realitas secara memadai), sehingga klien yang

ditangani adalah mereka yang relatif masih dapat bereaksi secara adekuat terhadap

realitas. Konseling ini sebaiknya dilakukan oleh seorang konselor yang sudah

terlatih, mengingat konseling adalah merupakan merupakan perpaduan teknik dari

teknik komunikasi dan mewawancarai dan teknik pemecahan masalah.

Undang-Undang No. 11 tahun 2012 turut mengatur adanya keterlibatan

pendamping Anak yang berhadapan dengan hukum. pendamping tersebut adalah:

a. Pembimbing kemasyarakatan, yaitu Pembimbing Kemasyarakatan adalah

pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan penelitian

kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap

Anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana.

b. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga

pemerintah maupun swasta, yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan

sosial serta kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui

pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk

(25)

c. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara

profesional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah

sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun

swasta, yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial Anak.

d. Keluarga adalah orang tua yang terdiri atas ayah, ibu, dan/atau anggota

keluarga lain yang dipercaya oleh Anak.

e. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan

kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

f. Pendamping adalah orang yang dipercaya oleh Anak untuk mendampinginya

selama proses peradilan pidana berlangsung.

g. Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya adalah orang yang berprofesi

memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang

memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah

lembaga atau tempat Anak menjalani masa pidananya.

i. Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya disingkat LPAS

adalah tempat sementara bagi Anak selama proses peradilan berlangsung.

j. Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat

LPKS adalah lembaga atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi Anak.

k. Klien Anak adalah Anak yang berada di dalam pelayanan, pembimbingan,

(26)

l. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas adalah unit pelaksana

teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian

kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan.75

Peranan pendamping sangatlah dibutuhkan. Peran yang dimiliki harus

mencerminkan prinsip metode pekerjaan sosial. Adapun berbagai peranan yang

dapat ditampilkan oleh para pendamping antara lain :

1) Pembela (advocator) Pendamping melakukan pembelaan pada penerima

manfaat yang mendapatkan perlakuan tidak adil. Pendamping sebagai

pembela pada dasarnya berfokus pada anak, mendampingi penerima manfaat,

mengembangkan peranan, tugas dan sistem yang berlaku, serta melakukan

advokasi kebijakan yang berpihak pada kepentingan terbaik anak.

2) Mediator (mediator) Pendamping berperan sebagai penghubung penerima

manfaat dengan sistem sumber yang ada baik formal maupun informal.

3) Pemungkin (enaber) Pendamping berperan memberikan kemudahan kepada

penerima manfaat untuk memahami masalah, kebutuhan, potensi yang

dimilikinya, dan mengembangkan upaya penyelesaian masalah. 4) Pemberi

motivasi (motivator) Pendamping berperan memberikan rangsangan dan

dorongan semangat kepada penerima manfaat untuk bersikap positif, sehingga

dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya76

75

http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/779/609. Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah, Perlindungan Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum (Studi Terhadap Undang-undang Peradilan Anak Indonesia dan Peradilan Adat Aceh). (Banda Aceh: Fakultas Syariah & Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh), Jurnal. Vol. 1, No. 1, Maret 2015, h. 59-60

76

(27)

BAB IV

PENERAPAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK

(Analisis Nomor 14/Pid.SUS-Anak/2015/PN-Pdg)

MELAKUKAN PERSETUBUHAN

1. Kasus Posisi

Bahwa ia Anak (Terdakwa) bersama-sama dengan saksi IV dan saksi V (dilakukan penuntutan terpisah) pada hari Jum’at tanggal 21 November 2014 sekira pukul 19,00 Wib, pada hari Sabtu tanggal 22 November 2014 sekira pukul 16.00 Wib dan pada hari Minggu tanggal 7 Desember 2014 sekira pukul 22.00 Wib atau setidak-tidaknya selama kurun waktu dalam tahun 2014, bertempat 2 (dua) kali pertama di dalam rumah Anak yaitu di Kota Padang dan 1 (satu) kali terakhir di sebuah Kedai dalam Komplek suatu Institut di Kecamatan Nanggalo Kota Padang, atau setidak tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Padang yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan itu, melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain yaitu terhadap saksi korban yang berumur + 17 ( tujuh belas) tahun, perbuatan Anak dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

Kejadianberawalpada awalbulanNovember 2014 Anak

(28)

mengantarkankembalisaksikorban ke Gurun Laweh AurDuriPadang Timur. Padahari Sabtutanggal22 November2014 sekirapukul16.00 Wib untuk kedua kalinya Anak kembali menyetubuhi saksi korban dengancara yang sama denganperbuatanyang pertamayaitu saksi korban datangke

Warnet tempatAnak bekerjadan sekirapukul19.00

WibAnakmembawasaksikorban jalan-jalandan sekirapukul02.00 Wibdini hari Anak membawa saksi korban ke rumahnya dan kembali mengajak Anak melakukan persetubuhan dengan cara yang sama denganyang perbuatanpertamakalinya,lalu padapagi harinya yaitu sekira pukul 05.00

Wib Anak kembali mengantarkan saksi korban ke

GurunLawehPadangTimur.

