Laporan Akhir Praktikum
Materi Kuliah Farmasi | Laporan | Lapak | Analisis | Farmakologi | Formulasi | Fitokimia | Farmasetika | Bioteknologi | Mikrobiologi
Home
Laporan Akhir Praktikum »
Materi Kuliah Farmasi »
Free Download Ebook »
LAPORAN PRAKTIKUM VALIDASI METODE PARAMETER LOD DAN
LOQ | Analisis Farmasi
04.05 Analisis Farmasi, Laporan Praktikum, LOD LOQ
VALIDASI METODE PARAMETER LOD DAN LOQ
PADA TABLETPARASETAMOL MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
I. Tujuan
Praktikan dapat mengetahui dan melakukan
validasi metode parameter batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ) terhadap tablet parasetamol menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
II. Prinsip 1. Akurasi
2. Presisisi 3. Linieritas 4. Spesifisitas 5. LOD dan LOQ
III. Teori Dasar
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya (Gandjar, 2007).
Klasifikasi Metode Analisis
Menurut USP 30-NF25 (2007), metode analisis diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu:
a.
Kategori I :
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar komponen utama dalam
bahan baku obat dan sediaan obat jadi atau bahan aktif lainnya seperti pengawet
b.
Kategori II :
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan cemaran dalam bahan baku obat
atau hasil degradasinya dalam sediaan obat jadi
c.
Kategori III :
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kinerja dan kualitas sediaan obat
jadi, seperti uji disolusi dan uji pelepasan obat (Gandjar, 2007).
Parameter Validasi Metode Analisis
Prosedur analisis yang harus divalidasi meliputi beberapa jenis pengujian, yaitu adanya pengotor, uji limit untuk mengendalikan keberadaan pengotor, serta uji kuantitatif komponen aktif atau komponen lain dalam produk obat-obatan. Selain itu, terdapat 8 parameter validasi metode analisis yaitu spesifisitas, presisi/ketelitian, akurasi/ketepatan, linearitas, kisaran, limit deteksi, limit kuantitasi, dan ketangguhan. Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan metode pengujian yang akan divalidasi (Chan, 2004).
Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Accuracydinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur (Gandjar, 2007).
Accuracy dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method) (Riyadi, 2009). Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam plasebo, lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Recovery dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Riyadi, 2009).
Dalam metode adisi (penambahan baku), sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa (pure analit/standar) ditambahkan ke dalam sampel, dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya. Pada metode penambahan baku, pengukuran blanko tidak diperlukan lagi. Metode ini tidak dapat digunakan jika penambahan analit dapat mengganggu pengukuran, misalnya analit yang ditambahkan menyebabkan kekurangan pereaksi, mengubah pH atau kapasitas dapar, dll. Recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Biasanya persyaratan untuk recovery adalah tidak boleh lebih dari 5% (Riyadi, 2009).
b. Presisi
dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal (Riyadi, 2009).
Reproducibility adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analisis dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari batch yang sama. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium (Riyadi, 2009).
c. Linieritas dan Rentang
Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran konsentrasi tertentu. Sedangkan rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima. Rentang dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Ermer & Miller 2005).
Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari metode kuadrat terkecil, yaitu y = a + bx. Persamaan ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui linearitas suatu metode analisis. Penetapan linearitas minimum menggunakan lima konsentrasi yang berbeda. Nilai koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan adalah lebih besar dari 0.9970 (ICH, 1995). Linearitas juga dapat diketahui dari kemiringan garis, intersep, dan residual (Ermer & Miller 2005).
d.
Selektivitas (Spesifisitas)
pengujian kemurnian seperti kromatografi, hhanalisis kelarutan fase, dan
Differential
Scanning Calorimetry
. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan
ukuran selektivitas (Riyadi, 2009).
e. Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi
Limit deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat ditentukan secara kuantitatif pada tingkat ketelitian dan ketepatan yang baik. Limit kuantitasi merupakan parameter pengujian kuantitatif untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks yang kompleks dan digunakan untuk menentukan adanya pengotor atau degradasi produk. Limit deteksi dan limit kuantitasi dihitung dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang diperoleh (ICH, 1995).
Asetaminofen
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan para-aminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe tensi.
Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit. Berat jenis : 1.263 g/cm3
Titik lebur : 169°C (336°F)
Kelarutan : dalam air 1,4 g/100 mL atau 14 mg/mL (20°C); larut
dalam air medidih, dan dalam NaOH 1 N; mudah larut dalam etanol, methanol, tidak larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter, pentana dan benzene
Nama Kimia : N-acetyl-p-aminophenol atau p-asetamedofenol atau 4’- hidroksiasetanilida
Rumus Empiris: C8H9NO2 Berat Molekul : 151,16
Parasetamol memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang
gelombang 245 nm (A11=668a) dan dalam larutan basa pada panjang gelombang 257
nm (A11=715a) sedangkan pada inframerah memperlihatkan puncak pada 1506, 1657,
1565, 1263, 1227, 1612 cm−1. (Moffat dkk, 2005).
Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang di absorbsi oleh sampel.
Spektrofotometer UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau
kompleks dalam larutan. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400
nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Sebagai
sumber cahaya biasanya di gunakan lampu hydrogen atau deuterium untuk
pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak
(Dachriyanus, 2004).
IV. Alat dan Bahan Alat dan gambar alat
No Alat Gambar Alat
1 Beaker glass
3 Labu Ukur
4 Mortir dan stamper 5 Neraca Analitik
6 Spektrofotometer UV
Bahan 1. Etanol 95%
2. Tablet parasetamol
V. Prosedur
Pembuatan kurva baku
Parasetamol BPFI ditimbang sebanyak 5 mg secara seksama, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian dilarutkan dengan etanol dan di-add hingga tanda batas. Diperoleh larutan baku stock 100 ppm. Dari larutan baku tersebut dibuat pengenceran hingga diperoleh 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm, dan 12 ppm. Masing-masing konsetrasi diukur absorbansinya menggunakan sperktrofotometer UV pada panjang gelombang 245 nm kemudian dibuat kurva baku.
Preparasi sampel dan pembuatan larutan stock parasetamol
Tablet parasetamol sebanyak 20 tablet digerus menggunakan mortir dan stamper hingga halus. Kemudian serbuk parasetamol ditimbang sebanyak 50 mg secara seksama, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Ke dalam labu ditambahkan 20 ml etanol, dikocok hingga larut lalu di-add etanol hingga tanda batas dan diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Larutan tersebut dikocok hingga homogen, kemudian disaring menggunakan kertas saring dan filtratnya diambil.
Pengenceran sampel parasetamol 1. Larutan 100 ppm
Dipipet 2 ml larutan parasetamol 1000 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml. Kemudian di-add etanol hingga tanda batas dan diperoleh konsetrasi 100 ppm. Larutan tersebut dikocok hingga homogen.
2. Uji LOD ,8415 ppm
Dipipet 0,17 ml larutan parasetamol 100 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml. Kemudian di-add etanol hingga tanda batas dan diperoleh konsetrasi 0,8415 ppm. Larutan tersebut dikocok hingga homogen.
3. Uji LOQ 2,8052 ppm
Dipipet 0,56 ml larutan parasetamol 100 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml. Kemudian di-add etanol hingga tanda batas dan diperoleh konsetrasi 2,8052 ppm. Larutan tersebut dikocok hingga homogen.
DATA PENGAMATAN AKURASI TABLET PARACETAMOL Pembuatan larutan tablet parasetamol
Massa tablet rata- rata = 545,24 mg Dibuat konsentrasi larutan stok sampel
= 500 mg/ 50 ml = 10000 ppm
Diencerkan = 400 ppm Dibuat 3 variasi konsentrasi : 1. 12 ppm
V x 400 ppm = 20 x 12 ppm V = 0.6 ml
2. 10 ppm
V x 400 ppm = 20 x 10 ppm V = 0.5 ml
3. 8 ppm
V x 400 ppm = 20 x 8 ppm V = 0.4 ml
Nilai absorbansi
Konsentrasi Absorbansi
I II III Rata- rata
8 ppm 0.5256 0.5256 0.5254 0.5255 10 ppm 0.6888 0.6885 0.6888 0.6887 12 ppm 0.8231 0.8230 0.8241 0.8234 Persamaan garis larutan baku : y = 0.07012x – 0.091472
Perhitungan konsentrasi sampel 1. 8 ppm
0.5255 = 0.07012x – 0.091472 x = 8,800 ppm
2. 10 ppm
0.6887 = 0.07012x – 0.091472 x = 11,126 ppm
3. 12 ppm
x = 13,047 ppm
Persen recovery
Persen recovery (%) = x 100 % Keterangan :
a = konsentrasi contoh + konsentrasi standar yang ditambahkan b = konsentrasi contoh
c = konsentrasi standar teoritis yang ditambahkan
1. 8 ppm
= x 100 % = 110 % 2. 10 ppm
= x 100 % = 111,26 % 3. 12 ppm
= x 100 % = 108,725 %
Dari hasil yang diperoleh, nilai ini masih dapat diterima akurasinya karena menurut (AOAC, 1998), secara umum nilai akurasi yang dapat diterima sebesar 80- 120%.
