• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nutrisi Pada Anak HIV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nutrisi Pada Anak HIV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak

Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak

terinfeksi HIV

terinfeksi HIV

Kekurangan gizi adalah keadaan lazim pada anak

Kekurangan gizi adalah keadaan lazim pada anak terinfeksi HIV dan menyumbang secara besar terinfeksi HIV dan menyumbang secara besar   pada mortalitas di antara anak yang tidak terinfeksi HIV

 pada mortalitas di antara anak yang tidak terinfeksi HIV maupun pada mereka yang terinfeksinya.maupun pada mereka yang terinfeksinya. Pada anak terinfeksi HIV, wasting (yaitu berat badan

Pada anak terinfeksi HIV, wasting (yaitu berat badan yang rendah dibandingkanyang rendah dibandingkan tinggi/panjangn

tinggi/panjangnya) dikaitkan dengan jangka ya) dikaitkan dengan jangka tahan hidup yang lebih pendek tahan hidup yang lebih pendek (137), sementara(137), sementara kehilangan berat badan menyebabkan peningkatan dalam penyakit menular pada anak dengan kehilangan berat badan menyebabkan peningkatan dalam penyakit menular pada anak dengan AIDS. Sebaliknya HIV dikaitkan dengan masalah gizi, dan status kekebalan serta

AIDS. Sebaliknya HIV dikaitkan dengan masalah gizi, dan status kekebalan serta tingkattingkat replikasi virus dapat menjadi penting untuk

replikasi virus dapat menjadi penting untuk memprediksikan hasil pertumbuhan.memprediksikan hasil pertumbuhan.

Pertumbuhan (yaitu kombinasi berat badan, panjang atau tingginya badan, dan garis keliling Pertumbuhan (yaitu kombinasi berat badan, panjang atau tingginya badan, dan garis keliling kepala) adalah indikator yang peka mengenai gizi optimal dan lanjutan penyakit HIV

kepala) adalah indikator yang peka mengenai gizi optimal dan lanjutan penyakit HIV (i)(i). Pada anak . Pada anak  yang terinfeksi HIV, persoalan pertumbuhan yang parah (yaitu kegagalan untuk tumbuh sebagai yang terinfeksi HIV, persoalan pertumbuhan yang parah (yaitu kegagalan untuk tumbuh sebagai kriteria penyakit klinis stadium 3 dan kekurangan gizi/wasting yang parah sebagai kriteria kriteria penyakit klinis stadium 3 dan kekurangan gizi/wasting yang parah sebagai kriteria

stadium 4) yang tidak diakibatkan oleh kurang masukan gizi dapat menunjukkan kebutuhan akan stadium 4) yang tidak diakibatkan oleh kurang masukan gizi dapat menunjukkan kebutuhan akan  permulaan ART. Pertumbuhan juga berguna dalam penilaian tanggapan terhadap ART.

 permulaan ART. Pertumbuhan juga berguna dalam penilaian tanggapan terhadap ART. Sebaliknya, efek buruk yang dapat diakibatkan oleh obat ARV atau

Sebaliknya, efek buruk yang dapat diakibatkan oleh obat ARV atau infeksi oportunistik dapatinfeksi oportunistik dapat mempengaruhi masukan makanan dan gizi secara umum,

mempengaruhi masukan makanan dan gizi secara umum, dengan kebaikan yang terbatas padadengan kebaikan yang terbatas pada  pertumbuhan dan/atau kepatuhan pada terapi sebagai

 pertumbuhan dan/atau kepatuhan pada terapi sebagai akibat.akibat.

Berikut adalah rangkuman singkat mengenai intervensi gizi yang merupakan kunci terkait dengan Berikut adalah rangkuman singkat mengenai intervensi gizi yang merupakan kunci terkait dengan  perawatan untuk bayi dan anak terinfeksi HIV sebelum dan

 perawatan untuk bayi dan anak terinfeksi HIV sebelum dan selama ART. Untuk informasi lebihselama ART. Untuk informasi lebih lanjut, sebaiknya mengacu pada buku dan pedoman yang ada

lanjut, sebaiknya mengacu pada buku dan pedoman yang ada mengenai penatalaksanaan klinismengenai penatalaksanaan klinis atau gizi untuk anak terinfeksi HIV (141-148).

atau gizi untuk anak terinfeksi HIV (141-148).

Penilaian dan dukungan gizi 

Penilaian dan dukungan gizi 

Mengingat bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi HIV,

Mengingat bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi HIV, status gizi dan pertumbuhan, WHOstatus gizi dan pertumbuhan, WHO mengusulkan bahwa intervensi gizi secara dini (yaitu penilaian dan dukungan gizi) harus menjadi mengusulkan bahwa intervensi gizi secara dini (yaitu penilaian dan dukungan gizi) harus menjadi  bagian yang terpadu dari rencana perawatan untuk anak terinfeksi HIV.

 bagian yang terpadu dari rencana perawatan untuk anak terinfeksi HIV. Penilaian gizi, yaitu evaluasi secara sistematis status gizi, diet dan

Penilaian gizi, yaitu evaluasi secara sistematis status gizi, diet dan gejala terkait gizi saat itu,gejala terkait gizi saat itu, adalah sangat penting untuk mengidentifikasikan kekurangan gizi dan

adalah sangat penting untuk mengidentifikasikan kekurangan gizi dan pertumbuhan yang buruk pertumbuhan yang buruk  secara dini, serta untuk memantau kelanjutan penyakit HIV dan ef

secara dini, serta untuk memantau kelanjutan penyakit HIV dan ef ektivitas terapi untuk anak yangektivitas terapi untuk anak yang memakai ART. Seperti untuk semua bayi,

memakai ART. Seperti untuk semua bayi, bayi terinfeksi HIV harus diukur setiap bulan, terbaik bayi terinfeksi HIV harus diukur setiap bulan, terbaik  dengan memakai grafik pertumbuhan standar. Setelah itu anak seharusnya ditimbang pada setiap dengan memakai grafik pertumbuhan standar. Setelah itu anak seharusnya ditimbang pada setiap  peninjauan dan penilaian gizi dilakukan secara penuh setiap tiga bulan kecuali kalau anak

 peninjauan dan penilaian gizi dilakukan secara penuh setiap tiga bulan kecuali kalau anak yangyang  bersangkutan membutuhkan perhatian khusus karena masalah pertumbuhan atau

 bersangkutan membutuhkan perhatian khusus karena masalah pertumbuhan atau kebutuhan gizikebutuhan gizi khusus.

khusus.

Pendekatan proaktif pada dukungan gizi untuk anak terinfeksi HIV adalah penting karena Pendekatan proaktif pada dukungan gizi untuk anak terinfeksi HIV adalah penting karena kebutuhan tenaga yang lebih tinggi terkait infeksi. Pada anak terinfeksi HIV tanpa gejala,

kebutuhan tenaga yang lebih tinggi terkait infeksi. Pada anak terinfeksi HIV tanpa gejala, energienergi yang dikeluarkan saat istirahat meningkat kurang lebih 10%, sementara peningkatan pada

yang dikeluarkan saat istirahat meningkat kurang lebih 10%, sementara peningkatan pada kebutuhan energi antara 50% dan 100% pernah dilaporkan pada anak

kebutuhan energi antara 50% dan 100% pernah dilaporkan pada anak terinfeksi HIV yangterinfeksi HIV yang

mengalami kegagalan tumbuhan. Penggunaan dan pengeluaran gizi yang lebih tinggi pada infeksi mengalami kegagalan tumbuhan. Penggunaan dan pengeluaran gizi yang lebih tinggi pada infeksi HIV dapat mengakibatkan kekurangan gizi mikro (149). Oleh karena itu,

HIV dapat mengakibatkan kekurangan gizi mikro (149). Oleh karena itu, dukungan gizi harusdukungan gizi harus termasuk upaya dini untuk

termasuk upaya dini untuk meneruskan penyusuan bila mungkin, memastikan pemasukan gizimeneruskan penyusuan bila mungkin, memastikan pemasukan gizi yang memadai berdasarkan makanan yang tersedia lokal dan

yang memadai berdasarkan makanan yang tersedia lokal dan terjangkau, serta pemasukan giziterjangkau, serta pemasukan gizi mikro setiap hari sama dengan kebutuhan diet yang

mikro setiap hari sama dengan kebutuhan diet yang dianjurkan (dianjurkan (recommended dailyrecommended daily allowance

allowance/RDA) (146, 147, 150). Diusulkan untuk meningkatkan pemasukan energi untuk bayi/RDA) (146, 147, 150). Diusulkan untuk meningkatkan pemasukan energi untuk bayi dan anak terinfeksi HIV dengan 10% RDA

dan anak terinfeksi HIV dengan 10% RDA untuk usia dan jenis kelamin bila mereka tanpa untuk usia dan jenis kelamin bila mereka tanpa gejalagejala dan 20-30% RDA bila mereka bergejala

dan 20-30% RDA bila mereka bergejala atau mulai pulih dari infeksi akut (148). Kebutuhan iniatau mulai pulih dari infeksi akut (148). Kebutuhan ini dianggap minimal dan lebih banyak mungkin dibutuhkan pada anak dengan kekurangan gizi dianggap minimal dan lebih banyak mungkin dibutuhkan pada anak dengan kekurangan gizi (151). Kebutuhan protein yang ditingkatkan melebihi yang