Bahwa padahari Minggu tanggal7 Desember2014 sekirapukul22.00 Wib ketika Anak sedang duduk-dudukdi depan Institut di Nanggalo Padangbersama-samadengan2(dua) orang temanAnakyaitusaksi IV dan saksi V (dilakukanpenuntutan terpisah) kemudiansaksi korbandatangdan menghampiriAnakdan 2(dua) orang temannya,tidakberapa lama kemudian Anak mengajak saksikorban makandi daerahSiteba setelahituAnak kembalimengajaksaksikorban ke sebuahKedaiyang beradadalam Komplek Institut di Nanggalo Padanguntuk melakukan persetubuhanyang ketiga kalinya dengancara yang sama dengan persetubuhan pertama dan kedua

kalinya, setelah Anak selesai

melakukanpersetubuhantersebutkemudianAnak mengatakankepada saksikorban bahwa2(dua) orang temannyayaitusaksiIVdan saksiV (dilakukan penuntutan terpisah) juga mau melakukan persetubuhan dengansaksi korban, kemudiansaksiIV(dilakukanpenuntutanterpisah) masuk kedalamkedaitersebutsetelahitusaksiIV(dilakukanpenuntutan

terpisah)langsungmembukacelananyasetengah lututdan memasukkan kemaluannyakedalamkemaluansaksi korban sambilmenggoyang- goyangkanpanggulnyaselamalebihkurang 3(tiga) menitsetelahselesai saksi IV (dilakukan penuntutan terpisah) segera keluar dari Kedai tersebut dan kemudian saksi V (dilakukan penuntutan terpisah) juga masukkedalamKedaitersebutuntuk melakukanpersetubuhandengan saksi korban dengan cara yang sama dengan saksi IV (dilakukan penuntutanterpisah), setelahselesaimelakukanpersetubuhankemudian saksiIV dan saksiV(dilakukanpenuntutanterpisah)langsung meninggalkanlokasikejadian, kemudianAnak langsungmengantarkan saksi korban pulangkeGurunLawehPadangTimurKotaPadang.

(29)

akhirnya orang tua saksikorban melaporkanAnakkePolrestaPadanguntukproseshukumselanjutnya.

Bahwa akibat perbuatanAnak(TERDAKWA),masadepansaksikorban menjadihancur karenasaksikorban hamilsesuaidenganVisumet Repertum

dari Rumah Sakit BhayangkaraPadang Nomor: VER/47/

I/2015/RUMKITTanggal 19 Januari2015 yang ditandatanganiolehdr. HARIADI,Sp.OG denganhasilpemeriksaan:

a. Korbandatangdalamkeadaansadardengankeadaanumumbaik. b. Kepalatidakada tanda-tanda kekerasan.

c. Leher tidakada tanda-tanda kekerasan. d. Perut tidakada tanda-tanda kekerasan.

e. Kemaluanselaputdara robek padajamsatu,enam,sembilansampaike dasarliangvagina,dapat dilewatiduajari.

f. Padapemeriksaantubuhkorban :

g. Selaputdara robek padajamsatu,enam,dan sembilansampaike dasar. h. USGsesuaikehamilanduabelasminggu

2. Dakwaan Dakwaan Kesatu

Perbuatan Anak sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 76D Jo Pasal 81 ayat (1) UU RI No.35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU RI No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Undang-Undang R.I No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Dakwaan Kedua

PerbuatanAnaksebagaimanadiaturdan diancampidanadalam Pasal76D Jo Pasal81 ayat (2)UURINo.35 Tahun 2014TentangPerubahanAtas UURINo.23 Tahun 2002 TentangPerlindunganAnakJo Pasal55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Undang-Undang R.I No.11 Tahun 2012 TentangSistemPeradilanPidana Anak

3. Tuntutan Jaksa PenututUmum

Setelah mendengar keterangan saksi-saksi, dan Anak di persidangan; Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

a. Menyatakan Anak (Terdakwa)terbukti bersalah melakukan tindak

pidana “dengan sengaja membujuk

anakmelakukanpersetubuhandengannya”sebagaimana diaturdan diancampidanadalamdakwaanKedua Pasal76D jo Pasal 81 ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2014 Tentang PerubahanAtas UURINo.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo

Undang-UndangR.INo.11Tahun 2012Tentang Sistem

PeradilanPidanaAnak.

(30)

Bina Remaja(PS.AABR) Budi Utomo Lubuk Alung KabupatenPadang PariamanPropinsi Sumatera Baratdanlatihankerjaselama3(tiga) bulan.

c. Membayar biayaperkarasebesar Rp. 2.000,- (Dua RibuRupiah).

4. Fakta Hukum

Menimbang,bahwa atasdakwaan Penuntut UmumtersebutAnak menyatakantelahmengertiakan isidakwaantersebut,PenasihatHukum Anak tidakmengajukanbantahan;

Menimbang,bahwauntuk membuktikandakwaannyaPenuntutUmum telahmengajukansaksi-saksisebagaiberikut:

Saksikorban (Anak Korban), dibawahSumpahpadapokoknya menerangkansebagaiberikut:

a. Bahwa anaksaksidihadapkankepersidanganini karenasebagai Anak korban atasperbuatanAnakyangtelahmenyetubuhisaksi;

b. Bahwa kejadiannyapadahari dan tanggalyang tidak dapatdiingat lagi yaitubulanAgustustahun 2014 Anakkorban kenaldengan Anakmelalui BBMdanmulaipacaransemenjak21Agustus2014;

c. Bahwa pertemuanpertamapadaawalbulan Oktober 2014 sekirapukul 12.00 Wib dengancara Anak datangke rumah Anak korban untuk menjemputAnakkorbanpergi jalan-jalan kepantai danjembatan Siti NurbayadenganmengendaraiSepedaMotorhinggajam10malam; d. Bahwa kemudian Anak korban dan Anak pergi ke rumah Anak untuk

bermalamdirumah Anak dan Anak korban tidurdenganibu kandung Anak;

e. Bahwa kemudianpadapagiharinya Anakkorban pulangkerumah untuk menjemputbajulalumenginaplagidirumah Anak selama3 (tiga) hari lamanya;

f. Bahwa kemudianpadapertengahanOktober 2014 sekirajam24.00 Wib Anakkorban dan Anakmasukkerumah Anaksecaradiam-diamtanpa sepengetahuan Ibu kandung Anak, kemudian saksi Anak korban ke dalamkamar Anak, laluAnakmengajaksaksiuntuk melakukan persetubuhan dengan berkata“Maya wak lah....” dan saksimenjawab “Iyalah....”;

g. Bahwa kemudianAnak korban sendiriyang membukacelanapanjang dancelanadalamAnakkorban;

h. BahwasetiapmelakukanpersetubuhanselalumasukkemaluanAnak ke kemaluan Anak korban danmengeluarkanair spermanya di kemaluan Anak korban ;

i. Bahwa Anak ketikamelakukanpersetubuhan dengan terlebihdahulu menciumi Anakkorban;

j. Bahwa Anakkorban keluardarirumah Anaksekitarpukul4pagi,diantar olehanak kerumahAnakkorban;

k. Bahwa dengan tenggang waktu empat hari dan seminggu kemudian Anakkorban masukkerumah Anaksekitarpukul12malamtanpa

(31)

setelahmelakukanpersetubuhanseperti yang pertama,Anakkorban keluarrumah Anaksekitarpukul 4pagidan pulangkerumahAnakkorban dengandiantarolehAnak, peristiwayang ketigaAnakkorban pulangketempatkosnya;

l. Bahwa antara Anak korban dengan Anak pernah putus komunikasi selamasebulan;

m. Bahwa sekitartanggal 7Desember2015 sekitarpukul16.00 Wibteman Anak korban yang bernamaSatria mengajakAnak korban ngumpuldi InstitutdiPadang,Anakkorban datangpukul18.00 Wib,ternyatadisana sudahada Anak, saksiIV, saksiV dan semuanya 8 orang, 2 orang perempuandenganAnakkorban;

n. Bahwa kemudiansekitarpukul22.30 WibAnak mengajak Anak korban jalan-jalandengan,mengendaraimotor Anak, kembalike depanInstitut sekitarpukul 12 malam,lauAnak mengajakAnak korban melakukan maya(persetubuhan) di warung belakangInstitut,setelah melakukan persetubuhan di Kedai belakang Institut tersebut Anak mengatakan bahwa 2 (dua) orang temannyayaitusaksiIV dan saksiVjugamau melakukan persetubuhan dengan saksinamunketika itu saksihanya diamsaja;

o. Bahwa saat saksi IV masuk kekedai Anak korban telahmemasang celana, lalu mengatakan samo abang lai dek, lalu anak korban

mengatakantidakmau, kemudian

saksiIVmengatakancapekselah,oleh karenatakut laluanak korban membukacelananya,saksiIVmelakukan persetubuhan dengan anak korban dimanaposisi anak korban tidur tertelentangdi atasmeja,kemaluansaksi-saksi IV masuk kedalam kemaluan anakkorban;

p. Bahwa setelahsaksisaksiIVselesaimelakukanpersetubuhaniakeluar, sewaktu saksi akan memasang celana masuk saksi V dengan mengatakansamoabanglai dek, lalu anak korban menjawabindak do bang anak korban lahlatiah(tidak mau bang,anak korban sudahletih), lalu oleh karena takut anak korban membuka kembali celananya, kemudiansaksiV memasukkankemaluannyakedalamkemaluananak korban, yang posisi Anakkorban tidurdibangku,setelahselesaisaksi V keluardarikedaitersebut;

q. Bahwa sekiratanggal13Desember2014 Anakkorban baru mengetahui bahwaAnak korban telahhamilkarenasejakbulanNovembersampai bulanDesemberMenstruasisaksitidaklagikeluar;

r. Bahwa setelahmengetahuihamiltersebut kemudian Anak korban memberitahukankepadaAnaknamunketikaituAnakhanyatertawa saja dantidakada tanggapandarinya;

(32)

j. Bahwa setelahmelakukanpersetubuhan yang ke-2, Anak pernah menjanjikankepadaAnakkorban yaitujikasaksihamilnantiAnakakan bertanggung jawabakan menikahiAnakkorban;

k. Bahwa Anak jugapernah memberikansejumlah uang kepada Anak korban yaitu sebanyak Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) untuk membelimakanan,setelahkejadianpersetubuhanke-2;

l. Bahwa setelahperkarainiberlanjutakhirnyapadatanggal 1Maret 2015 Anakmau menikahisaksidan sekarangtelahterjadiperdamaiandengan keduabelahpihak;

m. Bahwa sebelummelakukanpersetubuhan pertamaAnak korban ada

menceritakankepada Anak, bahwa Anak korban

telahpernahmelakukanpersetubuhandengan pacar Anak korban sewaktu Anak korban dudukdikelasIIISMP;

n. Bahwa Anak korban pernah KosdiGunungPanglunsetelahkejadian persetubuhanke-2dengan Anak,karena Anakkorban bertengkar dengan

ibunya,danmencarikantempatkostersebutadalahatasbantuanAnak; o. Bahwa padasaatkejadianumursaksi masih 17(tujuhbelas)tahun;

p. Bahwa sewaktukejadiandenganAnak, Anakkorban telahberhentidari SMAdiPadang;

q. Terhadap keterangan saksi, Anak memberikanpendapat bahwa keterangansaksi tersebutbenar;

Yulmiati Pgl. Tek Yul dibawah sumpah pada pokoknya menerangkansebagaiberikut:

1) Bahwa saksi tahu dihadapkan kepersidanganini karenasebagaisaksi pelaporatas perbuatanAnak yang telahmenyetubuhi anak kandung saksi yang bernama Saksi Korban.

