BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dicanangkan program Keluarga Berencana pada awal 1970, berbagai
catatan keberhasilan silih berganti mewarnai keberhasilannya hingga tiga
dasawarsa ke depan. Tercatat angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR)
turun dari 5,61 pada tahun 1971 menjadi 2,6 pada tahun 2002/03. Demikian
pula dengan jumlah peserta KB, meningkat terus dari 53 ribu pada awal program
hingga 27 juta akseptor pada awal 2007. Keberhasilan program KB di Indonesia
menjadi contoh negara-negara berkembang lainnya dalam menekan laju
pertumbuhan penduduknya (BKKBN, 2007).
Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional.
Pada tahun 2003 adalah bahwa lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%)
berstatus menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan sekitar
1.782.108 orang wanita (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB
aktif (Badan Pusat Statistik, 2003).
Hal ini menunjukkan program KB telah diterima dan membudaya di
masyarakat. Akses terhadap pelayanan KB terus meningkat ditandai antara lain
dengan : Pelayanan KB di 23.500 klinik KB pemerintah dan swasta bahwa
peningkatan dari 21,1 % (SDKI 1997), 27,8 % (SDKI 20002/2003), menjadi
31,8 % (SDKI 2007).
Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang
populer (Wikjnjosastro, 2005). Di provinsi Sumatera Utara jumlah akseptor KB
suntik mencapai 44,69 % dari total jumlah peserta KB aktif sedangkan akseptor
KB pil mencapai 40,32 % (BKKBN, 2012).
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana
nasional serta peminatnya makin bertambah (Manuaba, 2005).Namun setiap
metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri, metode hormonal
seperti suntikan mempunyai efek samping yang berupa pertambahan berat badan
yang menyolok, sakit kepala yang hebat, perdarahan pervaginam yang banyak,
depresi, polyuri (Hartanto, 2004).
Perubahan kenaikan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang
paling sering dialami oleh manusia. Perubahan kenaikan berat badan ini
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor hormonal yang terkandung dalam
kontrasepsi suntik yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Menurut Verrals (2003), metode kontrasepsi suntik lebih efektif
dibandingkan dengan yang lain, walaupun terdapat angka kegagalan yang lebih
tinggi sedikit pada wanita muda. Keuntungan yang paling besar terletak pada
kenyataan bahwa wanita tidak akan lupa melakukannya. Metode ini tidak
mempengaruhi laktasi pada wanita yang memberikan air susu ibu, dan bahkan
mungkin memperbesar produksi air susu ibu. Kerugian metode kontrasepsi ini
adalah kembalinya ke keadaan fertil lagi adalah lambat, terjadinya kekacaua
menstrusasi pada sejumlah wanita, pertambahan berat badan yang berlebihan
Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama,
tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan
tingkat reversibilitasnya tinggi, artinya kembali kesuburan setelah pemakaian
berlangsung cepat (FK UNPAD : 1996).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007, alasan PUS
(Pasangan Usia Subur) tidak menggunakan kontrasepsi sebagian besar adalah
karena efek samping, yaitu 30 % untuk mengakhiri dan 27 % untuk
menjarangkan. Selain itu alasa lain diantaranya adalah tidak nyaman, yaitu 12 %
untuk mengakhiri dan 21 % untuk menjarangkan dan alasan kurang akses yaitu 2
% untuk mengakhiri dan 1 % untuk menjarangkan.
Efek samping kontrasepsi suntik yang paling utama gangguan pola haid,
sedangkan efek yang lain tidakkalah pentingnya adalah adanya peningkatan
berat badanantara 1–5 kg. Penyebab peningkatan berat badannyabelum
jelas.Kenaikan berat badan, kemungkinandisebabkan karena hormon
progesteron mempermudahperubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
sehinggalemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormonprogesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya
pemakaiansuntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah.Untuk mencegah
perubahan berat badan yang terlalumencolok penanganan diet merupakan
pilihan utama,dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga
secara teratur. Bila berat badan berlebihan,hentikan suntikan dan anjurkan
metode kontrasepsi lain :non hormonal(Hartanto, 2004).
Pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA(Depo Medroxy Progesteron
Acetat) mempunyai efek samping utama yaitu perubahan berat badan. Faktor
Medroxy Progesteron Acetat) adalah hormon progesteron yang kuat sehingga
merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus (Mansjoer, 2001).
Pada tahun 2011 telah dilakukan penelitian oleh Arbi di Surabaya
menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan sebagian besar
(63,1%) mengalami kenaikan berat badan, sebagian kecil (15,8%) berat badan
tetap, dan sebagian kecil (21%) mengalami penurunan berat badan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik
mengadakan penelitian mengenai analisis perbedaan berat badan sebelum
dan sesudah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan di Klinik Bersalin
Sumiariani Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas masalah penelitian ini adalah “Apakah
terdapat perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan di Klinik Bersalin Sumiariani Kecamatan Medan
Johor Kota Medan Tahun 2013.”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan berat
badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi suntik 3
bulan di Klinik Bersalin Sumiariani Kecamatan Medan Johor Kota
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi berat badan ibu sebelum menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan di Klinik Bersalin Sumiariani
Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2013.
b. Untuk mengidentifikasi berat badan ibu sesudah menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan di Klinik Bersalin Sumiariani
Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan bagi
petugas kesehatan khususnya bidan dalam rangka meningkatkan
pelayanan KB.
2. Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai
pengembangan ilmu pada mata kuliah KB dan sebagai bahan bacaan
bagi pendidikan dalam kegiatan proses belajar.
3. Bagi Penelitian Kebidanan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi data