• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan Chapter III IV"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kepemimpinan

Dalam organisasi, kepemimpinan sangat penting. Karena organisasi yang

memiliki kepemimpinan yang baik akan mudah dalam meletakkan dasar

kepercayaan terhadap anggota-anggotanya, sedangkan organisasi yang tidak

memiliki kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan

dari para anggotanya. Organisasi tersebut akan kacau dan tujuan organisasinya

tidak akan tercapai (Rivai, 2009:284).

Selain itu, kualitas kepemimpinan dapat mendorong seseorang memiliki

karir yang sukses dan bahagia. Kepuasan kerja berasal dari kepemimpinan. Akan

tetapi, para pegawai merasa bahwa banyak pemimpin gagal mengembangkan

keterampilan kepemimpinannya dan alasan utama kegagalan pegawai adalah

kepemimpinan yang lemah. Dengan kata lain, kita memerlukan pemimpin yang

lebih banyak dan lebih baik (Lussier, 2002:229).

Kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan kekuasaan dan tanpa adanya

kekuasaan maka tidak mungkin seseorang jadi pemimpin. Memimpin artinya

mempengaruhi atau meyakinkan orang lain agar mau bekerja seperti yang

dikehendaki sesuai dengan aturan atau standar kinerja organisasi. Secara singkat

dapat dikatakan tugas pemimpin adalah dapat mempengaruhi mereka yang

dipimpin (pegawai) agar mau mengikuti pemimpin untuk bekerja dengan

sebaik-baiknya sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan pimpinan Dinas Sosial

(2)

3.1.1 Pengertian dan Peranan Kepemimpinan

Menurut Northouse (2011:1) yang dimaksud dengan kepemimpinan

adalah proses di mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu

untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Wood (2000:314) kepemimpinan

adalah pengaruh interpersonal yang menyebabkan sekelompok orang melakukan

apa yang dikehendaki oleh pemimpin atau manajer untuk dilakukan. Pada

dasarnya kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang strategis

karena kepemimpinan dapat menggerakkan, memberdayakan, dan mengarahkan

sumber daya secara efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan. Keberadaan

kepemimpinan menjadi lebih penting untuk mengembangkan visi misi organisasi

masa depan.

Dengan demikian kepemimpinan mengandung unsur-unsur:

1. Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok

2. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain

3. Kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya seorang pemimpin

mempunyai peranan yang sangat penting dan boleh dikatakan sangat menentukan

dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan. Untuk

menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan, seorang pemimpin harus melakukan

(3)

a. Pemimpin yang eksekutif

Peranan pemimpin sebagai eksekutif sering juga disebut administrator,

artinya dia berfungsi untuk menterjemah kebijaksanaan kegiatan yang

dapat dilaksanakan. Dia memimpin dan megawasi tingkah laku orang yang

menjadi bawahan serta membuat keputusan-keputusan yang akan

dilaksanakan.

b. Pemimpin sebagai penengah

Peranan pemimpin sebagai penengah dalam setiap permasalahan adalah

melakukan tindakan sebagai penunjang atas keputusan yang diambil,

pemimpin harus bersikap bijaksana dalam menangani permasalahan yang

dihadapi.

c. Pemimpin sebagai pengajar

Kemampuan dalam memberikan inspirasi atau anjuran kepada para

bawahan merupakan salah satu peranan pemimpin yang sangat bermanfaat

bagi bawahannya.

d. Pemimpin yang ahli

Pemimpin berperan atas pengetahuan yang dimilikinya karna

pengetahuannya dan pimpinan wajib memberikan penerangan kepada

kelompok-kelompok yang dipimpinnya berdasarkan pengetahuan yang

dimilikinya.

3.1.2 Tipe Kepemimpinan

Menurut Arifin (2012:89) Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi

(4)

A.Tipe otokratis

1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

2. Mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

3. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

4. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya

5. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

B.Tipe militeristis

1. Dalam menggerakan bawahannya lebih sering mempergunakan

sistem perintah

2. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan

3. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan

4. Sukar menerima kritikan dari bawahannya

C.Tipe paternalistis

1. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa

2. Bersikap terlalu melindungi (over protective)

3. Sering bersikap mahatau

4. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut

mengambil keputusan

D.Tipe kharismatis

Tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang dipandang sulit

untuk dianalisis, karena literatur yang ada tentang kepemimpinan kharismatik

tidak memberikan petunjuk yang cukup. Artinya, tidak banyak hal yang dapat

(5)

E.Tipe demokratis

1. Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari

pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang termulia

2. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik bawahannya

3. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam

usaha mencapai tujuan

4. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari

pada dia sendiri.

D.Tipe laissez faire

Tipe kepemimpinan ini seperti halnya tipe kepemimpinan kharismatik,

literatur tentang kepemimpinan juga tidak banyak membahas tipe kepemimpinan

ini. Seorang pemimpin yang laissez faire berpandangan, bahwa pada umumnya

organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi

terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi

tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai.

3.1.3 Gaya Kepemimpinan

Di bawah ini akan dibahas berbagai teori/perspektif gaya kepemimpinan

(Kaswan, 2013:271)

a. Gaya model fiedler contingency

Model fiedler contingency berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tetap

stabil lintas waktu dan lintas berbagai pengalaman kepemimpinan. Para pemimpin

yang memiliki gaya yang termotivasi oleh tugas (task-motivated style) menikmati

(6)

mengerjakan pekerjaan dengan baik. Para pemimpin dengan gaya yang

termotivasi hubungan (relationship-motivated style) berusaha lebih banyak

mewujudkan rasa hormat dalam hubungan interpersonal dan mengalami kepuasan

di dalam membantu kelompok berkembang sebagai sebuah tim (Hunsaker,

2001:322).

b. Kepemimpinan situasional

Kepemimpinan situasional telah berkembang menjadi sebuah pendekatan

yang efektif untuk mengendalikan dan memotivasi orang-orang karena

pendekatan ini membuka jalur komunikasi dan mendukung terjadinya kerja sama

antara pemimpin dan orang-orang yang didukung dan bergantung kepada

pemimpin (Blanchard, 2007:104).

Kepemimpinan situasional didasarkan pada kepercayaan bahwa setiap

orang dapat dan ingin berkembang dan tidak ada gaya kepemimpinan terbaik yang

bisa mendukung perkembangan itu. Pemimpin harus menyesuaikan gaya

(7)

Tabel 3.1.3 Gaya Kepemimpinan Situasional

Gaya Kepemimpinan Karakteristik

Mengarahkan (directing) Perilaku mengarahkan tinggi, perilaku mendukung

rendah

Melatih (coaching) Perilaku mengarahkan tinggi, perilaku mendukung

tinggi

Mendukung (supporting) Perilaku mengarahkan rendah, perilaku mendukung

tinggi

Mendelegasikan

(delegating)

Perilaku mengarahkan rendah, perilaku mendukung

rendah

Sumber: Kaswan (2013)

c. House’s updated path-goal theory

Teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif bisa meningkatkan

motivasi pekerja dengan memperjelas persepsi individual mengenai

tujuan/sasaran kerja, mengaitkan penghargaan yang bermakna dengan pencapaian

sasaran.

d. Substitusi untuk kepemimpinan

Teori substitusi untuk kepemimpinan mengidentifikasikan kondisi-kondisi

yang membatasi kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan atau

membuat gaya kepemimpinan itu tidak perlu.

e. Kepemimpinan tingkat lima

Maxwell (2012:305) mengemukakan bahwa organisasi yang hebat juga

(8)

kemampuan mereka, organisasi tingkat lima, menjadi seperti apa keadaan mereka

saat ini karena mereka dipimpin oleh pemimpin tingkat lima.

3.1.4 Fungsi dan Tanggung Jawab Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai

dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan

situasi social dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang

mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi

itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi social

kelompok/organisasinya.

Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial

kelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi

tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan

terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan

sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Oleh karena itu berarti

fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial suatu kelompok/organisasi.

Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut :

1) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam

tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang

yang dipimpinnya.