DATA PENGAMATAN PRESISI TABLET PARACETAMOL Penimbangan Tablet dan Sampel
Berat 20 tablet = 12,6672 gram
Berat 1 tablet = 0,63336 gram
Jumlah parasetamol dalam tablet 0,63336 gram adalah 0,5000 gram atau 500 mg
Berat Sampel obat yang ditimbang = 0,0632 gram
Berat parasetamol dalam sampel adalah = 0,4989 gram
Perhitungan konsentrasi sampel Kadar Sampel = = 1995,6 ppm
V1 x 1995,6 = 25 ml x 6 ppm
V1 = 0,075 ml ... Ad hingga 25 ml
Hasil Absorbansi
Pengulangan Absorbansi Kadar ( x ) ( x - ) ( x - )2
1 0,3315 108,5 7,49 56,1001
2 0,3072 100,56 -0,45 0,2025
3 0,3040 99,51 -1,5 2,25
4 0,3024 98,98 -2,03 4,1209
5 0,3028 99,12 -1,89 3,5721
6 0,3036 99,37 -1,64 2,6896
Perhitungan Standar Deviasi
SD = = = 3,713
Perhitungan RSD
RSD = = 0,0367 Perhitungan CV
CV = 0,0367 X 100 % = 3,67 % Perhitungan CV Harwitz
CV (%) = 0,66 X 2 1 – ( 0,5 X 6 ) = 0,165 %
DATA PENGAMATAN LINEARITAS TABLET PARASETAMOL Larutan baku paracetamol 100 ppm
Blanko H2O : NaOH (1:1) Pengenceran (Volume 10 ml)
Volume standar (ml) Konsentrasi (ppm)
0,4 4
0,6 6
0,8 8
1,2 12
Pengukuran Absorbansi Konsentrasi
(ppm)
A1 A2 A3 A4 A5 A6
4 0,2092 0,2097 0,2120 0,2106 0,2102 0,2097 6 0,3050 0,3048 0,3052 0,3061 0,3062 0,3055 8 0,4622 0,4618 0,4610 0,4621 0,4621 0,4620 10 0,6176 0,6176 0,6174 0,6170 0,6181 0,6147 12 0,7561 0,7549 0,7562 0,7550 0,7558 0,7545
Linearitas
Pengukuran R a b
1 0,9971 0,07032 -0,09654
2 0,99703 0,07016 -0,091152
3 0,99677 0,07003 -0,08988
4 0,99712 0,069985 -0,08972
5 0,997132 0,070155 -0,09076
6 0,99714 0,070075 -0,09078
Rata-Rata 0,99704 0,07012 -0,091472
DATA PENGAMATAN SPESIFISITAS TABLET PARASETAMOL a. Berat tablet total (19 tablet) = 13095,1 mg
b. Berat satuan tablet (1/19 tablet) = 677,6 mg c. Berat serbuk total (19 tablet) = 12900 mg d. Berat serbuk (1/19 tablet) = 682 mg
e. Konsentrasi filtrate tablet Parasetamol (larutan filtrate stock) Konsentrasi = 5000 ppm
f. Pengenceran filtran tablet parasetamol - 400 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
5000 ppm x V1 = 400 ppm x 25 mL V1 = 2 mL
M1 x V1 = M2 x V2
400 ppm x V1 = 40 ppm x 10 mL V1 = 1 mL
g. Pembuatan larutan Saccharum Lactis Konsentrasi = 5000 ppm
h. Pembuatan larutan uji tablet parasetamol
No. Larutan Filtrat Larutan SL Pelarut Total
1. 2,5 Ml 0 22,5 mL 25 mL
2. 2,5 Ml 1 mL 21,5 mL 25 mL
3. 2,5 Ml 2 mL 20,5 mL 25 mL
4. 2,5 mL 3 mL 19,5 mL 25 mL
5. 2,5 mL 4 mL 18,5 mL 25 L
i. Perhitungan parasetamol teoritis - 4 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