2) Bahwa saksi mengetahui kejadian persetubuhanterhadap Anakkorban di bawah umur tersebutsejak bulan Oktober 2014 pada haridan tanggalyang tidakdapatsaksiingat lagi, setelahsaksi mendapatkan cerita dari anak kandung saksi yaitusaksi Korban bahwa ianya telah disetubuhi olehAnak bersama2 (dua) teman Anak yaitu saksi IV dan saksiV.

3) Bahwa ketikaituanak saksi mengakui bahwa dirinyatelah hamildengan Anak yang merupakan pacarnya sendiridan juga pernah disetubuhi oleh 2 (dua) orang teman anak yaitu saksi IV dansaksiV.

4) Bahwa mengetahuihal tersebut kemudian saksi bersama-sama 2 (dua)orang kakak saksi yang merupakan Omdan Tante dari Anak korban mendatangi orangtua anakuntuk meminta pertanggung jawaban atas perbuatan Anaknya untukmenikahi Anak korban, namunketikaitu orang tua Anak tidak mau menikahkan Anak denganAnak korban;

(33)

Padang untuk diproses secara hukum.

6) Bahwa setelahperkara iniberlanjut akhirnyapadatanggal 1 Maret 2015 Anak mau menikahi Anak korban dan sekarang telah terjadi perdamaian dengan keduabelahpihak;

7) Bahwapadasaat kejadian umuranak saksimasih 17 (tujuh belas) tahun;

8) Bahwa AnakKorban tidakbersekolah lagi semenjak tahun ajaran 2014/2015, karena Anakkorban menghabiskan uang pendaftaran ulang sebanyak 1,5 juta, Anak korban sering tidak malam dirumah karena alasannyaia menginap sirumah Bapaknya, saksi dengan BapakAnak korban telah bercerai, sehingga saksi tidak mengetahui dimana sebenarAnak korban bermalam;

9) Terhadapketerangan saksi, Anak memberikanpendapat bahwaketerangan saksi tersebutbenar;

Yusmaini Pgl. Uniang May, dibawahsumpah pada pokoknyamenerangkansebagaiberikut:

1) Bahwa saksi tahu dihadapkan kepersidanganinikarena sebagaisaksi atas perbuatanAnakyangtelah menyetubuhikeponakan saksiyang bernamaSaksiKorban.

2) Bahwa saksi mengetahuikejadian persetubuhanterhadap anak dibawah umur tersebut sejak bulanOktober 2014 padaharidan tanggal yang tidak dapatsaksi ingatlagi,setelahsaksi mendapatkan cerita dari keponakan saksi yaitusaksiKorbanbahwaianya telahdisetubuhiolehAnak bersama 2 (dua) temanAnak yaitu saksi IV dan saksiV.

3) Bahwa ketikaitukeponakan saksi mengakuibahwa dirinyatelahhamil dengan Anak yang merupakan pacarnya sendiridanjugapernah disetubuhi oleh 2 (dua) orang teman anak yaitusaksiIVdansaksiV 4) Bahwa mengetahuihaltersebut kemudiansaksi bersama-samaibu

kandung Anak korbandan 1 (satu) orang kakaksaksiyang merupakanOm darisaksi korban mendatangiorang tua anak untuk meminta pertanggung jawaban atasperbuatanAnaknya untuk menikahi Anak korban, namun ketika itu orang tua Anak tidak mau menikahkan Anak dengan Anak korban.

5) Bahwa karena tidak adanya bentuk pertanggungjawaban yangdiberikan olehAnakmaunpun orang tuanya akhirnyasaksi melaporkanperbuatan Anakdan 2(dua)orang teman Anakke PolrestaPadanguntuk diprosessecara hukum.

6) Bahwa setelahperkara ini berlanjut akhirnyapada tanggal 1 Maret

2015 Anak mau menikahikeponakan saksi dan

sekarangtelahterjadiperdamaian dengankeduabelahpihak.

7) Bahwa pada saat kejadianumur keponakansaksi masih 17(tujuhbelas) tahun.

(34)

dirumahkarena alasannyaiamenginap sirumah Bapaknya, saksi dengan Bapak Anakkorban telah bercerai, sehingga saksi tidak mengetahui dimana sebenar Anak korban bermalam;

9) Terhadapketerangansaksi,Anak memberikanpendapat bahwa keterangansaksi tersebutbenar;

SaksiIV,dibawahsumpahpadapokoknyamenerangkansebagaiberikut :

1) Bahwa saksi tahu dihadapkan kepersidanganinikarena sebagaisaksi atas perbuatanAnakyangtelah menyetubuhisaksi korban;

2) Bahwa yang telahmenjadikorban dalam perkara ini adalahsaksi Korban yang merupakanpacar dari Anak(TERDAKWA).