2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan

(9)

kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui

keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.

Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat

dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu

adalah :

a) Fungsi Instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin

sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahan pelaksanaannya pada

orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak

yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana agar keputusan dapat

diwujudkan secara efektif. Fungsi orang dipimpin (anggota kelompok/organisasi)

hanyalah melaksanakan perintah. Fungsi ini berarti juga keputusan yang

ditetapkan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau

menterjemahkannya menjadi instruksi/perintah.

b) Fungsi Konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun

pelaksanaanya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap pertama

dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan

pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang

dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukannya secara terbatas hanya dengan

orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi

(10)

c) Fungsi Partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga

berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan

dan sesama orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin

berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan

mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota

kelompoknya memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam

melaksankan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan

posisi/jabatan masing-masing.

d) Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa

persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengaharuskan pemimpin memilah-milah

tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat

dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya

berarti kepercayaan. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin

karena kemajuan dan perkembangan kelompok/organisasinya tidak mungkin

diwujudkannya sendiri.

e) Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah. Fungsi pengendalian

bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas

(11)

memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan

itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,

pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin

harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan

anggota kelompok/organisasinya.

Tanggung jawab kepemimpinan yaitu :

A) Menentukan tujuan pelaksanaan yang realistis (dalam arti kuantitas,

kualitas, keamanan)

B) Memberikan kompensasi yang sepadan

C) Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif

D) Menunjukkan perhatian kepada para pegawainya

E) Melengkapi para pegawai dengan sumber-sumber dana yang diperlukan

untuk menjalankan tugasnya

F) Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengandung

partisipasi apabila memungkinkan

G) Memulai pelaksanaan pekerja dan mengkomunikasikan hasilnya

H) Mengkonsumsikan kompensasi yang sepadan untuk mendorong

prestasi.

3.2 Motivasi

Dalam melaksanakan kegiatannya seorang pemimpin harus mampu

mempengaruhi pegawai untuk bekerja secara maksimal dan memotivasi supaya

(12)

3.2.1 Pengertian motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya

penggerak”. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi

situasi kerja di perusahaan (situation). Di dalam perusahaan motivasi berperan

sangat penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Tujuan

dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat

melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga

mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja, karena

dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang.

Menurut Danim (2004:2), motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikolog yang mendorong

seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan

apa yang dikehendakinya. Robert Dubin dalam Danim (2004:22) mengartikan

motivasi sebagai kekuatan kompleks yang membuat seseorang berkeinginan

memulai dan menjaga kondisi kerja dalam organisasi. Motivasi diartikan sebagai

setiap kekuatan yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan atau

keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau didalam kehidupan pada

umumnya.

3.2.2 Jenis-jenis motivasi

Menurut Danim (2004:17) Motivasi merupakan fenomena hidup yang

banyak corak dan raganya. Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan kedalam

(13)

a. Motivasi positif

Motivasi positif didasari atas keinginan manusia untuk mencari

keuntungan-keuntungan tertentu. Manusia bekerja di dalam organisasi jika dia

merasakan bahwa setiap upaya yang dilakukannya akan memberikan keuntungan

tertentu, apakah besar atau kecil. Dengan demikian, motivasi positif merupakan

proses pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal itu

diarahkan pada usaha untuk mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik

dan antusias dengan cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya. Jenis-jenis

motivasi positif antara lain adalah imbalan yang menarik, informasi tentang

pekerjaan, kedudukan atau jabatan, dan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan

berkembang.

b. Motivasi negatif

Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari

rasa takut, misalnya, jika dia tidak bekerja akan muncul rasa takut dikeluarkan,

tidak diberi gaji, dan takut dijauhi oleh rekan sekerja. Motivasi negatif yang

berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai tujuan. Personalia

organisasi menjadi kreatif, serba takut, dan terbatas geraknya.

c. Motivasi dari dalam

Motivasi dari dalam timbul pada diri seseorang waktu dia menjalankan

tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri orang itu sendiri.

