• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tokoh Utama Novel Angsa-Angsa Liar Karya Jung Chang Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tokoh Utama Novel Angsa-Angsa Liar Karya Jung Chang Chapter III V"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian merupakan salah satu langkah penting untuk menetapkan

penelitian dalam kegiatan keilmuan di bidangnya. Metode penelitian merupakan

cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan

jawaban atas masalah yang diajukan. Penelitian ini penulis menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan analisis dokumen yang bertujuan untuk membuat

deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi.

Dengan metode deskriptif dapat mengungkapkan fakta-fakta yang tampak atau

data dengan cara memberi deskripsi. Fakta dan data merupakan sumber informasi

yang menjadi basis analisis.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan intrinsik teori

struktural yang dalam karya sastra harus mementingkan intrinsik dan anti

ekstrinsik yang dikemukakan oleh Rene Wallek dan Warren.

Sumber data juga merupakan tempat ditemukan data-data yang akan ditulis.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian Novel 鸿 中国

女人的故 Angsa-Angsa Liar karya Jung Chang.

3.2 Teknik pengumpulan data

Dalam mengumpulkan data-data penelitian, teknik yang digunakan adalah

studi kepustakaan (Library Research) menggunakan buku Metodelogi Penelitian

Sastra (2001:25) yaitu dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan

(2)

literature lainnya.

Selain memanfaatkan literature yang berupa buku, juga memanfaatkan

teknologi internet, mengumpulkan data dan berbagai website yang berhubungan

dengan materi penelitian ini.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Membaca Novel berulang-ulang untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik

yang terdapat pada Novel 鸿 中国女人的故 Angsa-Angsa

Liar.

2. Melakukan teknik catat yang mencatat hal-hal yang berkaitan dengan

unsur analisis intrinsik dalam novel 鸿 中国女人的故

Angsa-Angsa Liar karya Jung Chang.

3. Mencatat semua perkataan dan perbuatan yang menggambarkan

unusr-unsur intrinsik yang mendukung analisis.

3.3 Data dan Sumber Data

Dalam sebuah penelitian tentu terdapat data dan sumber data. Yang

menjadi data dalam penelitian ini adalah novel itu sendiri yang berisikan kutipan

dan percakapan atau ucapan yang tertera dalam setiap dialog maupun ilustrasi

yang mampu menggambarkan unsur-unsur pembangunan sastra novel tersebut.

Novel Angsa-Angsa Liar (1992) karya Jung Chang ini terdiri dari 28 bab, tang

merupakan terbitan PT Gramedia dan diterjemhkan dengan izin resmi dari buku

aslinya. Adapun secara rinci data tersebut adalah:

1. Judul Novel : 鸿 中国女人的故 Angsa-Angsa Liar

(3)

3. Penerbit : PT Gramedia Pustaka

4. Tahun : 2005

5. Tebal Buku : 596 halaman

6. Kulit : Hitam

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data sangat penting dalam menganalisis unsur intrinsik pada

novel. Pada penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Langkah yang

dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian novel 鸿 中国女

人的故 Angsa-Angsa Liar (1992) adalah:

1.Membaca seluruh isi novel 鸿 中国女人的故 Angsa-Angsa

Liar secara cermat untuk mendapatkan pemahaman yang baik.

2.Menganalisis perilaku tokoh utama yang terdapat dalam novel 鸿 中

国女人的故 Angsa-Angsa Liar.

3.Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik novel yang diteliti.

4.Menyimpulkan hasil analisis data untuk mengetahui tokoh utama berdasarkan

pendekatan struktural didalam novel 鸿 中国女人的故

(4)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Biografi Jung Chang dalam Novel 鸿 中国女人的故

Angsa-Angsa Liar

Jung Chang lahir pada tanggal 25 Maret 1952 di Yibin, Provinsi Sichuan

China. Pada saat ia lahir, Ibunya De-Hong mengalami komplikasi rumit, sehingga

dokter ahli bedah didatangkan dari rumah sakit lain. Proses kelahiran Jung chang

sangat rumit. Tubuh Jung Chang terlalu gemuk sehingga sangat sulit untuk

dikeluarkan. Berat badannya lebih dari 10 pon. Ini membawa kabar baik bagi

keluarga bahwa anak Kedua telah lahir.

Berita kelahiran Jung Chang sampai ke telinga Dr.Xia, dan dia

mengatakan bahwa satu angsa liar lain telah lahir. Maka Dr.Xia memberi nama

yaitu Er-Hong, artinya “Angsa Liar Kedua”. Inilah nama Penulis Novel ini pada

mulanya.

Setelah keluar dari Rumah sakit, Er-Hong dirawat oleh Ibu susu digaji

oleh kedua orang tuanya. Pengasuh Er-Hong adalah seorang wanita yang sangat

baik hati dan Dia mengasuh dan merawat Er-Hong seperti anaknya sendiri. Pada

saat Er-Hong lahir, Ia memiliki bahu lurus dan lebar yang dianggap tidak baik

bagi anak perempuan. Sehingga bahunya diikat erat-erat agar tumbuh melandai

sesuai yang dikehendaki.

Pada usia 3 tahun Er-Hong beserta kakak-adiknya dikirim ke panti asuhan

yang berbeda-beda karena keadaan yang tidak memungkinkan bagi ayah dan ibu

(5)

Pada tahun 1958 Er-Hong berusia 6 tahun, ia mulai masuk sekolah.

Sekolah tersebut sebenarnya menerima anak yang sudah berumur 7 tahun, namun

karena kepandaiannya dalam mendeklamasikan puisi-puisi klasik dan tulisan

kanjinya sangat rapi, maka ia diterima di sekolah tersebut. Sekolah tersebut makin

lama makin indoktrinisasi politik yang diisi dengan ajaran Mao. Salah satu ajaran

Mao adalah tidak boleh mengganti warna China, yang berarti tidak boleh

mengubah Komunis menjadi kapitalis. Guru polotik mengingatkan bahwa jika

tidak hati-hati, negeri China bisa saja secara perlahan berubah warna, mula-mula

dari merah ke merah kusam, kemudian menjadi abu-abu, kemudian jadi hitam.

Warna merah kusam dalam dialek Sichuan diucapkan sama persis dengan nama

Er-hong, sehingga inilah yang menyebabkan Er-hong mengganti namanya.

Berdasarkan saran Ayahnya yang menguasai karya klasik, maka Ayahnya

member nama Jung (yung) yang artinya perang dan Zhang (Chang) yang berarti

Prosa dan termasyur di usia muda.

Pada tahun 1966 diusianya yang Ke 14, Jung chang bergabung dengan

Pengawal Merah dan berjanji akan mendukung Kaisar Mao untuk membangun

China lebih baik. Berkisar tidak lebih dari setahun, Jung Chang mengundurkan

diri Pengawal merah karena menganggap banyak sekali kekacauan terjadi sejak

berdirinya kelompok ini. Pada tahun 1969, Jung Chang Dibuang Keluar Chengdu

ke Distrik Miyi, di wilayah Xichang, leremg pegunungan Himalaya. Disana Ia

menjadi petani. Ketika itu, Jung Chang mendengar neneknya sakit, dan bergegas

mengunjungi nenenk untuk member perawatan. Namun berbagai usaha gagal,

karena Jung Chang tidak memiliki pendidikan kesehatan, dan Pemerintahan pada

(6)

Kejadian inilah yang menyadarkan Jung Chang pentingnya peran dokter. Ia

mempelajari sendiri buku petunjuk dokter berkaki telanjang. Jung Chang juga

banyak belajar dari para dokter muda yang diutus ke kota tersebut.

Di Musim panas 1973 bulan Oktober, Jung Chang mendaftar Universitas.

Namun, Ujian masuk Universitas dinyatakan gagal. Ayah memiliki banyak teman

di bagian Penerimaan Mahasiswa Sichuan. Ayah bisa menghubungi mereka untuk

menerima Jung Chang ke Universitas. Tetapi Ayah menolak. Berkat Ibu yang

banyak akal Jung Chang resmi diterima di Departemen Bahasa Asing Universitas

Sichuan di Chengdu jurusan sastra Inggris. Di bulan Januari 1977, Jung Chang

diterima sebagai asisten dosen karena kebutuhan. Pada tanggal 18 Maret,

Universitas Sichuan mengadakan ujian seleksi beasiswa sekolah keluar negeri.

Jung Chang mendapat nilai tertinggi. Jung Chang melewati beberapa wawancara

dan pada bulan Mei secara tidak langsung dinyatakan lulus. Pada tanggal 12

September 1978, Jung Chang berangkat beserta 13 dosen lainnya ke Inggris. Dan

memutuskan untuk tinggal di Inggris.

4.2 AnalisisUnsur Intrinsik berdasarkan Pendekatan Struktural

Bab ini berisi analisis tentang unsur intrinsik yang membangun cerita

berdasarkan pendekatan intrinsik yaitu: tema, plot, setting, penokohan dan sudut

pandang yang terdapat dalam Novel Angsa-Angsa Liar (1992) karya Jung Chang.

Adapun cara menganalisis novel ini melalui pendekatan strukturalisme.

Pendekatan ini dipandang lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu

sendiri. Tanpa campur tangan unsur lain, karya sastra tersebut akan dilihat

sebagaimana cipta estesis (Suwardi,2011:51).

(7)

bangunan. Strukturalisme berarti paham mengenai unsure-unsur yaitu struktur itu

sendiri dengan mekanisme antar hubungannya. Hubungan unsure yang satu

dengan yang lainnya, dan hubungan antar unsure yang satu dengan yang lainnya,

dan hubungan antar unsure totalitasnya. Strukturalisme sering digunakan oleh

peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra, dimana kita harus

memperhatikan unsure-unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut.

Pendekatan strukturalisme murni hanya berada di seputar sastra itu sendiri.

Prinsipnya jelas: analisis structural bertujuan untuk membongkar dan

memaparkan secermat, seteliti, dan mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua

aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuww,

1984:135).

Oleh karena itu, penulis menganalisis novel Angsa-Angsa Liar dengan

menggunakan beberapa unsur intrinsik, yaitu: tema,alur, penokohan, setting atau

latar, dan sudut pandang. Penjelasannya akan saya sajikan per bagian agar jelas

dan dapat dipahami.

4.2.1 Plot

Struktur plot terdiri atas pengenalan, timbulnya konflik memuncak, klimaks dan

pemecahan masalah. Plot yang terdapat pada roman ini diawali dengan

pengenalan masalah yaitu: Yu-fang (nenek) menjadi selir dari Jenderal Xue tetapi

tidak berdasarkan cinta. Terbukti dari kutipan ini:

“Nenekku baru tahu tentang rencana itu ketika ibunya mengatakannya beberapa

hari sebelum dia diambil. Nenek menunduk dan menangis. Dia tidak suka dijadikan selir, tetapi ayahnya telah membuat keputusan dan seorang anak tidak boleh menentang orangtuanya. Mempertanyakan keputusan orang tua dianggap

(8)

Dari pernikahan mereka lahirlah De-Hong (Ibu). Istri sah dari Jenderal Xue

berniat untuk mengambil De-Hong dan melarang Yu-Fang untuk merawatnya.

Sehingga Yu-fang membawa lari Hong. Setelah berhasil membawa kabur

De-Hong, Yu-Fang bertemu dengan Dr.Xia dan saling jatuh cinta. Dr.Xia adalah

seorang Duda dengan 3 orang Putra dan seorang putri. Dr.Xia ingin menjadikan

Yu-Fang sebagai istri sah, dan Yu-Fang juga menyetujuinya. Walaupun

pernikahan mereka mendapat tentangan dari anak-anak Dr.Xia, mereka tidak

peduli. Mereka memutuskan untuk pindah ke Jinzhou dan berpisah dengan

keluarga Dr.Xia. Pada saat itu, Jepang mulai menjajah kota tersebut. Jepang

terbukti sangat menguasai kota itu dari kutipan berikut:

“Di sekolah, tidak hanya gurunya yang orang Jepang, tetapi metode pengajaran

dan hukumannya pun mengikuti cara Jepang Kalau berpapasan dengan anak Jepang di jalan, seorang anak pribumi harus membungkuk member hormat dan

member jalan, meskipun anak Jepang itu lebih muda darinya”. (53)

Jepang mundur dan memohon perdamaian. Di saat itu Kuomintang berkuasa.

Jumlah serdadu di Jinzhou meningkat. Kuomintang dipimpin oleh Chiang

Kai-shek relative lebih disiplin. Namun, sejak berdirinya Komunis, anggota lebih sulit

didapatkan bagi Kuomintang. Ini tergambar dari kutipan berikut:

“Pada saat itu, Kuomintang berangsur-angsur kehilangan kendali atas daerah-daerah pedesaan dan semakin sulit merekrut anggota baru. Semakin banyak

pemuda yang menolak dijadikan ‘abu bom’(pao-hui). Perang saudara semakin brutal dan berdarah-darah, korban terus berjatuhan.” (84:2)

Di masa itu, Komunis menguasai sebagian besar wilayah di sekitar Jinzhou.

Keadaan tambah memburuk karena ulah pedagang yang rakus dan pejabat yang

korup. Kuomi nt ang m engel uarkan uang l egal , nam un t idak m am pu

(9)

Jinzhou adalah tempat dimana kedua partai ini saling merebut kekuasaan.

Kuomintang memiliki 200.000 tentara dan mempersiapkan pertempuran melawan

Komunis. Kuomintang mulai membangun system pertahanan baru di sekeliling

Jinzhou. Namun proyek tersebut tidak pernah selesai karena kekurangan bahan

bangunan. Partai Komunis juga mempersiapkan serta berjaga-jaga terhadap

Kuomintang. Tergambar dari kutipan ini:

“ Bagi Komunis, informasi tentang sistem pertahanan dan penempatan pasukan

Kuomintang sungguh penting. Komunis menghimpun pasukan dalam jumlah sangat besar – kira-kira seperempat juta orang – untuk menghadapi pertempuran yang menentukan. Panglima tertinggi seluruh pasukan Komunis, Zhu De,

mengirim telegram kepada panglima setempat, Lin Biao: “RebutJinzhou… maka

seluruh China akan dapat kita genggam.” Kelompok Yu-wu diperintahkan mengumpulkan informasi mutakhir sebelum penyerbuan dilaksanakan. Yu-wu perlu tenaga lebih banyak, maka ketika Ibu menemuinya minta diberi tugas, dia dan atasannya merasa senang.” (101:3)

De-Hong muak dengan Kuomintang yang menciptakan kekacauan di beberapa

bagian wilayah China. Dia mulai memikirkan untuk bergabung dengan Komunis

yang ia percaya dapat mengubah China lebih baik. Akhirnya kedua partai ini

berperang dan seluruh kota diguncang ledakan dahsyat yang susul-menyusul.

Pada tanggal 8 Oktober 1948, Komunis menyiagakan hampir seperempat juta

tentara yang siap menyerang. Banyak posisi artileri Kuomintang dihancurkan, dan

benteng pertahanan yang belum selesai dibangun rusak dibakar oleh Komunis.