3) Bahwa saksi pernah melakukan persetubuhanterhadapsaksiKorban yang dilakukan padahari Minggu tanggal7Desember 2014 sekiralewat pukul24.00 Wibbertempat didalam KedaiKomplek Institutdi Kecamatan NanggaloPadang;

4) Bahwa saksimelakukanpersetubuhan tersebut yaitu setelah diajak oleh Anak (TERDAKWA) untuk melakukan persetubuhan denganAnakkorban dengancara bergantian,yang pertama melakukanpersetubuhan ituadalah TERDAKWAsetelahitubaru saksidan yangketigadilakukanolehsaksiV;

5) Bahwa saksimelakukanpersetubuhan tersebut kepadaAnakkorban hanya1 (satu) kali saja yaitu di belakang kampus Institut di Padang Kec. Nanggalotersebut;

6) Bahwa caranya saksi melakukan persetubuhantersebut kepadaAnak korban yaitu ketika saksi masuk ke dalam kedai tersebut saksi melihat koban sedang duduk sedang memasang celananya,kemudiansaksi membukacelanasaksi sampaikelutut dan langsung memasukkan alat kelaminsaksi kedalamkemaluansaksi

KORBAN setelahiamembukanyadan saksi

mengeluarkanairspermasaksi di luar;

7) Bahwa ketikamelakukanpersetubuhan ituumur saksimasih berkisar17(tujuh belas) tahun;

8) Bahwa sekarang ini telah terjadi perdamaian antara keluarga saksi denganAnakkorbandankeluarganya;

9) Terhadapketerangansaksi,Anak memberikanpendapatbahwa keterangansaksi tersebutbenar;

(35)

1) Bahwa saksi tahu dihadapkan kepersidanganinikarena sebagaisaksi atas perbuatanAnakyangtelah menyetubuhisaksi korban;

2) Bahwa yang telahmenjadikorban dalam perkara ini adalah saksi korban yang merupakanpacar dari Anak(TERDAKWA);

3) Bahwa saksi pernah melakukan persetubuhanterhadap saksiKorban yang dilakukan padahari Minggu tanggal7Desember 2014 sekiralewat pukul24.00 Wibbertempat didalam KedaiKomplek Institutdi Kecamatan NanggaloPadang;

4) Bahwa saksimelakukanpersetubuhan tersebut yaitu setelah diajak oleh Anak (TERDAKWA) untuk melakukan persetubuhan denganAnakkorban dengancara bergantian,yang pertama melakukanpersetubuhan ituadalah TERDAKWAsetelah itu saksi IV dan yangketigasaksi sendiriyang melakukannya;

5) Bahwa saksimelakukanpersetubuhan

tersebutkepadasaksiKORBANhanya 1(satu)kali saja yaitu di belakang kampus Institut di Padang Kec. Nanggalotersebut;

6) Bahwa caranya saksi melakukan persetubuhantersebut kepadasaksi Korban yaituketikasaksimasukke dalam kedai tersebut saksi melihat koban sedang duduk di bangku/kursi tidakmemakai celana dalamkemudian saksimembuka celanasaksisampaike lutut lalu korban memegang alat kelaminsaksi kemudiansaksi langsung memasukkan alat kelamin saksi ke dalamkemaluansaksi Korbandan mengeluarkanairspermasaksi diluar;

7) Bahwa ketikamelakukanpersetubuhan itu umur saksimasih 17 (tujuh belas) tahun;

8) Bahwa sekarang ini telah terjadi perdamaianantarasaksi dengansaksi korban korban dankeluarganya;

9) Terhadap keterangan saksi, Anak memberikan pendapat bahwa keterangansaksi tersebutbenar;

Menimbang,bahwaAnakdipersidangantelahmemberikanketerangan yangpadapokoknyasebagaiberikut:

1) Bahwa Anak tahu dihadapkan kepersidangan inikarenaAnaktelah melakukanpersetubuhan dengan seorangperempuandibawah umur yangbernamaKorban;

2) Bahwa kejadiannyapadahari pada hari dan tanggal Anak tidak ingat lagisekirapukul 01.30 Wibbertempat dirumahAnakdiKota Padangsebanyak3kalidengan hari yang berbedadibulanOktober 2014 dan 1 (satu)kaliterakhirdisebuah Kedai dalam KomplekInstitut di KecamatanNanggaloKotaPadang;

(36)

4) Bahwa Anak melakukan persetubuhan yang pertama kali yaitu pada hari dan tanggal tidak ingat lagi, dibulan Oktober 2014 sekirapukul19.00 WibAnakkorban datang keWarnet diSimpangTinju NanggaloPadangtempat dimana Anak bekerja, laluAnak membawa Anakkorban makan malamdan dilanjutkan denganjalan-jalan, dan sekira pukul 01.30 Wib Anak membawa Anak korban ke rumahnyatanpasepengetahuan ibu dariAnak,ketika sampai dikamar Anak mengajak Anak korban untuk melakukanpersetubuhan dengannya;