Dengan demikian berarti juga bahwa kesenangan seseorang muncul pada waktu

(14)

dalam diri individu karena memang individu itu mempunyai kesadaran untuk

berbuat.

d. Motivasi dari luar

Adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada

diluar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri. Motivasi dari luar biasanya

dikaitkan dengan imbalan. Kesehatan, kesempatan cuti, program rekreasi, dan

lain-lain. Pada konteks ini manusia organisasional ditempatkan sebagai subjek

yang dapat didorong oleh faktor luar. Manusia bekerja, karena semata-mata

didorong oleh adanya sesuatu yang ingin dicapai dan dapat pula bersumber dari

faktor-faktor diluar subjek.

3.2.3 Faktor-faktor yang mendorong motivasi kerja pegawai :

a) Gaji cukup yang dapat memuaskan kebutuhan fisiologi, social, dan

kebutuhan egoistic

b) Pekerjaan yang berarti, dipandang dari hasil prestasi kerja pegawainya

c) Organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat

d) Pekerjaan yang aman secara ekonomis, artinya memperoleh penghasilan

yang teratur (adanya jaminan pensiun)

e) Kondisi kerja yang aman, nyaman dan menarik

f) Pimpinan yang adil dan bijaksana, tidak memihak apapun dan tidak

membeda-bedakan pegawainya

g) Kesempatan untuk maju (membangun karir dan bakat)

(15)

i) Rekan sekerja yang kompak

Banyak orang yang senang bekerja disuatu perusahaan karena adanya

rekan-rekan kerja yang erat, kompak dan aman dalam hal ini mereka

sudah saling mengasihi dalam bekerja. Diterimanya seseorang dalam

kelompok kerja berarti ada rasa puas bekerja.

j) Penghargaan atas pekerjaan yang dilaksanakan

Kebanyakan orang ingin dihargai hasil karyanya. Oleh karena itu

pimpinan perlu menghargai hasil kerja yang telah dilaksanakan oleh

pegawai sehingga pegawai merasa senang untuk melaksanakan

tugas-tugas yang dilakukan.

Untuk itu pimpinan harus bisa memotivasi para pegawainya, seorang

pemimpin harus dapat mengetahui apa yang menjadi motif para bawahannya

dalam bekerja pada suatu instansi. Pimpinan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Medan sudah memberikan motivasi kerja kepada bawahannya baik secara internal

maupun secara eksternal. Motivasi secara internal yang diberikan pimpinan

misalnya, pemenuhan kebutuhan pegawai yang berhubungan dengan instansi.

Contohnya instansi telah mempunyai peralatan yang modern, mesin cetak yang

sangat canggih dan menggunakan sistem komputerisasi, dengan ini diharapkan

dapat meningkatkan motivasi kerja dan produktivitas pegawainya. Selain itu

motivasi yang diberikan pimpinan yaitu dengan memberikan gaji yang sesuai

dengan ketentuan yang ada, memberikan jaminan kerja, tunjangan-tunjangan,

kompensasi, promosi jabatan dan jaminan hari tua. Dari hasil penelitian ini

(16)

diberikan oleh pimpinan, dan penghargaan atas prestasi pegawai sudah

dilaksanakan dengan baik.

Dengan adanya hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan,

maka akan menimbulkan kerjasama yang baik dan saling menghargai satu sama

lain, dari penelitian ini pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

mengatakan bahwa apabila pegawai memberikan pendapat dalam suatu rapat

selalu dihargai oleh semua pegawai yang hadir dalam rapat, dengan adanya

hubungan yang harmonis ini maka akan tercapai suatu tujuan yang diinginkan dan

pegawaipun akan merasa nyaman dalam bekerja dan akan timbul suatu motivasi

dalam dirinya untuk mengembangkan karir mereka masing-masing. Kemudian

pegawai juga mengatakan bahwa mereka selalu diberikan kesempatan untuk dapat

berprestasi. Demi selalu menjaga kerjasama yang baik maka semua pegawai wajib

ikut serta atau berpartisipasi setiap ada kegiatan di kantor.

