• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yaitu degan pancaindra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yaitu degan pancaindra."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan

1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yaitu degan pancaindra. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan secara terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman & Riyanto, 2013).

Pengetahuan (knowledge) menurut Suhartono (2005) adalah sesuatu yang ada pada diri manusia, dimana keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis atau berfikir manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan rasa ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak atau keinginan adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu, keinginan, pikiran dan perasaan bisa lebih dominan, akibatnya ada pengetahuan akal (logika), pengetahuan perasaan (estetika) dan pengetahuan pengalaman (etika). Seharusnya pengetahuan mengandung kebenaran yang sesuai dan diterima dengan akal, perasaan dan keinginan dan layak dapat dikerjakan dalam praktik perilaku.

(2)

1.2. Tingkat Pengetahuan

Benjamin S. Bloom (1956 dalam Budiman & Riyanto, 2013) membagi pengetahuan menjadi 6 tingkat, yaitu:

1. Tahu (know)

Berisi kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dan dapat diukur dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan tentang apa yang dipelajari (recall).

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

(3)

analisis ini dapat dilihat dengan cara menggambarkan, membedakan, memisahkan atau mengelompokkan.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari yang ada. Seperti dapat merencanakan, dapat meringkaskan atau dapat menyesuaikan terhadap suatu teori yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Budiman & Riyanto (2013) menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan atau keterampilan diri tertentu didalam dan diluar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, seseorang dengan pendidikan tinggi akan semakin mudah untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

(4)

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang didapat semakin banyak pula pengetahuannya. Perlu ditekankan juga, bahwa berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, melainkan dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung aspek positif dan negatif, keduanya menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu, semakin banyak hal positif yang diketahui maka akan menumbuhkan sikap yang positif terhadap objek tersebut.

2. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi sebelumnya.

3. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup, yaitu semakin tua semakin bijaksana dan sejalan dengan bertambahnya usia, tidak dapat lagi diajarkan pengetahuan baru kepadanya karena mengalami kemunduran fisik, mental dan menurunnya daya pikir.

(5)

4. Informasi

Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal atau media massa sebagai sarana komunikasi yang memberikan pengaruh sehingga terjadi perubahan atau peningkatan pengetahuan.

5. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Yaitu kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, akan bertambah pengetahuan seseorang walaupun tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya satu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu atau membeli fasilitas sumber informasi, sehingga status sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang.

6. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam diri seseorang karena ada atau tidaknya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu tersebut.

1.4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan angket atau wawancara yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

(6)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dan diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatannya. Penilaian pengetahuan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri oleh peneliti atau menggunakan kriteria yang telah ada. Arikunto (2006 dalam Budiman & Riyanto, 2013) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi 3 tingkatan berdasarkan pada nilai persentasi yaitu:

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai > 75%. 2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-74%. 3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <55%.

2. Peran Keluarga

2.1. Pengertian Keluarga

Keluarga dipandang berdasarkan orientasi teoritis interaksi keluarga didefinisikan sebagai sebuah arena interaksi kepribadian sehingga penekanan diberikan kepada karakteristik transaksional dinamis keluarga. Keluarga dipandang dari perspektif sistem umum didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian yang saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal (Friedman,

et al., 2010). Sedangkan Bailon dan Maglaya (dalam Setiadi, 2008) mengatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

(7)

1. Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan) 2. Hubungan (pertalian darah/adopsi/kesepakatan) 3. Hidup bersama dalam satu rumah tangga 4. Ada peran masing-masing anggota keluarga 5. Ikatan emosional

6. Berinterksi diantara sesama anggota keluarga 2.2. Fungsi Keluarga

Fungsi pokok keluarga secara umum menurut Friedman, et al., (2010) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama terkait dengan mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antara anggota keluarga dan mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial, adalah fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

3. Fungsi reproduktif, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi, menjaga kelangsungan keluarga dan keberlangsungan hidup masyarakat. 4. Fungsi ekonomis, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.

(8)

5. Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi, kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. Keluarga mampu mencegah tejadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2.3. Peran Keluarga

Peran adalah perilaku yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersoal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008). Peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu dalam situasi tertentu (Nye, 1976 dalam Friedman, et al., 2010). Posisi atau status didefinisikan sebagai letak seseorang dalam suatu sistem sosial. Peran digolongkan sebagai konsep posisi. Sementara peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu

(9)

sistem sosial. Setiap individu menempati posisi ganda seperti sebagai orang dewasa, pria, suami, petani dan sebagainya (Friedman, et al., 2010).