(151). Kebutuhan protein yang ditingkatkan melebihi yang dibutuhkan untuk diet seimbang agar dibutuhkan untuk diet seimbang agar  memenuhi kebutuhan energi total (12-15%

(2)

Bukti saat ini tidak jelas mengenai dampak suplemen gizi mikro pada penularan dan kelanjutan  penyakit infeksi HIV. Namun bukti dari uji coba klinis yang dilakukan secara acak pada anak 

terinfeksi HIV mengkonfirmasikan hasil dari penelitian pada orang tidak terinfeksi HIV yang menunjukkan bahwa tambahan dosis tinggi vitamin A mengurangi morbiditas keseluruhan dan morbiditas akibat diare serta mortalitas semua penyebab (150, 152, 153). Tambahan vitamin A seharusnya diberikan sesuai dengan jadwal pencegahan dosis tinggi yang diusulkan oleh WHO untuk anak berisiko tinggi(i)kekurangan vitamin A (144). Konseling ibu-ibu m engenai penyusuan dan semua anak dan pengasuhnya mengenai kebersihan makanan dan air adalah unsur kunci lanjut untuk dukungan gizi.

Pada anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan (yaitu kegagalan untuk menambah berat  badan, atau kehilangan berat badan di antara pengukuran berkala) atau kesulitan makan,

dukungan yang lebih terpusat mungkin dibutuhkan. Bila penyebab dasar kegagalan pertumbuhan diketahui, hal ini dapat memberi informasi yang berharga mengenai strategi dukungan lanjutan. Strategi ini dapat meliputi pengobatan untuk penyakit yang mendasarinya (penyakit umum harus ditangani sesuai pedoman IMCI(ii)), penilaian kebutuhan untuk mulai atau mengalihkan ART,  bimbingan pada keluarga mengenai pilihan makanan yang tersedia lokal dan rujukan pada  program makanan, terbaik dengan dukungan untuk keluarga keseluruhan. Lagi pula, pemilihan

makanan khusus berenergi tinggi yang enak untuk anak dengan masalah yang me ngganggu

makan atau pencernaan yang normal (mis. sakit tenggorokan atau mulut, kandidiasis mulut, diare) dapat meringankan gejala dan memastikan pemasukan energi yang cukup.

 ART pada bayi dan anak dengan kekurangan gizi yang parah

Wasting(iii) parah adalah tanda klinis yang umum untuk infeksi HIV pada anak. Semua anak  dengan kekurangan gizi yang parah berisiko terhadap berbagai masalah yang gawat dan membutuhkan makanan terapeutik secara mendesak. Fase pengobatan kekurangan gizi harus mulai ART belum diketahui. Oleh karena itu pendapat para pakar memberi kesan bahwa anak  terinfeksi HIV dengan kekurangan gizi yang parah sesuai dengan pedoman internasional (146, 147) atau nasional harus distabilkan sebelum diambil keputusan mengenai permulaan ART. Pengobatan awal kekurangan gizi yang parah melanjut sehingga anak stabil pada pengobatan tersebut dan nafsu makan sudah pulih. Pada anak tidak terinfeksi HIV, fase awal ini seharusnya tidak lebih dari 10 hari, tetapi para pakar menganggap bahwa pada anak terinfeksi HIV,

tanggapan pada pengobatan awal untuk kekurangan gizi yang parah mungkin lebih lama atau sangat terbatas. Setelah pengobatan awal yang berhasil untuk kekurangan gizi yang parah dan infeksi atau masalah mendasar, keadaan klinis si anak harus dinilai kembali. Permulaan ART dapat dipertimbangkan berdasarkan kriteria didaftarkan pada Bagian V. Untuk anak terinfeksi HIV yang membaik secara lambat setelah pengobatan untuk kekurangan gizi, dapat diambil

iAnak berisiko tinggi kekurangan vitamin A termasuk, antara lain, mereka dengan infeksi parah atau

kekurangan gizi energi protein yang parah.

iiTersedia di http://www.who.int/child-adolscent-health/publications/pubIMCI.htm

iiiWHO mendefinisikan kekurangan gizi yang parah sebagai wasting (yaitu kurang dari 70% berat/tinggi

 badan dibandingkan anak rata-rata atau kurang dari minus tiga standard deviation dari median) atau oedema pada kedua kaki (referensi 146).