400 ppm x V1 = 4 ppm x 25 mL V1 = 2,5 mL
j. Perhitungan saccharum lactis teoritis - 200 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
5000 ppm x V1 = 200 ppm x 25 mL V1 = 1 mL
- 400 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
5000 ppm x V1 = 400 ppm x 25 mL V1 = 2 mL
- 600 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
5000 ppm x V1 = 600 ppm x 25 mL V1 = 3 mL
- 800 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
k. Pembuatan Kurva Baku Parasetamol Konsentrasi = 100 ppm
Pengenceran : - 4 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 4 ppm x 10 mL V1 = 0,4 mL
- 6 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 6 ppm x 10 mL V1 = 0,6 mL
- 8 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 8 ppm x 10 mL V1 = 0,8 mL
- 10 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 10 ppm x 10 mL V1 = 1 mL
- 12 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 12 ppm x 10 mL V1 = 1,2 mL
l. Absorbansi Baku Parasetamol
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
A1 A2 A3 A4 A5 A6
4 0,2092 0,2097 0,2120 0,2106 0,2102 0,2097 6 0,4622 0,4618 0,4610 0,4621 0,4621 0,4620 8 0,3050 0,3048 0,3052 0,3061 0,3062 0,3055 10 0,6176 0,6176 0,6174 0,6170 0,6181 0,6174 12 0,7561 0,7549 0,7562 0,7550 0,7558 0,7545
- y = 0,07032 x – 0,09254 r2 = 0,9971
- y = 0,07016 x – 0,091152 r2 = 0,99703
- y = 0,07003 x – 0,08988 r2 = 0,99677
- y = 0,069985 x – 0,08972 r2 = 0,99712
- y = 0,070155 x – 0,09076 r2 = 0,997132
- y = 0,070075 x – 0,09078 r2 = 0,99714
rata-rata persamaan garisnya : y = 0,070120833 x – 0,0908053
m. Absorbansi Larutan Uji
No. A1 A2 A3 Rata-rata A
1 0,3063 0,3060 0,3059 0,3060
2 0,3166 0,3167 0,3163 0,3165
3 0,3132 0,3133 0,3136 0,3134
4 0,3727 0,3726 0,3729 0,3727
5 0,3299 0,3294 0,3292 0,3295
n. Perhitungan Konsentrasi Parasetamol nyata y = 0,070120833 x – 0,0908053
x =
1.
x =
= 5,66 ppm2.
x =
= 5,81 ppm3.
x =
= 5,76 ppm4.
x =
= 6,61 ppm5.
x =
= 5,99 ppm1. % recovery = x 100 % = 0,332 % 2. % recovery = x 100 % = 0,362 % 3. % recovery = x 100 % = 0,352 % 4. % recovery = x 100 % = 0,522 % 5. % recovery = x 100 % = 0,398 %
Rata-rata % Recovery = 0,3932 %
DATA PENGAMATAN LOD DAN LOQ TABLET PARASETAMOL
Tabel Hasil Pengukuran Absorbansi
No Konsentrasi Absorbansi
1 4 ppm 0.21023
2 6 ppm 0.30547
3 8 ppm 0.46187
4 10 ppm 0.61752
5 12 ppm 0.75542
Rata-rata 0.4701
Perhitungan pengenceran larutan baku
Larutan Baku Stock 100 ppm
1.
2.
3.
4.
5.