2.4. Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes

Terkait dengan fungsi keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran dalam memberikan perawatan yang mengadopsi dari beberapa tugas keluarga dibidang kesehatan (Suprajitno, 2004), yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Dalam mengenal masalah kesehatan, keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga, jika perlu keluarga mencatat atau mengingat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar peubahannya. Keluarga juga dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang keadaan anggota keluarganya, mengetahui penyebab, tanda dan gejala, mencari dan mengumpulkan informasi kemudian memberitahukan kepada anggota keluarga tentang apa yang sedang dialaminya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Peran ini adalah upaya keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencari pertolongan yang tepat pula. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah

(10)

apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan perawatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga. Keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan keluarga agar terjamin kesehatan keluarga dan agar dukungan keluarga yang diberikan untuk kesembuhan pasien menjadi maksimal. 5. Menggunakan pelayanan kesehatan. Tujuan utama penggunaan pelayanan

kesehatan adalah untuk mencapai kesehatan optimal. Keluarga harus tahu berbagai sumber pelayanan kesehatan yang tepat dan dapat dijangkau oleh keluarga seperti puskesmas, rumah sakit, klinik perawatan luka, dll.

Ali (2009) mengemukakan bahwa alasan keluarga sebagai objek dan subjek perawatan adalah karena dalam unit keluarga, jika terjadi masalah penyakit, cedera, atau perpisahan akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga. Keluarga memiliki hubungan erat antar keluarga dan status kesehatan anggotanya, peran keluarga sangat penting bagi aspek perawatan kesehatan dan individu anggota keluarga mulai dari strategi sampai fase rehabilitasi.

2.5. Prinsip-Prinsip Keperawatan Keluarga

Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan. 2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat

melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

(11)

3. Mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

4. Perawat merupakan sumber daya keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga.

5. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.

6. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.

7. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar atau perawatan di rumah.

8. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi (Efendy & Makhfudli, 2009).

3. Luka Kaki Diabetes

3.1. Definisi Luka Kaki Diabetes

Luka kaki diabetesdikenal dengan istilah lain seperti ulkus kaki diabetes,

diabetic foot ulcers, dan luka neuropati. Luka kaki diabetes adalah suatu luka kronis pada lapisan kulit sampai kedalam dermis yang berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien. Luka kaki diabetes merupakan komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Morison, 2013).

(12)

3.2. Etiologi dan Manifestasi Klinis Luka Kaki Diabetes

Wounds International (2013) mengemukakan bahwa pada kebanyakan pasien luka kaki diabetes, peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease

atau keduanya sangat berperan penting dalam terjadinya luka kaki diabetes, oleh karena itu secara umum luka kaki diabetes diklasifikasikan menjadi neuropati, iskemik dan neuroiskemik (efek gabungan neuropati dan iskemik).

1. Peripheral Neuropathy (kerusakan saraf perifer)

Peripheral neuropathy adalah penyebab luka kaki diabetik yang merupakan akibat dari kerusakan saraf sensorik, motorik dan otonomik. Pada pasien dengan kerusakan saraf sensorik akan merasakan kehilangan pengalaman nyeri yang akan membuat mereka mudah terkena trauma fisik, kimia dan panas, kehilangan pengalam nyeri merupakan bagian terbesar dari penyebab luka kaki diabetes. Pada pasien dengan kerusakan saraf motorik dapat menyebabkan kaki deformitas seperti kaki hammer

dan kaki claw yang dapat mengakibatkan tekanan abnormal diatas tonjolan tulang. Sedangkan pada pasien dengan kerusakan saraf otonomik biasanya akibat terkait dengan kulit kering yang dapat menjadi fissure, cracking dan

callus.

2. Peripheral Arterial Disease (PAD)

Pasien dengan diabetes akan dua kali lebih mungkin terjadi peripheral arterial disease yang disebabkan oleh arteriosklerosis, daripada pasien dengan tanpa diabetes. Arteriosklerosis sendiri terjadi karena hilangnya elastisitas dan penebalan dinding arteri oleh kolestrol, lipoid dan lipofag.