Lebih dari 100.000 serdadu Kuomintang tunggang langgang mundur ke tengah

kota. Situasi semakin menjelaskan bahwa Komunis telah menguasai kota. Ibu

resmi bergabung ke dalam partai Komunis. Namun, De-Hong mulai meragukan

praktek Komunis yang muali kelihatan. Kebijakan yang ditetapkan malah

membuat China juga menjadi kacau balau. Komunis yang dipimpin oleh Mao

(10)

kekuasaan danmenciptakan sensasi. Menghukum orang yang tidak bersalah yang

mengusik hidupnya atau mengganggu keputusannya. Mao mengajarkan doktrin

kepada semua masyarakat sehingga menciptakan masalah. Terlihat dari kutipan

ini:

“Jika Mao ingin seluruh rakyat bertindak, dia harus mencabut kekuasaan dari

tangan partai dan menumbuhkan kesetiaan dan kepatuhan mutlak hanya kepada dirinya. Untuk mencapai itu, dia menciptakan teror; teror yang sangat mengerikan dan membuat orang tidak bisa berpikir jernih; teror yang membuat semua rasa ngeri lainnya tak ada artinya. Dia melihat para pemuda dan pemudi berusia belasan dan awal dua puluhan sebagai alatnya yang ideal. Mereka dibesarkan dalam suasana pemujaan fanatic terhadap dirinya dan doktrin militant tentang

‘perjuangan kelas.’ Mereka punya kualitas seperti umumnya anak muda:

pemberontak, tak punya rasa takut, siap berjuang demi ‘apa yang mereka yakini,’ serta haus akan petualangan dan tindakan yang nyata.” (316:2)

Mao mengahsut banyak orang untuk memiliki sikap memberontak. Beberapa anak

muda yang sangat paham politik bahwa tokoh pujaan mereka yaitu Mao harus

dibela. Maka bmreka menciptakan “Pengawal Merah Ketua Mao’ dan mereka

mengambil nama itu sebagai arti Pemberontakan yang sah. Mao ingin Pengawal

merah menjadi pasukan pengejut untuk menyerang para antek kapitalis. Selain itu

terbentuknya Revolusi Kebudayaan yang adalah gerakan pembersihan berdarah

untuk meningkatkan kekuasaan Mao. Para pejabat yang mulai menentang

kebijakan-kebijakan Mao langsung dihukum,dipecat, bahkan dibiarkan mati.

Sikap yang tidak manusiawi selalu mendominasi negeri ini yang menyiksa

orang-orang yang tidak bersalah. Penyiksaan-penyiksaan adalah metode Mao. Metode

yang meliputi tekanan mental, siksaan fisik yang brutal, penolakan perawatan

kesehatan bahkan penggunaan obat-obatan untuk membunuh. Ini membuat Jung

Chang sebagai anggota Pengawal Merah muak terhadap kekuasaan Mao.

Tergambar dari kutipan ini:

(11)

kemunafikannya. Dia menikmati hidup mewah dan berbagai kenyamanan sementara kepada rakyat dia selalu menganjurkan bahwa kenyamanan tidak baik

bagi mereka.” (564:1)

Namun, di tengah kekacauan yang terjadi karena kebijakan Mao, terdengar kabar

buruk yaitu bahwa Ketua Mao meninggal. Menurut Jung Chang pencapaian Mao

terbesar sepanjang hidupnya adalah kebodohan. Perlahan-lahan semangat rakyat

telah berubah. Sebulan setelah kematian Mao, Nyonya Mao ditangkap. Sehingga

banyak orang tidak lagi meneruskan kebijakan Mao.

4.2.2 Tema

Novel Angsa-Angsa Liar (1992), autobiografi Jung Chang adalah novel yang

bertemakan sejarah perjalanan kehidupan 3 generasi wanita China yang memiliki

kisah yang mendebarkan di 3 zaman dengan 3 pemerintahan yang berbeda. Tokoh

Yu-Fang (nenek) adalah seorang selir seorang panglima perang yang amat

berkuasa. Dia tinggal dirumah megah, dilayani sejumlah pelayan, dihadiahi aneka

perhiasan mewah, namun hidup merana karena selalu diawasi dan dilarang keluar

rumah. Namun dengan berani dia menentang suaminya dan mendobrak adat yang

telah tertanam kuat selama lebih dari 2000 tahun. Ini terbukti dari tindakannya

yang berani yang membawa hasil sebagai berikut:

“ Nenek tidak pernah melihat makam jenderal Xue: dia tidak mempedulikan

perintah itu dan tidak hadir pada waktu upacara pemakaman. Berikutnya ang terjadi adalah, manajer rumah gadai tidak datang lagi untuk menyerahkan uang bulanan. Kira-kira satu minggu kemudian,orangtuanya menerima surat dari istri Jenderal Xue. Kata-kat terakhir kakekku adalah: dia mengembalikan kebebasan kepada Nenek. Keputusan itu tepat pada waktunya dan sungguh sangat melegakan.

Nenek hamper tidak percaya dengan keberuntungannya.”

Yu-fang memiliki anak dari pernikahannya dengan Jenderal Xue. Setelah bebas,

(12)

De-Hong bersama-sama. Seraya tumbuh dewasa, De-Hong menghabiskan masa

remaja ditengah pergolakan perang saudara dan perebutan kekuasaan antara

Kuomintang dan Komunis. Dia memilih menjadi anggota partai Komunis China

karena yakin akan cita-cita luhur mereka dank arena jatuh cinta pada seorang

komandan gerilya Komunis yang ditakuti. Dan ini terbukti dari kata-kata berikut:

“Sejak kedatangan tentara Komunis, Ibu tidak sabar ingin segera bergabung dan bekerja untuk revolusi. Ibu merasa dirinya adalah bagian dari Komunis. Setelah beberapa hari menunggu dengan tidak sabar, dia dihubungi seorang utusan Partai yang memberitahu bahwa Ibu harus menghadap orang yang bertanggung jawab atas gerakan kaum muda di Jinzhou, yaitu Kamerad Wang Yu.” (103:3)

Setelah menikah, mereka memiliki anak. Jung Chang (penulis novel) adalah anak

kedua. Ketika Jung Chang lahir, ayahnya menjadi Gubernur dan Ibunya menjadi

pejabat tinggi partai dengan segala kemudahandan hak-hak istimewa. Tahun demi

tahun berlalu, angin perubahan politik mulai bertiup dan tidak mereda dan

akhirnya menjadi badai yang memporakporandakan semua sendi kehidupan

rakyat China. Ayah terkenal sangat jujur namun ditahan, disiksa menjadi gila dan

dibuang ke kamp kerja paksa. Ibu dibuang ke kamp lain. Jung Chang dan

kakaknya harus mengalami re-edukasi sebagai petani di sebuah pedesaan terpencil

pegunungan Himalaya. Ketiga adik-adiknya tercerai-berai dan menjadi anggota

geng jalanan. Mereka diperintahkan untuk mengingkari orang tua namun mereka

bertahan agar tetap hormat dan sayang kepada orang tua.

4.2.3 Penokohan

Berikut ini dipaparkan mengenai analisis karakter yang dimiliki oleh

(13)

4.2.3.1Tokoh Yu-fang

Berdasarkan cerita dalam novel, tokoh Yu-fang adalah tokoh yang protagonist

yang memiliki karakter sebagai berikut:

a. Hormat pada orang tua

Yu-fang memiliki rasa hormat yang dalam terhadap kedua orangtuanya. Meskipun

Ayahnya berniat untuk menjodohkannya kepada seorang Jenderal, sesuatu hal

yang tidak disukai oleh Yu-fang karena akan menjadi selir, namun ia tetap

melaksanakannya demi menghormati orang tuanya. Hal ini tergambar jelas pada

kutipan berikut ini:

“Nenekku baru tahu tentang rencana itu ketika ibunya mengatakannya beberapa hari sebelum ia diambil. Nenek menunduk dan menangis. Dia tidak suka dijadikan selir, tetapi ayahnya telah membuat keputusan dan seorang anak tidak boleh menentang orangtuanya. Mempertanyakan keputusan orangtua dianggap ‘sikap

tidak menghormati orangtua’- dan sikap tidak menghormati orangtua sama saja dengan berbuat durhaka. Di lain pihak, kalau dia menolak untuk mematuhi ayahnya, penolakannya tidak akan dianggap sungguh-sungguh; sikapnya akan dipahami sebagai pernyataan bahwa dia ingin tetap tinggal bersama orangtuanya. Satu-satunya jalan untuk mengatakan tidak dan mendapat tanggapan serius adalah dengan bunuh diri. Nenek menggigit bibir, tidak mengatakan apa-apa karena tak ada yang bisa dikatakan. Bahkan mengatakan ‘ya’ bisa dianggap bukan sikap wanita anggun atau dianggap sudah tidak sabar ingin segera meninggalkan

orangtuanya.” (12:3)

b. Setia

Walaupun tidak suka dijadikan selir oleh Jenderal Xue dan pernikahannya tidak

bahagia, namun Yu-fang belajar untuk mulai mencintai suaminya. Sewaktu

Jenderal Xue mengatakan bahwa ia akan pergi, Nenek terus menantikan

kepulangannya dengan sabar. Ini tergambar dari kutipan dibawah ini:

“Enam tahun berlalu. Semula Nenek menerima beberapa pucuk surat, kemudian

(14)

Jenderal. Bahkan sikap pasrahnya- secara fisik maupun kejiwaan – sangat dipengaruhi oleh nostalgia itu. Nenek sangat merindukan suaminya, meskipun tahu dirinya hanya salah satu dari sekian banyak selir sang Jenderal yang mungkin tersebar di seluruh China dank arena itu dia tidak pernah membayangkan akan hidup bersama suaminya sampai akhir hayatnya. Bagaimanapun, dia tetap merindukan suaminya, karena pria itu memberinya kesempatan untuk mengenyam

kehidupan seperti itu.” (18;2)

Kutipan lain yang mendukung karakter Yu-fang adalah ketika ia menikah kembali

dengan Dr.Xia.Suaminya membawa Yu-fang pergi dan memulai hidup yang baru

dengan keadaan yang jauh dari berlimpahnya kenyamanan. Namun Yu-fang tetap

setia kepada suaminya. Ini tergambar dari kutipan sebagai berikut:

“ Nenek belum pernah mengalami kemiskinan seperti itu, tetapi itu adalah masa

paling bahagia dalam hidupnya. Dr.Xia mencintainya daan putrinya selalu bersamanya. Dia tidak lagi dipaksa menjalani ritus-ritus adat Manchu. Gubuk

kumuh itu selalu penuh tawa.” (44:4)

c. Berani

Yu-fang menyadari bahwa statusnya sebagai selir, masa depannya dan masa

depan anaknya tidak jelas, mungkin bahkan di ambang kehancuran. Sewaktu

Jenderal Xue meninggal, istri sah dari Jenderal akan berkuasa atas hidup dan

matinya. Maka, Yu-fang dengan berani melarikan diri dari tempat itu. Hal ini

dibuktikan dari kutipan berikut:

“Nenek tak punya waktu untuk memeluk ibuku meski hanya sebentar – kecuali itu, dia tidak ingin ibuku terbangun lalu menangis dan membuat para penjagawaspada. Dia dan adiknya naik ke punggung kuda, sementara ibuki diikatkan ke punggung

salah seorang tukang kuda. Mereka kabur menembus malam.” (25:5)

d. Baik Hati

Setelah bebas dari Jenderal Xue, Yu-fang kembali menikah dengan Dr.xia. Ini

menjadi masalah baru bagi Yu-fang, karena keluarga Dr.Xia tidak menyetujui

pernikahan mereka. Dr. Xia sudah berusia 65 tahun dan memiliki tiga putra dan

(15)

sulung Dr. Xia menunjukkan aksi protes dengan bunuh diri. Setelah pindah ke

rumah Dr.Xia dan menjadi istri sah, Yu-fang selalu mendapatkan perlakuan yang

dingin dari semua anggota keluarga. Namun,Yu-fang membalasnya dengan

kebaikan. Ini tergambar dari kutipan berikut ini:

“ Nenek selalu bersikap ramah kepada keluarga suaminya, meskipun mereka

membalasnya dengan keangkuhan di balik sikap hormat yang harus mereka tunjukkan. Bahkan menantu Dr.Xia yang dulu kawan sekolahnya selalu menghindarinya. Kesadaran bahwa dia dianggap penyebab kematian kematian si

putra sulung menjadi beban batin yang berat bagi nenek.” (38:3)

4.2.3.2Tokoh De-Hong

Tokoh De-Hong (Ibu) dalam cerita novel angsa-angsa liar juga merupakan tokoh

a. Cerdas

Sejak mulai masuk ke sekolah, De-Hong dikenal sebagai anak yang cerdas dan

suka belajar. Ini tergambar dari kutipan berikut ini:

“Lepas dari fakta bahwa dia bintang pelajar, yang membuatnya dipilihuntuk

menyerahkan karangan bunga kepada Permaisuri adalah karena setiap kali

mengisi formulir apapun Ibu selalu menulis “bangsa Manchu” – seperti Dr.Xia – sebagai kebangsaannya, dan Manchukuo dianggap sebagai Negara merdeka milik

bangsa Manchu.” (52:1)

b. Percaya Diri

Sewaktu berusia 7 tahun, De-Hong mulai masuk sekolah. Pada saat itu,

pendidikan dikontrol ketat oleh Jepang. Sebagian besar guru pengajarnya adalah

orang jepang.pada tanggal 11 September 1939, ketika De-Hong duduk di kelas 2

sekolah dasar, Kaisar Manchukuo, Pu Yi, dan permaisurinya melakukan

kunjungan resmi ke Jinzhou. De-Hong terpilih sebagai pengantar bunga kepada

permaisuri karena dianggap percaya diri. Hal ini terbukti dari kutipan di bawah ini:

“Banyak orang berkumpul di dekat mimbar yang dihias meriah, semua membawa

(16)

mengenakan jas. Seorang anak laki-laki yang sebaya dengannya berdiri kaku di sebelahnya bunga besar yang akan diserahkan kepada kaisar Pu-Yi. Ketika Kaisar dan Permaisuri tiba, drumb-band menyambut mereka dengan lagu kebangsaan Manchukuo. Semua berdiri tegak member hormat. Ibu melangkah maju, menekuk lutut member hormat dan dengan terampil menjaga karangan bunga itu tetap

tegak.” (51:3)

c. Pandai Menjaga Rahasia

Banyak terdengar kabar tentang apa yang diperbuat oleh Jepang terhadap rakyat

China. Orang China dipekerjakan sampai mati, desa-desa dibakar, dan banyak

tragedi tragis yang terjadi. Sepupu jauh Nenek (Yu-fang) yaitu Han-chen pada

saat itu selamat, dan mereka menyembunyikan di suatu kamar sempit di sudut

rumah yang paling dalam. Banyak polisi China sebenarnya anti Jepang. Namun

mereka menjalankan perintah Jepang untuk mengadakan pemeriksaan dan

mengadukan sesuatu yang merupakan pelanggaran hokum. De-Hong sangat

terampil menyembunyikan apa yang ia ketahui. Ini terbukti dari kutipan ini:

“ Waktu itu ibuku umur sebelas tahun. Meskipun orangtuanya tidak menceritakan

apa yang terjadi, dia tahu, dia tidak boleh bercerita pada siapapun tentang Han-chen yang disembunyikan di rumah mereka. Sejak kanak-kanak Ibu sudah belajar

menyimpan rahasia”. (60:1)

d. Baik Hati

Tersiar berita bahwa Amerika telah menjatuhkan dua bom atom di Jepang. Pada

tanggal 13 Agustus terdengar kabar bahwa Jepang memohon perdamaian. Penyiar

radio mengumumkan bahwa Kaisar Jepang, Pu Yi turun takhta, artinya kalah.

Murid- murid China yang dulu diperlakukan sangat kejam oleh Jepang, bebas

membalas dendam. Mereka memukuli guru-guru Jepang dengan sangat kejam.