No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) yi (y-yi)
1 4 ppm 0.21023 0.18961 0.000425
2 6 ppm 0.30547 0.32985 0.000594
4 10 ppm 0.61752 0.61033 0.0000517
5 12 ppm 0.75542 0.75057 0.0000235
Jumlah 0.00116
yi didapat dari persamaan regresi y = 0.07012 x – 0.09087 x1 = 4 ppm à y = 0.07012 x 4 – 0.09087 = 0.18961 x2 = 6 ppm à y = 0.07012 x 6 – 0.09087 = 0.32985 x3 = 8 ppm à y = 0.07012 x 8 – 0.09087 = 0.47009 x4 = 10 ppm à y = 0.07012 x 10 – 0.09087= 0.61033 x5 = 12 ppm à y = 0.07012 x 12 – 0.09087= 0.75057
Tabel Hasil Pengukuran LOD dan LOQ
Konsentrasi Absorbansi Rata-rata LOD 0.8415 ppm 0.0722 0.0722 0.0721 0.07217 LOQ 2.8052 ppm 0.0724 0.0723 0.0721 0.07227
Larutan stock sampel 1000 ppm
Pengenceran stock M1 x V1 = M2 x V2 1000 x V1 = 100 x 20 V1 = 2 mL
Pengenceran larutan uji LOD M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 0.8415 x 20 V1 = 0.1683 mL
Pengenceran larutan uji LOQ M1 x V1 = M2 x V2
VII. Pembahasan Validasi LOD dan LOQ
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk memahami kerja alat spektrofotometer ultraviolet- visible, mencari panjang gelombang maksimum dan optimum suatu seyawa obat, serta membuat kurva kalibrasi suatu senyawa parameter validasi (kurva validasi, akurasi, presisi,
LOD, LOQ) dan penetapan kadar dalam sediaan. Sampel yang digunakan adalah tablet paracetamol dan menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS. Waktu praktikum selama 2 kali pertemuan.
Spektrofotometer ultraviolet visible merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan untuk mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan.Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan.
Spektrofotometer UV-VIS dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada analisa kualitatif karakteristik resapan suatu zat dalam pelarut tertentu, yaitu panjang gelombang maksimum dan daya resapnya. Penentuan panjang gelombang maksimum dengan membuat spektrum dengan cara membuat larutan baku primer/induk.
ditambahkan 20 ml etanol, dikocok hingga larut lalu di-add etanol hingga tanda batas dan diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Larutan tersebut dikocok hingga homogen, kemudian disaring menggunakan kertas saring dan filtratnya diambil. Setelah tahap preparasi sampel, dilakukan tahap pembuatan kurva baku. Parasetamol BPFI ditimbang sebanyak 5 mg secara seksama, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian dilarutkan dengan etanol dan di-add hingga tanda batas. Diperoleh larutan baku stock 100 ppm. Dari larutan baku tersebut dibuat pengenceran hingga diperoleh 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm, dan 12 ppm. Masing-masing konsetrasi diukur absorbansinya menggunakan sperktrofotometer UV pada panjang gelombang 245 nm kemudian dibuat kurva baku.
Pipet sejumlah volume larutan induk dan diencerkan kedalam labu hingga diperoleh konsentrasi 10 um/mL . setelah itu ukur serapannya dengan spektrofotometer untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Setelah dianalisis dengan spektrofotometer didapatkan panjang gelombang maksimum untuk paracetamol adalah 243 nm. Berdasarkan literature, panjang gelombang paracetamol 245 nm. Sehingga hasil dari praktikum tersebut masih sesuai dengan panjang gelombang maksimum sebenarnya karena hasilnya tidak terlalu jauh berbeda. Setelah itu, membuat kurva kalibrasi berdasarkan data panjang gelombang maksimum yang diperoleh, dibuat lima seri konsentrasi larutan dari larutan induk dengan menggunakan rumus Lambert Beer. Untuk membuat lima seri konsentrasi larutan sebelumnya, ditentukan nilai konsentrasi minimum dan maksimum dengan rumus A=a.b.c. Nilai konsentrasi minimum yang didapat adalah 4 ppm dan nilai konsentrasi maksimumnya 12 ppm. Selanjutnya dibuat lima seri konsentrasi larutan yaitu 4,6,8,10,12, ppm. Setelah itu ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang maksimum baku. Sehingga didapatkan persamaan regresi linear yaitu y=0,0702x - 0,09087. sehingga diperoleh nilai resapan 0,997 .