(13)

Tanda awal yang terjadi oleh penyakit arteri perifer yaitu nyeri kaki baik pada saat istirahat maupun berjalan, hilangnya sensasi dan terasa kebal, kesemutan pada kaki, terdapat luka pada kaki yang lambat atau bahkan sulit sembuh dan perubahan kulit seperti kalus, kulit menebal, kering dan mengkilat. PAD juga merupakan faktor utama untuk risiko amputasi ekstremitas bawah. Perlu diingat bahwa ketika terjadi penurunan aliran darah arteri, microangiopathy (disfungsi pembuluh darah kecil) berpengaruh pada penyembuhan luka yang buruk. Luka kaki diabetes biasanya terjadi karena dua atau lebih faktor risiko secara bersamaan. Unsur intrinsik seperti neuropati, PAD dan kaki deformitas disertai dengan adanya trauma ekternal seperti penggunaan sepatu yang salah atau luka pada kaki, dari waktu kewaktu bisa berubah menjadi luka kaki diabetes. 3.3. Patogenesis Luka Kaki Diabetes

Pada penderita diabetes melitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali maka akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, yang menyebabkan edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose, sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebih, kulit kering dan hilang rasa. Apabila penderita diabetes tidak berhati-hati, jika terjadi trauma maka akan menyebabkan lesi dan menjadi luka kaki diabetes (Waspadji, 2006 dalam Hidayah, 2012). Kombinasi antara pembengkakan saraf-saraf yang terjadi akan menyebabkan double crush syndrome dimana dapat menimbulkan kelainan fungsi saraf motorik, sensorik dan autonomik. Neuropati merupakan

(14)

akibat langsung dari kelainan sistem persarafan motorik, sensorik dan autonomik. Pada neuropati sensorik akan mengganggu mekanisme perlindungan dan menyebabkan pasien tidak merasakan adanya trauma minor yang berulang dikakinya dan tidak mengetahui adanya luka. Pasien juga mengalami gangguan pada propiception yang membuat ketidakseimbangan dalam pembebanan berat bedan (abnormal weight bearing) sehingga mudah terbentuk kalus ataupun ulkus. Neuropati motorik paling sering mempengaruhi otot kaki menjadi abnormal akibat dari tekanan saraf plantaris medialis dan lateralis, terjadi perubahan struktur pada bentuk kaki seperti hammer toe, claw toe, dan charcot joit. Sedangkan neuropati autonomik mengakibatkan anhidrosis, mengganggu aliran darah superficial ke kaki dan membuat kondisi kulit menjadi kering dan pecah-pecah (Hariani, et al.).

Kondisi diabetes melitus dengan hiperglikemi yang tidak terkontrol akan menyebabkan buruknya sirkulasi darah ke ekstremitas disebut peripheral arterial disease (penyakit arteri perifer). PAD disebabkan oleh penumpukan lemak di arteri yang mengakibatkan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri (arteriosklerosis).

3.4. Pengkajian Luka Kaki Diabetes

Pasien luka kaki diabetes perlu dikaji secara holistik, meliputi riwayat pasien termasuk obat-obatan, penyakit penyerta, dan status diabetes. Pengkajian luka kaki diabetes juga mempertimbangkan riwayat luka, luka kaki diabetes sebelumnya, atau amputasi dan gejala yang menunjukkan terjadinya neuropati atau PAD. Hal-hal yang berkaitan dengan pengkajian luka:

(15)

1. Pengukuran luka

Luka diukur panjang x lebar x kedalaman dan ada tidaknya undermining/goa, yang diukur sesuai dengan arah jarum jam.

2. Kulit sekitar luka

Kaji apakah terdapat tanda-tanda seperti gatal, maserasi, edema, dan hiperpigmentasi.

3. Tepi luka

Pengkajian akan didapat data bahwa proses epitelisasi adekuat atau tidak, jaringan epitel berwarna merah muda, dan kegagalan epitelisasi terjadi jika luka mengalami edema, nekrosis, kalus atau infeksi.

4. Cairan luka 5. Bau tidak sedap

Diketahui untuk mendukung penegakan diagnosa terjadi infeksi atau tidak. Bau disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang menghasilkan protein, apocrine sweat glands atau beberapa cairan luka lainnya.