5) BahwaAnakmelakukan persetubuhan terhadapAnak korban

dengancara menyuruhsaksi korban untukmembuka celana dalamnya,Anakmenyuruh Anak korban menghisap kemaluannya dan

memegang-megangnyasetelah kemaluan Anak menegang

kemudian Anakmemasukkan kemaluannya kedalam kemaluan Anak korban sambilAnak menggoyang-goyang turunnaik selama lebih kurang 30(tiga puluh) menit sampai Anak mengeluarkan airspermanya kekemaluanAnak korban, setelah ituAnakkorban memakai pakaiannya kembali kemudian sekira pukul05.00 Wib Anakmengantarkankembali Anak korban keGurunLawehAur Duri PadangTimur;

6) Bahwa empathari kemudianuntuk kedua kalinyaAnakkembali menyetubuhi Anak korban dengan cara yang samadengan perbuatan yangpertama yaituAnakkorban datang ke ke rumah Anak sekira pukul 14 Wib, ngobrol-ngobrol dengan teman Anak, kemudian sekira pukul 19.00 Wib Anak membawa Anak korban jalan-jalan dan sekirapukul02.00 Wibdinihari Anakmembawa Anakkorban ke rumahnya dankembali mengajak Anak korban melakukan persetubuhan dengan cara yang sama dengan yang perbuatan pertamakalinya,lalupada pagi harinya yaitu sekira pukul05.00 Wib Anakkembalimengantarkan saksi korban ke Gurun Laweh Padang Timur;

7) Bahwa demikian pulakejadianyang ketiga kalinya terjadi seminggu kemudian AnakmenjemputAnak korban ditempatkosnya diGunung Pangilun,setelah jalan-jalan ditepi pantai danjembatan Siti Nurbaya, setelah lewat tengah malam Anak dan Anak korban masukkerumah Anak tanpasepengetahuan ibu Anak, setelah melakukan persetubuhan Anak mengantar Anak korban ketempat kosnya sekitarpukul03dinihari;

(37)

NanggaloPadanguntuk melakukan persetubuhanyang keempatkalinya dengancara yang sama dengan persetubuhan pertama, kedua ketigakalinya;

9) Bahwa setelah Anak selesai melakukanpersetubuhan tersebut kemudian Anak mengatakan kepadaAnakkorban bahwa2(dua) orang temannya yaitusaksiIVdan saksiV jugamau melakukan persetubuhandenganAnakkorban;

10) Bahwa Anakmengatakansepertiitu kepada Anak Kornam, karena sewaktuanak akan masuk kedalam Kedai/warungtersebutkedua saksi berada diluarwarung, laluAnak mengatakanbahwa Anakakan melakukan maya (persetubuhan) dengan anak korban, apakah kedua saksimau maya puladengananak korban, lalu mereka mengatakan maujuga;

11) Bahwa sebab Anak menawarkan demikian kepadakedua saksi

tersebut,karenaAnak takut kedua saksi tersebut

akanmenceritakannyakepada orang- orang lain;

12) Bahwa kedua orang temanAnak yaitusaksiIVdan saksi Vjuga melakukanpersetubuhan kepada Anak korban padahari Minggu tanggal7Desember 2014 setelah giliranAnakyang melakukanadalah saksiIV,setelahitusaksi Davit bertempat dibelakangKampus InstitutdiKec.NanggaloPadang;

13) Bahwa setelahperkarainiberlanjut kemudianpada tanggal 1 Maret 2015 Anak telahmenikahisaksi korban dan telahterjadiperdamaian dengan saksi korban dan keluarganya;

14) Bahwa ketikamelakukan persetubuhan itu umur Anak maupun umurAnakkorban masih berkisar17(tujuhbelas) tahun;

Menimbang,bahwadipersidangantelahdidengar keteranganorang tua Anakyangpadapokoknyamenerangkansebagaiberikut:

1) Bahwa Anak sekolahsampaikelas 1SMA diPadang,iatidak mau sekolah denganalasan jauh dari rumah, padahal Anak kesekolah denganmengendaraisepedamotor;

2) Bahwa selamatidakbersekolahanak tidakmemilikipekerjaan;

3) Bahwa selaku orang tua Anak, tidak mengetahuikejadian persetubuhantersebutdikamarAnak;

4) Bahwa setelahpernikahanAnak dengan Anak korban, selamaini Anak korban yang dalam keadaanhamil tinggal denganorang tua Anak; 5) Bahwa orang tua Anak masih mampu untuk mendidik dan

membimbingAnakdimasayang akan datang,karena Anakadalah anaksatu-satunya dari orangtuanya;

Menimbang,bahwadipersidangantelahdibacakansurat berupaVisum

EtRepertumdari RumahSakit BhayangkaraPadangNomor

:VER/47/I/2015/RUMKIT tertanggal19 Januari 2015,

atasnamaKorbandengankesimpulan ditemukan:

1) Selaput darah robek pada jamsatu, enam dan sembilansampai kedasar.

(38)

Menimbang,bahwaberdasarkanalatbuktiyangdiajukan, diperolehfakta- faktahukumsebagaiberikut:

1) Bahwa kejadiannyapadaharipadahari dan tanggalAnaktidakingat lagisekirapukul01.30 WibbertempatdirumahAnakdiKotaPadang sebanyak3kalidenganhariyang berbedadibulanOktober 2014 dan 1 (satu) kaliterakhir disebuah Kedaidalam Komplek Institut diKecamatan Nanggalo Kota Padang, Anak telah melakukan persetubuhandenganAnakKorban

2) Bahwa awalnyabulanAgustustahun 2014Anakkorban kenaldengan Anak melaluiBBMdan mulaipacaransemenjak 21 Agustus2014, pertemuan pertama pada awalbulan Oktober 2014 sekirapukul 12.00 Wibdengancara Anak datangkerumah Anak korban untuk menjemputAnakkorban pergijalan-jalankepantaidan jembatanSiti NurbayadenganmengendaraiSepedaMotorhinggajam10 malam, kemudian Anak korban dan Anak pergi ke rumah Anak untuk bermalamdirumah Anakdan Anakkorban tidurdengan ibukandung Anak, kemudianpadapagiharinya Anak korban pulangke rumah untuk menjemputbajulalumenginaplagidirumah Anak selama 3 (tiga) harilamanya;

3) Bahwa kemudianpadapertengahanOktober 2014 sekirajam24.00 WibAnakkorban dan Anakmasukkerumah Anaksecara diam-diam tanpa sepengetahuan Ibu kandung Anak, kemudian Anak korban masuk kedalamkamar Anak,laluAnakmengajakAnakkorban untuk melakukanpersetubuhandenganberkata“Mayawaklah....”dan Anak korban menjawab“Iyalah....”,kemudian Anakkorban sendiri yang membukacelanapanjangdancelanadalamAnakkorban;

4) Bahwa setiapmelakukanpersetubuhanselalumasukkemaluanAnak ke kemaluan Anak korban dan mengeluarkan air spermanya di kemaluanAnakkorban, Anakketikamelakukanpersetubuhan dengan terlebih dahulu menciumi Anak korban, anak korban keluar dari rumah Anak sekitarpukul 4 pagi, diantarolehanak kerumahAnak korban;

5) Bahwa dengantenggangwaktu empathari dan seminggukemudian Anak korban masukkerumahAnak sekitarpukul12 malamtanpa sepengetahuan orang tua Anak, setelah melakukan persetubuhan sepertiyang pertama,Anakkorban keluarrumah Anaksekitarpukul

4pagidan pulangkerumahAnakkorban

dengandiantarolehAnak,peristiwayangketigaAnakkorban pulangketempatkosnya;

6) Bahwa sekitar tanggal 7 Desember 2015 sekitar pukul 16.00 Wib temanAnak korban yang bernamaSatria mengajak Anak korban ngumpuldiInstitutdiPadang,Anakkorban datangpukul18.00 Wib, ternyatadisanasudah ada Anak,saksiIVdan saksiVyangsemuanya 8orang,2orang perempuandenganAnakkorban;

(39)

depanInstitut sekitar pukul 12 malam,lalu Anak mengajak Anak korban melakukanmaya(persetubuhan) diwarung belakangInstitut, setelahmelakukanpersetubuhandiKedaibelakang Instituttersebut Anakmengatakanbahwa2(dua) orang temannyayaitusaksiIVdan saksi V juga mau melakukan persetubuhan dengan Anak korban namunketikaituAnakkorban hanyadiamsaja;

8) Bahwa saatsaksiIVmasukAnakkorban telahmemasang celana,lalu mengatakan samoabanglaidek, laluanak korban mengatakantidak mau, kemudiansaksiIVmengatakancapekselah,olehkarenatakut lalu

anak korban membukacelananya, saksiIV melakukan

persetubuhandengananak korban dimanaposisi anak korban tidur tertelentangdi atasmeja,kemaluansaksi IVmasukkedalam kemaluananak korban, setelah saksi IV selesai melakukan persetubuhaniakeluar;

9) Bahwa sewaktuAnakkorban akan memasangcelanamasuksaksiV denganmengatakan samoabanglaidek, laluanak korban menjawab indak do bang saksikorban (tidak mau bang,aksikorban sudah letih), lalu oleh karena takut anak korban membuka kembali celananya,kemudiansaksiV memasukkankemaluannyakedalam kemaluan anak korban, yang posisi Anak korban tidur dibangku, setelahselesaisaksiVkeluardarikedaitersebut;

10)Bahwa setelahmelakukanpersetubuhan yang ke-2, Anak pernah menjanjikankepadaAnakkorban yaitujika anak korban hamilnanti Anakakan bertanggungjawabakan menikahiAnakkorban;

11)Bahwa akibat perbuatananak, anak korban sekarangdalamkeadaan hamil, sesuai dengan Visum Et Repertum dari Rumah Sakit

BhayangkaraPadangNomor: VER/47/I/2015/RUMKIT

tertanggal19Januari 2015, atasnama Saksi Korban dengan kesimpulanditemukan:

a. Selaput darah robek pada jamsatu, enam dan sembilansampai kedasar.

b. USGsesuaikehamilanduabelasminggu.

12)Bahwa Anakkorban padawaktukejadianmasih berumur17tahun;

Menimbang,bahwa selanjutnya Hakim akan

mempertimbangkanapakahberdasarkanfakta-fakta hukum tersebutdi

atas,Anak dapatdinyatakan

telahmelakukantindakpidanayangdidakwakankepadanya;

5. Putusan Pengadilan

Menimbang,bahwa anak sekarangmasih berumur 16 tahun 11bulandalamkeadaantidakbersekolah,karenaAnak malasuntuk bersekolah, anak tidak mempunyai ketrampilan dan pengawasan orang tua yang tidak ketat terhadapanak yang tidakbersekolahlagi,Hakimsependapat

dengansarandan pendapatBapas,maka terhadap anak

dijatuhkanpidanabersyaratsebagai ketentuanPasal71 ayat

(40)