XIII. Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak terinfeksi HIV XIII–3

keputusan (untuk pasien rawat inap atau rawat jalan) setelah enam sampai delapan minggu bila mereka belum mencapai 85% berat/tinggi badan (yaitu sembuh). Namun anak terinfeksi HIV yang dirawat lagi dengan kekurangan gizi yang parah mungkin akan mendapat manfaat dari ART yang dimulai lebih dini. Harus ditekankan bahwa, bila kekurangan gizi endemis, anak terinfeksi HIV dapat mengalami kekurangan gizi yang parah karena kekurangan diet yang seimbang secara memadai, dan dengan pemulihan status gizi permulaan ART mungkin tidak dibutuhkan. Hal ini mungkin terutama penting dipertimbangkan untuk anak yang didagnosis secara presumptif  dengan penyakit HIV yang parah. Namun, permulaan ART diindikasikan pada bayi dan anak 

(3)

terinfeksi HIV dengan kekurangan gizi parah tanpa alasan jelas yang tidak disebabkan oleh infeksi oportunistik yang belum diobati, dan yang tidak menanggapi terapi gizi yang baku (yaitu  penyakit klinis stadium 4).

Pada anak yang meningkatkan berat badan secara cepat karena gizi yang memadai dan ART, takaran ART harus sering ditinjau kembali (lihat Lampiran E). Kambuhnya kekurangan gizi yang  parah yang tidak disebabkan oleh kekurangan makanan pada anak yang m emakai ART dapat

menunjukkan kegagalan terapi dan kebutuhan akan mengalihkan rejimen (lihat Bagian X).

Belum diterbitkan penelitian mengenai efektivitas, farmakokinetik dan keamanan ARV pada anak  kekurangan gizi yang parah. Penelitian lanjutan mengenai masalah ini dibutuhkan secara

mendesak.

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan  penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat  badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan

infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka d aya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.

Status gizi Odha sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang

mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut  penatalaksanaan gizi yang baik untuk Odha amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup

seseorang dengan HIV/AIDS. 1. Tujuan asuhan gizi

Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.

2. Paket asuhan gizi

Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang terdiri dari:

(4)

2. Intervensi gizi 3. Konseling gizi

(1) Pemantauan status gizi

o Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah

mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:

a. Anamnesis diet

 Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.

o b. Pengukuran antropometri

 Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.

o c. Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar  zat gizi mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dll.

 Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita anemia.

 Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi  peningkatan atau penurunan kadar albumin.

 Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat, vitamin B12 dan vitamin A (retinol) dilakukan untuk  mengetahui profil Lipid, fungsi hati kekurangan v itamin serta mineral dalam tubuh. Kadar serum Ferritin akan meningkat pada fase akut infeksi HIV.

(2) Intervensi gizi

o Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif,

 preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di k eluarga. Di rumah sakit,  pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.

(5)

Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk 

menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS. Pada Odha yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.

(3) Konseling gizi

o Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi

yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga,  pendamping Odha dan masyarakat.

Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.

Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV  pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta  penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak 

dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.

3. Terapi gizi medis

Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis  perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui.

Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan  berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta

mengandung vitamin dan mineral yang cukup.

Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:

a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh  b. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal

c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan d. Meningkatkan kualitas hidup

e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal 4. Prinsip gizi medis pada Odha

Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral (melalui mulut). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.

(6)

5. Syarat diet

Syarat diet pada orang dengan HIV:

a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu

 b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya

c. Banyak makanan sayuran dan buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah- buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi

d. Minum susu setiap hari

e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia

g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan  jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat

lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan

h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual) i. Menghindari rokok, kafein dan alkohol

Syarat diet pada pasien AIDS:

a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan  b. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering

c. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya d. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna

e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus

f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak  dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai

g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) h. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia

i. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan  jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat

lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan

 j. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual) k. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan

l. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare m. Menghindari rokok, kafein dan alkohol

n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma, oral kandidiasis)

o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman ( Naso

Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

6. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi

(7)

Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini dapat

disebabkan oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di samping itu pasien AIDS sering mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur pada mulut. Keadaan tersebut memerlukan terapi diet khusus dengan memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien dan cara pemberiannya.

• Diare

Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutama yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

• Sesak nafas

Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi CO2,

dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak mencukupi kebutuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi lemah, perlu diberikan makanan tambahan dalam bentuk formula (makanan suplemen). Pemberian makanan dapat dilakukan pada pasien dalam posisi setengah tidur agar aliran O2 ke paru lebih

optimal.

Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)

Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak. Dianjurkan menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung asam lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit. Perlu tambahan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).

• Demam

Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering dengan jumlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2 liter atau 8 gelas/hari.

• Penurunan berat badan

Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya. Pastikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien tidak dapat makan secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi protein secara bertahap dengan porsi kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah serat.

(8)

Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi zat gizi yang

demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena peningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.

Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2 gram/kgBB/hari. Untuk  mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan memberikan makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari.

Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori sehari, khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar penyerapan lebih baik dan mencegah diare.

Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegahpenurunan berat

badan yang drastis.

8. Suplementasi zat gizi mikro

Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-sel dalam tubuh.  Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga terjadi suatu persaingan

dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat.

Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari. Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan imunitas tubuh.

Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pa da penderita yang demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing. Diare kronis, mual dan muntah, keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan penambahan cairan sehingga minum perlu diperbanyak untuk menganti kehilangan cairan tersebut.

9. Keamanan makanan dan minuman

Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan risiko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu diperhatikan hal-hal sbb:

(9)

• Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng untuk  mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa tanggal kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa

• Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk unggas lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan benar 

• Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan

• Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan pestisida dan bakteri

• Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi • Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan • Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi

• Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang sudah dimasak 

• Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan • Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol

• Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur 

• Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin

10. Asuhan gizi pada ibu hamil dengan HIV

Pada prinsipnya pemberian asupan makanan pada ibu hamil dengan HIV sama dengan ibu dengan HIV tidak hamil dengan menambah kalori dan protein sekitar 300-400 Kkal/hari dan  protein 15 gr/hari

11. Asuhan gizi pada bayi dari ibu dengan HIV

Pada prinsipnya ibu dengan HIV dianjurakn untuk tidak menyusui bayinya, untuk mencegah  penularan HIV kepada bayinya melalui ASI. Oleh karena itu bayi diberikan Pengganti Air Susu

Ibu sesuai dengan anjuran dokter.

 Namun dalam keadaan tertentu di mana pemberian PASI tidak memungkinkan dan bayi akan  jatuh ke dalam keadaan kurang gizi, ASI masih dapat diberikan dengan cara diperas dan

dihangatkan terlebih dahulu pada suhu di atas 66°C untuk membunuh virus HIV. Rekomendasi terkait menyusui untuk ibu dengan HIV adalah sebagai berikut:

a. Menyusui bayinya secara eksklusif selama 4-6 bulan untuk semua ibu yang tidak  terinfeksi atau ibu yang tidak diketahui status HIV-nya.

 b. Ibu dengan HIV-positif dianjurakn untuk tidak memberikan ASI dan sebaiknya memberikan susu formula (PASI) atau susu sapi atau kambing yang diencerkan.

c. Bila PASI tidak memungkinkan disarankan pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan kemudian segera dihentikan untuk diganti dengan PASI.

(10)

Berbagai bahan makanan yang banyak didpatakan di Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan gizi pada Odha.

a. Tempe atau produknya mengandung protein dan Vitamin B12 untuk mencukupi

kebutuhan Odha dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.

b. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber 

energi karena mengandung MCT (medium chain trigliseride) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan enersi yang dapat digunakan untuk 

 pembentukan sel.

c. Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan  beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh

HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas

d. Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4

e. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia

f. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan

tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid ) 63%  berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi

Bali adalah nama salah satu  provinsi di Indonesia, dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut.. Selain terdiri dari Pulau Bali,

Latar belakang Terjadinya konflik 2 kelompok antara Nasionalis Islam yang di wakili oleh Mohammad Natsir dan Nasionalis Sekuler oleh Ir. Dimana berkaitan dengan

Untuk memastikan kesimpulan tentang kualitas Berorientasi objek pada framework zend dapat dilakukan analisa pada aplikasi berbasis web yang lebih kompleks dan menerapkan

Kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta ber- kembang

Probolinggo berasal dari pajak daerah dengan enam jenis sumber penerimaan, retribusi daerah dengan dua puluh enam jenis sumber penerimaan dan merupakan sumber PAD yang

( ليلتح تانايب عطتسات نأ ىرت في قحلام ) 2. )قحلام في ىرت نأ عطتسات تانايب ليلتح ( 3. ةبوعصلا ةجرد ليلحت ةبوعصلا ةجردلا بعصلا وا طسوتلدا وا لهسالا

Sementara dilihat dari Stasiun II kisaran ukuran panjang cangkang kerang Alo-alo berkisar antara 4,4- 5,5 cm yang berjumlah 6 individu, sebab pada stasiun ini ditemukan kerang