6. Status Infeksi

Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka, memperlama waktu perawatan dan meningkatkan biaya perawatan. Luka yang terinfeksi ditandai dengan adanya erithema, edema, cairan purulent, bau, peningkatan temperatur dan peningkatan sel darah putih. Infeksi bisa meluas dengan cepat ke tulang yang disebut osteomielitis jika tidak segera diatasi. Infeksi dapat diketahui melalui kultur infeksi setelah luka dicuci dan luka mengeluarkan cairan luka. Pengambilan sampel kultur dengan

(16)

mengusap zig zag sebanyak 10 kali usapan yang mewakili seluruh area luka

7. Mengkaji hilangnya sensasi nyeri.

8. Tipe jaringan (epitelisasi – granulasi – slough) 9. Stadium luka kaki diabetes

Morison (2013) mengklasifikasi luka kaki diabetes berdasarkan beberapa parameter seperti ukuran, kedalaman dan lokasi dapat membantu dalam perencanaan dan memantau terapi dari berbagai pendekatan untuk membantu memprediksi hasil. Sistem klasifikasi yang sering digunakan adalah sistem klasifikasi Wagner yang didasari pada derajat luka dan terdiri dari 6 grade (0-5):

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat luka menurut Wagner

Grade Keterangan 0 1 2 3 4 5

(no open lesion) Tidak ada luka terbuka, namun sudah terjadi deformitas, kallus, atau pre ulcerative.

(superficial ulcer) Ulkus diabetes superfisial (luka ke epidermis).

(deep ulcer) Ulkus meluas sampai dermis, ligamen, tendon, kapsula sendi, atau fasia dalam tanpa abses atau osteomielitis. (abcess osteomyelitis) Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis sendi.

(gangrene forefoot) Gangren yang terbatas pada kaki bagian depan atau tumit.

(gangrene whole foot) Gagren yang meluas hingga seluruh kaki.

University of Texas mengklasifikasikan ulkus berdasarkan kedalamannya dan membagi lagi berdasarkan adanya infeksi atau iskemik:

(17)

Tabel 2.2 Klasifikasi derajat luka menurut University of Texas Grade Keterangan 0 1 2 3

Pre atau post ulserasi

Luka superfisial yang mencapai epidermis atau dermis (keduanya), tapi belum menembus tendon, kapsul sendi atau tulang

Luka menembus tendon atau tulang, tapi belum mencapai tulang atau sendi

Luka menembus tulang atau sendi

10. Wound base (dasar luka)

Netherlands Wound Care Consultant Society mengklasifikasikan luka diabetes berdasarkan warna dasar luka. Pengklasifikasian luka RYB (red, yellow, black) ini bertujuan untuk memudahkan penentuan stadium luka dalam manajemen luka, membantu memilih tindakan dan penggunaan topikal terapi yang tepat.

a) Red (R) – Merah: Warna dasar luka pink, merah, dan merah tua disebut sebagai jaringan sehat, granulasi atau epitelisasi, dan vaskularisasi. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar luka merah adalah dengan mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma.

b) Yellow (Y) – Kuning: Warna dasar luka kuning muda, kuning kehijauan, kuning tua, kuning kecoklatan disebut sebagai jaringan mati yang lunak, kondisi luka terkontaminasi atau terinfeksi.

c) Black (B) – Hitam: Warna dasar luka hitam disebut sebagai jaringan nekrosis dan avaskularisasi.

(18)

3.5. Manajemen Luka Kaki Diabetes

Prinsip dari tujuan manajemen perawatan luka kaki diabetes adalah penutupan luka. Beberapa komponen yang penting dalam manajemen luka kaki diabetes berdasarkan Wounds International (2013), yaitu:

1. Penyembuhan utama untuk penyakit, yaitu untuk mengontrol atau mengendalikan penyakit diabetes secara optimal, perlu dilakukan kontrol gula darah, tekanan darah tinggi, hiperlipidemia, gizi dan merokok. Kemudian dengan mencegah penyebab trauma fisik, seperti pemakaian alas kaki untuk menghindari trauma yang mungkin terjadi.