3.2.4 Metode motivasi

Menurut arifin (2012:157) ada dua metode motivasi yaitu :

1) Motivasi langsung

Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung

kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta

kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan

(17)

2) Motivasi tidak langsung

Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas

sehingga para karyawan betah dan bersemangat dalam melaksanakan

tugas/pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang

baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja

yang tepat.

3.3 Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Motivasi Pegawai Dalam menjalankan tugas kepemimpinan, seorang pemimpin mempunyai

peranan yang sangat penting dan boleh dikatakan sangat menentukan dalam usaha

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan.

Pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, peranan kepemimpinan

dalam meningkatkan motivasi pegawai, antara lain :

a) Memberikan teladan kepada bawahan

Jam kerja yang tepat, dimana pemimpin dikantor lebih awal datang dari

bawahannya yaitu tepat jam 08.00 WIB.

b) Memberikan perintah

Pemimpin dalam memberikan perintah kepada bawahannya yang

berhubungan dengan pekerjaan selalu memperhatikan kemampuan yang

dimiliki oleh para bawahan tersebut agar hasil yang dicapai berhasil

(18)

c) Memberikan tanggung jawab

Pimpinan memberikan tanggung jawab kepada bawahannya agar dapat

bekerja dengan baik.

d) Memberikan dorongan kemajuan

Pimpinan memberikan dorongan kepada para bawahannya untuk

melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan kepada

bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dalam

menciptakan suasana persahabatan serta hubungan saling mempercayai

dan menghormati dengan para bawahan lain.

Pimpinan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dalam

melaksanakan perannya sebagai pimpinan perusahaan dalam meningkatkan

motivasi kerja pegawai sudah baik sesuai dengan prosedur kerja pemerintah.

Pimpinan mampu membawa diri baik itu internal maupun eksternal instansi,

pimpinan bisa memberikan contoh atau teladan bagi para bawahannya agar lebih

bisa bekerja dengan baik dan dalam memberikan motivasipun sudah baik. Hal ini

terlihat banyak para pegawai yang merasa sangat senang dan puas bekerja di

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan karena adanya motivasi-motivasi

kerja dari pimpinan sehingga dengan kepuasan tersebut dapat meningkatkan

semangat kerja pegawai.

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam peran

kepemimpinan, pegawai menjawab peran pemimpin sudah baik karena mampu

mengorganisir bawahannya secara baik. Selain pemimpin mempunyai

(19)

bidang teknologi, pemimpin juga bisa jadi kepala bagi para pegawai karena

pemimpin selalu membantu pegawai yang mengalami kesulitan dalam

pekerjaannya, tetapi masih ada pegawai yang sering terlambat dalam mengikuti

apel pagi yang di adakan setiap pagi di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Medan, pegawai juga sering pulang sebelum waktunya. Hal ini disebabkan karena

kurang disiplinnya terhadap waktu atau jam kerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, motivasi kerja

sudah berjalan dengan baik, pegawai sudah merasa puas karena pemimpin sudah

memberikan fasilitas dan insentif kepada pegawai seperti asuransi, jaminan

kesehatan, THR, pensiun, dan adanya intensif misalnya pemberian bonus kepada

pegawai yang berprestasi. Dengan adanya fasilitas-fasilitas kerja dan insentif bagi

pegawai diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai sehingga

dengan semangat kerja pegawai yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas kerja pegawai. Adapun yang dihadapi pimpinan dengan adanya

pemberian fasilitas dan insentif kadang masih kurang memuaskan pegawai

karena keinginan yang berbeda-beda sehingga menyulitkan pimpinan dalam

memenuhi semua apa yang diinginkan pegawai tetapi pemimpin mampu

memecahkan semuanya.

Untuk mengatasi kendala-kendala dalam kepemimpinan di Dinas Sosial

dan Tenaga Kerja Kota Medan :

a) Pimpinan di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan menggunakan

gaya kepemimpinan partisipatif yaitu suatu cara memimpin yang

(20)

keputusan, bila ternyata proses tadi mempengaruhi kelompok, atau bila

memang kelompok (bawahan) ini mampu turut berperan dalam

pengambilan keputusan.

b) Pemberian sanksi yang tegas oleh pimpinan kepada pegawai kurang

disiplin terhadap waktu atau jam kerja karena ada beberapa pegawai yang

terlambat masuk kerja dan pulang lebih awal dari waktu yang telah

ditentukan.

c) Pimpinan mampu melihat kemampuan pegawainya sehingga tugas atau

wewenang yang diberikan dapat dikerjakan dengan cepat, tepat dan akurat.

d) Pimpinan harus mampu memenuhi kebutuhan fisiologis pegawainya

dengan memberikn penghargaan atau uang tambahan kepada pegawainya

berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh. Sehingga pegawai tidak

mengeluh dengan gaji yang diperoleh, sehingga kebutuhan konsumsipun

dapat terpenuhi.

Pimpinan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan selalu berusaha

mendekatkan diri pada setiap bagian pegawainya. Pimpinan selalu berusaha

menjalin kerja sama yang baik dengan bawahannya, begitu juga dengan para

pegawainya. Mereka selalu menjaga hubungan yang baik antara sesama

pegawai untuk menciptakan suatu kondisi yang menyenangkan. Kerja sama

yang baik antar pegawai memotivasi pegawai untuk melakukan yang terbaik

(21)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai

Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai pada

kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, penulis dapat menyimpulkan

bahwa :

1. Peran kepemimpinan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

sudah baik sehingga masuk dalam kriteria kepemimpinan yang baik.

2. Penelitian tentang motivasi kerja pegawai sudah masuk dalam kriteria baik,

jadi pemimpin dalam memotivasi pegawai sudah baik dan benar,

penghargaan atas prestasi kerja sudah berjalan dengan lancar sehingga

motivasi pegawaipun akan meningkat.

3. Keputusan yang diambil oleh pimpinan di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Kota Medan belum sesuai dengan harapan pegawainya, pegawai kurang

disiplin terhadap waktu atau jam kerja, karena masih ada beberapa pegawai

yang terlambat masuk kerja dan pulang lebih awal dari waktu yang telah

ditentukan. Pimpinan dalam memberikan tugas atau wewenang tidak selalu

disesuaikan dengan kemampuan pegawainya, dan pegawai belum dapat

terpenuhi kebutuhan fisiologisnya berupa gaji bulanan dan kebutuhan

(22)

4.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Medan saran yang dapat penulis berikan yaitu :

1. Pimpinan dalam mengambil keputusan sebaiknya didasarkan pada

keputusan bersama, dan keputusan tersebut disetujui oleh semua

pegawainya.

2. Dalampemberianmotivasikepadapegawaitelahterlaksanadenganbaikdandihar

apkanpeningkatannyapadahari-harimendatang.

3. Setiap pegawai yang tidak disiplin dalam jam kerja sebaiknya diberikan

sanksi yang mengikat seluruh pegawai yaitu berupa penurunan jabatan

dalam lingkungan atau dipindah

tugaskan.Pimpinanharusmampumemenuhikebutuhanfisiologispegawainyade

nganmemberikanpenghargaanatauuangtambahankepadapegawainyaberdasar

Gambar

Tabel 3.1.3 Gaya Kepemimpinan Situasional

Referensi

Dokumen terkait

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002, perlu menetapkan Badan

(2) Dalam hasil penilaian mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memenuhi persyaratan pengajuan berpredikat WBBM, maka SKPD diusulkan kepada Bupati untuk

 Alat-alat yang digunakan masak, makan dan minum  Tata cara menyajikan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dalam penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pengasah batu akik terhadap terjadinya keluhan kesehatan

Hasil pengamatan tinggi sel epitelium kolumner yang melapisi intestinum dan diameter hepatosit pada ikan mas yang diberi perlakuan logam berat Zn selama 96 jam

The aim of learning English in Years 1 and 2 is very much to provide pupils with positive and successful experiences with English, so that the motivation to learn comes from

Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan bekal teori, analisis, maupun keterampilan teknis yang berkaitan dengan kebijakan keuangan publik di Indonesia. Sebagai