Satu-satunya Guru Jepang yang sangat baik adalah Nyonya Tanaka, dan De-Hong

ingin menyelamatkan dia walaupun dia orang Jepang. Dan ini tergambar dari

kutipan ini:

(17)

ketika teman sekolah Ibu dihukum mati. Dia minta izin kepada orangtuanya untuk

menyembunyikan guru itu dirumah.” (68:3)

e. Berani

Memasuki usia 15 tahun, tibalah bagi De-Hong untuk memikirkan mencari

pasangan. De-Hong sangat cerdas dan menawan sehingga banyak pria yang

datang untuk melamarnya. Namun, tak seorang pun dapat memikat hatinya.

Kemudian, ada seorang Perwira, kepala staf seorang Jenderal ingin melamarnya

dan mengancam jika menolak maka ia akan mengirim tandu untuk menjemput

paksa De-Hong. Tetapi De-Hong dengan berani membantah. Ini terlihat dari

kutipan berikut ini:

“Ibu mencuri dengar dari balik pintu ketika perwira itu mengajukan lamaran

kepada orangtuanya. Ibu menerobos masuk lalu terang-terangan berkata kepada

pria itu bahwa dia akan bunuh diri didalam tandu.” (73:4)

f. Keras Kepala

De-Hong berkenalan dengan Liu muda yang merupakan anak dari tuan Liu yang

adalah pemilik took paling kaya di Jinzhou. Setelah berkencan, De-Hong

mendapati bahwa Liu muda adalah pribadi yang sombong dan suka berjudi.

Akhirnya, De-Hong memutuskan hubungan dengannya. Pada saat yang sama

Tuan Liu tua meninggal mendadak. Disaat seperti itu, orangtua De-Hong

menasihatinya untuk tidak memutuskan Liu muda di situasi seperti ini. De-Hong

juga dirayu oleh keluarga Tuan Liu untuk tetap menikah dengan Liu muda.

Namun, De-Hong tetap pada keputusannya. Ini terlihat dari kutipan ini:

“Keluarga Liu sangat marah pada Ibu, demikian pula Dr.Xia dan Nenek. Berhari -hari mereka mengemukakan alasan, membujuk, merayu, membentak, bahkan menangis, tapi tak berhasil. Akhirnya, untuk pertama kali sejak memukul Ibuku – waktu dia masih kanak-kanak – karena duduk di kang, Dr.Xia murka dan

(18)

Xia. Aku tidak sudi punya anak perempuan seperti kamu!” Ibu berdiri dan membalas dengan tajam, “Baiklah kalau begitu! Engkau takkan punya anak

perempuan seperti aku! Aku pergi!” Dia bergegas keluar dari ruangan, mengemasi

barang-barangnya, lalu kabur dari rumah.” (78:3)

4.2.3.3 Tokoh Jung Chang

Karakter Jung Chang dalam cerita Angsa-Angsa Liar adalah sebagai berikut:

a. Cerdas

Sewaktu Jung Chang berumur 6 tahun, orangtuanya memasukkannya ke sekolah

dasar. Menurut peraturan, setiap sekolah hanya boleh menerima anak yang berusia

7 tahun karena jumlah sekolah yang kurang. Namun, ketika diwawancara oleh

oihak sekolah, Jung Chang lulus test. Ini terbukti dari kutipan berikut ini:

“Kepandaianku mendeklamasikan puisi-puisi klasik dan tulisan kanjiku yang rapi meyakinkan pimpinan sekolah bahwa aku sudah cukup pandai. Setelah dinyatakan lulus tes masuk oleh kepala sekolah dan rekan-rekannya, aku diterima sebagai murid khusus. Orangtuaku sangat bangga akan diriku. Banyak anak teman-teman sejawat mereka yang ditolak oleh sekolah itu”.

Dan kepintaran Jung Chang juga terlihat dari kutipan ini:

“ Ada dua kertas ujian. Aku mendapat nilai 100 untuk matematika dan – tidak seperti biasa –100 plus untuk bahasa China”.

a. Memiliki Jati Diri

Karena pintar di dalam kelas, beberapa teman sekelasnya tidak menyukainya.

Namun, bagi Jung Chang tidak merasa itu sebuah masalah. Ini terlihat dari

kutipan berikut ini:

“Setiap minggu ada ulangan dan hasilnya ditempelkan di papan. Aku selalu juara

kelas dan itu membuat teman-teman yang urutannya dibawahku menjadi kurang senang. Mereka kadang mengutarakan ketidaksenangan itu dengan menyebutku

‘seribu keping emas yang tidak berharga’ (qian-jin xiao-jie), memasukkan kodok ke laci mejaku, dan mengikatkan ujung kepang rambutku ke sandaran kursi.

Mereka bilang aku tak punya ‘semangat kebersamaan’ dan suka meremehkan

(19)

b. Belajar Bersyukur

Sebagai anak dari Pejabat, Jung Chang memiliki kehidupan yang lebih beruntung.

Bisa mendapatkan berbagai fasilitas, seperti rumah, makanan, pakaian, dan

sekolah di tempas yang berkelas, Jung Chang bisa menjadi sombong seperti

teman-temannya yang memiliki fasilitas yang sama. Tetapi Jung Chang mau

mendengarkan nasihat untuk belajar mensyukuri. Ini tergambar dari kata-kata

dibawah ini:

“Sering kali jika orang dewasa menghendaki kamu menerima sesuatu, mereka

berkata bahwa orang-orang di dunia Barat menginginkan itu tetapi tidak bisa memperolehnya dan karena itu kami harus mensyukuri keberuntungan kami. Otomatis, caraku berpikir pun sperti itu. Ketika aku melihat kawan sekelasku mengenakan jas hujan merah jambu yang tembus pandang dan belum pernah kulihat, aku berpikir alangkah bagusnya kalau aku bisa menukar payungku yang terbuat dari kertas berlapis lilin dengan jas hujan seperti itu. Tetapi, aku langsung

menghukum diriku sendiri karena punya pikiran ‘borjuis’ seperti itu, lalu aku menulis di buku harianku: “Bayangkan anak-anak didunia kapitalis, berpikir payung pun tak bisa”.

c. Bijaksana

Dibanding dengan saudara-saudaranya, Jung Chang dikenal sebagai anak yang

lebih baik dan bijaksana. Ini tergambar dari kutipan dibawah ini:

“Karakterku sangat berbeda. Orang bilang aku lebih bijaksana dan lebih perasa

(dong-shi) walaupun usiaku masih sangat muda. Orangtuaku tidak pernah

memukulku atau mengeluarkan kata-kata kasar kepadaku. Bahkan kritik mereka – yang sesunguhnya amat jarang – disampaikan dengan kata-kata yang sangat halus, seakan-akan aku sudah dewasa dan hatiku mudah terluka. Mereka sangat menyayangiku, terutama Ayah, yang selalu mengajakku berjalan-jalan sesudah makan malam dan sering membawaku mengunjungi teman-temannya”.

d. Rendah Hati

Mengajarkan hal-hal baik adalah penting ditanamkan untuk anak sejak dini. Dan

itulah yang dilakukan Orangtua Jung-Chang. Mereka mengajarkan walaupun

(20)

dari kutipan dibawah ini:

“Ayah sering sekali mengulang-ulang nasihatnya hingga aku tumbuhdengan perasaan malu karena hak-hak istimewa yang melekat pada diriku. Kadang-kadang anak-anak laki-laki dari kompleks kami berdiri di balkon mereka dan menirukan lagu yang diyanyikan anak-anak penjaja obat nyamuk. Aku merasa malu ketika mereka berbuat begitu. Jika bepergian bersama Ayah naik mobilnya, aku selalu malu jika klakson dibunyikan ketika mobil menembus kerumunan orang banyak. Kalau orang-orang itu memandangi mobil kami, aku memerosotkan

badanku, menghindari tatapan mereka”.