2. Memastikan aliran darah adekuat. 3. Perawatan luka.

Metode perawatan luka yang digunakan saat ini adalah metode moist wound healing yang memiliki tujuan menciptakan suasana luka lembab melalui occlusive dressing, yaitu dengan menggunakan balutan luka tertutup untuk menjaga kelembaban pada dasar luka dan mengurangi risiko infeksi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan luka kaki diabetes adalah:

a. Mencuci luka

Tujuan mencuci luka adalah untuk membuang jaringan nekrosis, membuang cairan luka yang berlebihan, membuang sisa baluan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Pencucian luka dilakukan setiap mengganti balutan.

(19)

Cairan pencuci luka yang digunakan adalah cairan fisiologis yang non toksik pada proses penyembuhan luka yaitu cairan non toksik, normal saline (NaCl 0,9%), air bersih, air matang suam-suam kuku jika perawatan dilakukan dirumah, dan menggunakan sabun dengan pH rendah untuk membersihkan debris-debris pada luka (Morison, 2013). Penggunaaan cairan providone iodine atau larutan antiseptik saat terjadi luka terinfeksi, dan tidak disarankan menggunakan providone iodine pada luka bersih seperti luka pembedahan dan luka kronis. Hal ini dikarenakan providone iodine bersifat toksik dan dapat merusak jaringan baru (WHO, 2010).

Mempersiapkan dasar luka (wound bed preparation) yang dilakukan sebelum pemasangan graft atau flap kontruksi agar mempercepat penyembuhan luka, menggunakan konsep TIME, yaitu

tissue debridement, inflamation and infection control, moisture balance, dan epithelial edge advancement.

a) Tissue Debridement (manajemen jaringan)

Tissue Debridement merupakan tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, kalus dan jaringan fibrotik sekitar 2 – 3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Metode yang digunakan yaitu: Sharp debridement/surgical menggunakan pisau bedah, gunting atau forceps untuk mengangkat jaringan nekrotik, membantu sekresi pus, membantu mengoptimalkan efektivitas pemberian topikal dan merangsang penyembuhan. Sharp debridement dilakukan oleh

(20)

praktisi yang berpengalaman, karena harus mampu mengidentifikasi antara tendon sebagai jaringan hidup dan slough sebagai jarigan mati. Autolytic debridement menggunakan balutan luka lembab “occlusive dressing” yang akan memberikan suasana lembab pada luka, melunakkan dan membersihkan luka dari jaringan nekrotik secara alami menggunakan enzim endogen yang terdapat dalam tubuh. Penggunaan occlusive dressing merupakan salah satu cara untuk mengatasi luka diabetes terutama dalam penurunan kondisi inflamasi yang memanjang. Enzimatik debridement menggunakan agen topikal yang akan merusak jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti: papain yang kolagenase. Pengunaan debridement ini untuk luka yang bereksudat dan jaringan nekrotik sedang. Mekanik debridement

menggunakan aplikasi kassa basah kering dan cairan normal saline yang dikompres pada permukaan luka dan diangkat apabila sudah kering. Cara mengangkat kassa dengan membasahi dahulu kassa atau balutan yang kering agar tidak merusak jaringan yang telah bergranulasi.

b) Inflamation and infection control

Mengendalikan tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, calor, dolor) dan tanda infeksi (pus/eksudat).

(21)

Winter (1962) mengungkapkan bahwa lingkungan luka lembab akan mempercepat migrasi sel epitel dalam penutupan luka. Moist dengan pemilihan balutan yang tepat yaitu occlusive dressing berguna untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis, menurunkan risiko infeksi, mempercepat petumbuhan growth factor dan sel aktif.

d) Epithelial edge advancement (kemajuan tepi luka)

Perlu untuk dilakukan debridemen pada tepi luka agar tidak menghambat epitelisasi jaringan. Jaringan epitel yang baik jika tepi luka berwara merah muda. Kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka mengalami edema, nekrosis, kalus atau infeksi.

b. Memilih topikal

Jenis balutan berupa topikal terapi terdiri dari:

a) Hidrogel, merupakan topikal terapi yang dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolitis debridement). Digunakan pada dasar luka yang berwarna kuning dan hitam.

b) Hidrocoloid, merupakan topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari risiko infeksi, mampu menyerap eksudat. Digunakan pada luka yang berwarna merah, abses, atau luka yang terinfeksi.