Peradilan PidanaAnak yang lamanya akan ditantukan dalamamarputusanini; Menimbang,bahwaPasal76DJoPasal81ayat (2)UURINo.35 Tahun 2014 TentangPerubahanAtas UURINo.23 Tahun 2002TentangPerlindungan Anak, ancaman pidananya komulatif yaitu berupa penjara dan denda, berdasarkanPasal71ayat (3)Undang-UndangNomor11 tahun 2012 Tentang SistimPeradilanPidanaAnakpidanadendadigantidenganpelatihankerja;

Menimbang,bahwauntukmenjatuhkanpidanaterhadapdiriAnak,maka perlu dipertimbangkanterlebihdahulu keadaanyang memberatkandan yang meringankanAnak;

Keadaan yang memberatkan:

PerbuatanAnaktelahmerusakmasadepanAnakkorban;

Keadaanyangmeringankan:

1) Anakbelumpernahdihukum;

2) Anak berlaku sopandipersidangandan mengakui perbuatannya dipersidangan;

3) Anak telahmenikahi Anak korban walaupun

pernikahandibawahtangan;

Menimbang,bahwaolehkarenaAnak dijatuhipidana maka haruslahdibebanipulauntukmembayarbiayaperkara;

Memperhatikan,Pasal 76D Jo Pasal81 ayat (2) UURINo.35 Tahun 2014 TentangPerubahanAtas UURINo.23 Tahun 2002TentangPerlindungan Anak Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Undang-UndangR.I No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem PeradilanPidana Anak, serta peraturanperundang- undanganlainyangbersangkutan;

Mengadili:

1. Menyatakan anak (terdakwa) tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana ”Turut serta dengan sengaja membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya dan dengan orang lain”sebagaimana dalam dakwaan kedua Alternatif Penuntut Umum; 2. Menjatuhkan pidana kepada Anak oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6 (enam)bulan, dengan ketentuan bahwa pidana tersebut tidak perlu dijalani kecuali kalau dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan hakim, bahwa terpidana sebelum waktu percobaan selama 1 (satu) tahun berakhir telah bersalah melakukan tindak pidana, dengan syarat khusus supaya Anak menjalani Pembinaan di luar Lembaga selama10 (sepuluh) bulan dan menjatuhkan pula pidana Pelatihan Kerja kepada Anak selama 2 (dua) bulan;

3. Memerintahkan Anak menjalani pembinaan dan latihan kerja di Lembaga Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Panti Sosial Asuh Anak dan Bina Remaja (PSAABR) Budi Utomo Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat;

4. Membebankan kepada Anak membayar biaya perkara sejumlah Rp2.000,00 (dua ribu rupiah);

(41)

a. Dakwaan

Kasus yang penulis bahas dalam skripsi ini yaitu pertanggungjawaban

pidana anak dalam turut serta terhadap tindak pidana turut serta dengan sengaja

membujuk anak melakukan persetubuhan. Di mana terdakwanya masih berumur

16 tahun telah terbukti dan bersalah melakukan persetubuan terhadap korban yang

berusia 17 tahun. Pada kasus ini Penuntut Umum mendakwa terdakwa dengan

dakwaan alternatif yakni jenis dakwaan yang ciri utamanya terdapat kata hubung

“atau” antara dakwaan satu dengan dakwaan lainnya.

Konkretnya dalam dakwaan alternatif ini kualifikasi tindak pidana yang

satu dengan kualifikasi tindak pidana yang lain adalah sejenis. Seperti dalam

kasus ini, Penuntut Umum mendakwa terdakwa dengan melanggar Pasal 76D Jo

Pasal 81 ayat (1) dan (2) UU RI No.35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

UU RI No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 55 ayat (1)

ke-1 KUHP Jo Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak, mengenai persetubuhan yang dilakukan dengan sengaja

melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak

melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Pasal yang didakwakan Penuntut Umum terhadap terdakwa ini tidaklah

sesuai untuk disandingkan. Sebab Pasal satu terkait dengan undang-undang yang

lebih khusus sedangkan Pasal yang lainnya bersifat umum. Hal ini erat kaitannya

dengan asas lex specialis derogat lex generalis. Artinya bahwa jika ada

undang-undang yang lebih khusus maka undang-undang-undang-undang tersebut yang didahulukan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan dilakukan adalah membandingkan dan mencari korelasi dari pengujian CPT dan SPT pada suatu lokasi penelitian yang sama, dengan suatu tujuan

Sebagaimana yang terlihat dalam kehidupan masyarakat Pura Desa Batuan, dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal antara lain;

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan sebaran batuan yang mengandung bijih besi menggunakan metode geomagnet di Desa Pringgabaya Utara

Namun penelitian yang dilakukan oleh peneliti disini juga memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu yang ditulis dalam jurnal tersebut dalam hal fokus dari jenis

Secara umum karakteristik pembeda sistem biometrika dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: karakteristik fisiologis atau fisik (physical characteristic), yang merupakan

Berdasarkan masalah yang terjadi di SD Negeri Rowoboni 02 Kelas IV pada mata pelajaran Matematika guru menggunakan satu atau dua model secara monoton, dan siswa

11 Lies Puspitasari, Pengaruh Penyusunan Anggaran Partisipasi Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi, Pelimpahan Wewenang, Sistem Kompensasi Sebagai Variabel

Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi menggunakan GA sebagai operator dalam menentukan nilai k yang bertujuan mengatasi kelemahan tersebut (untuk selanjutnya MkNN