e. Suka Mengkritik Diri

Pemerintahan Mao banyak menekankan peraturan-peraturan yang tidak masuk

akal. Sebagai contoh, Mao pernah beberapa kali menganjurkan agar bunga dan

rumput dibuang dan diganti dengan kubis dan kapas. Orang sangat menyanyangi

tanaman mereka yang indah, namun peraturan harus tetap dijalankan. Jung-Chang

menekan dirinya dan berusaha menerima peraturannya, ini terlihat dari kutipan

dibawah ini:

“Aku sangat sedih melihat tanaman-tanaman yang indah dimusnahkan. Tetapi aku tidak dendam pada Mao. Sebaliknya, aku benci diriku sendiri karena merasa kasihan pada tanaman. Ketika itu aku sudah biasa kritik-diri dan otomatis selalu menyalahkan diri sendiri karena perasaan yang menentang intruksi Mao. Sesungguhnya, perasaan seperti itu dengan orang lain. Aku terpaksa menekan perasaan itu dan memaksa diriku untuk berpikir benar. Selama itu, aku hidup engan terus-menerus menyalahkan diri sendiri”.

f. Hormat pada orang yang lebih tua

Ketika lingkungan dipenuhi banyak anak muda yang menunjukkan hidup serba

bebas dan memiliki etika moral yang rendah, Jung Chang tampil beda. Dibesarkan

oleh orangtua yang menanamkan pentingya bersikap hormat pada orang yang

lebih tua. Bertentangan dengan peraturan Pengawal Merah, yang mengharuskan

setiap orang yang masuk sebagai anggota, harus memiliki sikap yang garang. Jung

(21)

dini dan sudah mendarah daging. Ini terlihat dari kutipan berikut ini:

“Aku dibesarkan dengan ajaran selalu bersikap hormat dan sopan kepada orang yang lebih tua dariku, tetapi sekarang, menjadi seorang revolusioner berarti

bersikap agresif dan militan. Sikap lemah lembut dianggap ‘sikap borjuis.’ Aku

berulang kali dikritik karena sikapku, dan itu pula yang menjadi satu-satunya

alasan mengapa aku tidak diterima menjadi anggota Pengawal Merah.”

g. Berperasaan

Kebrutalan semakin meluas. Setiap orang harus bergabung dalam aksi-aksi

revolusioner. Jung-Chang dipanggil oleh Pengawal Merah untuk mengikuti

pertemuan pengecaman. Terlihat pemandangan yang mengerikan dimana para

guru di sekolahnya ditendang dan dipaksa berlutut. Mereka dituduh melakukan

tindak kejahatan yang tidak masuk akal. Sejumlah murid yang memiliki dendam

terhadap guru yang pernah memarahi mereka. Jung-Chang adalah murid

kesayangan karena kecerdasannya didalam kelas. Ketika guru-guru dipukuli,

Jung-Chang tidak mau ikut dalam aksi tersebut. Ini tergambar dari kutipan

dibawah ini:

“Ketika pemukulan dimulai, aku bersembunyi di belakang murid-murid yang mengelilingi guru itu dikantor yang sempit. Beberapa teman sekelasku mendorongku maju ke depan dan menyuruhku ikut memukuli guruku. Aku tidak menghiraukan mereka.”

4.2.3.4Karakter Mao

Ketua Pengawal Merah yaitu Mao memiliki karakter sebagai berikut:

a. Sombong

Mao sebagai ketua Pengawal Merah memiliki impian yang luar biasa yaitu ingin

mengubah China menjadi kekuatan modern kelas satu di mata dunia. Mao

mengusulkan untuk meningkatkan ekonomi dan tidak memedulikan kenyataan

(22)

meningkatkan produksi baja dua kali lipat dalam waktu satu tahun. Bukannya

mengembangkan industri baja secara benar dengan mempekerjakan tenaga-tenaga

ahli, Mao memutuskan mengerahkan seluruh rakyat untuk berpatisipasi.

Keinginannya tidak sesuai dengan tindakannya dan menyebabkan kesombongan

di dalam dirinya. Ini terlihat dari kutipan dibawah ini:

“Mao berkata kepada Duta Besar Finlandia, “Walaupun Amerika Serikat punya

lebih banyak bom atom yang kekuatannya lebih dahsyat dan mereka menjatuhkannya di China hingga meninggalkan lubang raksasa di bumi, atau meledakkan bumi ini hingga hancur berkeping-keping hingga menimbulkan dampak besar dalam system tata surya, semua itu tidak ada artinya di tataran alam

semesta.”

b. Tidak Dapat Menerima Kritik

Sebagai orang pertama di tiongkok, Kaisar Mao banyak membuat peraturan.

Tetapi beberapa peraturan yang Ia ciptakan memicu perpecahan serius di jajaran

pimpinan dan masyarakat. Suara-suara yang menyerukan ketidakpuasan semakin

keras, membuat Partai merasa perlu mengadakan konferensi khusus. Konferensi

itu dilangsungkan di akhir bulan juni 1959 di Lushan, sebuah resor pegunungan di

kawasan China Tengah. Dalam konferensi itu Menteri Pertahanan, Marsekal Peng

Dehuai, menulis surat kepada Mao untuk mengkritik apa yang terjadi dalam

lompatan besar ke depan dan merekomendasikan pendekatan realistis di bidang

ekonomi. Menteri Pertahanan adalah orang yang dekat dengan Mao dan isi surat

tersebut disampaikan dengan cara yang lunak. Namun Mao tidak terima kritik. Ini

tergambar dari kutipan ini:

“Meskipun Peng kameradnya yang paling tua dan termasuk orang yang paling

dekat dengannya, Mao tetap tidak bisa menerima kritik sehalus apa pun, terutama jika dia merasa harus membela diri karena sadar dirinya bersalah. Menggunakan kata-kata pembelan diri sebagai senjata, Mao menyebut surat itu sebagai ‘bom

yang dirancang untuk menghancurkan Lushan’. Mao yang keras kepala mengulu

(23)

dicap sebagai ‘orang kanan yang oportunis’. Peng dipecat dari jabatannya sebagai

Menteri Pertahanan, dihukum tahanan rumah, kemudian dikirim ke Sichuan untuk dipensiun dini sebagai pejabat rendah.”

c. Tidak Boleh Ditentang

Kritik yang dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan mengakibatkan beberapa pihak

keheranan. Beberapa yang mengetahui isi kritik dalam surat dari Menteri

Pertahanan, mendukung isi dari surat tersebut. Namun, bagi siapapun yang

mendukung akan dianggap melawan Mao dan bisa berakibat fatal. Apapun yang

telah dikeluarkan oleh Mao tidak dapat digantikan. Karakter Mao ini tergambar

dari paragraf ini:

“Pembersihan ‘orang kanan yang oportunis’ sekali lagi mengguncang Partai

karena banyak pejabat tinggi yang sependapat dengan Peng. Pelajaran yang dapat ditarik adalah: kekuasaan Mao tidak boleh ditentang walaupun jelas-jelas dia bersalah. Para pejabat itu bisa melihat bahwa setinggi apapun kedudukannya (Peng adalah Menteri Pertahanan), atau seistimewa apapun kedudukannya (Peng adalah orang kepercayaan Mao), kalau berani menentang Mao bisa dipecat dan dipermalukan. Mereka juga tahu bahwa orang tidak bisa mengemukakan pikiran dan mengajukan pengunduran diri – secara diam-diam pun tidak bisa – karena mengundurkan diri dianggap sebagai protes dan protes dinyatakan dilarang. Tak

ada pilihan lain. Mulut anggota Partai dan mulut rakyat terkunci rapat.” (249:3)

d. Mendewakan Diri

Banyak penderitaan yang terjadi selama kekuasaan Mao berlangsung.