Setelah itu dicari batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ). Batas deteksi adalah titik di mana suatu nilai yang terukur lebih besar dari ketidakpastian yang terkait dengannya. Ini adalah konsentrasi terendah dari analit dalam suatu sampel yang dapat dideteksi namun tidak selalu diukur. Batas deteksi sering bingung dengan sensitivitas dari metode ini. Sensitivitas dari metode analisis adalah kemampuan metode ini untuk membedakan perbedaan-perbedaan kecil konsentrasi atau massa analit uji. Dalam istilah praktis, sensitivitas kemiringan kurva kalibrasi yang diperoleh dengan merencanakan respons terhadap konsentrasi analit atau massa.
Pada kromatografi, batas deteksi adalah jumlah injeksi yang menghasilkan puncak dengan ketinggian minimal dua atau tiga kali lebih tinggi tingkat kebisingan baseline. Selain itu sinyal / kebisingan metode, yang ICH menjelaskan tiga metode lebih lanjut:
1. Inspeksi visual: Batas deteksi ditentukan oleh analisis sampel dengan konsentrasi analit dan dikenal dengan penentuan tingkat minimum yang analit dapat dipercaya terdeteksi.
2. Standar deviasi respon berdasarkan deviasi standar dari kosong: Pengukuran besarnya respons latar belakang analitis dilakukan dengan menganalisis jumlah sampel yang tepat kosong dan menghitung standar deviasi tanggapan ini.
3. Standar deviasi respon berdasarkan kemiringan kurva kalibrasi: Sebuah kurva kalibrasi tertentu dipelajari dengan menggunakan sampel yang mengandung analit dalam kisaran batas deteksi. Deviasi standar residu dari garis regresi, atau standar deviasi dari y-perpotongan garis-garis regresi, dapat digunakan sebagai standar deviasi.
Gambar 1. Batas deteksi dan batas kuantisasi melalui sinyal terhadap kebisingan
Jika diperlukan presisi metode di batas kuantisasi telah ditentukan, EURACHEM (Gambar 2) pendekatan dapat digunakan. Sejumlah sampel dengan penurunan jumlah analit adalah disuntikkan enam kali. RSD persen dihitung dari ketepatan diplot terhadap jumlah analit. Jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan presisi didefinisikan sebelumnya adalah sama dengan batas kuantisasi.Adalah penting untuk tidak hanya menggunakan standar murni untuk tes ini tetapi juga matriks runcing yang erat merupakan sampel yang tidak diketahui.
Untuk batas deteksi, para ICH merekomendasikan, di samping prosedur seperti yang dijelaskan di atas, inspeksi visual dan deviasi standar respon dan kemiringan kurva kalibrasi.
Gambar 2. Batas kuantisasi dengan EURACHEM metode.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapat yaitu nilai LOD 0.8415 dan nilai LOQ yaitu 2.8052. LOD merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan nilai LOQ merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.
VIII. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Association of Official Analytical Chemists. 1998. AOAC Perr- Verified Methods Program. Arlington : AOAC International.
Chan, C. C,. Lam, Herman. Lee, Y. C. and Zhang, Xue-Ming. 2004. Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification. John Wiley & Sons. Canada.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi Edisi I. Penerbit Andalas University Press. Padang.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. Ermer, J.H. and Miller, McB. 2005. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. A Guide to Best Practice. Wiley-Vch. Verlag GmbH & Co. KGaA. Weinheim.
Gandjar, G.I & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar. Yogyakarta. [ICH] International Conference on Harmonization. 2005. Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology Q2(R1). Tersedia di http://www.ich.org. [diakses tanggal 06 Juni 2013].
Moffat, A.C., dkk. 2005. Clarke‘s Analysis Of Drug And Poisons. Thirth edition. Pharmaceutical Press. Electronic version. London.
Riyadi, Wahyu. 2009. Validasi Metode Analisis. Tersedia di http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/validasi-metode-analisis/ [diakses tanggal 06 Juni 2013].
