• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penggunaan E-Faktur Dalam Upaya Meningkatkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dikantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Penggunaan E-Faktur Dalam Upaya Meningkatkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dikantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Atau dengan kata lain, ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti bahwa ia telah memungut pajak dari orang yang telah membeli barang atau jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat bahwa barang atau jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya itu sendiri.

PKP adalah bisnis/ perusahaan/ pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/ atau jasa kena pajak yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Tetapi, untuk menjadi PKP, pengusaha tersebut harus dikukuhkan terlebih dahulu oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dengan memenuhi beberapa persyaratan tertentu.

(2)

maka hal ini akan merugikan PKP yakni pada saat Audit datang ke PKP dan melakukan pemeriksaan pajak.

Kementerian Keuangan telah menerbitkan peraturan yang menetapkan pengertian bentuk Faktur Pajak terbaru, yang terdiri dari bentuk elektronik (e-Faktur) dan tertulis (hardcopy) - PMK Nomor 151/PMK.011/2013.

Berikut beberapa peraturan terkait E-Faktur beserta penjelasannya:

a) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

b) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nom

Perubahan Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

c) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

Penetapan Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

(3)

untuk Pengusaha Kena Pajak (PKP) seluruh indonesia. Sedangkan pemberlakukan e-Faktur secara nasional akan secara serentak dimulai pada 1 Juli 2016.Seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak Khusus, Kantor Pelayanan Pajak Madya dan seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ada diindonesia mengadakan sosialisasi e-Faktur kepada PKP yang terdaftar di KPP nya, sehingga pada saat penerapan e-Faktur per 1 Juli 2015 semua PKP yang diwajibkan e-Faktur telah siap melaksanakan. Untuk menerapkan pembuatan e-Faktur ini, Direktorat Jenderal Pajak telah menyediakan aplikasi yang dapat diinstall di perangkat komputer Pengusaha Kena Pajak dan e-Faktur ini otomatis terhubung ke program e-SPT, sehingga akan memudahkan Pengusaha Kena Pajak dalam membuat SPT Masa PPN secara elektronik menggunakan program e-SPT.

(4)

B. Tujuan dan Manfaat

Laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakanoleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian Tugas Akhir ini yaitu:

a. Mengetahui apakah penggunaan e-Faktur sudah efektif dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak badan dikantor pelayanan pajak pratama Medan Polonia .

b. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul pada penggunaan e-Faktur pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dalam melakukan penelitian ini adalah : 2.1.Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perpajakan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang efektivitas penggunaan e-Faktur.

b. Untuk menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dan juga sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di perkuliahan dengan perusahaan yang nyata.

(5)

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

a. Sebagai bahan dalam penerapan peraturan menteri keuangan (PMK) Nomor 151/PMK.011/2013 demi kemajuan dan perkembangan penggunaan e-Faktur yang telah diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

b. Sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kinerja sehingga dapat berjalan lebih baik.

c. Memrpererat hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

2.3.Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Sebagai bahan masukan dan bahan pembanding untuk melakukan penelitian dan pembelajaran pada masa yang akan datang.

b. Dapat memberi informasi tentang penggunaan e-Faktur yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. c. Meningkatkan hubungan kerjasama Universitas Sumatera

Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

(6)

C. Uraian Teoristis 1. Pengertian Pajak

Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiaban kenegaraan yang merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Dalam hal ini pajak yang dipungut oleh negara digunakan unuk menjalankan roda pemerintahan demi menjamin kelangsungan hidup serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang 1945 yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia.

Oleh karena itu ada beberapa pengertian pajak dibawah yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian yang berbeda namun pada inti dan tujuannya sama.

a. Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 : “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakanuntuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

(7)

2. Unsur-Unsur Pajak

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan pajak memiliki beberapa unsur-unsur, yaitu :

a. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanya lah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). b. Berdasarkan undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau

dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara

langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 3. Fungsi Pajak

Fungsi pajak antara lain sebagai berikut:

3.1.Fungsi Finansial (Budgeter)yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Penerimaan dari sektor pajak dewasa ini menjadi tulang punggung penerimaan negara dalam Anggara Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

(8)

a. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik investasi dalam negeri maupun investasi asing.

b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.

c. Pengenaan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi produk-produk dalam negeri.

4. Jenis-Jenis Pajak

Masalah perpajakan tidak lah sederhana hanya sekedar menyerahkan sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi coraknya bermacam-macam tergantug pada pendekatannya. Jenis pajak menurut Wirawan B. Ilyas (2007:19) dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

4.1.Menurut Sifat

a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu.

(9)

4.2.Menurut Sasarannya

a. Pajak Subjektifadalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak. Setelah diketahui keadaan subjeknya berulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak.

b. Pajak Objektif adalah jenis pajak yang dikenakan pertama-tama memperhatikan objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya baru dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukun dengan objek yang telah diketahui.

4.3.Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak Pusat (negara) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan khususnya Dirjen Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

(10)

penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sesuai dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000.