Mengganggap bahwa diri berhasil mengendalikan beberapa kasus, kini Mao

menabur benih untuk mendewakan dirinya. Selama dua ribu tahun, China

mempunyai sosok kaisar yang menjadi penguasa negeri sekaligus pemimpin

spiritual. Perasaan religius yang oleh orang-orang di bagian dunia lain ditunjukkan

kepada Tuhan, di China ditujukan kepada Kaisar. Ratusan juta masyarkat ini

mulai terpengaruh dengan tradisi ini. Ini tergambar dari kutipan dibawah ini:

(24)

oleh manusia. Dia selalu menghindari radio dan tak pernah tampil di televise. Hanya sedikit orang, selain staf istananya, yang pernah bertemu muka dengan dia. Bahkan rekan-rekan sejawatnya di jajaran pejabat tinggi hanya bisa bertemu dengannya dalam pertemuan-pertemuan formal.”

e. Pendendam

Sekalipun telah menyebabkan banyak kehancuran, Mao masih tetap pemimpin

tertinngi di China yang dipuja-puja rakyat. Tetapi karena kaum pragmatis yang

menjalankan pemerintahan, maka ada sedikit kelonggaran di bidang sastra dan

seni. Namun Mao merasa diserang dan ia menggangtungkan harapannya pada

istrinya, Jiang-Qing, mantan aktris tahun 1930-an. Mao menyimpulkan bahwa

tema sejarah menyindir pemerintahan Mao. Tahun 1964, Mao menyusun daftar

yang berisi tiga puluh Sembilan orang yang terlibat di bidang sastra dan seni.

Mereka dicurigai sebagai ‘pejabat borjuis reaksioner’. Beberapa pejabat yang

melihat aksi Mao yang berlebihan yaitu sikap pendewaan terhadap dirinya

prihatin. Mereka sadar mereka tidak dapat menentang Mao. Namun Mao mulai

mencurigai beberapa pejabat yang menentang dan mencari bukti kebenaran

tentang para pejabat yang tidak menyetujui keputusannya. Komite Partai di

Peking, di mana Wu Han adalah wakil walikota, dan Departemen Urusan

Masyarakat Tingkat Pusat, menentang Mao. Lalu, Mao tidak terima. Ini tergambar

dari kutipan dibawah ini:

“Mao merasa terancam. Dia merasa dirinya seperti stalin yang dihujat oleh Khruschev ketika masih hidup. Dia merencanakan serangan preemptif dan

menumpas orang yang dianggapnya sebagai ‘Khruschev China’, yaitu Liu Shaoqi

dan Deng, temannya, serta semua pengikut mereka di dalam partai.” (305:3)

4.2.4 Latar (Setting)

Dalam novel Angsa-Angsa Liar ada beberapa settinh yang menjadi tempat

(25)

kelahiran Jung-Chang (Nenek) yaitu Yixian, di barat daya Manchuria. Kemudian

setting berada di kota Lulong, Jinzhou, Yibin, Sichuan, Chengdu, dan Peking.

Berikut adalah pemaparan mengenai tempat terjadinya peristiwa dalam novel

Angsa-Angsa Liar:

“Seperti banyak di kota China, Yixian dibangun seperti benteng, Kota itu dikekelilingi tembok setinggi tiga puluh kaki dan setebal dua belas kaki yang dibangun pada zaman Dinasti tang (618-907M).”

Yu-Fang menikah dengan Jenderal Xue dan tinggal di Istana megah. Status

sebagai selir, memiliki lebih sedikit hak di dalam istana. Walaupun tidak

kekurangan uang, hidup terasa sepi. Jenderal Xue pergi tanap pemberitahuan

selama 6 tahun. Sebenarnya Sang Jenderal tidak pergi Jauh. Dia hanya menikmati

hidup tenag sebagai pensiunan pembesar di Lulong. Dia mengajak Yu-Fang untuk

tinggal bersamanya di Lulong. Ini tergambar dari kutipan dibawah ini:

“Kujungan Jenderal Xue tidak berlangsung lama. Sama seperti sebelumnya,

beberapa hari kemudian dia berkata bahwa dia akan pergi. Malam sebelum kepergiannya,dia meminta Nenek untuk hidup bersamanya di Lulong.” (19:2)

Jenderal Xue wafat, dan Yu-Fang kembali menikah dengan Dr. Xia. Namun,

pernikahan mereka mendapat tentangan keras dari anak-anak Dr.Xia. Sehingga

mereka memutuskan untu pindah ke Jinzhou. Ini tergambar dari kutipan dibawah

ini:

“Tak lama setelah peristiwa itu, Dr.Xia mulai sering bepergian.sekali bepergian sampai beberapa hari. Dia pergi ke ibu kota provinsi,Jinzhou, kira-kira dua puluh lima mil kea rah selatan, untuk mencari pekerjaan. Suasana dalam keluarga tidak tertahankan lagi dan kecelakaan yang menimpa Ibu, bisa berakibat fatal,

membuatnya mengambil keputusan untuk pindah.” (42:1)

Yu-Fang memiliki anak dari pernikahannya dengan Jenderal Xue. Anak ini

dibesarkan bersama oleh Yu-Fang dan Dr.Xia. De-Hong bertumbuh dewasa dan

(26)

seorang pemuda anggota Pemerintahan. Mereka memutuskan untuk menikah.

Tetapi, De-Hong merasa bahwa kesetiaan Wang Yu hanya ditujukan untuk

membela Partai. Namun Ia menyadari bahwa sulit bagi suaminya untuk

membelanya secara terbuka. De-Hong lama-kelamaan tidak tahan untuk menetap

di Jinzhou. Pada tahun 1949, ia meminta kepada suaminya untuk pindah

meninggalkan Jinzhou menuju Yibin. Ini tergambar dari kutipan dibawah ini:

“Ibu menilai Jinzhou kota yang tidak menyenangkan. Dia berkata pada Ayah

bahwa dia ingin meninggalkan kota itu secepat mungkin. Ayah setuju, meskipun sebenarnya dia akan mendapat promosi. Dia mengajukan permohonan kepada komite Partai Kota, minta dipindahkan dengan alasan ingin kembali ke kampong

halamannya, Yibin.” (142:1)

De-Hong menjadi anggota penuh Partai bersama Nyonya Ting, yang tidak

mempunyai rasa takut kepada siapapun karena suaminya cukup berkuasa.

Suaminya,Wang Yu menjadi Gubernur di Yibin. Namun, suatu hari Nyonya Ting

ingin merayu Wang Yu. Wang Yu langsung menolaknya. Tetapi ia sadar bahwa

Nyonya Ting dapat membalas dendam sehingga ia memutuskan untuk

meninggalkan Yibin selamanya. Rencananya untuk pindah diberitahu kepada

istrinya De-Hong. Awalnya De-Hong sulit memercayai alasan untuk pindah.

Namun, ia memikirkan dengan sangat dalam apa yang akan terjadi jika mereka

berada terus di Yibin. Akhirnya pada tahun 1953 mereka pindah ke Chengdu, ibu

kota Sichuan. Ini tergambar dari kutipan berikut:

“Ketika kereta api mendekati Chengdu di senja hari, semangat Ibu telah kembali. Dia merasa siap menghadapi hidup baru di kota itu. Dia telah banyak mendengar tentang Chengdu, yang pernah menjadi ibu kota kerajaan kuno dan terkenal

dengan sebutan ‘Kota Sutra’ karena kain halus indah yang diproduksi di situ. Chengdu juga dinamakan ‘Kota Kembang Sepatu’ yang konon mengubur kota itu

dengan berjuta-juta mahkota bunganya setelah badai musim panas.” ( 202:4)

Jung Chang bertumbuh remaja di Chengdu. Namun, pada tahun 1969, satu per

(27)

lainnya, di buang ke pedesaan yang jauh dari kawasan Sichuan yang masih liar.

Menurut pidato Mao, mereka dikirim ke pedesaan untuk direformasi. Mao

menganjurkan ‘reformasi pikiran lewat kerja paksa’ bagi setiap orang. Orang

pertama yang dibuang adalah Wang Yu (Ayah) ke Distrik Miyi, di wilayah

Xichang, di lereng timur Pegunungan Himalaya – daerah yang sangat terpencil.

Murid sekolah menengah di Chengdu juga dikirim ke desa-desa. Mereka harus

tinggal bersama para petani untuk dididik kembali oleh mereka. Jung-Chang juga

dikirim ke tempat yang terpencil dan berat medannya yaitu Ningnan. Tergambar

dari kutipan dibawah ini:

“Demikianlah aku pergi ke Ningnan. Aku tidak punya pengalaman sama sekali dalam hal kerja fisik dan sedikit pun tidak mengerti apa artinya. Aku membayangkan lingkungan yang tenang tanpa intrik politik. Seorang petugas pemereintah datang dari Ningnan untuk berpidato di depan kami. Dia menggambarkan iklim subtropik dengan langitnya yang biru cerah, kembang sepatu merah besar, pisang sepanjang satu kaki, dan Sungai Pasir Emas – yaitu hulu Sungai Yangtze – yang berkilau di bawah sinar matahari dan beriak-riak kecil dihembus angin sepoi-spoe.” ( 439:1)

Yu-Fang (Nenek) sakit. Jung Chang harus kembali ke Chengdu selama 2 bulan

untuk merawat Nenek. Namun harus segera kembali ke Ningnan untuk

melanjutkan pekerjaannya. Terdengar berita bahwa Nenek meninggal. Sebelum

kematiannya, Nenek selalu mencemaskan masa depan cucu-cucu-Nya. Dua bulan

setelah kematian Yu-Fang, Jung Chang memutuskan untuk kembali tinggal di

Chengdu bersama Nana dan kakaknya, Xiao Hong, karena seorang ‘kerabat’

anggota komune di situ mau menampung mereka. Mereka harus sudah ditampung

di sebuah komune sebelum akhir panen musin gugur, kalau tidak mereka tidak

makan karena jatah mereka habis dari pemerintah. Sementara itu, keluarga Jung

(28)

dalih untuk menyamarkan peperangan yang meletus di perbatasan dengan Uni

Soviet. Komite Revolusi menggunakan kesempatan itu untuk mempercepat

pwenyingkiran orang yang tidak diinginkan. Di saat situasi ini terjadi, Jung Chang

di terima di Distrik Deyang. Mereka pindah kesana. Ini tergambar dari kutipan

dibawah ini:

“Di waktu yang sama, Nana, kakakku, dan aku akhirnya menemukan komune

yang mau menerima kami di Distrik Deyang, tidak jauh dari komune Jin-ming. Si kacamata, pacar kakakku, punya seorang teman dari distrik itu yang bersedia mengakui kami sebagai sepupunya. Beberapa komune di kawasan itu membutuhkan bantuan tenaga. Meskipun tidak punya bukti bahwa kami kerabat teman si Kacamata, tidak seorang pun bertanya-tanya. Satu-satunya hal yang penting bagi mereka adalah bahwa kami setidak-tidaknya merupakan tambahan

tenaga kerja.” (475:1)

4.2.5 Sudut Pandang

Sudut pandang adalah pandangan yang digunakan pengarang untuk menceritakan

tindakan-tindakan dalam sebuah cerita. Sudut pandang oleh Aminuddin (dalam

Siswanto, 2005:152) diartikan sebagai cara pengarang menampilkan pelaku dalam

cerita yang dipaparkannya. Pengarang Novel Angsa-Angsa Liar ini menggunakan

sudut pandang pribadi yakni sudut pandang orang pertama. Hal ini seperti terlihat

dari kutipan di bawah ini:

“Waktu itu umurku empat belas tahun. Secara naluri aku menolak semua aktivitas

militant, aku tidak tahu apa yang harus kutulis. Aku takut melihat huruf-huruf hitam raksasa pada lembar-lembar kertas putih berukuran sangat besar dengan kata-kata yang kasar dan tak masuk akal, seperti ‘Hajar si Anu yang Berkepala

anjing!’ atau ‘Tumpas si Anu jika tidak mau menyerah!’ Aku mulai sering

membolos dan tinggal dirumah. Karena itu, dalam pertempuran-pertempuran yang diadakan tanpa henti dan menyita hampir semua kegiatan di sekolah, aku dikritik

karena ‘mendahulukan keluarga.’ Aku takut menghadapi pertemuan-pertemuan seperti itu. Perasaan dibayang-bayangi oleh bahaya yang tak bisa kuperkirakan

(29)

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan dari rumusan masalah dan pendekatan teori structural, dan

telah dibahas dalam bab IV maka kesimpulan dari skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Jung Chang sebagai tokoh utama yang mulai memiliki keberanian menentang

Mao dalam dalam hatinya sejak ia megetahui hasil dari pemerintahan Ketua

Mao. Ia melihat banyak ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya secara tidak

masuk akal, dan itu juga dialami oleh keluarganya. Dimana Ibunya masuk ke

kamp dan Ayahnya disiksa hingga gila. Ia melihat bukan karena kejahatan

orangtuanya dihukum, namun karena membela kebenaran dan

mempertahankan standard moral yang tinngi yang menyebabkan Ketua Mao

tidak suka. Hal tersebut membuat kehidupannya tidak bahagia dan membuat

keputusan untuk keluar dari anggota Ketua Mao yaitu Pengawal Merah.

2. Tema pada Novel Angsa-Angsa Liar adalah tentang bagaimana tiga generasi

wanita Tiongkok tetap mempertahankan standard moral yang tinggi dibawah

kejamnya pemerintahan yang mengutamakan kepuasan pribadi dan haus akan

kekuasaan.

3. Metode penokohan pada novel Angsa-Angsa Liar adalah metode tidak

langsung (dramatik), dimana pengarang novel mendeskrpsikan tokoh dengan

membiarkan tokoh-tokoh tersebut saing menunjukkan kediriannya

(30)

4. Pendekatan teori structural

a. Alur pada novel Angsa-Angsa Liar menggunakan alur maju mundur,

dimana ceritany bergerak dari bagian tengah, menuju ke awal, dilanjutkan

ke akhir cerita.

b. Latar pada novel Angsa-Angsa Liar adalah beberapa kota di China. Dimulai

dari kota kelahiran Yu-Fang (nenek) di Yixian. Kemudian di Lulong,

Jinzhou, Yibin, Sichuan, Chengdu, dan Peking.

c. Pengarang novel Angsa-Angsa Liar, menggunakan metode sudut pandang

pribadi yaitu sudut pandang orang pertama dimana pengarangnya dapat

menggambarkan ceritanya dan isi hati para tokoh yang ada di dalam novel

Referensi

Dokumen terkait

sosial-ekonomi yang terjadi pada Petani Nanas Madu di Desa Belik. Kabupaten

Data yang dihasilkan dari studi ini memberikan informasi tentang dampak jangka pendek yang dialami oleh masyarakat dan upaya pemulihan di wilayah-wilayah yang

Dari hasil analisis disimpulkan bahwa teks-teks yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa ada tujuh prosesi yaitu: prosesi kembar mayang atau lempar sirih,

Pada pembelajaran Open dan Guided hasil yang mereka dapatkan dalam evaluasi soal berfikir tingkat tinggi berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan

Kluckhohn dalam Nainggolan (2015 : 3) mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi dan mempengaruhi prilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan obat di rumah sakit umum palang merah indonesia berdasarkan 2 informan kunci menyatakan bahwa perencanaan obat dilakukan

Kluckhohn (dalam Nainggolan, 2015 : 12) mendefinisikan bahwa nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi dan mempengaruhi prilaku yang berhubungan dengan alam,

Badan adalah sekumpulan orang yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,