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Links to this post
Buat sebuah Link
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Entri Populer
LAPORAN PRAKTIKUM PENGARUH SUHU, pH, KONSENTRASI ENZIM
TERHADAP KECEPATAN REAKSI ENZIMATIK | Biokimia
PENGARUH SUHU, pH, KONSENTRASI ENZIM TERHADAP KECEPATAN REAKSI ENZIMATIK BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam ...
Laporan Praktikum ANALISIS URIN | Biokimia Klinik
ANALISIS URIN I. Tujuan 1. Melakukan evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dengan cara urinalisis 2. Men...
Laporan Praktikum Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Boraks pada Sampel Bakso Tahu | Analisis Farmasi
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Boraks pada Sampel Bakso Tahu I. Tujuan Melakukan identifikasi dan...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DISOLUSI TERHADAP TABLET
GLYCEROL GUAIAKOLAT | Teknologi Formulasi Sediaan Solid
“PE NGUJIAN DISOLUSI TERHADAP TABLET GLYCEROL GUAIAKOLAT ” I. Tujuan 1. Me lakukan uji disolusi terhada...
Laporan Praktikum Penentuan Kadar Trigliserida | Biokimia Klinik
PENENTUANKADAR TRIGLISERIDA I. TUJUAN 1. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan trigliserida dalam darah. 2. ...
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI KERING | TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI KERING I. TUJUAN PERCOBAAN 1 Mengetahui ca...
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH | TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN "METODA GRANULASI BASAH " I. Tujuan 1. Mengetahui cara...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Fungsi Ginjal Dengan Tes Kreatinin Dalam Serum |
Biokimia Klinik
Pemeriksaan Fungsi Ginjal Dengan Tes Kreatinin Dalam Serum I. Tujuan 1. Melakukan pemeriksaan fungsi gi...
Laporan Praktikum Identifikasi dan Penentuan Kadar Senyawa Rhodamin B Dalam Sampel Lipstik | Analisis Farmasi
Identifikasi dan Penentuan Kadar Senyawa Rhodamin B Dalam Sampel Lipstik BerMerk Dagang Menggunakan KLT dan Spektrofotometri UV-Vis ...
LAPORAN PRAKTIKUM DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS TERAPI |
Farmakologi
DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS TERAPI I. Tujuan Percobaan 1. Memperoleh gambaran bagaimana rancangan eksperimen ...
Google+ Followers
Arsip Blog
2013 (54)
o Juli (27)
LAPORAN PRAKTIKUM UJI DISOLUSI TABLET RANITIDIN | ...
Laporan Praktikum Pengujian Efek Antiinflamasi | F...
Laporan Praktikum Pengujian Efek Antikolinergik - ...
Laporan Praktikum Pengujian antikonvulsi | Farmako...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIK
NO...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN EFEK ANTIDIARE | Farma...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DIABETES DAN
ANTIDIABE...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI | Far...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN EFEK ANTIINFLAMASI | F...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGARUH SUHU, pH, KONSENTRASI
E...
LAPORAN FORMULASI TABLET VITAMIN B6(Pyridoxine Hid...
LAPORAN PRAKTIKUM PENAPISAN FITOKIMIA | Fitokimia
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TETES MATA
GENTAMISIN ...
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN EVALUASI TABIR
SUR...
JURNALFORMULASI INFUS RINGER | TEKNOLOGI FORMULASI...
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI :FORMULASI SHAMPO
| ...
LAPORAN HASIL PERCOBAAN BIOADHESIF | Farmakologi
LAPORAN HASIL PENGAMATAN STIMULASI SISTEM SARAF
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN HEWAN COBA DAN RUTE P...
LAPORAN PRAKTIKUM HORMON DAN TERAPI PENGGANTI
HORM...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIANAKTIVITAS LOKOMOTOR |
F...
LAPORAN PRAKTIKUM DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS
TER...
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI (Macelignan MM+)...
LAPORAN PRAKTIKUM VALIDASI METODE PARAMETER LOD
DA...
LAPORANPRAKTIKUM ISOLASI DNA PLASMID | BIOLOGI SE...
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA ISOLASI DAN
PE...
LAPORANPRAKTIKUM ELEKTROFORESIS GEL AGAROSE |
BIOT...
o Juni (25) 2012 (10)
BLOG STATISTICS
Copyright © 2013 Laporan Akhir Praktikum | Powered by Blogger
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Themes Bluehost coupon codes