5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke

konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau

Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung,

maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan

penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir)

tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.Mekanisme pemungutan,

penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga

muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan

PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak

masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual

produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP

membeli, memperoleh, atau membuat produknya.Indonesia menganut sistem tarif

tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan

untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut

revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000

(11)

6. Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM)

PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam

Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian, mekanisme pengenaan

PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1)

Undang-undang PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :

a. penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang

dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena

Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya.

b. impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP

Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada

saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi pada

rantai penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut

PPnBM tentu saja pabrikan BKP Mewah pada saat melakukan

penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM

atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir berbarengan

dengan pembayaran PPN impor dan PPh Pasal 22 Impor.

7. Pengertian e-Faktur

e-Faktur Pajak adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem

elektronik yang ditentukan dan atau disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak.

Pemberlakuan e-Faktur dimaksudkan untuk memberikan kemudahan,

kenyamanan, dan keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan

(12)

Pajak (PKP) yang diwajibkan membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik

ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Pemberlakuan e-Faktur

dilakukan secara bertahap sejak 1 Juli 2014 kepada PKP tertentu. PKP yang

terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa dan Bali wajib menggunakan

e-Faktur per 1 Juli 2015. Sedangkan pemberlakukan e-e-Faktur secara nasional akan

secara serentak dimulai pada 1 Juli 2016. PKP yang telah wajib e-Faktur namun

tidak menggunakannya, secara hukum dianggap tidak membuat faktur pajak

sehingga akan dikenakan sanksi pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D. Ruang Lingkup

Dalam laporan tugas akhir ini, yang menjadi ruang lingkup penulisan

adalah :

a. Tingkat kepatuhan PKP dalam melaporkan SPT Masa PPN

setelah penggunaan aplikasi e-Faktur.

b. Faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam pengisian e-Faktur

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

c. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam prosedur

penerapan e-Faktur pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Polonia.

E. Metode Penelitian

Adapun langkah-langkah atau metode yang diperlukan penulis untuk mendukung pembuatan laporan ini adalah :

1. Tahap Persiapan

(13)

akhir, mencari dan mengumpulkan bahan untuk proposal hingga tahap konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melaui buku-buku Perpajakan, internet, undang-undang perpajakan, dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.

3. Observasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Dalam observasi penulis memberikan surat pengantar untuk melakukan pengamatan terhadap data yang diperlukan.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data primer dan sekunder yang berhubungan dengan apa yang diperlukan dalam penyusunan laporan tugas akhir. Data primer adalah data yang diperoleh dari orang yang berkompeten memberikan masukan data dan informasi untuk penyusunan laporan ini, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak pendukung seperti laporan atau dokumen-dokumen. 5. Analisa Data dan Evaluasi

(14)

F. Metode Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaanEfektivitas Penggunaan e-Faktur Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dikantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, terdapat beberapa cara untuk pengumpulan data, yaitu :

1. Metode Wawancara (Interview Guide)

Dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab langsung kepada pegawai instansi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang berkompeten dan mampu memberikan masukan data atau informasi bagi penyusunan laporan tugas akhir ini.

2. Metode Pengamatan (Observation)

Dalam metode ini penulis langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan pengamatan dan pencatatan yang berkaitan dengan judul laporan tugas akhir.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

(15)

G. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan tugas akhir, tujuan dan manfaat penelitian, uraian teoritis, ruang lingkup laporan tugas akhir, metode pengumpulan data laporan tugas akhir dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI

PENGAMBILAN DATA

Penulis menjelaskan gambaran umum objek dan lokasi pengambilan data laporan tugas akhir, sejarah singkat tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, struktur organisasi, uraian tugas dan fungsi masing-masing seksi. BAB III GAMBARAN DATA TENTANG PELAKSANAAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN e-FAKTUR

(16)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi tentang data-data dan pembahasan mengenai penerapan penggunaan e-fakur, faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam pengisian e-Faktur, permasalahan-permasalahan yang timbul dalam prosedur penerapan e-Faktur pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang telah dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung, kemudian dianalisis dan dievaluasi.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

bukti empiris apakah dengan teori yang sama tetapi populasi, waktu dan tempat yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama. Dalam penelitian ini sampel diambil dari karyawan bagian

JUDUL : MAHASISWA ASING BELAJAR OBAT TRADISIONAL JAMU. MEDIA :

Hasil penelitian tanaman jagung dalam pertumbuhan dan daya hasil tumpang sari jagung dan kacang tanah terhadap waktu dan posisi pemangkasan jagung menunjukkan bahwa

Penghitungan output pada sektor ini menggunakan output hasil SE 2006 dimana indikator produksi yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja sementara indikator harga

formulations includes positioning, branding, market segmentation, targeting, timing strategy. and in addition to marketing mix 7 P (product, price, place, promotion, people,

1. Terwujudnya suasana ilmiah yang kondusif di sekolah dan antar sekolah melalui peningkatan kreativitas, inovasi melalui kemampuan berkomunikasi secara ilmiah, terwujudnya

“ Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi berbagai kegiatan tak terkecuali pada bidang pendidikan, di antaranya dalam bentuk teknologi komputasi

Peserta diharapkan membawa alat tulis, pinsil 2B, karet penghapus, alas tulis, tanda pengenal yang masih berlaku, dokumen (kurikulum, buku, referensi, dan contoh