(22)

c) Absorbent dressing, merupakan topikal terapi yang memiliki daya serap tinggi terhadap cairan luka. Jenis-jenis absorbent dressing yaitu calcium alginate yang dapat menyerap luka berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan minor dan barier terhadap kontaminasi. Digunakan oleh semua warna dasar luka. Hidroselulosa, merupakan topikal terapi yang terbuat dari selulosa dengan daya serap tinggi melebihi calcium alginate. Balutan ini mendukung proses autolisis debridement dan dapat meningkatkan proses granulasi dan re-epitelisasi. Foam,

merupakan absorban dengan kemampuan serap lebih tinggi dan nyaman digunakan karena tidak lengket pada luka dan tidak meninggalkan residu. Digunakan untuk luka dengan eksudat sedang-berat, dan kontraindikasi pada luka dengan eksudat minimal dan jaringan nekrotik hitam.

d) Transparant film, yaitu jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankan luka akut dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari risiko infeksi. Balutan ini water proof dan kontraindikasi dengan eksudat yang banyak.

e) Dressing hidrofobik merupakan topikal terapi antimikrobial, digunakan untuk luka bereksudat sedang – banyak.

c. Membalut luka

Morison (2013) menjelaskan bahwa penangan luka modern menggunakan metode moist wound healing yang diciptakan melalui

(23)

occlusive dressing bertujuan untuk mempertahankan suasana lembab pada luka, menyerap eksudat, membuang jaringan nekrotis dan slough, mengendalikan risiko infeksi atau terhindar dari kontaminasi, menurunkan rasa sakit pada saat penggantian balutan dan mempercepat proses penyembuhan luka, serta yang terpenting adalah

coast effective.

4. Komponen keempat dalam manajemen luka kaki diabetes adalah mengurangi beban tekanan (offloading). Penanganan pasien neuropati perifer adalah dengan mengurangi tekanan pada area luka kaki diabetes. Penekanan biasa terjadi pada telapak kaki sehingga mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi dari sepatu yang digunakan. Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi tekanan yaitu bed rest, mengurangi kecepatan saat berjalan, menggunakan kursi roda dan alas kaki, removable cast walker, total contact cast, dan scotchcast boot.

Total Contact Cast (TCC) merupakan metode offloading yang paling efektif dapat digunakan untuk melindungi kaki dari tekanan yang abnormal. Penyembuhan ulkus akibat neuropati dalam waktu 6 – 8 minggu. Cast dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus agar tidak ada lagi pergerakan didalamnya dan tekanan pada plantar akan terdistribusi secara merata. Pada metode ini pasien dapat berjalan selama perawatan dan bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu penyembuhan luka. Kekurangan TCC antara lain harus dilakukan oleh

(24)

praktisi yang terlatih, menyebabkan iritasi kulit karena pemakaian gips, sulit ketika mandi dan tidur, mencegah pasien untuk beraktifitas lebih, kesulitan dalam menilai luka, sehingga perlu dilakukan inspeksi luka setiap hari, penggantian balutan dan deteksi infeksi dini (Wounds International, 2013).

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat luka menurut Wagner
Tabel 2.2 Klasifikasi derajat luka menurut University of Texas  Grade  Keterangan  0  1  2  3

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan perlakuan diskriminatif

Dari hasil observasi awal peneliti pada tanggal 10 dan 11 januari 2019 di ruang rawat inap internis RSU YARSI Pontianak, pada 7 perawat yang sedang dinas didapatkan

Kepala Bagian Iklan: Ali Usodo Kepala Bagian Pemasaran: Monang Sitorus Wakil Kepala Bagian Iklan: Nenny Indriasari.. Telepon Pengaduan

“Pelaksanaan dalam mengefektifkan Pelayanan Publik melalui Pembayaran rekening listrik secara On-Line dalam penerapan System Online Payment Point (SOPP) dibuat untuk memberi

Observasi pada siklus kedua: dilakukan kepada siswa, peneliti dan guru, di dalam dan di luar ruangan kelas SLB Amalia Bhakti Kecamatan Conggeang

Hasil perbandingan nilai ranking antara proposed value dan perceived value pada Kitabisa adalah memiliki perbedaan value pada Accessible dan Useful perbandingan rangking

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan passing peserta ekstrakurikuler bolavoli di SD Negeri Jati, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2012 /

: Penyesuaian Panjar Ongkos Perkara Perdata Yang Dipunggut Dan Ongkos yang Dikeluarkan Pada Pengadilan Negeri Banda Aceh.. Biaya Pendaftaran